Bab 1 - 3 Muhamad Yusup
Bab 1 - 3 Muhamad Yusup
Bab 1 - 3 Muhamad Yusup
Muhamad Yusup
1601617187
PENDAHULUAN
perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya minat
masyarakat untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, selain itu beberapa
sehingga menambah daya tarik masyarakat untuk terus berolahraga. Olahraga juga
mengalami perkembangan dari segi prestasi yang diraih, baik dari kancah nasional
kancah nasional maupun internasional, salah salah satu cabang olahraga yang
Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup tua yang telah ada
sekarang. Bahkan dapat dikatakan sejak adanya manusia di muka bumi ini atletik
sudah dilaksanakan dan dilakukan oleh manusia. Hal tersebut dikarenakan setiap
gerakan manusia mencakup gerakan dalam atletik seperti lari, jalan, lompat dan
olahraga,merupakan gerak dasar yang berasal dari gerakan atletik. Maka dari itu
nomor atletik terdapat beberapa nomor lompat seperti lompat jauh, lompat jangkit,
lompat tinggi, dan lompat tinggi galah. Seiring dengan perkembangan zaman yang
lompatan VERTIKAL atau lompat ke atas dan ke depan yang diawali dari lari
mendarat di atas matras. Nomor lompat tinggi pada atletik banyak mengalami
perkembangan dan kemajuan yang pesat. Hal ini terbukti atas pemecahan
yang dicapai dalam suatu pertandingan, setelah melalui berbagai macam latihan,
tes dan uji coba. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi
adalah dengan adanya pembinaan, yang dilakukan sejak usia sedini mungkin,
dalam bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan
tumpuan atau tolakan, jarak awalan yang biasa dan umum digunakan oleh para
untuk putri 15 – 25 m.
tumpuan dengan menggunakan satu kaki, disusul dengan ayunan kaki lainnya
diangkat ke atas sehingga mendorong tubuh ke arah vertikal agar daya yang
Melayang di udara saat melakukan gaya flop pada lompat tinggi, lompat tinggi
memiliki tiga gaya, yaitu gaya scisor, gaya stradle dan gaya flop. Melayang di
udara dilakukan supaya tubuh dapat melewati mistar setinggi tingginya dan
bertahan lebih lama saat di udara agar mendapatkan titik puncak tertinggi saat
melewati mistar dan mendarat di matras. Mendarat pada lompat tinggi dilakukan
dengan posisi terlentang dan posisi kedua kaki mengangkat dan posisi badan
terlentang dengan bagian punggung atau leher yang lebih dahulu menyentuh
hingga bagian tubuh mendarat menyentuh matras, kembali pada posisi awal dan
fase dalam lompat tinggi. Yaitu awalan, menumpu, melayang di udara, dan
mendarat. Setiap fase ini diperlukan kondisi fisik yang mendukung, diantaranya
kecepatan pada saat awalan dan kekuatan otot tungkai pada saat melakukan
kekuatan kaki, selain itu diperlukan juga beberapa teknik saat melenting di udara
kecepatan dan reaksi, adalah aspek-aspek kondisi fisik yang diperlukan dalam
lompat tinggi. Kondisi fisik yang bagus juga sangat mempengaruhi hasil dari
kemampuan suatu otot yang digunakaan untuk menerima beban sewaktu bekerja,
Khususnya pada saat menumpu dengan satu kaki, kekuatan otot tungkai
tanpa mengurangi kecepatan, pada saat melakukan gaya flop melayang kecepatan
juga berperan dalam melayang di udara untuk melewati mistar sehingga tidak
terjadi gerakan yang parabol melayang di atas mistar dengan sangat lambat
sehingga titik puncak ketinggian tidak maksimal yang sangat beresiko mengenai
mistar, tanda kecepatan saat akan memasuki fase tumpuan lompatan tinggi. pada
saat fase tumpuan otot – otot tungkai berkontraksi menahan badan dengan satu
kaki terkuat dan menumpu sekuat kuatnya ke aatas sampai mencapai titik
tertinggi. apabila otot tungkai tidak kuat maka kekuatan otot saat menumpu ke
arah vertikal membawa beban tubuh tidak akan maksimal badan tidak melayang
lebih tinggi dan ini merugikan hasil lompat tinggi. Sesuai dengan fungsi otot
tabialis anterior atau bisa di sebut otot tungkai bawah sebagai penyambung otot
tungkai atas yaitu rectus femuris otot tungkai sebagai penopang tubuh dan
penggerak tungkai. Otot tungkai sangat berpengaruh karena yang menyelimuti
tulang besar.
tentang komponen fisik kecepatan dan daya ledak otot tungkai untuk mengetahui
seberapa besar hubungan nya pada hasil lompat tinggi gaya Flop pada
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah ditulis, terdapat adanya permasalahan. Tentu
saja permasalahan dalam penelitian perlu di analisis dan dipecahkan. Penulis
memberikan identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai
berikut :
1. Apakah ada hubungan antara kecepatan dengan hasil lompat tinggi gaya
2. Apakah ada hubungan antara daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat
C. Pembatasan Masalah
maka dari itu perlu adanya pembatasan masalah agar hasil dari penelitian ini dapat
mencapai tujuannya. Fokus utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
Adapun rumusan masalah yang tepat dari uraian di atas, sebagai berikut :
2. Apakah terdapat hubungan antara daya ledak otot tungkai dengan hasil
tungkai secara bersama sama dengan hasil lompat tinggi gaya flop pada
flop.
betapa pentingnya melatih kecepatan dan kekuatan atau daya ledak otot
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Lompat Tinggi Gaya Flop
Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang
lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat
dengan menumpu satu kaki dan mendarat dengan punggung atau anggota tubuh
sekitar 3,5,7 langkah dan diubah ke gerakan vertical dengan cara melakukan
tolakan pada satu kaki untuk memperoleh ketinggian yang setinggi – tingginya
(Wiarto, 2013). Lompat tinggi adalah suatu bentuk gerakan melompat ke atas
dengan mengangkat kaki ke depan atas dalan upaya membawa titik berat badan
setinggi dan secepat mungkin jatuh (mendarat). Lompat tinggi dilakukan tolakan
pada salah satu kaki untuk mencapai ketinggian tertentu. (Muhajir 2006:131)
hasil lompat tinggi bergantung kepada kecepatan lari awalan., kekuatan kaki
untuk bertumpu, koordinasi tubuh saat melayang di udara dan saat mendarat
di matras. Dalam lompat tinggi terdapat berbagai macam gaya tubuh saat
melayang di udara, yaitu gaya stradlle (gaya guling perut), gaya flop (gaya
telentang) gaya western roll (gaya guling sisi) eastern roll (gaya gunting)
Lompat tinggi gaya flop merupakan gaya yang di dapatkan dengan cara
dengan membawa bagian tubuh melewati mistar pinggang dan panggul melenting
ke atas dan kedua kaki di tekuk sejajar 90° kebelakang. Tujuanya membawa titik
berat dengan setinggi mungkin dan secepat mungkin, utama melayang dengan
Teknik lompat tinggi gaya flop merupakan alternatif yang baik setelah gaya
2008).
Lompat tinggi merupakan salah satu nomor atletik yang dilakukan dengan
menggunakan salah satu kaki yang kuat sebagai tumpuan nya. Untuk melakukan
lompatan setinggi - tingginya, perlu dilakukan awalan yang baik. Maka untuk
dapat mencapai titik tertinggi jarak lompatan itu dengan jauh, terlebih dahulu
melayang di udara
tubuh tertentu secara benar dari awal melakukan lompatan sampai selesai
melakukan lompatan
secara benar
f. Koordinasi adalah hal yang harus dimiliki oleh seorang atlet untuk dapat
Lompat tinggi terbagi menjadi empat fase yaitu awalan, tolakan, melayang di
udara dan mendarat. Keempat fase tersebut dilakukan secara berurutan, antara
satu fase dengan fase yang lain saling menunjang sehingga penguasaan pada
dalam bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan
tumpuan atau tolakan, jarak awalan yang biasa dan umum digunakan oleh para
untuk putri 10 – 15 m.
Menurut (Sidik, 2010) Komponen kondisi fisik yang terdapat pada fase
b) Teknik lari berirama bisa juga dengan teknik lari sprint dengan
tolakan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa awalan
pada lompat tinggi adalah proses awal atlet atau pelompat untuk melakukan
lompat tinggi. Awalan lompat tinggi dilakukan dengan cara berdiri melakukan
ancang- ancang di tempat yang sudah ditandai dengan check mark yang telah
diukur terlebih dahulu dari tiang lompat, setelah itu pelompat berlari diawali
dengan kecepatan sedang dan semakin lama semakin cepat sampai kecepatan
optimal seiring mendekati titik tolakan. Check mark adalah tanda yang digunakan
untuk menentukan jarak awalan menuju titik tolakan. Dengan menggunakan check
mark, dapat mempermudah pelompat dalam melakukan awalan agar terhindar dari
pelanggaran, yang disebabkan kaki tumpuan terlalu dekat dengan mistar / matras.
b. Tolakan
gerakan vertical yang dilakukan secara cepat dan kuat. Tolakan kaki harus kuat
agar tercapai lompatan yang cukup tinggi tanpa mengurangi kecepatan lari awalan
(Wiarto,2013).
kelentukan.
sebagai berikut :
a) Pencapaian tolakan adalah pada saat kaki aktif dan cepat dengan
tolakan kaki terkuat pelompat yang digunakan untuk menolak di titik tumpuan,
udara dan dalam keadaan sikap kayang di udara untuk mendapatkan titik puncak
tertinggi. Sesudah bertolak, kaki tumpu diluruskan dan ketika sudah berada di titik
melenting kaki tidak melakukan gerakan atau menahan ke arah vertikal. Pada
waktu melayang posisi tubuh ditahan dalam keadaan rileks kemudian melakukan
gerakan gaya flop (guling belakang). Gerakan gaya inilah yang disebut sebagai
Gaya flop, merupakan teknik lompat tinggi yang sangat baik untuk saat
Sumber : Dokumentasi
Pribadi
Komponen fisik yang terdapat pada fase sikap badan di udara diantaranya
melayang di udara adalah fase ketiga setelah fase tolakan dari serangkaian
gerak dalam nomor perlombaan lompat tinggi. Cara melakukannya adalah dengan
yang diayun ke atas ditahan setelah kaki tumpuan sejajar di udara. Saat kedua
udara.
d. Pendaratan
ada dalam lompat tinggi gaya Flop, pendaratan dilakukan dengan cara
menjatuhkan bagian bahu dan punggung serta membentuk bidang datar. Agar
adanya benturan yang keras atara atlet dan (penampang) matras karena pada saat
mendaraat tekanan yang dihasilkan atlet tidak dapat di perkecil gaya yang
( IAAF Level 1, 2000:107) Flop telah di uraikan secara rinci dari mulai gerak
penjelasan diatas menunjukan bahwa gerak teknik lompat tinggi gaya flop
adalah tahap akhir dari rangkaian gerakan pada nomor lompat tinggi. Dilakukan
dengan cara Pendaratan merupakan tahapan akhir dari tahapan – tahapan teknik
yang ada dalam lompat tinggi gaya Flop, pendaratan dilakukan dengan cara
Tubuh manusia terdapat otot-otot yang bekerja sesuai dengan aktifitas yang
dibutuhkan dengan bagian-bagian dan fungsi nya. Saat menumpu ketika fase
tolakan memerlukan daya ledak otot yang kuat dari otot tungkai. Dengan daya
ledak otot maksimal maka diharapkan dapat menghasilkan hasil tolakan yang
maksimal.
kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara
didefinisikan sebagai gaya (force) yang dapat di hasilkan oleh otot atau
menghasilkan gerakan yang memiliki daya ledak dalam waktu yang sangat
(Bompa, 1999).
otot tungkai yang dimiliki oleh pelompat,maka akan semakin cepat dan kuat pula
tumpuan pada fase tolakan yang bertujuan menghasilkan capaian lompatan yang
tinggi. Karena daya ledak otot tungkai merupakan factor komponen fisik yang
Seseorang yang memiliki massa otot yang besar dan kuat belum tentu
memiliki daya ledak otot yang bagus. Otot – otot yang mempengaruhi daya ledak
extensor digitorum longus muscle,fibularis muscle. Oleh sebab itu kekuatan harus
dilatih sehingga menghasilkan daya ledak otot yang dapat diterima secara
pada saat melakukan lompatan yang maksimal adalah suatu gerakan yang
3. Kecepatan
Kecepatan adalah unsur kondisi fisik seseorang tentang kemampuanya
Sumber: (www.google.com)
singkat untuk mengatasi beban atau tahanan sewaktu melakukan suatu aktifitas.
Kecepatan berlari terdiri dari enam kelompok otot, yaitu quadriceps
Primary muscles are the muscles most used when running, namely:
gastrocnemius. Support muscles are muscles that help move the primary muscles,
melompat kecepatan berfungsi untuk mengontrol tubuh agar tetap seimbang dan
juga untuk memanfaatkan kekuatan otot ke seluruh tubuh, maka semakin cepat
dan gluteus yang kuat untuk melompat dengan tinggi secara maksimal. Kecepatan
mampu membantu seorang pelompat tinggi untuk mengontrol tubuh agar dapat
tinggi sangat membutuhkan kecepatan yang cepat untuk menunjang pelompat agar
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan pada rumusan masalah dapat
selain kecepatan lari adalah daya ledak. Daya ledak atau power adalah salah satu
lompatan, karena dengan teknik tolakan yang benar didukung dengan daya ledak
yang kuat dan maksimal, maka tumpuan mampu menghasilkan tolakan yang kuat
Daya ledak saat melakukan tolakan pada titik tolakan akan menghasilkan
sudut tolakan yang ideal dan lutut di tekuk sekitar 130 - 160°, maka gerakan
tubuh saat melayang diudara melenting dan membentuk lintasan parabola, hal ini
yang kuat harus memiliki tubuh yang prima, kondisi fisik tersebut antara lain
gerak,kelincahan dan struktur anatomi panjang tungkai serta titik berat badan
Dalam lompat tinggi diperlukan komponen fisik daya ledak dan irama yang
lompat tinggi dengan tolakan yang benar, sehingga mampu melompat dengan
Dari uraian dan penjelasan serta berbagai deskripsi teori para ahli tersebut,
diduga ada hubungan yang berarti antara daya ledak otot tungkai dengan hasil
lompat tinggi.
pada setiap cabang olahraga. Kecepatan menjadi factor yang paling penting pada
seorang pelompat dapat menumpu lebih keras karena sumbangan dari kecepatan
yang dimiliki.
Kecepatan berlari merupakan kemampuan otot pada bagian lengan dan juga
tungkai untuk melakukan kontraksi secara maksimal melawan tahanan atau beban
kecepatan berlari yang baik maka dapat memaksimalkan setiap fase pada lompat
tinggi. Karena setiap fase pada lompat tinggi kecepatan berlari berirama sangat
berperan aktif, pada saat berlari awalan , menumpu dan fase pendaratan.
mempertahankan posisi tubuh agar tetap tegak dan mengangkat tungkai kaki agar
tetap tinggi. Kecepatan terhubung pada bagian tubuh atas dan bagian bawah yang
serta tubuh bagian bawah lainnya. Pada saat tolakan kecepatan berlari bekerja
agar tubuh tetap tegak dan mendorong tubuh ke atas, apabila kecepatan berlari
tidak cepat maka badan akan cenderung di tekuk dan sedikit membungkuk
fase melayang di udara, terutama pada saat gaya flop. Kecepatan tungkai disini
berkontraksi untuk menarik kedua kaki dan membuangnya ke atas badan pada
saat memasuki fase mendarat. Pada fase mendarat agar tubuh tidak terjadi cedera
maka posisi punggung di jatuh kan kebelakang dan lengan di buka lebar ke
melewati mistar dengan hasil lompatan maksimal. Dari penjelasan diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa kecepatan berlari pada saat awalan berhubungan dengan
unsur kecepatan berlari dan daya ledak otot tungkai. Siswa melakukan lari awalan
kemudian tolakan pada titik tumpuan cek mark dengan kuat dan posisi tubuh
yang benar dan selanjutnya melayang di udara sampai fase mendarat. itu semua
Maka faktor kondisi fisik kecepatan yang baik sangat menunjang terhadap
tolakan saat melakukan tumpuan. Daya ledak otot tungkai sangat dibutuhkan
di jelaskan pada sub bab diatas, diduga ada hubungan yang berarti antara
kecepatan dan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat tinggi.
C. Hipotesis Penelitian
Menurut Sudjana (2005) hipotesis merupakan sebuah asumsi atau dugaan
sementara suatu hal yang di tuntut untuk melakukan pengecekan suatu penelitian.
3. Terdapat hubungan antara kecepatan dan daya ledak otot tungkai secara
bersama – sama dengan hasil lompat tinggi gaya flop pada Siswa
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan :
1. Hubungan antara kecepatan dan daya ledak otot tungkai dengan hasil
2. Hubungan antara kecepatan dengan hasil lompat tinggi gaya flop siswa
3. Hubungan antara kecepatan dan daya ledak otot tungkai dengan hasil
2. Waktu Penelitian
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif yang deskiptif
dengan kata lain asosiatif dengan teknik studi korelasi, yaitu melakukan suatu
mencatat hasil dari pengukuran yang terdiri dari kecepatan berlari 20 meter, daya
tungkai serta variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil lompat tinggi gaya
flop.
X1 : Kecepatan
X2 : Daya Ledak Otot Tungkai
Y : Hasil Lompat Tinggi Gaya Flop
2. Sampel
Sampel adalah Sebagian populasi yang diteliti. Pada penelitian ini, peneliti
20 orang.
bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa respentatif. Kriteria sampel
1. memiliki berat badan dan tinggi badan ideal kategori normal sesuai dengan
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini yaitu menggunakan instrument
b. Meteran Pengukur
c. Pengukur Jarak
d. Pencatat Skor
2. Prosedur pelaksanaan
a. Tiap testee berdiri dengan membuka kedua kaki selebar bahu
d. Skor di proleh dengan catatan jarak A dan titik B. dengan satuan cm.
Tabel 3.1. Format Test Vertikal Jump
NO 1 2 3 HASIL
dst
b. Test kecepatan
Test kecepatan lari 20 meter. Tujuan untuk mengetahui kemampuan kecepatan
maksimal berlari calon atlet. (Johansyah & Hendro, 2016)
1. Peralatan
a. Lintasan 20 meter
b. Stopwatch
c. Pluit/bendera
e. Pencatat skor
2. Prosedur Pelaksanaan
a. Testee berdiri di belakang garis start
e. Sekor diperoleh dengan catatan waktu yang tercepat mulai dari aba-aba
“ya” sampai finish.
NO 1 2 3 HASIL
dst
Lompatan
No Nama Hasil
1 2 3
Dst
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan
data yang valid peneliti melakukan tes dari semua variabel yaitu tes lompat tinggi
gaya flop, tes kecepatan dan tes daya ledak otot tungkai. Dengan variabel
kecepatan melakukan sprint 20 meter sebanyak 3 kali dan daya ledak otot tungkai
dengan tes lompat vertical sebanyak 3 kali dan pengukuran lompat tinggi gaya
flop.
regresi. Untuk mengolah data, diperoleh dari hasil tes kecepatan sprint 20 meter ,
dan daya ledak otot tungkai, dan hasil lompat tinggi gaya flop yang dianalisis
berikut:
�̂ = � + �� (1)
Dimana:
( Σ Y ) ( ΣX 1 2 ) − ( Σ X 1 ) (2)
( Σ �1 � )
�= 2
��(ΣX1 ) − (ΣX1 )2
( Σ �1 � ) − ( Σ X 1 (3)
) ( ΣY)
�= 2
��(ΣX1 ) − (ΣX1 )2
Hipotesis statistik:
Keterangan:
��0 : Tidak terdapat hubungan daya ledak otot tungkai dengan hasil
Tolak ��0 jika t-hitung > t-tabel dalam hal lain ��0 diterima pada α = 0.05
Untuk keperluan uji ini dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 1992).
��√𝑛 − 2 (5)
𝑡=
√1 − �� 2
�̂ = � + �1 �1 + �2 �2 (6)
(10)
��� . �21+ 𝑅 2
� .−
�22𝑅 𝑅 � . 𝑅�1 �.
���.�1�2 =
�2 �1 �2
√ 1−
���1�2
Kriteria Pengujian:
Tolak ��0 jika F-hitung > F-tabel dalam hal lain diterima pada α = 0.05
Dimana:
N : Jumlah Sampel
F-tabel dicari dari daftar distribusi F dengan dk sebagai pembilang adalah k dan
dicari
maka dapat menggunakan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut (Safrit &
Wood, 1995):
36