Uts Pengantar

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 23

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329799674

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DALAM UPAYA PENINGKATAN KUNJUNGAN


(Studi Pada Objek Wisata Pantai Oetune Kabupaten TTS
Article · May 2018

CITATIONS READS

4 12,640
3 authors, including:

Juita Bessi
e
Universitas Nusa Cendan
a
10PUBLICATIONS7 CITATIONS

SEE PROFIL
E
All content following this page was uploaded by Juita Bessie on 20 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DALAM UPAYA


PENINGKATAN KUNJUNGAN
(Studi Pada Objek Wisata Pantai Oetune Kabupaten TTS)

Meiwany A. K. Tapatfeto dan


Juita L .D Bessie
Dosen Jurusan Administrasi Bisnis
Universitas Nusa Cendana Kupang, Indonesia
[email protected] dan
Abas K asim
Dosen Jurusan Administrasi Bisnis
Universitas Nusa Cendana Kupang, Indonesia

ABSTRACT

Tourism is one of the important things for a country. With tourism, then a country,
specifically the local government where the tourism attraction is located, will get revenue
from each attraction’s income. One of the revenue source from tourism in TTS districts
obtained from the number of visits in Oetune Beach.This research aim is to identify the
driving and inhibiting factors in the development of tourism attractions in Oetune Beach. Also
to know the development strategy which needs to be done in order to increase visits to Oetune
Beach. The sample in this research were 30 respondents who gained by accidental sampling
and purposive sampling technic. The analysis tools used in this research is SWOT
analysis.The results showed by Matrix Grand Strategy, it seen that tourism attraction in
Oetune beach is in quadrant I, which means supporting the strategy aggressively. The
formulation of development strategies in Oetune beach are important to be noted from the
various aspects such as tourists, transportation means, tourist attraction, infrastructures and
supporting facilities within the attraction, the use of ICT as a promotion media, as well as
need to be supported with funds and qualified human resources. Suggestions in this research
is important to increase and to improve the quality of the facilities in Oetune Beach, which
still lacking; the cooperation with various related parties; the synergy between the
Government with the academics in the provision of competent human resources in the field of
tourism' also improvement the utilization of information technology to introduce and to
promote potential tourism to the worldwide community.

Keywords : Development Strategy, Tourism Attraction, SWOT

PENDAHUL UAN
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang dianggap memiliki peranan penting
dalam pembangunan suatu negara, di mana pariwisata secara langsung dapat memberikan
kontribusi lebih pada pendapatan daerah di manaobjek wisata tersebut berada. Sektor

1|Page
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

pariwisata dapat dijadikan sebagai salah satu sektor unggulan dalam perolehan devisa,
penciptaan lapangan kerja maupun dalam pengentasan kemiskinan (Pitana, 2009:1).
Nusa Tenggara Timur (NTT) propinsi paling selatan Indonesia merupakan propinsi
kepulauan. Layaknya miniatur Indonesia, NTT memiliki keanekaragaman kekayaan alam,
budaya dan adat istiadat. Kesemuanya itu juga merupakan potensi wisata yang menjanjikan.
Setiap kabupaten di NTT memiliki potensi keunikan objek wisata alam, budaya dan minat
khusus.
Pantai Oetune merupakan salah satu objek wisata baru di Kabupaten TTS yang
terkenal dengan hamparan pasir yang luas dan panorama pantai selatan yang indah. Pantai
Oetune sendiri telah menjadi salah satu destinasi wisata yang memiliki tingkat kunjungan
yang terus mengalami peningkatan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di Pantai Oetune, terlihat bahwa sudah
terdapat beberapa sarana dan prasana yang menunjang objek wisata tersebut seperti adanya
beberapa lopo, sarana MCK, serta dua buah penginapan sederhana. Meskipun begitu tempat
ini dapat dikatakan belum dikelola secara maksimal. Lopo-lopo yang disediakan oleh
pemerintah masih sangat kurang dan ada beberapa yang sudah mulai rusak, tidak tersedianya
tempat sampah di sekitarobjek wisata tersebut, lapak penjual makanan yang ada di sana hanya
menyediakan beberapa jenis makanan ringan dan kelapa muda. Selain itu promosi yang
dilakukan oleh pemerintah belum maksimal dimana sejauh ini hanya melalui website
Disbudpar promosi Pantai Oetune sangat terbantukan oleh para pengunjung yang pernah
kesana. Melalui promosi mulut ke mulut (word of mouth promotion) maupun WOM yang
ditulis dimedia sosial sangat membantu penyebaran informasi mengenai objek wisata baru
seperti Pantai Oetune ini. Karena sampai saat ini informasi yang diperoleh mengenai Pantai
Oetune masih diperoleh dari media mulut ke mulut dan media sosial dari pengunjung
sebelumnya (sumber: Pengunjung objek wisata, Hery.). Berdasarkan pada wawancara,
Disbudpar TTS sendiri juga memiliki kendala dalam pengembangan Objek Wisata Pantai
Oetune yaitu pendanaan pengembangan objek wisata yang masih terbatas serta SDM dengan
disiplin ilmu pariwisata yang masih sangat kurang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor pendorong dan penghambat
dalam pengembangan Objek Wisata Pantai Oetune serta untuk mengetahui strategi
pengembangan yang perlu dilakukan dalam upaya peningkatan kunjungan padaObjek Wisata
Pantai Oetune.

2|Page
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

TINJAUAN PUSTAK A Pengertian Pariwisata


Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta
menghidupkan berbagai bidang usaha (Ismayanti, 2010:1). Industri pariwisata adalah
kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam menghasilkan barang/jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan pada penyelenggaraan pariwisata. Ismayanti (2010:1921)
usaha pariwisata atau sering juga disebut sebagai fasilitas wisata atau sarana wisata
(superstructure) meliputi antara lain:
1. Daya tarik wisata adalah usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata atau sarana
wisata budaya, dan daya tarik wisata buatan/binaan manusia.
2. Kawasan pariwisata adalah usaha yang kegiatannya membangun dan/atau mengola
kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
3. Jasa transportasi wisata adalah usaha khusus yang meyediakan angkutan untuk kebutuhan
dan kegiatan pariwisata dan bukan angkutan transportasi reguler/umum.
4. Jasa perjalanan wisata adalah usaha biro perjalanan wisata dan usaha agen perjalanan
wisata. Usaha biro perjalanan wisata meliputi usaha penyediaan jasa perencanaan
perjalanan dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, ternasuk
penyelenggaraan ibadah. Usaha agen perjalanan wisata meliputi usaha jasa pemesanan
sarana, seperti pemasanan tiket dan pemesanan akomodasi, serta pengurusan dokumen
perjalanan.
5. Jasa makanan dan minuman adalah usaha jasa penyediaan makanan dan minuman yang
dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan berupa restoran,
kafe, jasa boga, dan bar atau kedai minum.
6. Peyediaan akomodasi adalah usaha yang menyediakan pelayanan penginapan yang dapat
dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lain. Usaha penyediaan akomodasi dapat berupa
hotel, vila, pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan, karavan, dan akomodasi lain
yang digunakan untuk tujuan pariwisata.
7. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi merupakan usaha yang ruang lingkup
kegiatannya berupa usaha seni perttunjukan, arena permainan, karaoke, bioskop, dan
kegiatan hiburan serta rekreasi lain yang bertujuan untuk pariwisata.
8. Usaha jasa impresariat merupakan kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan, baik
yang berupa mendatangkan, mengirim maupun mengembalikan, serta menentukan
tempat, waktu dan jenis hiburan.
9. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameranadalah usaha
yang memberikan jasa bagi suatu pertemuan sekelompok orang, meyelenggarakan
3|Page
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan atas prestasi, dan
meyelenggarakan pameran untuk menyebarluaskan informasi dan promosi suatu barang
dan jasa yang berskala nasional, regional dan internasional.
10. Jasa informasi pariwisata adalah usaha yang menyediakan data, berita, feature, foto,
video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk bahan
cetak dan/atau elektronik.
11. Jasa konsultasi pariwisata adalah usaha yang menyediakan saran dan rekomendasi
mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha, penelitian dan pemasaran di
bidang kepariwisataan.
12. Jasa pramuwisata adalah usaha yang menyediakan dan/atau mengordinasikan tenaga
pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan/atau kebutuhan biro
perjalanan wisata.
13. Wisata tirta merupakan usaha yang menyelenggarakan wisata dan olaraga air, termasuk
penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di
perairan laut, pantai, sungai, danau dan waduk.
14. Spa adalah usaha jasa perawatan yang memberikan dengan metode kombinasi terapi air,
terapi aroma, pijat, rempah-rempah, layanan makanan/minuman sehat dan olah aktifitas
fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa dan raga, yang tetap memperhatikan tradisi
dan budaya bangsa Indonesia.
Dalam mengembangkan dunia kepariwisataan diperlukan kerja sama antara masing-
masing pihak sebagai pemangku kepentingan dengan memperhatikan setiap fungsi maupun
perannya. Selain itu objek dan daya tarik wisata merupakan hal yang mendasar dalam
kepariwisataan.

Strategi Pengembangan Pariwisata


Perumusan strategi adalah pengembangan rencana panjang untuk manajemen efektif
dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan organisasi.
Perumusan strategi meliputi menentukan misi organisasi, menentukan tujuan-tujuan yang
ingin dicapai, pengembangan strategi dan penetapan pedoman kebijakan (J. David Hunger &
Thomas L. Wheelen, 2003: 12). Strategi pengembangan kepariwisataan bertujuan untuk
mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang, dan bertahap.
Langkah pokok dalam strategi pengembangan kepariwisataan (Suwantoro, 2004:55):
1. Dalam jangka pendek dititikberatkan pada optimasi, terutama untuk: Mempertajam dan
memantapkan citra kepariwisataan, Meningkatkan mutu tenaga kerja, Meningkatkan mutu
4|Page
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

pengelolaan, Memanfaatkan produk yang ada, Memperbesar saham dari pasar pariwisata
yang telah ada
2. Dalam jangka menengah dititik-beratkan pada konsolidasi, terutama dalam: Memantapkan
cara kepariwisataan Indonesia, Mengkonsollidasikan kemampuan pengelolaan,
Mengembangkan dan diversifikasi produk, Mengembangkan jumlah dan mutu tenaga kerja
3. Dalam jangka panjang dititik-beratkan pada pengembangan dan penyebaran dalam:
Pengembangan kemampuan pengelolaan, Pengembangan dan penyebaran produk dan
pelayanan, Pengembangan pasar pariwisata baru, Pengembangan mutu dan jumlah tenaga
kerja.

Tahap Pengembangan Pariwisata


Pada umumnya pengembangan pariwisata selalu mengikuti siklus hidup pariwisata
sehingga dapat menentukan posisi pariwisata yang akan dikembangkan. Cooper and Jakson
(1997:121), tahapan tersebut terdiri dari:
1. Tahap Eksplorasi (exploratio) yang berkaitan dengan discovery yaitu suatu tempat sebagai
poensi wisata baru ditemukan oleh wisatawan, pelaku pariwisata, maupun pemerintah.
Biasanya jumlah kunjungan sedikit, wisatawan tertarik pada daerah yang belum tercemar
dan sepi, lokasi sulit dicapai namun diminati oleh sejumlah kecil wisatawan yang justru
menjadi berminat karena belum ramai dikunjungi.
2. Tahap Keterlibatan (involvement) yang diikuti oleh kontrol lokal, di mana biasanya oleh
masyarakat lokal. Pada tahap ini terdapat inisiatif dari masyarakat lokal, obyek wisata
mulai dipromosikan oleh wisatawan, jumlah wisatawan meningkat, dan infrastruktur mulai
dibangun.
3. Tahap Pengembangan (development) dengan adanya kontrol lokal menunjukan adanya
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan secara drastis. Pengawasan oleh lembaga lokal
agak sulit membuahkan hasil, masuknya industri wisata dari luar dan kepopuleran kawasan
wisata menyebabkan kerusakan lingkungan alam dan sosial budaya sehingga diperlukan
adanya campur tangan kontrol penguasa lokal maupun nasional.
4. Tahap Konsolidasi (consolidation) ini ditunjukan oleh penurunan tingkat pertumbuhan
kunjungan wisatawan. Kawasan wisata dipenuhi oleh berbagai industri pariwisata berupa
hiburan dan berbagai macam atraksi wisata.
5. Tahap Kestabilan (stagnation) jumlah wisatawan tertinggi telah dicapai dan kawasan ini
mulai ditinggalkan karena tidak mode lagi, kunjungan ulang dan para pebisnis
memanfaatkan fasilitas yang ada. Pada tahapan ini terdapat upaya untuk menjaga jumlah
5|Page
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

wisatawan secara intensif dilakukan oleh industri pariwisata dan kawasan ini kemungkinan
besar mengalami masalah besar yang terkait lingkungan alam maupun sosial budaya.
6. Tahap Penurunan Kualitas (decline)
Hampir semua wisatawan telah mengalihkan kunjungannya ke daerah tujuan wisata lain.
Kawasan ini telah menjadi obyek wisata kecil yang dikunjungi sehari atau akhir pekan.
Beberapa fasilitas pariwisata telah diubah bentuk dan fungsinya menjadi tujuan lain.
Dengan demikian pada tahap ini diperlukan upaya pemerintah untuk meremajakan
kembali.
7. Tahap Peremajaan Kembali (rejuvenate) di mana dalam tahap ini perlu dilakukan
pertimbangan mengubah pemanfaatan kawasan pariwisata menjadi pasar baru, membuat
saluran pemasaran baru, dan mereposisi atraksi wisata kebentuk lain. Oleh sebab itu
diperlukan modal baru atau kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta.
Dari setiap tahap pengembangan pariwisata, perlu mempertimbangkan faktorfaktor
yang dapat mendukung maupun menghambat proses pengembangan pariwisata sehingga
dengan mudah menetapkan program pengembangan disuatu daerah maupun negara yang
potensial dikembangkan.

Faktor Pendukung Pengembangan Obyek Wisata


Modal kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi
wisata, sedangkan atraksi wisata itu harus komplementer dengan motif perjalanan wisata.
Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan suatu daerah harus berpedoman kepada apa
yang dicari oleh wisatawan. Menurut Soekadijo dalam Pradikta (2013:20) ada tiga modal
atraksi yang dapat menarik kedatangan wisatawan diantaranya ;
1. Modal dan Potensi Alam
Alam merupakan salah satu faktor pendukung seorang melakukan perjalanan wisata karena
ada orang berwisata hanya sekedar menikmati keindahan alam, ketenangan alam, serta
ingin menikmati keaslian fisik, flora dan faunanya.
2. Modal dan Potensi Kebudayaannnya
Yang dimaksud potensi kebudayaan disini merupakan kebudayaan dalam arti luas bukan
hanya meliputi seperti kesenian atau kehidupan kerajinan dll. Akan tetapi meliputi adat
istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sehingga
diharapkan wisatawan atau pengunjung bisa tertahan dan dapat menghabiskan waktu di
tengah-tengah masyarakat dengan kebudayaannya yang dianggap menarik.
3. Modal dan Potensi Manusia
6|Page
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

Manusia dapat dijadikan atraksi wisata yang berupa keunikan-keunikan adat istiadat
maupun kehidupannya namun jangan sampai martabat dari manusia tersebut direndahkan
sehingga kehilangan martabatnya sebagai manusia.
Agar dapat mengidentifikasi faktor pendukung dengan jelas maka akan dijabarkan
kedalam dua elemen yaitu: kekuatan dan peluang (Pearce 2008 :178), kekuatan merupakan
sumber daya atau kapabilitas yang dikendalikan oleh atau tersedia bagi suatu perusahaan yang
membuat perusahaan relatif lebih unggul dibandingkan pesaingnya dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan yang dilayaninya.
Dalam pengembangan suatu obyek wisata tidak terlepas dari kondisi maupun pihak
yang dapat menghambat keberlangsungan pengembangan pariwisata yang ada disuatu daerah
maupun negara.

Faktor Penghambat Pengembangan Obyek Wisata


Faktor penghambat adalah hal atau kondisi yang dapat menghambat atau
menggagalkan suatu kegiatan, usaha atau produksi, Kamus Besar Bahasa
IndonesiaOffline (2010). Heri (2011), pengembangan obyek wisata pasti tidak terlepas dari
faktor-faktor penghambat seperti berikut ini:
1. Kurangnya peran serta masyarakat dalam sektor pariwisata;
2. Kurangnya prioritas pembangunan pemerintah kabupaten terhadap sektor pariwisata;
3. Kurangnya kuantitas dan spesialisasi sumber daya manusia pada Dinas terkait;
4. Kurangnya kerja sama dengan investor;
5. Belum terdapat sistem promosi yang menarik;
6. Keterbatasan sarana dan prasarana kerja pada dinas terkait dan objek wisata;
7. Keterbatasan dan kurangnya perawatan fasilitas penunjang objek wisata.
Agar dapat mengidentifikasi faktor penghambat dengan jelas maka dapat dijabarkan
kedalam dua elemen yaitu: kelemahan dan ancaman (Pearce, 2008 :178) kelemahan adalah
keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau lebih sumber daya atau kapabilitas suatu
perusahaan relatif terhadap pesaingnya, yang menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan secara efektif. Ancaman adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan suatu perusahaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari kondisi faktor pendorong dan penghambat yang telah diidentikasi dari Objek
Wisata Pantai Oetune, selanjutnya digunakan sebagai rumusan strategi dengan analisis
7|Page
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

SWOT (Strenghts, Weakness, Oportunities, Threats) sehingga dapat menyusun strategi


perencanaan pengembangan yang tepat untuk digunakan dalam pengembangan Objek Wisata
Pantai Oetune sebagai upaya peningkatan jumlah kunjungan.
Dalam penyusunan strategi pengembangan Objek Wisata Pantai Oetune peneliti
melakukan analisis SWOT dengan terlebih dahulu mengidentifikasi faktor Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan Ancaman.
Matriks Faktor Internal dan Faktor Eksternal Objek Wisata Pantai Oetune
F aktor Internal F aktor E xternal
K ekuatan Peluang
 Kondisi pantai yang masih asri  Adanya peran dari pihak swasta dalam hal
 Karakteristik deburan ombak pantai penanaman modal
selatan  Pengembangan usaha dari masyarakat
 Bentangan pasir halus dan luas yang sekitar
apabila di tiup angin akan membentuk  Terpilihnya Pulau Komodo sebagai salah satu
pola-pola yang menarik icon wisata dunia
 Gundukan-gundukan pasir yang  Adanya kemajuan Teknologi Informasi
menyerupai padang pasir danKomunikasi
 Tersedia sarana penginapan yang  Mendukung visi dan misi dari Pemda setempat
menunjang  Kontribusi sektor pariwisata dalam
 Akses jalan menuju objek wisata yang menghadapi MEA
memadai & dapat di tempuh dengan
kendaraaan umum

K elemahan A ncaman
 Ketersediaan lopo-lopo yang masih  Munculnya atraksi wisata lain
terbatas kondisinya  Mindset Pemda setempat yang kurang fokus
 Tidak tersedianya tempat pembuangan terhadap pariwisata
sampah  Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
 Lapak penjual makanan yang kurang pariwisata
memadai  Kurangnya pelestarian lingkungan objek
 Kurangnya persediaan air bersih wisata
 Promosi yang dilakukan belum maksimal  Kurangnya pelestarian lingkungan objek
 Keterbatasan Biaya dan SDM wisata
 Gaya hidup masyarakat yang terus
berubahubah

Sumber: Hasil Penelitian Diolah, 2016


Untuk mengetahui rating dari faktor-faktor tersebut digunakan angket yang disebarkan
kepada pengunjung Objek Wisata Pantai Oetune. Skala yang digunakan setiap item angketnya
menggunakan rating atau skor dimana 1 menunjukkan skor paling rendah yang berarti
8|Page
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

kualitasnya paling rendah, sedangkan skor 5 adalah menunjukkan bahwa kualitas jawaban
yang paling tinggi. Karena setiap aspek diukur menggunakan angket sebanyak 6 item, maka
untuk mengetahui tingkat kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman untuk Objek
Wisata Pantai Oetune diinterpretasikan menggunakan analisis deskriptif.
1. Faktor K ekuatan
Kekuatan dari Objek Wisata Pantai Oetune dapat dilihat dari rata-rata tanggapan
dari pengunjung Objek Wisata Pantai Oetune pada tabel berikut:
Mean Kekuatan Objek Wisata Pantai Oetune
No K ekuatan Mean K eterangan
1 Kondisi pantai yang masih asri 4,77 Sangat Tinggi
2 Karakteristik deburan ombak pantai selatan 4,33 Sangat Tinggi
3 Bentangan pasir halus dan luas yang apabila di tiup angin akan 4,80 Sangat Tinggi
membentuk pola-pola yang menarik

4 Gundukan-gundukan pasir yang menyerupai padang pasir 4,90 Sangat Tinggi


5 Tersedia sarana penginapan yang menunjang 4,20 Tinggi
6 Akses jalan menuju objek wisata yang memadai & dapat di 4,70 Sangat Tinggi
tempuh dengan kendaraaan umum

G R A ND ME A N 4,61 Sangat T inggi

Sumber: Hasil Penelitian Diolah, 2016


Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan rata-rata kekuatan yang
dimiliki Objek Wisata Pantai Oetune adalah 4,61 yang berada pada kategori sangat tinggi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki Objek Wisata Pantai Oetune
terkategori sangat tinggi.
2. Faktor Kelemahan
Berikut tanggapan rata-rata Kelemahan dari pengunjung Objek Wisata Pantai
Oetune:
Mean Kelemahan Objek Wisata Pantai Oetune
No K elemahan Mean K eterangan
1 Ketersediaan lopo-lopo yang masih terbatas kondisinya 1,30 Sangat Tinggi
2 Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah 1,20 Sangat Tinggi
3 Lapak penjual makanan yang kurang memadai 1,33 Sangat Tinggi
4 Kurangnya persediaan air bersih 1,37 Sangat Tinggi
5 Promosi yang dilakukan belum maksimal 1,63 Sangat Tinggi
6 Keterbatasan Biaya dan SDM 2,07 Tinggi
G R A ND ME A N 1,48 Sangat T inggi

9|Page
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

Sumber: Hasil Penelitian Diolah, 2016


Rata-rata kelemahan yang ada dalam pengembangan Objek Wisata Pantai Oetune
termasuk kategori sangat tinggi yaitu 1,48 pada kelas interval 1,00–1,80 maka perlu di
perhatikan dan diberi penanganan secara serius agar tidak menghambat dalam
pengembangan Objek Wisata Pantai Oetune.
3. Faktor Peluang
Berikut adalah tanggapan rata-rata peluang dari pengunjung objek wisata:
Mean Peluang Objek Wisata Pantai Oetune
No Peluang Mean K eterangan
1 Adanya peran dari pihak swasta dalam hal penanaman modal 4,33 Sangat Tinggi

2 Pengembangan usaha dari masyarakat sekitar 4,67 Sangat Tinggi


3 Terpilihnya Pulau Komodo sebagai salah satu icon wisata 4,37 Sangat Tinggi
dunia

4 Adanya kemajuan Teknologi Informasi danKomunikasi 4,53 Sangat Tinggi


5 Mendukung visi dan misi dari Pemda setempat 3,97 Tinggi
6 Kontribusi sektor pariwisata dalam menghadapi MEA 4,13 Tinggi
G R A ND ME A N 4,33 Sangat T inggi

Sumber: Hasil Penelitian Diolah, 2016

Secara keseluruhan rata-rata perolehan skornya adalah 4,33 berada pada interval
4,31–5,00 yang termasuk kategori sangat tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa Objek
Wisata Pantai Oetune mempunyai peluang yang tinggi bila dapat memanfaatkan potensi-
potensi yang ada.
4. Faktor Ancaman
Berikut adalah hasil tanggapan rata-rata dari pengunjung Objek Wisata Pantai Oetune
adalah:
Mean Ancaman Objek Wisata Pantai Oetune
No A ncaman Mean K eterangan
1 Munculnya atraksi wisata lain 1,40 Sangat Tinggi
2 Mindset Pemda setempat yang kurang fokus terhadap pariwisata 1,90 Tinggi

3 Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pariwisata 1,53 Sangat Tinggi


4 Kurangnya pelestarian lingkungan objek wisata 1,50 Sangat Tinggi
5 Kondisi iklim/cuaca yang kurang mendukung pada bulan 1,43 Sangat Tinggi
Juli-Agustus (kondisi cuaca yang berangin)

10 | P a g e
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

6 Gaya hidup masyarakat yang terus berubah-ubah 1,97 Tinggi


G R A ND ME A N 1,62 Sangat T inggi

Sumber: Hasil Penelitian Diolah, 2016


Skor rata-rata faktor ancaman adalah 1,62 yang terletak pada interval 1,00–1,80
termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan Objek Wisata Pantai Oetune
mempunyai tingkat ancaman yang sangat tinggi yang harus segera di cari solusinya karena
dapat menghambat proses pengembangan Objek Wisata Pantai Oetune.
Faktor Strategis Internal Objek Wisata Pantai Oetune (IFAS)
F aktor Strategis Internal Bobot Rating Skor
K ekuatan
 Kondisi pantai yang masih asri 0,1302 5 0,6512
 Karakteristik deburan ombak pantai selatan 0,1184 4 0,4736
 Bentangan pasir halus dan luas yang apabila di tiup angin akan 0,1311 5 0,6557
membentuk pola-pola yang menarik

 Gundukan-gundukan pasir yang menyerupai padang pasir 0,1339 5 0,1339


 Tersedia sarana penginapan yang menunjang 0,1148 4 0,1148
 Akses jalan menuju objek wisata yang memadai & dapat di 0,1284 5 0,6421
tempuh dengan kendaraaan umum

JUML A H SK O R K E K UA T A N 3,5510
K elemahan
 Ketersediaan lopo-lopo yang masih terbatas kondisinya 0,0355 1 0,0355
 Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah 0,0328 1 0,0328
 Lapak penjual makanan yang kurang memadai 0,0364 1 0,0364
 Kurangnya persediaan air bersih 0,0373 1 0,0373
 Promosi yang dilakukan belum maksimal 0,0446 1 0,0446
 Keterbatasan biaya dan SDM 0,0565 2 0,1129
JUML A H SK O R K E L E MA H A N 0,2996
JUML A H K E SE L UR UH A N 1 3,8506

Faktor Strategis External Objek Wisata Pantai Oetune (EFAS)


F aktor Strategis E xternal Bobot Rating Skor
Peluang
 Adanya peran dari pihak swasta dalam hal penanaman modal 0,1213 5 0,6067

 Pengembangan usaha dari masyarakat sekitar 0,1306 5 0,6530


 Terpilihnya Pulau Komodo sebagai salah satu icon wisata dunia 0,1222 4 0,4888

11 | P a g e
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

 Adanya kemajuan Teknologi Informasi danKomunikasi 0,1269 5 0,6343


 Mendukung visi dan misi dari Pemda setempat 0,1110 5 0,5550
 Kontribusi sektor pariwisata dalam menghadapi MEA 0,1157 4 0,4627
JUML A H SK O R PE L UA NG 3,4002
A ncaman
 Munculnya atraksi wisata lain 0,0392 1 0,0392
 Mindset Pemda setempat yang kurang fokus terhadap pariwisata 0,0532 1 0,0532

 Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pariwisata 0,0429 1 0,0429


 Kurangnya pelestarian lingkungan objek wisata 0,0420 1 0,0420
 Kondisi iklim/cuaca yang kurang mendukung pada bulan 0,0401 1 0,0401
Juli-Agustus (kondisi cuaca yang berangin)
 Gaya hidup masyarakat yang terus berubah-ubah 0,0550 2 0,1101
JUML A H SK O R A NC A MA N 0,3274
JUML A H K E SE L UR UH A N 1 3,7276
Sumber: Hasil Penelitian Diolah, 2016
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan melalui analisis SWOT, diperoleh nilai akhir
dari Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman seperti terlihat pada tabel berikut:
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman
No Uraian Nilai
1 Faktor Internal
 Kekuatan 3,55
 Kelemahan 0,30
2 Faktor External
 Peluang 3,40
 Ancaman 0,33
Sumber: Hasil Penelitian Diolah, 2016

Terlihat dari hasil perhitungan tersebut bahwa Objek Wisata Pantai Oetune memiliki
kekuatan yang dominan dibanding kelemahannya dan peluang yang lebih besar dibanding
ancamannya dengan nilai sebagai berikut:
Kekuatan – kelemahan (faktor internal) : 3,55 - 0,30 = 3,25
Peluang – Ancaman (faktor external) : 3,40 - 0,33 = 3,07
Apabila nilai-nilai tersebut dimasukkan dalam Matrix Grand Strategy terlihat posisi
pengembangan sektor pariwisata di Obyek Wisata Pantai Oetune berada di posisi Strategi
Pertumbuhan, yaitu memanfaatkan seoptimal mungkin kekuatan dan peluang yang dimiliki.

12 | P a g e
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

Matrix Grand Strategy Objek Wisata Pantai Oetune

PELUANG

1. Mendukung strategi
3. Mendukung strategi
(3,25;3,07)
agresif
Turn-around

ANCAMAN KEKUATAN

4. Mendukung strategi 2. Mendukung strategi

defensif diversifikasi

KELEMAHAN

Berdasarkan gambar pada diagram di atas menunjukkan bahwa titik potong (3,25;3,07)
berada pada kuadran I, dimana situasi tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan
kekuatan dan peluang agar dapat meningkatkan pertumbuhan Objek Wisata Pantai Oetune.
Dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki seperti gundukangundukan pasir yang
menyerupai padang pasir; bentangan pasir halus dan luas yang apabila di tiup angin akan
membentuk pola-pola yang menarik; kondisi pantai yang masih asri; akses jalan menuju objek
wisata yang memadai dan dapat di tempuh dengan kendaraaan umum; karakteristik deburan
ombak pantai selatan; tersedia sarana penginapan yang menunjang serta peluang yang dimiliki
antara lain pengembangan usaha dari masyarakat sekitar untuk peningkatan produk wisata;
adanya kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi serta terpilihnya Pulau Komodo
sebagai salah satu icon wisata dunia yang dapat dijadikan alat promosi untuk Pantai Oetune;
adanya kerja sama serta ikut berperannya pihak swasta dalam hal penanaman modal;
kontribusi sektor pariwisata dalam menghadapi MEA yang kemudian dapat mendukung visi
dan misi dari Pemda setempat. Strategi yang dapat diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

Strategi Alternatif Pengembangan Objek Wisata Pantai Oetune


Pembangunan dan pengembangan Objek Wisata Pantai Oetune pada dasarnya adalah
menjadikan Objek Wisata Pantai Oetune sebagai objek wisata unggulan di Kabupaten TTS
dan sebagai salah satu andalan peningkatan PAD di sektor pariwisata dikarenakan tingkat
kunjungan yang terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Dari analisis SWOT
13 | P a g e
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

menghasilkan empat (4) kemungkinan strategi alternatif dalam mengembangan Objek Wisata
Pantai Oetunesebagai berikut:
1. Strategi SO (Strength and Opportunities), yaitu strategi yang mengoptimalkan kekuatan
(strength) untuk memanfaatkan peluang (Opportunities), ialah:
• Potensi keunikan yang dimiliki Objek Wisata Pantai Oetune dapat dijadikan komoditi
unggulan yang dapat di andalkan dalam menghadapi MEA sekaligus menjadi selling
point yang unik untuk promosi ke online, secara gencar dengan kemajuan TIK selama
momentum kejayaan Pulau Komodo sebagai icon wisata dunia
• Akses jalan yang memadai dapat menjadi stimulus bagi para investor untuk melakukan
investas usaha wisata lain di lokasi Objek Wisata Pantai Oetune
• Prasarana jalan yang memadai di sertai ketersediaan sarana penginapan dapat
mengundang lebih banyak pengunjung bahkan wisatawan, sehingga membuka peluang
bagi masyarakat untuk turut serta dalam usaha penyediaan kebutuhan akan barang dan
jasa bagi pengunjung/wisatawan
2. Strategi WO (Weaknesses and Opportunities), yaitu strategi yang meminimalkan
kelemahan (weaknesses) untuk memanfaatkan peluang (opportunities), ialah :
• Pemerintah menyediakan tempat pembuangan sampah,prasaranaair bersih, lopolopo,
lapak jualan makanan yang memadai serta menstimulasi pihak swasta dan masyarakat
untuk membuka usaha di situ, bekerja sama dengan pihak akademisi untuk
menyediakan SDM berkapabilitas di bidang pariwisata
• Memanfaatkan kemajuan TIK, dapat di lakukan promosi secara worldmide, tidak
hanya berskala lokal, nasional maupun regional saja
• Terpilihnya pulau komodo sebagai salah satu icon wisata dunia, menjadi gerbang
kesempatan bagi pemerintah untuk memperkenalkan potensi Objek Wisata Pantai
Oetune, sekaligus menjadikannya sebagai salah satu komoditi andalan dalam
menghadapi MEA
3. Strategi ST (Strength and Threats), yaitu strategi yang menggunakan kekuatan (strength)
untuk mengatasi ancaman (threats), ialah:
• Keindahan dan keunikan yang dimiliki Objek Wisata Pantai Oetune serta tersedianya
akses jalan yang memadai serta sarana penginapan yang menunjang menjadikannya
mampu bersaing dengan objek wisata baru lainnya
• Pola-pola gulungan pasir yang unik dan menarik hanya dapat terbentuk dengan
sempurna pada saat cuaca berangin kencang pada bulan Juli-Agustus sehingga

14 | P a g e
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

walaupun pengunjung harus berkorban dengan keadaan yang kurang nyaman


(berangin) akan tetapi terbayarkan dengan suatu atraksi unik yang hanya akan
terbentuk dengan sempurna pada musim tersebut
• Potensi dan keunikan yang dimiliki Objek Wisata Pantai Oetune akan menjadi magnet
wisata yang mampu menarik lebih banyak pengunjung dan lebih banyak rupiah yang
masuk, apabila di tunjang dengan fokus Pemda dalam hal alokasi dana serta
mensosialisasikan kepada masyarakat untuk turut menjaga kelestarian objek wisata
tersebut
4. Strategi WT (Weaknesses and Threats), yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan menghindari ancaman (threats), ialah :
• Pemerintah mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai pentingnya pariwisata
serta kebijakan untuk menjaga kelestarian objek wisata
• Perbaikan sarana dan prasarana yang gencar menjadikan Objek Wisata Pantai Oetune
siap bersaing dengan objek wisata baru yang lain
• Fokus dan alokasi dana pemerintah daerah yang memadai terhadap keberlangsungan
pengembangan Objek Wisata Pantai Oetune

Upaya Peningkatan Kunjungan Objek Wisata Pantai Oetune


Berdasarkan Matrix Grand Strategy diperoleh fakta bahwa strategi yang tepat
diterapkan dalam pengembangan Objek Wisata Pantai Oetune adalah Strategi Agresif
(Growth Oriented Strategy), dimana strategi ini dinilai tepat untuk objek wisata baru seperti
Pantai Oetune.
Berkiblat pada aspek-aspek pengembangan menurut Yoeti (2008: 48-49) dan Muljadi
(2014: 79-80) serta hasil Matrix Grand Strategy yang mendukung strategi agresif maka
dilakukan analisis SWOT untuk mengetahui strategi-strategi bersifat agresif seperti apa yang
tepat untuk diimplementasikan dalam pengembangan Objek Wisata Pantai Oetune.
1. Dengan potensi dan keunikan yang dimiliki Objek Wisata Pantai Oetune diharapkan dapat
menjadi peluang bagi masyarakat untuk turut serta dalam usaha penyediaan kebutuhan
akan barang dan jasa bagi pengunjung maupun wisatawan ketika datang berkunjung.
2. Tersedianya prasarana jalan yang memadai di harapkan mampu menjadi stimulus bagi para
investor untuk membuka usaha moda transportasi wisata yang dapat di gunakan
pengunjung maupun wisatawan ketika berkunjung pada Objek Wisata Pantai Oetune
3. Objek Wisata Pantai Oetune memiliki daya tarik wisata alam pantai dengan panorama
pantai yang masih asri, gundukan-gundukan pasir yang menyerupai padang pasir,
15 | P a g e
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

hamparan pasir luas yang pada musim berangin dapat tercipta pola-pola gulungan pasir
yang unik dan menarik. Dengan potensi yang dimiliki diharapkan adanya peran pemerintah
untuk mengelola dan mensosialisasikan kepada masyarakat sekitar agar masyarakat
memiliki pemahaman tentang pariwisata serta mempunyai kesadaran menjaga dan
melestarikan lingkungan sekitar objek wisata, sehingga potensi dan keunikan Pantai
Oetune tetap terjaga dan menjadi daya tarik tersendiri
4. Objek Wisata Pantai Oetune sendiri sudah memiliki fasilitas-fasilitas yang mendukung
objek wisata tersebut diantaranya lopo-lopo, sarana MCK, fasilitas air bersih, 2 unit
penginapan, serta lapak penjual makanan. Dari fasilitas-fasilitas yang sudah tersedia
beberapa diantaranya belum dapat dikatakan layak karena kondisinya yang kurang
memadai. Karena itu di perlukan perbaikan sarana dan prasarana yang gencar serta
penambahan beberapa fasilitas seperti tempat pembuangan sampah dan wahana bermain
agar menjadikan Objek Wisata Pantai Oetune sebagai objek wisata yang siap bersaing
dengan objek wisata baru
5. Potensi keindahan dan keunikan Objek Wisata Pantai Oetune dapat dijadikan komoditi
unggulan yang dapat diandalkan dalam menghadapi MEA sekaligus menjadi selling point
yang unik untuk dipromosikansecara onlinedengan memanfaatkan kemajuan TIK sehingga
tidak hanya berskala lokal, nasional maupun regional saja namun sudah mendunia
(worldwide). Selain itu juga dengan mengandalkan momentum kejayaan Pulau Komodo
sebagai salah satu icon wisata dunia menjadi “peluang emas” untuk juga memperkenalkan
potensi keindahan dan keunikan Objek Wisata Pantai Oetune kepada dunia.
6. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sektor pariwisata di Kabupaten TTS
mengalami beberapa kelemahan, diantaranya adalah masih kurangnya kuantitas dan
kualitas SDM dengan spesialisasi pariwisata baik pada lingkup dinas pariwisata TTS
maupun lingkungan objek wisata. Dalam mengelola potensi pariwisata tersebut diperlukan
SDM yang berkompetensi dibidang kepariwisataan. Karena itu perlu adanya peningkatan
kuantitas dan kualitas SDM lewat kerja sama dengan pihak akademisi untuk menyediakan
SDM berkompeten. SDM yang berkompeten di bidang pariwisata sangat bermanfaat bagi
peningkatan kinerja Dinas Pariwisata yaitu membantu dalam pelaksanaan program-
program pengembangan pariwisata yang telah disusun. Selain peningkatan SDM pada
dinas, peningkatan SDM pada objek wisata juga sangat diperlukan guna membantu
meningkatkan kualitas pelayanan bagi pengunjung.
7. Dalam pengembangan Objek Wisata Pantai Oetune di perlukan mindset pemerintah yang
lebih fokus terhadap pariwisata seperti adanya kerja sama dengan instansi terkait serta di
16 | P a g e
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

dukung dengan alokasi dana pemerintah daerah yang memadai untuk keberlangsungan
pengembangan Objek Wisata Pantai Oetune.

SIMPUL AN DAN SARAN


1. Berdasarkan penelitian terhadap Objek Wisata Pantai Oetune, faktor pendorong dibagi atas
dua yaitu kekuatan dan peluang serta faktor penghambat terdiri dari kelemahan dan
ancaman. Faktor pendorong yang memiliki kategori sangat tinggi adalah gundukan-
gundukan pasir yang menyerupai padang pasir dengan mean 4,90 dan perlu adanya
pengembangan usaha oleh masyarakat sekitar dengan mean 4,67. Sedangkan faktor
penghambat yang memiliki kategori sangat tinggi yaitu tidak tersedianya tempat
pembuangan sampah dengan mean 1,20 dan munculnya atraksi wisata lain dengan mean
1,40.
2. Perumusan strategi pengembangan Objek Wisata Pantai Oetune dibuat berdasarkan pada
berbagai aspek pengembangan seperti wisatawan, sarana transportasi, daya tarik objek
wisata yang dimiliki, sarana dan prasana penunjang di lingkungan objek wisata,
pemanfaatan telekomunikasi sebagai media promosi, serta didukung dengan dana dan
SDM yang berkualitas; merupakan strategi pengembangan yang dilakukan sebagai upaya
dalam peningkatan kunjungan Objek Wisata Pantai Oetune setiap tahunnya.

Dari simpulan diatas dapat disarankan sebagai berikut :


1. Perlu adanya penambahan fasilitas yang masih kurang bahkan belum tersedia seperti
persediaan air bersih, tempat pembuangan sampah dan wahana bermain serta pembenahan
fasilitas yang telah tersedia namun kurang maksimal seperti lopo-lopo yang sudah mulai
rusak dan lapak-lapak penjual yang kurang menarikdan memadai.
2. Disbudpar TTS perlu melakukan kerja sama dengan melibatkan pihak desa setempat, agar
aparat Desa Tuafanu beserta masyarakat sekitar dapat mengontrol Objek Wisata Pantai
Oetune, adanya rasa memiliki dan tanggung jawab dari masyarakat dalam menjaga
keamanandan melestarikan lingkungan objek wisata tersebut.
3. Perlu adanya sinergitas antara Pemda dengan pihak akademisi dalam hal penyediaan SDM
berkompeten dalam bidang pariwsata. Selain itu juga adanya sinergitas antara Disbudpar
TTS, Pihak Akademisi dan Dinas Perdagangan dan Perindustrian untuk memberikan bekal
pengetahuan, wawasan dan ketrampilan usaha bagi masyarakat setempat agar mampu turut
serta dalam kegiatan ekonomi mikro seperti menjual cinderamata, jajanan dari olahan
17 | P a g e
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

pangan lokal serta berbagai jasa yang mampu menunjang kenyamanan dan kepuasan
pengunjung/wisatawan yang datang ke Pantai Oetune.
4. Pemanfaatan TIK perlu ditingkatkan untuk mengenalkan dan mempromosikan potensi-
potensi wisata lebih khususnya Objek Wisata Pantai Oetune melalui media website, blog,
media sosial (seperti Instagram, Facebook, Twitter), Youtube sehingga promosi tersebut
menjadi viral dan berdaya jangkau worldwide, tidak hanya berskala local, nasional ataupun
regional saja.

DAFTAR RUJUK AN
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka
Cipta
Cooper, Chris and Stephen Jackson. 1997. Destination Life Cycle: The Isle Of Man Case
Study. In:Lesley France The Earthscan Reader In Sustainable Tourism. Uk:
Earthscan Publication Limited
Heri, Larasati. 2011. Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Pati.. Jurnal Universitas
Diponegoro
Hunger, J David dan Thomas L Wheelen. 2001. Manajemen Strategis. Yogyakarta: Andi
Ofset
Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: PT.Gramedia
Widiasarana Indonesia
Kuncoro, Mudrajad. 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta:
Erlangga
Muljadi, A & Warman Andri. 2014. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada
Nurhadi,C.D. Febriyanti, dkk. 2013. Strategi Pengembangan Pariwisata Oleh Pemerintah
Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah. Malang: Jurnal Administrasi Publik
(JAP). Fakultas Ilmu Administrasi.-Universitas Brawijaya
Pearch, Robinson. 2008. Manajamen strategis (formulasi, implementasi, dan pengendalian).
Jakarta: Salemba Empat
Pitana, I Gde & Diarta, I Ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.Yogyakarta: Andi
Pradikta, Angga. 2013. Strategi Pengembangan Objek Wisata Waduk Gunungrowo Indah
Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pati: Jurnal
Universitas Negeri Semarang
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Saputra, Arif. Dwi. 2012. Strategi Pengembangan Taman Kuliner Condong Depok Sleman
Dalam Meningkatkan Jumlah Kunjungan. Jurnal Sekolah Tinggi Pariwisata
AMPTA
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta
Suryadana, M Liga & Octavia Vanny. 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata. Bandung :
Alfabeta CV
Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Utama, Gusti dan Mahadewi Eka. 2012. Metodologi penelitian pariwisata dan perhotelan.
Yogyakarta. CV ANDI
18 | P a g e
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

Yoeti, A Oka. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta. PT Pradnya paramita 2008.
Perencanaan dan pengembangan pariwisata.Jakarta PT. Pradnya Paramita.

19 | P a g e
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

Sumber Data:
Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Timor Tengah Selatan, 2016 (Rabu, 16 maret 2016)
Katalog BPS Timor Tengah Selatan dalam Angka 2011. (Selasa, 15 maret 2016)
_____________________________________ 2012. (Senin, 29 februari 2016)
_____________________________________ 2013. (Senin, 29 februari 2016)
_____________________________________ 2014. (Senin, 29 februari 2016)
_____________________________________ 2015. (Senin, 29 februari 2016)
Www.ttskab.go.id/ Downloads/visi-misi kab TTS 2014.html. (Selasa, 1 maret 2016)

Nara Sumber:
Anti Nenulaka, Penjaga padaObjek Wisata Pantai Oetune (Sabtu, 3 September 2016)
Antonius Longa, Kepala Seksi Pengembangan, Pemberdayaan Objek Wisata dan Sarana
Pariwisata. Dibudpar Kab. TTS. (selasa, 16 maret 2016)
Daud Kmio, Sekretaris Desa Tuafanu (Selasa, 29 Agustus 2016)
Dhon Dakosta, Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata. Disbudpar Kab. TTS ( Jumat, 18
Agustus 2016)
Dina Tefa & Ance Nenulaka, Pelaku Ekonomi pada Objek Wisata Pantai Oetune (Sabtu, 3
September 2016)
Hery Bolla, Pengunjung Objek Wisata Pantai Oetune. (Minggu, 20 Maret 2016)
Jacob Sapay, Sekretaris Camat Kualin (Kamis, 24 September 2016)
Nikodemus Lay, Masyarakat Desa Tuafanu (Senin, 5 September 2016)
Verlyn Benu, Penjaga dan Penjual di Objek Wisata Pantai Oetune. (Minggu, 20 maret 2016)
Yefuna Boimau, Kepala Desa Tuafanu (Selasa, 29 Agustus 2016)

20

|Page
Tapatfeto, Bessie and Kasim / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 2018, p1-20

View publication stats

|Page

You might also like