25818-Article Text-79714-1-10-20190423

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Bul.

Agrohorti 7(2) : 145-152 (2019)

Pertumbuhan Bibit Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr & Perr.) Zanzibar pada Berbagai Taraf
Dosis Pupuk Majemuk NPK (15 : 15 : 15) dan Konsentrasi Auksin 2.4-D

Growth of Clove Var. Zanzibar Seedlings (Syzygium aromaticum L. Merr & Perr) at Various Doses of
NPK Compound Fertilizer and Auxin 2.4-D Concentration

Wahyu Angga Direja dan Ade Wachjar*

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor


(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp. & Faks. 62-251-8629353 e-mail [email protected]
*Penulis Korespondensi : [email protected]
Disetujui : 1 Oktober 2018 / Published Online 06 Mei 2019
ABSTRACT
This study aims to find a combination of doses of NPK fertilizer and concentration of Auksin 2.4D
optimum for growth of clove seedlings. The experiment was conducted at IPB Experimental Garden,
Cikabayan, Dramaga, Bogor, from October 2016 until June 2017. The experiment design was Randomized
Complete Block Design (RCBD). The first treatment was NPK compound fertilizer (15:15:15) with four dosage
levels ie 5 g per seed (P0), 10 g per seed (P1), 15 g per seed (P2) and 20 g per seed (P3) . The second
treatment was Hydracilla with 4 dosages ie 0 ml per liter of water (Z0), 0.5 ml per liter of water (Z1), 1 ml per
liter of water (Z2) and 1.5 ml per liter of water (Z3). The results showed that NPK compound fertilizers tend to
have a significant effect (F test on α 0.1) to root weight ratio, but did not give any significant effect on other
variables. The concentration of auxin gave a significant effect on plant height at 1 MAT (Month after
Treatment) and tended to have a significant effect (F test at α 0.1) on the height of seedlings at 4 and 5 MAT,
but did not give any significant effect on other variables. There is a real effect of NPK and auxin fertilizer
interaction on root length and tends to have real effect (F test at α 0.1) on Wet Heading Edge. No optimum
dose was found in NPK compound fertilizer for growth of clove seeds, but there was an optimum concentration
in a 2.4 D auxin that was 1.58 ml per liter of water in the height growth of clove seedlings.
Keywords: auksin 2.4-D, clove seedlings, NPK fertilizer
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mencari kombinasi dosis pupuk NPK dan konsentrasi Auksin 2.4D yang
optimum untuk pertumbuhan bibit cengkih. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB, Cikabayan,
Dramaga, Bogor, mulai bulan Oktober 2016 sampai Juni 2017. Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan pertama adalah pemberian pupuk majemuk NPK (15:15:15)
dengan empat taraf dosis yaitu 5 g per bibit (P0), 10 g per bibit (P1), 15 g per bibit (P2) dan 20 g per bibit
(P3). Perlakuan kedua adalah pemberian Hydrasil dengan 4 taraf dosis yaitu 0 ml per liter air (Z0), 0.5 ml per
liter air (Z1), 1 ml per liter air (Z2) dan 1.5 ml per liter air (Z3). Hasil penelitian menunjukkan pemberian
Pupuk majemuk NPK cenderung berpengaruh nyata (Uji F pada α 0.1) terhadap rasio bobot akar, tetapi tidak
memberikan pengaruh nyata pada peubah lainnya. Konsentrasi auksin memberikan pengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman pada 1 BST (Bulan Sesudah Perlakuan) dan cenderung berpengaruh nyata (Uji F pada α 0.1)
terhadap tinggi bibit pada 4 dan 5 BSP, tetapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peubah lainnya.
Terdapat pengaruh nyata interaksi pupuk NPK dan auksin terhadap panjang akar dan cenderung berpengaruh
nyata (Uji F pada α 0.1) terhadap Bobot Basah Tajuk. Tidak ditemukannya dosis optimum pada pupuk
majemuk NPK untuk pertumbuhan bibit cengkih, tetapi terdapat konsentrasi optimum dalam pemberian
auksin 2.4D yaitu sebesar 1.58 ml per liter air dalam pertumbuhan tinggi bibit cengkih.
Kata kunci: auksin 2.4-D, bibit cengkih, pupuk NPK

145
Bul. Agrohorti 7(2) : 145-152 (2019)

PENDAHULUAN bibit dipindahkan tidak lebih dari 1 tahun bila


bibit ditanam di polybag. Penelitian tentang
Tanaman cengkih (Syzygium aromaticum L. pembibitan cengkih untuk mendapatkan bibit
Merr & Perr.) termasuk dalam famili Myrtaceae yang berkualitas belum banyak dilakukan.
dan merupakan tanaman asli Indonesia yang Peningkatan produksi cengkih yang maksimal,
berasal dari Kepulauan Maluku (Indrawanto dan baik di tingkat petani, perusahaan swasta maupun
Ferry 2007). Cengkih merupakan tanaman rempah tingkat pemerintah dapat dilaksanakan dengan
yang sangat penting dan dibutuhkan. Pada menggunakan bibit varietas cengkih unggul. Oleh
mulanya, cengkih hanya dipergunakan untuk obat- karena itu penelitian tentang pembibitan cengkih
obatan, tetapi dalam perkembangannya perlu dilakukan.
pemanfaatan cengkih menjadi lebih luas, yaitu Untuk melaksanakan peremajaan dan agat
sebagai rempah-rempah, bahan baku industri peremajaan menghasilkan produktivitas dan
farmasi, kosmetika, parfum, sumber eugenol dan kualitas cengkih, produksi yang baik diperlukan
yang terbesar sebagai bahan baku industri rokok suatu upaya, baik mulai pra tanam hingga
kretek (Disbun Jabar, 2014). pascapanen, salah satunya adalah dengan
Tanaman cengkih merupakan salah satu meningkatkan kualitas bibit. Penelitian tentang
komoditas perkebunan yang mempunyai nilai pembibitan cengkih untuk mendapatkan bibit
ekonomi tinggi. Rumagit (2007) mengemukakan yang berkualitas belum banyak dilakukan.
bahwa cengkih merupakan komoditas yang Peningkatan produksi cengkih yang maksimal,
strategis bagi perekonomian nasional. Strategis baik di tingkat petani, perusahaan swasta maupun
sebab Indonesia adalah negara produsen, tingkat pemerintah dapat dilaksanakan dengan
konsumen, dan pengimpor cengkih terbesar di menggunakan bibit varietas cengkeh unggul. oleh
dunia dan berperan langsung dalam penyerapan karena itu penelitian tentang pembibitan
tenaga kerja. cengkih perlu dilakukan. Untuk meningkatan
Luas areal tanaman cengkih mengalami pertumbuhan tanaman cengkih yang kurang
peningkatan dari 493 888 ha pada tahun 2012 terpelihara, diperlukan peremajaan agar tanaman
menjadi 542 281 ha pada tahun 2016. Produksi cengkih dapat berproduksi kembali secara
cengkih menurun dari 99 890 ton pada tahun 2012 optimal. Salah satu komponen dalam upaya
menjadi 139 522 ton pada tahun 2016. Volume peremajaan adalah pemupukan. Pemupukan
ekspor cengkih terlihat meningkat dari 5 941 ton merupakan upaya yang bertujuan memberikan
tahun 2012 menjadi 8 477 ton pada tahun 2016, unsur hara yang kurang pada suatu lahan, baik
pada tahun yang sama terjadi penurunan volume unsur makro maupun unsur mikro serta
impor, yaitu sebesar 7 164 ton pada tahun 2012 menambah daya dukung tanah untuk
menjadi 6 571 ton pada tahun 2016 (Ditjenbun, menyediakan dan menstabilkan unsur hara agar
2017). Impor cengkih dilakukan untuk memenuhi tersedia untuk tanaman (Ruhnayat, 2007;
kebutuhan dalam negeri bedasarkan produksi Hardjowigeno, 1993). Menurut hasil penelitian
tanaman cengkih yang belum mencukupi. Untuk Suherman (2006) terdapat pengaruh pupuk
memenuhi kebutuhan cengkih dalam negeri perlu majemuk NPK dan fungi Mikoriza Arbuskula
upaya meningkatkan produksi, salah satu upaya (FMA) terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman
yang dapat dilakukan adalah peremajaan. cengkih Zanzibar. Berdasarkan hasil penelitian
Peremajaan diperlukan untuk peningkatan tersebut dapat diduga adanya pengaruh yang
produktivitas tanaman cengkih sudah tua dan diberikan pupuk majemuk NPK dan kombinasi
rusak yang disebabkan serangan hama dan selain FMA, yaitu zat pengatur tumbuh (ZPT). Zat
penyakit, kurang pemeliharaan dan belum pengatur tumbuh didefinisikan sebagai senyawa
menggunakan bibit unggul (Ditjenbun, 2013). organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah
Untuk melaksanakan peremajaan dan agar kecil yang disintesis pada bagian tertentu dari
peremajaan menghasilkan produktivitas, kualitas tanaman dan pada umumnya diangkut ke bagian
dan produksi cengkih yang baik diperlukan suatu lain dari tanaman. Zat tersebut menimbulkan
upaya, baik mulai pra tanam hingga pascapanen, tanggap secara biokimia, fisiologis, dan
salah satunya adalah dengan meningkatkan morfologis (Wattimena, 1988). Dalam menunjang
kualitas bibit. Menurut Wahyuno dan Martini pertumbuhan pembibitan cengkih maka
(2015) kriteria bibit yang siap tanam adalah sehat, penggunaan auksin sebagai zat pengatur tumbuh
tinggi bibit 60 cm (1 tahun) atau 90 cm (2 tahun), dapat digunakan karena auksin dapat
memiliki 6 – 7 cabang, daun berwarna hijau tua, mempengaruhi perkembangan sel, menaikkan
mempunyai batang tunggal, mempunyai akar tekanan osmotik, meningkatkan sintesis protein,
tunggang yang lurus dengan panjang akar sekitar meningkatkan permeabilitas sel terhadap air dan
40 – 45 cm dan 30 – 35 cm akar cabang serta melenturkan atau melunakkan dinding sel yang

146 Wahyu Angga Direja dan Ade Wachjar


Bul. Agrohorti 7(2) : 145-152 (2019)

diikuti menurunnya tekanan dinding sel sehingga percobaan sebesar 50 cm, dan jarak antar ulangan
air dapat masuk ke dalam sel yang disertai dengan 1 m. Adapun total lahan yang dibutuhkan sebesar
kenaikan volume sel (Hendaryono dan Wijayani, 812.3 m2.
1994). Untuk menentukan volume semprot per
Penelitian ini bertujuan mempelajari bibit dilakukan kalibrasi dengan cara 1 liter air
pengaruh pupuk majemuk NPK dan konsentrasi disemprotkan ke seluruh tajuk bibit hingga tetesan
auksin terhadap pertumbuhan bibit tanaman pertama pada daun bibit cengkih jatuh. Sisa air
cengkih serta untuk mendapatkan dosis pupuk dalam alat semprot diukur. Volume air yang
majemuk NPK dan konsentrasi auksin yang disemprotkan merupakan hasil pengurangan
optimum. antara total volume air awal dengan volume air
yang tersisa dalam alat semprot. Kalibrasi
BAHAN DAN METODE dilakukan 3 ulangan. Setelah mendapatkan rata-
rata volume air yang disemprotkan pada bibit
Penelitian dilakukan pada bulan November tersebut, volume air yang disemprotkan dihitung
2016 hingga Juni 2017 di Kebun Percobaan IPB berapa jumlah tekanan tuas yang dibutuhkan dari
Cikabayan Dramaga Bogor. dengan jenis tanah hasil rata rata volume semprot hingga habis untuk
Latosol. Petak percobaan terdiri atas tiga petak mendapatkan volume semprot per bibit.
yang berada di bawah tegakan tanaman karet Pemberian pupuk NPK dan Hydrasil dilakukan
sehingga petak percobaan ternaungi oleh pohon sebanyak 3 kali dengan selang waktu 2 bulan
karet dengan persentase 50% - 65%. Pemindahan selama percobaan.
bibit dari polybag ukuran 12 cm x 17 cm ke Pemeliharaan tanaman meliputi
ukuran 25 cm x 30 cm dilakukan sebelum penyiraman, penyiangan, pengendalian hama dan
perlakuan. penyakit. Penyiraman dilakukan dua kali sehari,
Bahan yang digunakan adalah polybag apabila tidak terjadi hujan. Penyiangan dilakukan
hitam berukuran 25 cm x 30 cm, bibit cengkih apabila terdapat gulma dan dilakukan pengedalian
varietas Zanzibar umur 2 bulan, pupuk majemuk dengan cara manual. Pengendalian hama dan
NPK (15:15:15) dan auksin yang berasal dari penyakit dilakukan apabila ada gejala serangan.
sumber Hydrasil. Alat yang digunakan adalah Parameter yang diamati pada percobaan ini adalah
cangkul, sprayer, sabit, timbangan digital, alat tinggi bibit, diameter bibit, jumlah daun, panjang
ukur : pita meter 1.5 m, gelas ukur dan jangka akar, bobot tajuk, bobot akar dan rasio bobot akar
sorong. dan tajuk.
Rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan pengacakan perlakuan secara faktorial.
Faktor perlakuan pertama adalah dosis pupuk Kondisi Umum Percobaan
majemuk NPK yang terdiri atas 4 taraf, yaitu 5 g
Kondisi Iklim pada awal bulan Oktober
NPK sebagai kontrol (P0), 10 g NPK (P1), 15 g
2016 sampai Juni 2017 mengalami cuaca yang
NPK (P2) dan 20 g NPK (P3) per bibit. Faktor
stabil. Bedasarkan data dari Badan Meteorologi,
perlakuan kedua yaitu pemberian Hydrasil yang
Klimatologi dan Geofisika (2017) curah hujan
mengandung 2.4-D, terdiri atas 4 taraf, yaitu:
pada bulan November 2016 sampai Desember
tanpa Hydrasil sebagai kontrol (Z0), 0.5 ml
2016 tergolong bulan kering dan Januari 2017
Hydrasil (Z1), 1 ml Hydrasil (Z2) dan 1.5 ml
sampai Juli 2017 tergolong bulan basah, menurut
Hydrasil (Z3).
klasifikasi iklim Schmidth-Ferguson (Tabel 1).
Pelaksanaan kegiatan percobaan diawali
Menurut Ruhnayat dan Dhalimi (1997) batas
dengan pembersihan gulma yang berada di sekitar
optimal curah hujan untuk pertumbuhan cengkih
dan di dalam polybag. Bibit dipindahkan dari
yang baik adalah 80 mm per bulan atau tergolong
polybag berukuran 12 cm x 17 cm ke polybag
bulan lembab.
berukuran 25 cm x 30 cm. Bibit yang telah
Jenis tanah pada tempat penelitian adalah
dikelompokkan bedasarkan tinggi tanaman diberi
Latosol dan tekstur tanah didominasi liat 75.76%,
pupuk NPK di daerah permukaan tanah dan
kandungan pasir 4.99% dan debu 19.25%. Reaksi
menyemprotkan auksin dengan dosis dan
tanah termasuk masam dengan pH (H2O) 4.7,
konsentrasi sesuai perlakuan. Setelah itu, bibit
kandungan C-organik tinggi (3.38%), kadar N
dipindahkan ke pembibitan utama dengan
sedang (0.32%), kadar P tersedia sangat rendah
naungan tegak tanaman karet. Bibit cengkih yang
(6.80 ppm) dan kadar K sedang (0.30 me 100 g -1).
sudah dipindahkan ditata bedasarkan bagan acak
Hara makro sekunder seperti Ca tergolong rendah
perlakuan dengan jarak antar polybag dalam
(3.30 me 100 g-1) dan Mg tergolong sedang (1.90
satuan percobaan 5 cm, jarak parit ke parit
me 100 g-1). Kapasitas tukar kation tergolong

Pertumbuhan Bibit Cengkeh … 147


Bul. Agrohorti 7(2) : 145-152 (2019)

sedang (19.47%) dan kejenuhan basa sangat Tabel 2. Pertumbuhan bibit cengkih pada berbagai
rendah (29.84%) (Fauziah, 2013). dosis pupuk NPK pada 0-5 Bulan Setelah
Pada 3 BSP (Bulan Setelah Perlakuan) Pemupukan (BSP)
sampai 5 BST banyak bibit cengkih mati Dosis Pupuk Umur Bibit (BSP)
disebabkan serangan cendawan Fusarium sp. NPK
0 1 2 3 4 5
Tanaman yang terserang mengalami gugur daun (g/polybag)
dan layu pada pucuk. Tanaman yang muda .......... Tinggi Tanaman (cm) ..........
umumnya rentan terhadap infeksi penyakit. Pada 5 17.3 19.2 20.9 22.4 24.3 26.0
jaringan yang masih terlalu muda biasanya 10 17.0 18.7 20.3 22.1 23.9 25.5
patogen dapat dengan mudah masuk ke dalam 15 16.9 18.9 20.5 22.4 24.1 25.9
20 16.8 18.9 20.6 22.0 23.7 25.4
jaringan tanaman dan mengganggu jaringan
.......... Diameter Batang (mm) ..........
xylem (Basuki 1982). Pengendalian dilakukan 5 2.3 2.5 2.7 2.8 3.0 3.2
dengan cara pemberian fungisida berbahan aktif 10 2.3 2.5 2.7 2.8 3.0 3.2
mangkozep 20% WP dengan dosis 2 g per liter. 15 2.3 2.5 2.6 2.8 3.0 3.2
Penyemprotan dilakukan satu minggu sekali. 20 2.4 2.5 2.7 2.9 3.0 3.2
Penyebab lain kematian bibit cengkih .......... Jumlah Daun (helai) ..........
diakibatkan oleh sunburn, pencucian hara dan 5 3.5 6.0 8.5 11.0 13.5 15.9
lainnya akibat teknik pemindahan polybag. 10 3.5 5.9 8.4 10.9 13.4 15.9
Sulistianingrum (2014) menyatakan tanaman 15 3.5 6.0 8.6 11.1 13.5 16.0
cengkih mati sebanyak 17.5% dari populasi awal 20 3.5 5.9 8.5 11.0 13.6 16.1
umumnya disebabkan oleh serangan rayap, Bobot basah dan kering akar, bobot basah
sisanya serangan sunburn dan teknik penanaman dan kering tajuk serta nisbah BK tajuk/akar pada
bibit cengkih di lapangan. berbagai dosis pupuk majemuk NPK
Tabel 1. Kondisi cuaca selama percobaan dicantumkan pada Tabel 3. Bobot basah akar dan
bobot kering akar yang diberi dosis pupuk NPK
Lokasi : Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor
15 g per polybag secara fisik lebih besar
Lintang : 06°31’ LS
dibandingkan pemberian dosis pupuk NPK
Bujur : 106°44’ BT
lainnya (Tabel 3).
Elevasi : 220 m di atas permukaan laut
Bulan : November 2016 sampai Juli 2017 Tabel 3. Rata rata bobot basah, kering dan nisbah
Suhu Kelembaban Curah Hujan bobot terhadap pupuk
Bulan
(°C) Udara (%) (mm/bulan) Dosis Bobot Bobot Bobot Bobot Nisbah
November 25.99 87.17 13.47 Pupuk NPK Basah Kering Basah Kering BKTajuk
Desember 26.04 82.61 6.48 (g/polybag) Tajuk Tajuk Akar Akar /BKAkar
Januari 25.88 83.71 130.4 .......... Bobot (g/bibit) ..........
Febuari 24.97 88.11 526.3 5 3.6 1.9 1.9 1.1 1.6AB
Maret 25.81 85.13 355.1 10 2.6 1.9 1.7 1.1 1.7A
April 26.14 85.29 283.9 15 2.6 1.4 1.9 1.1 1.1B
Mei 26.47 84.31 319.4 20 3.8 2.1 1.9 1.1 1.8A
Juni 26.27 83.40 399.6 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama
Juli 26.00 81.87 401.0 dan pada kolom yang sama menunjukkan tidak
Rata rata 25.95 84.62 345.1 berbeda pada DMRT taraf α 0.1
Keterangan : BMKG (2017) Hasil dari regresi menunjukkan bahwa
Hasil dosis pupuk majemuk NPK sampai 20 g per bibit
masih meningkatkan nisbah BK tajuk/akar.
Respon Bibit Cengkih terhadap Pemberian Persamaan regresi menunjukkan hasil yaitu y =
Pupuk NPK 0.006x2 - 0.15x + 2.3 dengan nilai R² = 0.3103
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa (Gambar 1). Dosis pupuk majemuk NPK 5 g per
dosis pupuk NPK cenderung berpengaruh nyata bibit hingga 10 g per bibit mengalami penurunan,
(Uji F pada α 0.1) terhadap nisbah BK tajuk / tetapi dari 15 g per bibit hingga 20 g per bibit
akar, tetapi tidak memberikan pengaruh nyata mengalami peningkatan sehingga tidak
pada peubah lainnya (Tabel 3). Bibit cengkih didapatkan dosis optimum. Hal ini menunjukkan
yang dipupuk dengan dosis NPK 5 g per polybag bahwa pada dosis pupuk majemuk NPK 5 g per
secara fisik lebih tinggi dibandingkan dengan bibit hingga 10 g per bibit cenderung berespon
dosis pupuk NPK lainnya pada 0-5 BSP. terhadap pertumbuhan akar, sedangkan pada
Pertumbuhan bibit cengkih pada berbagai taraf dosis pupuk majemuk NPK 15 g per bibit hingga
dosis pupuk majemuk NPK dicantumkan pada 20 g per bibit cederung berespon pada
Tabel 2. pertumbuhan tajuk. Adapun jatuhnya nisbah BK

148 Wahyu Angga Direja dan Ade Wachjar


Bul. Agrohorti 7(2) : 145-152 (2019)

tajuk/akar pada pemberian dosis pupuk majemuk Hasil dari regresi menunjukkan bahwa
NPK 15 g per bibit disebabkan oleh pencucian konsentrasi auksin paling optimum pada tinggi
hara yang terjadi selama penelitian. (Gambar 1). tanaman sebesar 1.58 ml/liter air, konsentrasi
optimum didapat bedasarkan dari persamaan y = -
0.3x2 + 0.95x + 25.225 dengan R² = 0.5174
(Gambar 2).

Gambar 1. Pola hubungan nisbah BK tajuk/akar


dan dosis pupuk majemuk NPK
Respon Bibit Cengkih terhadap Pemberian
Auksin
Gambar 2. Pola hubungan tinggi bibit cengkih
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
dan berbagai konsentrasi auksin
konsentrasi auksin memberikan pengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman pada 0-1 BST dan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
cenderung berpengaruh nyata (Uji F pada α 0.1) konsentrasi auksin tidak memberikan pengaruh
terhadap tinggi bibit pada 4 dan 5 BSP, tetapi nyata terhadap bobot basah, bobot kering dan
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nisbah bobot kering tajuk/akar. Bobot basah dan
peubah lainnya. Tinggi bibit pada umur 1 BST kering akar, bobot basah dan kering tajuk serta
yang diberi auksin dengan konsentrasi 0.5 – 1.5 nisbah BK tajuk/akar pada berbagai konsentrasi
ml per liter lebih tinggi dibandingkan kontrol auksin terdapat pada Tabel 5.
tetapi ketiga konsentrasi auksin tersebut tidak
Tabel 5. Rata rata bobot basah, kering dan rasio
berbeda. Tinggi bibit pada umur 4 – 5 BST yang bobot kering tajuk/bobot kering akar
diberi auksin dengan konsentrasi 0.5 dan 2.5 ml
terhadap auksin
per liter air cenderung lebih tinggi dibandingkan
Konsentrasi Bobot Bobot Bobot Bobot Nisbah
kontrol tetapi kedua konsentrasi auksin tersebut Auksin Basah Kering Basah Kering BKTajuk
tidak berbeda (Tabel 4). 2.4D Tajuk Tajuk Akar Akar /BKAkar
(ml/liter air)
Tabel 4. Pertumbuhan bibit cengkih pada berbagai
.......... Bobot (g/bibit) ..........
konsentrasi auksin pada 0-5 Bulan 0 2.8 1.9 1.9 1.2 1.4
Setelah Pemupukan (BSP) 0.5 3.2 1.4 1.4 0.8 1.6
Konsentrasi Umur Bibit (BSP) 1 2.9 1.6 1.7 1.0 1.4
Auksin 2.4D 1.5 3.7 2.4 2.3 1.4 1.7
(ml/liter air) 0 1 2 3 4 5
.......... Tinggi Tanaman (cm) .......... Respon Bibit Cengkih terhadap Interaksi
0 16.4 18.3b 20.1 21.7 23.4B 25.1B pupuk NPK dan Auksin
a A
0.5 16.9 19.0 20.8 22.6 24.4 26.0A Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
a AB
1 16.8 19.0 20.7 22.2 23.9 25.5AB terdapat pengaruh nyata interaksi pupuk majemuk
1.5 17.6 19.3 a 20.8 22.5 24.3 A 26.1A NPK dan auksin 2.4-D terhadap panjang akar.
.......... Diameter Batang (mm) .......... Panjang akar pada kombinasi 5 g pupuk NPK per
0 2.3 2.5 2.7 2.9 3.0 3.2 bibit dan pemberian auksin 0.5 ml per liter air
0.5 2.3 2.5 2.7 2.8 3.0 3.2 secara fisik memberikan hasil paling optimum.
1 2.4 2.5 2.7 2.9 3.0 3.2 Pemberian hydrasil 0 ml per liter air memberikan
1.5 2.3 2.5 2.6 2.8 3.0 3.2 respon terbaik pada dosis pupuk NPK 10 g per
.......... Jumlah Daun (helai) .......... bibit, pemberian hydrasil 0.5 ml per liter air
0 3.5 6.0 8.5 11.1 13.6 16.2
memberikan respon terbaik pada dosis pupuk
0.5 3.5 6.0 8.5 11.0 13.5 16.0
NPK 5 g per bibit, pemberian hydrasil 1 ml per
1 3.5 6.0 8.4 10.9 13.4 15.8
liter air memberikan respon optimal pada semua
1.5 3.5 6.0 8.5 11.0 11.0 15.9
pemberian dosis pupuk NPK dan pemberian
Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama hydrasil dengan konsentrasi 1.5 memberikan
dan pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda pada DMRT taraf α 0.05 (huruf kecil)
respon yang optimal pada dosis pupuk NPK g per
dan taraf α 0.1 (huruf besar) bibit dan 20 g per bibit. (Tabel 6).

Pertumbuhan Bibit Cengkeh … 149


Bul. Agrohorti 7(2) : 145-152 (2019)

Tabel 6. Rata rata panjang akar terhadap pemberian akan terjadi (Foth et al., 1988).
kombinasi Pupuk NPK dan Auksin 2.4-D Nitrogen, fosfor dan kalium adalah tiga
Dosis Konsentrasi Hydrasil (ml/liter air) unsur makro yang dibutuhkan oleh tanaman.
Pupuk Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang
NPK 0 0.5 1 1.5 mengandung tiga unsur sekaligus yang
(g/polybag) merupakan gabungan dari pupuk tunggal N, P
..........Panjang Akar (cm).......... dan K (Lingga, 1998). Peran utama nitrogen bagi
5 15.7b 25.3a 20.8a 23.6a tanaman ialah untuk merangsang pertumbuhan
10 22.3a 18.3b 23.2a 19.5ab tanaman secara keseluruhan, khususnya batang,
15 18.9ab 20.9ab 23.7a 16.5ab cabang, dan daun. Kecuali itu nitrogen juga
20 18.9ab 21.5ab 18.1a 23.1a berperan penting dalam hal pembentukan hijau
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama tidak daun yang berguna sekali dalam proses
berbeda nyata pada uji DMRT taraf α 0.05 fotosintesis. Fungsi lain ialah membentuk
protein, lemak dan berbagai persenyawaan
Bobot basah tajuk pada kombinasi lainnya (Lingga, 1998). Tanaman yang
pemberian auksin 1.5 ml per liter air dan 5 g kekurangan unsur hara nitrogen akan berwarna
pupuk NPK per bibit secara fisik memberikan hijau, daun bawah menguning, mengering
hasil paling optimum. Pemberian tanpa auksin sampai berwarna coklat muda dan terlihat pula
memberikan respon terbaik pada dosis pupuk batangnya pendek dan lemah. Unsur fosfor bagi
NPK 5 g per bibit, pemberian auksin 0.5 ml per tanaman berguna untuk merangsang
liter air memberikan respon terbaik pada dosis pertumbuhan akar dan tanaman muda. Fosfor
pupuk NPK 5 g per bibit, pemberian auksin 1 ml juga sebagai bahan mentah untuk pembentukan
per liter air memberikan respon terbaik pada dosis sejumlah protein tertentu. Membantu asimilasi
pupuk NPK 5 g per bibit dan pemberian auksin dan pernafasan sekaligus mempercepat
dengan konsentrasi 1.5 ml per liter air pembungaan, pemasakan biji, dan buah (Lingga,
memberikan respon yang optimal pada dosis 1998). Jika tanaman kekurangan fosfor maka
pupuk NPK g per bibit dan 5 g per bibit (Tabel 7). tanaman akan berwarna hijau tua, sering
Tabel 7. Rata rata bobot basah tajuk terhadap pemberian memperlihatkan warna merah atau ungu, daun
kombinasi Pupuk NPK dan Auksin 2.4-D bawah kadang-kadang berwarna kuning
Dosis Pupuk Konsentrasi Hydrasil (ml/liter air) mengering sampai berwarna cokelat kehijauan
NPK
0 0.5 1 1.5
atau hitam dan batang pendek kecil-kecil. Faedah
(g/polybag) utama kalium membantu pembentukan protein
..........Bobot (g/bibit).......... dan karbohidrat. Kalium juga berperan
5 3.24A 1.03B 4.64A 5.50A
A AB B memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga
10 3.19 3.40 1.30 2.74B
15 2.60 A
2.50 B
2.62 AB
2.60B dan buah tidak mudah gugur, serta sebagai
20 2.27A 5.70A 3.20AB 4.17AB sumber kekuatan bagi tanaman menghadapi
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama tidak kekeringan dan penyakit (Lingga, 1998). Oleh
berbeda nyata pada uji DMRT taraf α 0.1 karena itu, pemupukan yang seimbang penting
untuk membuat pertumbuhan bibit cengkih
Pembahasan menjadi optimum, tetapi pada pelaksanaanya
Pengaruh Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan terjadi gangguan yang menyebabkan asupan bibit
Bibit Cengkih menjadi tidak optimal.
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi Tidak berpengaruhnya pemberian pupuk
oleh ketersediaan unsur hara dalam tanah. NPK bedasarkan sidik ragam terjadi karena
Defisiensi unsur hara dapat menyebabkan pencucian hara pada polybag oleh curah hujan
pertumbuhan tanaman terganggu. Jika tanah yang tinggi selama percobaan berlangsung. Hal
menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik, ini disebabkan unsur utama pupuk NPK seperti
tanah tersebut kemungkinan mempunyai nitrogen dan kalium yang bersifat mudah tercuci.
persediaan yang cukup dari semua unsur-unsur Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyatakan
yang penting (esensial) untuk tanaman atau unsur- bahwa sifat nitrogen mudah sekali tercuci air.
unsur hara. Tidak hanya menyediakan unsur-unsur Pemberian pupuk NPK dengan dosis 5 g
hara dalam bentuk- bentuk yang dikehendaki per bibit meningkatkan sekitar 6% tinggi bibit
tanaman, tetapi juga menyediakannya dalam setiap 4 minggu. Hal ini juga terjadi pada
keadaan seimbang sesuai dengan jumlah yang pemberian pupuk NPK dengan dosis 10 g per
dibutuhkan tanaman. Jika setiap unsur-unsur ini bibit dan 15 g per bibit, sedangkan pemberian 20
kurang satu atau terdapat dalam imbangan yang g per bibit memberikan 5% tinggi bibit setiap 4
tidak cukup, pertumbuhan secara normal tidak minggu.

150 Wahyu Angga Direja dan Ade Wachjar


Bul. Agrohorti 7(2) : 145-152 (2019)

Pengaruh Auksin 2.4-D terhadap 1963). Pada panjang akar, pemberian hydrasil
Pertumbuhan Bibit Cengkih tanpa auksin memberikan respon terbaik pada
Auksin 2.4-D dapat memberikan pengaruh dosis pupuk NPK 10 g per bibit, pemberian
kepada pertumbuhan bibit cengkih apabila dengan hydrasil 0.5 ml per liter air memberikan respon
konsentrasi yang sesuai. Menurut Agustini (1989) terbaik pada dosis pupuk NPK 5 g per bibit,
pemberian auksin dengan konsentrasi tertentu pemberian hydrasil 1 ml per liter air memberikan
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman respon optimal pada semua pemberian dosis
jagung. Pembelahan sel yang terus menurus pada pupuk NPK dan pemberian hydrasil dengan
suatu tanaman dapat mengakibatkan peningkatan konsentrasi 1.5 memberikan respon yang optimal
pada tinggi tanaman tersebut. pada dosis pupuk NPK g per bibit dan 20 g per
Pada penelitian, pemberian hydrasil pada bibit.
berbagai konsentrasi berpengaruh nyata pada Pada bobot basah tajuk, pemberian tanpa
tinggi bibit cemgkih pada 2-3 BSP. Menurut auksin memberikan respon terbaik pada dosis
Dwiwarni (1989) konsentrasi auksin 2.5 ml per pupuk NPK 5 g per bibit, pemberian auksin 0.5 ml
liter air dapat meningkatkan pertumbuhan bibit per liter air memberikan respon terbaik pada dosis
cengkih sebesar 5% daripada kontrol. Pemberian pupuk NPK 10 g per bibit, pemberian auksin 1 ml
Auksin 2.4-D pada dosis 1.5 ml per liter air per liter air memberikan respon terbaik pada dosis
meningkatkan 7% tinggi tanaman cengkih pupuk NPK 5 g per bibit dan pemberian auksin
dibanding kontrol pada 8-10 MST, sedangkan dengan konsentrasi 1.5 ml per liter air
pada 12 MST meningkatkan 15% dibanding memberikan respon yang optimal pada dosis
kontrol. pupuk NPK g per bibit dan 5 g per bibit.
Auksin memiliki fungsi mempercepat
pertumbuhan akar, mendorong perpanjangan dan KESIMPULAN
pengembangan sel, fototropisme, dan
mempercepat perkecambahan, serta dominasi Pemberian pupuk majemuk NPK cenderung
apical. Auksin dapat berpengaruh terhadap berpengaruh nyata terhadap rasio bobot akar, tetapi
perkembangan kuncup samping (Gardner et al., tidak memberikan pengaruh nyata pada peubah
2008). Pada konsentrasi tertentu 2.4-D dapat lainnya. Konsentrasi auksin memberikan pengaruh
berperan sebagai herbisida, tetapi dengan nyata terhadap tinggi tanaman pada 0-1 BST dan
konsentrasi sesuai anjuran dapat menjadi zat cenderung berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit
pengatur tumbuh tanaman (Agustini, 1989). pada 4 dan 5 BSP, tetapi tidak memberikan
Pemberian konsentrasi Auksin 2.4-D pada pengaruh nyata terhadap peubah lainnya. Terdapat
1.5 ml per liter air merupakan konsentrasi pengaruh nyata interaksi pupuk majemuk NPK dan
optimum. Sifat dari Hydrasil (berbahan aktif 2.4- auksin terhadap panjang akar dan cenderung
D) pada tanaman dengan konsentrasi dan waktu berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk.
pemberian yang tepat akan meningkatkan daya Tidak ditemukannya dosis optimum pada pupuk
penetrasi Hydrasil ke dalam daun melalui stomata. majemuk NPK untuk pertumbuhan bibit cengkih,
Pemberian Hydrasil dengan konsentrasi di atas 2 tetapi terdapat konsentrasi optimum dalam
ml per liter air akan memperlambat rata-rata pemberian auksin 2.4D yaitu sebesar 1.58 ml per
tinggi tanaman cengkih (Kiptantiyawati 2016). liter air dalam pertumuhan tinggi bibit cengkih.
Pemberian Hydrasil dua kali pada 21 HST dan 40 Faktor curah hujan dan serangan Fusarium
HST pada tanaman jagung dengan konsentrasi sp. Menjadi salah satu faktor besar dalam
0.75 ml per liter air dapat menaikkan hasil pipilan pengaruh terhambatnya pertumbuhan bibit selama
kering sebesar 13% dan pemberian Hydrasil penelitian. Faktor sunburn sekiranya tidak terlalu
dengan konsentrasi 1.5 ml per liter air menaikkan memberikan dampak besar tetapi tetap menjadi
hasil pipilan kering sebesar 15% (Bangun et al., faktor yang harus diperhatikan dalam pertumbuhan
1983). Hal ini membuktikan bahwa konsentrasi bibit selama penelitian berlangsung.
Hydrasil di atas 2.0 ml per liter dapat
memperlambat pertumbuhan tinggi rata-rata DAFTAR PUSTAKA
sebesar 15%. Panjang akar pada kombinasi 5gr
pupuk NPK per Polybag dan pemberian auksin Agustini, S. 1989. Pemberian berbagai taraf
0.5 ml per liter air secara fisik memberikan hasil konsentrasi hydrasil pada dua tipe jagung
paling optimum dan memberikan interaksi. (Zae mays L.). [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Respon Bibit Cengkeh terhadap interaksi
Pupuk NPK dan Auksin
Kefektifan aplikasi suatu jenis auksin juga
dipengaruhi oleh kondisi hara tanaman (Leopold,

Pertumbuhan Bibit Cengkeh … 151


Bul. Agrohorti 7(2) : 145-152 (2019)

Bangun, P., H. Pane, Partasasmita. 1983. Pengaruh Indrawanto, C., Y. Ferry. 2007. Peningkatan
perangsang tumbuhan hydrasil pada tanaman pendapatan petani cengkih melalui
jagung dan kedelai. Kelti Agronomi. Balai peningkatan kinerja indusri cengkih
Penelitian Tanaman Pangan Bogor 1-10. nasional. Prosiding Seminar Nasional
Rempah. Pusat Penelitian dan
Basuki, 1982. Penyakit dan gangguan pada
Pengembangan Perkebunan. Hal. 352-361.
tanaman karet. Pusat Penelitian Perkebunan
Tanjung Morawa. Tanjung Morawa. Kiptantiyawati, N. 2016. Pertumbuhan tanaman
cengkih (Syzygium aromaticum (L.) Merr &
[BMKG] Badan Meteorlogi Klimatologi dan
Perr) belum menghasilkan pada berbagai
Geofisika. 2017. Data Iklim Stasiun
dosis pupuk organik dan konsentrasi hydrasil
Dramaga. BMKG. Bogor.
[skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dwiwarni, I. 1989. Pengaruh pemberian zat
Leopold, A.C. 1963. Auxin and Plant Growth.
pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan
University of California Press. Ames Iowa,
bibit cengkih. Pembr. Litri. 14(4): 126-129.
USA. 194p.
[Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2016.
Lingga, P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk.
Statistik Perkebunan Indonesia 2015 – 2017
Penebar Swadaya. Jakarta.
Cengkih. Departemen Pertanian. Jakarta.
Leiwakabessy, F.M., A. Sutandi. 2004. Diktat
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013.
Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Departemen
Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman
Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Cengkih Tahun 2014. Kementrian Pertanian.
Bogor. Bogor.
Jakarta.
Ruhnayat, A. 2007. Aplikasi model pemupukan
Disbun Jabar. 2014. Informasi Komoditas Cengkih.
berimbang pada tanaman cengkih (Syzigium
http://disbun.jabarprov.go.id/index.php/sub
aromaticum). Bul Littro. 18(2):149-158.
Menu/640] (2013[2014 3 17]): Bandung.
Ruhnayat, A., A. Dhalimi. 1997. Fluktuasi hasil
Fauziah, R.R. 2013. Optimasi dosis pupuk
cengkih. Balittro. Monograf-2 : 50-54.
majemuk NPK dan kalsium pada bibit
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Rumagit, G.A.J. 2007. Kajian Ekonomi
pembibitan utama. [Tesis]. Institut Pertanian Keterkaitan Antara Perembangan Industri
Bogor. Bogor. Rokok Kretek Nasional. IPB Press. Bogor.
Foth, H.D., E.D. Purbayanti, D.R. Lukiwati, R. Suherman, C. 2006. Pertumbuhan Bibit Cengkih
Trimulatsih. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. (Euginia aromatica O. K) Kultivar Zanzibar
S.A.B. Hudoyo, editor. Gadjah Mada yang diberi Fungi Mikoriza. UNPAD Press.
University Press. Yogyakarta. Siap terbit.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, Mitchell R.L. 2008. Sulistianingrum, R. 2014. Pertumbuhan tanaman
Fisiologi Tanaman Budidaya. S. Susilo, cengkih (Syzygium aromaticum (L.) Merr
penerjemah; Subiyanto, editor. UI Press. Perr) belum menghasilkan pada berbagai
Jakarta. Terjemahan dari: Physiology of dosis pupuk organik dan intensitas naungan.
Crop Plants. The Lowa State, University [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Press.
Wahyuno, D., E. Martini. 2015. Pedoman Budi
Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. Pustaka Daya Cengkeh di Kebun Campur. World
Utama. Jakarta Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.
Hendaryono, D.P.S., A. Wijayani 1994. Teknik Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh
Kultur Jaringan Perbanyakan dan Petunjuk Tanaman. PAU IPB. Bogor.
Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif.
Kasinus. Yogyakarta.

152 Wahyu Angga Direja dan Ade Wachjar

You might also like