Kia New

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

ISSN : 2870-7976

Vol. 2 No. 1, 30 Juni 2023

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kematian


Ibu pada Masa Kehamilan, Persalinan dan Nifas di Kota Depok
Tahun 2021

Factors Related to The Incidence of Maternal Death During


Pregnancy, Childbirth and Puerperium in Depok City in 2021
Eti Rohati1*, Rohana Uly Pradita Siregar2
1. Program Studi Sarjana Kebidanan, STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia
Jl. Raya Jagakarsa No.37, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12620
2. Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Jl. Lingkar Kampus Raya Universitas Indonesia, Kota Depok, Jawa Barat 16424
*Korespondensi: [email protected]

Abstract. There had been an increase in the number of death cases in Depok from 28 cases in 2020 to 65
cases in 2021. The high maternal mortality was caused by various risk factors that occur during pregnancy,
childbirth or the puerperium. This study aimed to determine the factors associated with the incidence of
maternal mortality during pregnancy, childbirth and puerperium in Depok City in 2021. This study was an
analytic descriptive with a cross-sectional approach to see the association of direct causal factors, namely
bleeding, eclampsia, infection and indirect causal factors, namely age, education, parity, spacing of pregnancies,
history of ANC and history of disease, with the dependent variable being the incidence of maternal death during
pregnancy, childbirth and the puerperium. The data used was secondary data from the Depok City Health Office
in 2021 and analyzed using univariate and bivariate analysis. The result was that the direct cause of bleeding
(p value=0.0002) had an association with maternal death. Indirect causes included history of ANC (p
value=0.002) and history of illness (p value=0.037) having an association with maternal mortality in Depok City
in 2021. Suggestions that could be given were the need for integrated and standardized antenatal care, as well
as appropriate and fast referral treatment.
Keywords: factors, maternal mortality, pregnancy, childbirth, puerperium

Abstrak. Terjadi peningkatan jumlah kasus kematian di Depok dari tahun 2020 sebanyak 28 kasus menjadi 65
kasus pada tahun 2021. Tingginya kematian ibu disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang terjadi pada masa
kehamilan, persalinan ataupun nifas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian kematian ibu pada masa kehamilan, persalinan dan nifas di Kota Depok tahun 2021. Penelitian
ini merupakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional untuk melihat hubungan variabel bebas
penyebab langsung yaitu perdarahan, eklampsia, infeksi dan faktor penyebab tidak langsung yaitu umur,
pendidikan, paritas, jarak kehamilan, riwayat ANC dan riwayat penyakit, dengan variabel terikat kejadian
kematian ibu pada masa kehamilan, persalinan dan nifas. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas
Kesehatan Kota Depok tahun 2021 dan dianalis dengan analisis univariat dan bivariat. Hasilnya penyebab
langsung perdarahan (p value=0.0002) memliki hubungan dengan kematian ibu. Penyebab tidak langsung
meliputi riwayat ANC (p value=0,002) dan riwayat penyakit (p value=0,037) memiliki hubungan dengan
kematian ibu di Kota Depok tahun 2021. Saran yang dapat diberikan adalah perlunya penerapan antenatal
secara terintegrasi dan terstandar, serta penanganan rujukan yang tepat dan cepat.
Kata kunci: faktor-faktor, kematian ibu, kehamilan, persalinan, nifas

Pendahuluan
Ibu memiliki peran strategis dalam keluarga, ibu merupakan sosok perempuan yang paling berjasa
dalam kehidupan anak, ibu yang sehat dapat melahirkan anak sebagai calon generasi penerus yang
sehat dan cerdas. Kasih ibu sepanjang masa, begitulah peribahasa yang kita kenal sebagai gambaran
betapa pentingnya peran seorang ibu. Dalam pelayanan kesehatan, ibu dan anak merupakan
anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas. Kesehatan ibu dan anak penting dilakukan
pemantauan, hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
yang menggambarkan kesejahteraan suatu bangsa.

72
Tanggal Submit : 18 Mei 2023 Tanggal Diterima : 1 Juni 2023 Tanggal Terbit : 30 Juni 2023
JENGGALA | Jurnal Riset Pengembangan dan Pelayanan Kesehatan

Kematian ibu menurut definisi World Health Organization (WHO) adalah kematian selama kehamilan
dan atau periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua yang terkait dengan atau
diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau
cedera1.
Sekitar 830 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi kehamilan atau persalinan diseluruh
dunia, pada tahun 2015 sekitar 303.000 wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan
persalinan, dimana sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah. Di Asia Tenggara diperkirakan
terdapat 240.000 kematian maternal setiap tahunnya, sehingga diperoleh angka kematian maternal
sebesar 210.000 per 100.000 kelahiran hidup, angka kematian maternal ini merupaka ukuran yang
mencerminkan risiko obstetri yang dihadapi oleh seorang wanita setiap kali wanita tersebut menjadi
hamil. Risiko ini semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah kehamilan yang dialami
ibu. Indikator yang umum digunakan dalam kematian ibu adalah Maternal Mortality Rate (MMR) atau
Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup2.
Meningkatkan kesehatan ibu adalah tujuan kelima Millenium Development Goals (MDGs) yang harus
dicapai oleh 191 negara anggota PBB pada tahun 2015, termasuk Indonesia. AKI ditargetkan turun
dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015. Hingga pada tahun 2015, ternyata target MGDs 5 tersebut tidak dapat dicapai,
berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan AKI
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
2015 menunjukkan AKI sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data Sampling Registration System (SRS) tahun 2018, sekitar 76 % kematian ibu terjadi
di fase persalinan dan fase paska persalinan, dengan proporsi 24% terjadi saat hamil, 36% saat
persalinan dan 40% pasca persalinan, dimana lebih dari 62% kematian ibu dan bayi terjadi di rumah
sakit, artinya akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan rujukan sudah cukup baik.
Dalam tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), target AKI adalah 70 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2030, untuk mencapai target tersebut diperlukan upaya dan kerja keras, terlebih
dibandingkan dengan negara ASEAN, AKI di Indonesia relatif masih sangat tinggi AKI di negara
ASEAN rata-rata sebesar 40-60 per 100.000 kelahiran hidup, bahkan AKI di Singapura sebesar 2-3
per 100.000 kelahiran hidup3.
Tingginya kematian ibu disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang terjadi mulai dari fase sebelum
hamil yaitu kondisi wanita usia subur yang anemia, kurang energi kronis, obesitas, riwayat penyakit
penyerta seperti jantung, tuberkulosa dan lain-lain. Penyebab terbanyak kematian ibu di Indonesia
pada tahun 2019 adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, gangguan metabolik, dan
lain-lain4.
Saat ini tantangan terhadap penurunan AKI dan AKB semakin berat dengan adanya pandemi COVID-
19 pada awal tahun 2020. COVID-19 menyebabkan adanya pembatasan aktivitas masyarakat,
Sarana transportasi, dan kekhawatiran akan tertular dapat menghambat perempuan dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam hal akses kualitas layanan5.
Berdasarkan data dari Direktorat Kesehatan Keluarga per 14 September 2021 tercatat sebanyak
1086 ibu meninggal dengan hasil pemeriksaan swab PCR/antigen positif. Sementara data dari
Pusdatin, jumlah bayi meninggal dengan hasil swab/PCR positif tercatat sebanyak 302 orang.
Terdapat kecenderungan masih terjadi peningkatan Angka Kematian Ibu dan Bayi disebabkan
terinfeksi COVID-196.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat jumlah kematian ibu selama kurun waktu 3
(tiga) tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2019 tercatat sebanyak 695 kasus, meningkat
pada tahun 2020 sebanyak 745 kasus dan terjadi lonjakan pada tahun 2021 sebanyak 1.218 kasus
kematian ibu7.
Kondisi di Kota Depok, kasus kematian bayi sudah sesuai target yang ditetapkan Dinas Kesehatan
Kota Depok, yaitu dari target 2,14/1000 kelahiran hidup pada tahun 2021 tercapai 1,35% (58 kasus),
sedangkan kasus kematian ibu selama kurun waktu 3 (tiga) tahun belum mencapai target yang
73

Vol. 2 No. 1, 30 Juni 2023


JENGGALA | Jurnal Riset Pengembangan dan Pelayanan Kesehatan

ditetapkan, pada tahun 2019 sebanyak 37 kasus dari jumlah 43.895 kelahiran hidup, tahun 2020
sebanyak 26 kasus dari jumlah 44.480 kelahiran hidup, dan pada tahun 2021 sebanyak 65 kasus
dari jumlah 41.778 kelahiran hidup atau dengan rasio sebesar 155,58 per 100.000 kelahiran hidup
dari target 38,35 per 100.000 kelahiran hidup (Target RPJMD Kota Depok). Penyebab langsung
kematian ibu karena perdarahan 13 kasus, hipertensi 10 kasus, dan disebabkan terinfeksi COVID-19
sebanyak 30 kasus dan penyebab lainnya 12 kasus, dengan periode kematian Sebagian besar pada
masa nifas sebanyak 34 kasus (52%) masa hamil 28 kasus (43%) dan proses persalinan 3 kasus
(5%)7.
Berbagai upaya penurunan kematian ibu sudah banyak dilakukan, namun kasus kematian ibu belum
memperlihatkan penurunan yang signifikan, pada tahun 2021 terjadi lonjakan kasus karena dampak
pandemi Covid-19. Pengumpulan data rutin dilakukan setiap ada kasus kematian ibu, namun belum
dilakukan analisis secara statistik tentang faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kejadian
kematian ibu di Kota Depok.
Sehubungan hal diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktorfaktor yang
berhubungan dengan kejadian kematian ibu pada masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas
di Kota Depok Tahun 2021. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian kematian ibu pada masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas
di Kota Depok Tahun 2021.

Metode
Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif analitik dengan data sekunder. Penelitian ini
ingin mengetahui gambaran tentang kematian ibu (variabel dependen), gambaran faktor penyebab
langsung dan tidak langsung (variabel independent), serta hubungan factor penyebab langsung dan
penyebab tidak langsung, dengan kejadian kematian ibu di Kota Depok pada tahun 2021. Penelitian
dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Depok pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli tahun 2022.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data kasus kematian ibu pada masa kehamilan, masa
persalinan dan masa nifas hasil verifikasi dan validasi tim seksi kesehatan keluarga dan gizi Dinas
Kesehatan Kota Depok pada tahun 2021 yaitu sebanyak 65 kasus yang terekam dalam
format/instrument Otopsi Verbal Maternal (OVM) dari Kementerian Kesehatan dan seluruhnya
menjadi sampel dalam penelitian ini.
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi masingmasing variabel dependen
yaitu kematian ibu pada masa kehamilan, persalinan dan nifas dan variabel independen terdiri dari
faktor penyebab kematian langsung yaitu perdarahan, infeksi, dan eklampsia, factor penyebab tidak
langsung meliputi umur, pendidikan, paritas, jarak kehamilan, riwayat ANC dan riwayat penyakit.
Analisis bivariat menggunakan Chi-kuadrat.

Hasil
Analisis Univariat
Tabel 1. Hasil Analisis Univariat
Variabel Kategori N %
Kematian Ibu Sebelum persalinan 27 41.5
(Dependen)
Setelah persalinan 38 58.5
Penyebab Langsung (Independen)
Perdarahan Ya 13 20.0
Tidak 52 80.0

74

Vol. 2 No. 1, 30 Juni 2023


JENGGALA | Jurnal Riset Pengembangan dan Pelayanan Kesehatan

Infeksi Ya 3 4.6
Tidak 62 95.4
Eklampsia Ya 5 7.7
Tidak 60 92.3
Penyebab Tidak Langsung (Independen)
Umur Non-risti 41 63.1
Risti 24 36.9
Pendidikan Rendah 10 15.4
Tinggi 55 84.6
Paritas Rendah 59 90.8
Tinggi 6 9.2
Jarak kehamilan Tidak berisiko 53 81.5
Berisiko 12 18.5
Riwayat ANC < 4 kali 19 29.2
≥ 4 kali 46 70.8
Riwayat Ada 55 84.6
Penyakit
Tidak ada 10 15.4

Berdasarkan tabel hasil analisis univariat menggambarkan bahwa dari 65 responden yang meninggal
sebelum dan setelah persalinan, sebagian besar dengan penyebab langsung perdarahan sebanyak
20%, dan penyebab tidak langsung dari pendidikan responden 84,6% dengan tingkat pendidikan
tinggi, riwayat ANC <4 kali sebanyak 29,2% dan dengan riwayat penyakit sebanyak 84,6%.
Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil analisis bivariat yang mengukur hubungan antara variabel penyebab langsung
(perdarahan, infeksi dan eklampsi dan penyebab tidak langsung (umur, pendidikan, paritas, jarak
kehamilan, riwayat ANC, dan riwayat penyakit) dengan kejadian kematian ibu pada masa kehamilan,
masa persalinan dan masa nifas, dengan kesimpulan seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat
No. Variabel p-value Keterangan
Penyebab langsung
1 Perdarahan 0.002 Ada hubungan
2 Infeksi 1.000 Tidak ada hubungan
3 Eklampsia 0.393 Tidak ada hubungan
Penyebab tidak langsung
1 Umur 0.782 Tidak ada hubungan
2 Pendidikan 0.729 Tidak ada hubungan
3 Paritas 1.000 Tidak ada hubungan
4 Jarak kehamilan 0.213 Tidak ada hubungan
5 Riwayat ANC 0.002 Ada hubungan

75

Vol. 2 No. 1, 30 Juni 2023


JENGGALA | Jurnal Riset Pengembangan dan Pelayanan Kesehatan

6 Riwayat penyakit 0.037 Ada hubungan

Berdasarkan tabel 2 rekapitulasi hasil analisis bivariat, dari 3 variabel penyebab langsung, terdapat
1 variabel yang berhubungan secara statistik yaitu perdarahan dengan p-value 0,002, dan pada
variabel tidak langsung terdapat 2 variabel yang ada hubungan bermakna secara statistik yaitu
riwayat ANC dengan p-value 0,002 dan riwayat penyakit dengan p-value 0,037.
Adapun secara terperinci hasil analisis bivariat terdapat hubungan antara variabel penyebab
kematian langsung dan tidak langsung dengan kejadian kematian ibu di kota Depok seperti
tergambar dalam tabel 3:
Tabel 3. Hubungan Perdarahan dengan Kematian Ibu di Kota Depok Tahun 2021
Kematian Ibu
Sebelum Setelah OR (95%
Perdarahan Total p-value
persalinan persalinan CI)
(%) (%)
Tidak 27 (51.9) 25 (48.1) 52
Ya 0 (0.0) 13 (100.0) 13 0.002 -
Total 27 (41.5) 38 (58.5) 65

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan proporsi kematian ibu berdasarkan perdarahan.
Hasil uji bivariat tercantum dalam tabel 3 dari 65 responden, yang tidak mengalami perdarahan dan
meninggal setelah persalinan sebanyak 25 orang (48.1%), sementara responden yang mengalami
perdarahan dan meninggal setelah persalinan sebanyak 13 orang (100.0%). Nilai p-value yang
diperoleh adalah 0.002 sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
perdarahan dengan kematian ibu.
Tabel 4. Hubungan ANC dengan Kematian Ibu di Kota Depok Tahun 2021
Kematian Ibu
Riwayat Sebelum Setelah Total p-value OR (95% CI)
ANC persalinan persalinan
(%) (%)
< 4 kali 14 (73.7) 5 (26.3) 19
7.108
≥ 4 kali 13 (28.3) 33 (71.7) 46 0.002
(2.128-23.742)
Total 27 (41.5) 38 (58.5) 65

Berdasarkan tabel 4, dari 65 responden yang memiliki riwayat ANC <4 kali dan meninggal sebelum
persalinan sebanyak 14 orang (73.7%), sementara responden yang memiliki riwayat ANC ≥ 4 kali
dan meninggal sebelum persalinan sebanyak 13 orang (28.3%). Nilai p-value yang diperoleh adalah
0.002 sehingga diartikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara riwayat ANC dengan kematian
ibu. Nilai OR yang diperoleh adalah 7.108 sehingga diartikan bahwa ibu yang memiliki riwayat ANC
<4 kali 7.1 kali lebih berisiko terjadi kematian ibu.
Tabel 5. Hubungan ANC dengan Kematian Ibu di Kota Depok Tahun 2021
Kematian Ibu
Riwayat Sebelum Sesudah Total p-value OR (95% CI)
penyakit persalinan persalinan
(%) (%)

76

Vol. 2 No. 1, 30 Juni 2023


JENGGALA | Jurnal Riset Pengembangan dan Pelayanan Kesehatan

Ada 25 (47.3) 29 (52.7) 55


8.069
Tidak ada 1 (10.0) 9 (90.0) 10 0.037
(0.956-68.084)
Total 27 (41.5) 38 (58.5) 65

Dari 65 responden yang memiliki riwayat penyakit dan meninggal sebelum persalinan sebanyak 25
orang (47.3%), sementara responden yang tidak memiliki riwayat penyakit dan meninggal sebelum
persalinan sebanyak 1 orang (10.0%). Nilai p-value yang diperoleh adalah 0.037 sehingga diartikan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit dengan kematian ibu. Nilai OR yang
diperoleh adalah 8.069 sehingga diartikan bahwa ibu yang memiliki riwayat penyakit 8.1 kali lebih
berisiko terjadi kematian ibu.

Pembahasan
Kematian Ibu menurut WHO adalah kematian selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan
atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau
cedera. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya
kesehatan ibu.
Penyebab kematian ibu dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu penyebab kematian langsung dan tidak
langsung, penyebab langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa
nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak
langsung merupakan akibat penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan
yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardio
vascular8.
Penyebab kematian langsung di Indonesia didominasi oleh perdarahan pasca persalinan,
hipertensi/eklampsia, dan infeksi. Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah masih banykanya
kasus 3 (tiga) terlambat dan 4 (empat) terlalu. Kasus 3 (tiga) terlambat meliputi terlambat mengenali
tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan; terlambat dirujuk ke fasilitas kesehatan dan
terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Sedangkan kasus 4
(empat) terlalu, meliputi: terlalu tua hamil (usia diatas 35 tahun), terlalu muda hamil (usia dibawah
20 tahun), terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) dan terlalu dekat jarak antar kelahiran (kurang
dari 2 tahun)9.
Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kematian ibu di Kota Depok
tahun 2021. Kematian merupakan variabel dependen yang kemudian kematian ibu di Kota Depok
tahun 2021 dikategorikan menjadi kematian ibu sebelum persalinan dan persalinan dengan distribusi
frekuensi sebanyak 41.5% ibu meninggal sebelum persalinan dan 58.5% meninggal setelah
persalinan. Kematian sebelum persalinan merupakan kematian yang terjadi pada masa kehamilan
ibu sedangkan kematian saat bersalin dan masa nifas dikelompokan menjadi kematian setelah
persalinan sampai 42 hari masa nifas.
Faktor penyebab langsung atau menurut James MC. Carthy dan Deborah Maine disebutkan sebagai
determinan proksi merupakan penyebab langsung kematian ibu, yaitu kehamilan itu sendiri, dan
gangguan obstetrik diantaranya perdarahan, infeksi, eklampsia atau preeklampsia, dan lainnya.
Determinan dekat dipengaruhi oleh determinan antara yaitu status kesehatan, status reproduksi,
akses terhadap pelayanan kesehatan, dan perilaku penggunaan pelayanan kesehatan. Setiap ibu
hamil memiliki risiko komplikasi tersebut, tetapi dibedakan menjadi ibu hamil risiko rendah, dan ibu
hamil risiko tinggi. Komplikasi yang dapat terjadi dan dikaji dalam penelitian ini yaitu perdarahan,
eklamsia, dan infeksi.
Berdasarkan hasil penelitian faktor penyebab langsung terjadinya kematian ibu di Kota Depok tahun
2021 yaitu 20% akibat perdarahan, 4,6% akibat infeksi, 7,7% akibat eklamsia. Perdarahan dapat
77

Vol. 2 No. 1, 30 Juni 2023


JENGGALA | Jurnal Riset Pengembangan dan Pelayanan Kesehatan

terjadi pada saat kehamilan, persalinan dan pada masa nifas. Perdarahan antepartum merupakan
perdarahan pervaginam yang terjadi pada umur kehamilan antara 28 minggu sampai sebelum bayi
lahir. Perdarahan ante partum yang sering terjadi karena solusio plasenta, plasenta previa, dan vasa
previa. Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah anak lahir dan beratnya lebih
dari 500 gram, dapat terjadi sebelum maupun setelah plasenta lahir10.
Infeksi dapat terjadi pada masa kehamilan, selama persalinan (inpartu) maupun masa nifas. Infeksi
pada kehamilan adalah infeksi pada jalan lahir pada masa kehamilan, baik kehamilan muda maupun
tua. Keadaan infeksi ini berbahaya karena dapat menyebabkan sepsis, yang bisa menyebabkan
kematian ibu. Infeksi nifas adalah infeksi bakteri yang berasal dari saluran reproduksi selama
persalinan. Penyebab terbanyak infeksi nifas adalah karena penolong persalinan yang membawa
kuman, tempat persalinan yang tidak bersih sehingga kuman masuk kedalam saluran reproduksi11.
Preeklampsia adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam urin) atau
edema (penimbunan cairan) yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama
setelah persalinan. Kelanjutan preeklampsia berat menjadi eklampsi dengan tambahan gejala kejang
dan/atau koma, dan sangat berisiko terjadi kematian ibu apabila tatalaksana yang dilakukan tidak
adekuat preeklampsi dan eklampsia dapat juga terjadi pada masa nifas10.
Determinan kontekstual atau jauh merupakan determinan yang berhubungan dengan faktor
demografi dan sosiokultural, yaitu status wanita dalam keluarga, dan masyarakat, status keluarga
dalam masyarakat, dan status masyarakat. Meskipun determinan ini tidak secara langsung
mempengaruhi kematian ibu, tetapi juga perlu dipertimbangkan dan disatukan dalam pelaksanaan
intervensi penanganan kematian ibu. Berdasarkan hasil penelitian, faktor penyebab tidak langsung
terjadinya kematian ibu di Kota Depok tahun 2021 yaitu 36,9% memiliki umur dengan resiko tinggi,
15,4% dengan pendidikan rendah, 9,2% dengan paritas tinggi, 18,5% dengan jarak kehamilan yang
berisiko, 70,8% dengan riwayat ANC ≥ 4 kali dan pada ibu yang memiliki Riwayat penyakit sebesar
84,6%.
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan persalinan, pelayanan
nifas, pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan
mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas.
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus mampu mendeteksi dini masalah gizi,
faktor risiko, komplikasi kebidanan, gangguan jiwa, penyakit menular dan tidak menular yang dialami
ibu hamil serta melakukan tatalaksana secara adekuat (termasuk rujukan apabila diperlukan)
sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan bersih dan aman12.
World Health Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat
komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di Negara
berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama
kehamilan, persalinan dan setelah persalinan13.
Penyebab langsung dalam penelitian meliputi perdarahan, eklamsia, dan infeksi. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan perdarahan (pvalue=0.0002) memiliki hubungan dengan kematian ibu di Kota
Depok tahun 2021. Sedangan sub variabel infeksi (pvalue=1,0000) dan eklamsia (pvalue=0,393)
tidak memiliki hubungan dengan kematian ibu di Kota Depok tahun 2021. Jika ditelaah, perdarahan
terjadi pada 13 responden dan seluruhnya sebanyak 100% terjadi setelah persalinan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dharmadi14, perdarahan postpartum terbanyak disebabkan
karena atonia uteri (46,51%), hasil analisis bivariat terdapat hubungan antara paritas dengan
kejadian perdarahan karena atonia uteri (pvalue=0,030). Hasil ini sesuai dengan penelitian15 yang
menunjukkan adanya hubungan paritas dengan perdarahan postpartum dengan p-value=0,000 dan
OR=4,264.
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi lahir
pervaginam atau lebih dari 1000 cc setelah persalinan abdominal dalam 24 jam dan sebelum 6
minggu setelah persalinan. Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum dapat dibagi
menjadi perdarahan primer dan perdarahan sekunder. Perdarahan primer adalah perdarahan yang
78

Vol. 2 No. 1, 30 Juni 2023


JENGGALA | Jurnal Riset Pengembangan dan Pelayanan Kesehatan

terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa
sebagian plasenta dan gangguan pembekuan darah. Perdarahan sekunder adalah perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam persalinan. Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder biasanya
disebabkan sisa plasenta10.
Perdarahan postpartum juga disebabkan oleh beberapa faktor risiko yaitu umur, jumlah paritas, jarak
antar kelahiran, riwayat persalinan sebelumnya, lama partus, lama lepasnya plasenta, anemia,
pengetahuan ibu, perilaku ibu, kunjungan ANC dan factor fasilitas pelayanan kesehatan16. Hal ini
merupakan faktor -faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi kejadian kematian ibu.
Pencegahan Perdarahan Postpartum dapat dimulai dari perawatan masa kehamilan mencegah atau
sekurangkurangnya bersiap siaga pada kasus yang tidak bisa diprediksi akan terjadi perdarahan
adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin tetapi sudah dimulai
sejak hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Menangani anemia dalam kehamilan adalah
penting, ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan postpartum sangat
dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit14.
Determinan jauh berhubungan dengan faktor demografi dan sosiokultural. Kesadaran masyarakat
yang rendah tentang kesehatan ibu hamil, pemberdayaan perempuan yang tidak baik, latar belakang
pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, serta kebijakan secara tidak
langsung diduga ikut berperan dalam meningkatkan kematian ibu17.
Penyebab tidak langsung dalam penelitian meliputi umur, pendidikan, paritas, jarak kehamilan,
Riwayat ANC dan Riwayat penyakit. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa subvariabel
Riwayat ANC (pvalue=0,002) dan Riwayat penyakit (0,037) memiliki hubungan dengan kematian ibu
di Kota Depok tahun 2021. Sedangkan subvariabel umur (pvalue=0,782), pendidikan
(pvalue=0,729), paritas (1,0000) dan jarak kehamilan (pvalue=0,213) tidak memiliki hubungan
dengan kematian ibu di Kota Depok tahun 2021.
Penelitian faktor risiko yang dilakukan di Gowa Sulawesi Selatan dengan menggunakan desain studi
kasus control dengan melihat pengaruh status kesehatan yang terdiri dari status gizi, anemia, riwayat
penyakit dan komplikasi kehamilan menyatakan bahwa ibu dengan status kesehatan risiko tinggi
mempunyai risiko sebesar 10 kali lebih besar mengalami kematian dibandingkan dengan ibu yang
memiliki status kesehatan risiko rendah18.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Batang oleh Muthoharoh19, bahwa factor
risiko kematian maternal dengan paritas responden dengan p-value sebesar 0,175 dengan nilai
OR=0,500, artinya tidak ada hubungan antara paritas dengan risiko kematian maternal.
Penyebab kematian ibu di Kota Depok melonjak di Tahun 2021, dari 65 kasus kematian, sebanyak
30 kasus kematian ibu dengan riwayat terkena paparan virus Covid-19. Dampak situasi pandemi
COVID-19 angka kematian ibu dan bayi melonjak, Angka Kematian Ibu meningkat sebanyak 300
kasus dari tahun 2019 menjadi sekitar 4.400 kematian ibu pada tahun 2020, sedangkan kematian
bayi pada tahun 2019 sekitar 26.000 kasus, meningkat hampir 40% menjadi 44.000 kasus pada
tahun 202020.

Kesimpulan dan Saran


Kematian ibu di Kota Depok tahun 2021 dengan distribusi frekuensi sebanyak 41.5% ibu meninggal
sebelum persalinan dan 58.5% meninggal setelah persalinan. Faktor penyebab langsung terjadinya
kematian ibu di Kota Depok tahun 2021 yaitu 20% akibat perdarahan, 4,6% akibat infeksi, dan 7,7%
akibat eklamsia. Berdasarkan hasil analisis didapatkan perdarahan (pvalue=0.0002) memiliki
hubungan dengan kematian ibu di Kota Depok tahun 2021. Sedangan didapatkan bahwa subvariabel
riwayat ANC (pvalue=0,002) dan riwayat penyakit (pvalue=0,037) memiliki hubungan dengan
kematian ibu di Kota Depok tahun 2021.
Saran bagi Dinas Kesehatan untuk mengembangkan upaya-upaya penuruan kematian ibu, baik dari
kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang didukung skill/kompetensi yang memadai, serta
79

Vol. 2 No. 1, 30 Juni 2023


JENGGALA | Jurnal Riset Pengembangan dan Pelayanan Kesehatan

kelengkapan sarana dan fasilitas yang terstandar disemua fasilitas, fungsi pembinaan dan
pengawasan Dinas Kesehatan, serta dukungan stakehorder, Organisasi Profesi, Praktisi dan
Akademisi. Sedangkan bagi fasilitas kesehatan: Peningkatan kinerja dan mutu pelayanan di fasilitas
kesehatan, baik Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan (FKRTL) sama-sama berperan dalam upaya pencegahan kematian ibu, salah
satunya melalui penerapan antenatal secara terintegrasi dan terstandar, serta penanganan rujukan
baik dimulai pra rujukan dari FKTP dengan melakukan tindakan pra rujukan yang tepat dan cepat,
serta ketanggapan dan respon dari FKRTL (Rumah Sakit) sebagai fasilitas penerima rujukan.

Daftar Pustaka
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Kesehatan Ibu. 2014.

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian


Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia. 2015.

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta; 2018.

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa


Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa sesudah Melahirkan, Pelayanan
Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual. Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 21
Tahun 2021 Indonesia; 2020.

5. Imantika E, Rodiani R, Angraini DI. Peningkatan Efektivitas Program ‘Safe Motherhood’ di


Puskesmas Poned dalam Menurunkan AKI Akibat Kehamilan dan Persalinan. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2022
Feb 17;9(1):91–6.

6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Audit Maternal Perinatal Surveilans & Respons .
2021.

7. Dinas Kesehatan Kota Depok. Profil Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2021. Depok; 2021.

8. Sumarmi S. Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan dan Pendekatan Continum Off Care untuk
Menurunkan Angka Kematian Ibu. The Indonesian Journal of Public Health. 2017 Dec
28;12(1):129–41.

9. Cahyaningtyas DK, Mardiyah S, Rospia ED. Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum di


Negara Berkembang. CARING. 2021;5(2).

10. Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC; 2010.

11. Respati SH, Sulistyowati S, Nababan R. Analisis Faktor Determinan Kematian Ibu di
Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Indonesia. Jurnal Kesehatan Reproduksi. 2019 Aug
28;6(2):52–9.

12. Mahesa P. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kematian Maternal di Solo Raya
(Studi Kasus Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2016.

13. Satriyandari Y, Hariyati N. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan


Postpartum. Journal of Health Studies. 2017;1(1):49–64.

14. Dharmadi BI. Hubungan Kejadian Perdarahan Postpartum Dengan Karakteristik Ibu Bersalin
di RS Harapan Kita. Jurnal BIMTAS: Jurnal Kebidanan Umtas. 2018;2(1):10–9.

80

Vol. 2 No. 1, 30 Juni 2023


JENGGALA | Jurnal Riset Pengembangan dan Pelayanan Kesehatan

15. Muchtar H, Trismiyana E, Sahara N. Hubungan Faktor Penyebab Tidak Langsung dengan
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Lampung Tengah. Holistik Jurnal Kesehatan. 2011;5.

16. Bakri D, Adenin S, Wahid I. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Perdarahan
Postpartum pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin.
Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan . 2019;10.

17. Sali S. Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual dan Strategis Angka Kematian Ibu: Faktor
Penyebab dan Upaya Penanganannya. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR-RI. 2019;

18. Jayanti K, Basuki H, Wibowo A. Faktor yang Mempengaruhi Kematian Ibu (Studi Kasus di
Kota Surabaya). Jurnal Wiyata. 2016;3(1).

19. Muthoharoh N, Purnomo I, NurLatif V. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kematian


Maternal di Kabupaten Batang. Jurnal Pena Medika. 2016;6(1):1–18.

20. Pusat Kajian Anggaran DR. DAK Fisik Bidang Kesehatan Dalam Mendukung Target Penurunan
Angka Kematian Ibu dan Anak. Jakarta; 2021.

81

Vol. 2 No. 1, 30 Juni 2023

You might also like