616-Article Text-1178-1-10-20230326

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 21

Vol. 8 No.

1, Februari 2023

ARTIKEL RISET
URL artikel: http://jurnal.ft.umi.ac.id/index.php/losari/article/view/080102202305

Kawasan Wisata Budaya di Pulau Lakkang Kota Makassar


Nurul Maghfirah 1, Andas Budy2
1
Mahasiswa Sarjana Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia
2
Dosen Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia
Email Penulis Korespondensi (K): [email protected]
[email protected] , [email protected] 2

Abstract
The potential for cultural tourism on Lakkang Island can be divided into two, including physical and non-
physical. The physical remains of six Japanese bunkers that are tens of years old, traditional houses of
local residents and a bamboo forest of approximately one hectare in area. While non-physical in the form
of traditional dances (Mala dance, Bugis dance, Paduppa dance, Fan and Uncle dance), events (annual
folk parties, National photographer jamboree competition in 2016, jamboree held by the P3E Unit Waste
Bank, and bamboo craft workshops which was exhibited at the Makassar International Eight Festival and
Forum 2018). A significant increase in tourists also occurred from year to year by 24.1% and 6.7%.
Therefore, this potential must be supported by adequate facilities and infrastructure that are in
accordance with the potential on Lakkang Island. The purpose of this writing is to meet the standard
needs of infrastructure facilities that are in accordance with the potential of the Lakkang Island tourist
area. The conceptual approach used is the traditional Bugis Makassar architectural concept approach
combined with bamboo materials which are widely available on Lakkang Island. The method to achieve
the goal is by synthesis analysis. Where the data obtained is analyzed and then synthesized and then used
as a design reference. The results of this study are in the form of a concept of the appearance of
infrastructure buildings that can be transformed into physical designs..

Keywords: Tourist area, cultural tourism facilities, Lakkang Island.

PUBLISHED BY : Article history :


Engginering Faculty
Universitas Muslim Indonesia Received 5 Februari 2023
Address : Received in revised form 15 Februari 2023
Jl. Urip Sumoharjo Km. 5 (Kampus II UMI) Accepted 17 Februari 2023
Makassar, Sulawesi Selatan. Available online 27 Februari 2023
Email :
[email protected] licensed by Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Phone :
+62 81342502866

Penerbit : Universitas Muslim Indonesia 46


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

Abstrak

Potensi wisata budaya di Pulau Lakkang dapat dibagi menjadi dua diantaranya fisik dan non fisik. Fisik
berupa peninggalan enam buah bunker Jepang yang berusia puluhan tahun, rumah tradisional penduduk
setempat serta hutan bambu kuranglebih seluas satu hektar. Sedangkan non fisik berupa tarian tradisional
(tarian Mala, tari Bugis, tari Paduppa, tari Kipas dan Pamanca), event (pesta rakyat setiap tahun, lomba
jambore fotografer Nasional pada tahun 2016, jambore yang diadakan oleh Bank Sampah Unit P3E, dan
workshop kerajinan bambu yang telah dipamerkan saat Makassar International Eight Festival and Forum
2018),. Peningkatan wisatawan yang signifikan juga terjadi dari tahun ke tahun sebesar 24,1 % dan 6,7%.
Oleh sebab itu, potensi ini harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai yang sesuai
dengan potensi di Pulau Lakkang. Tujuan penulisan ini ialah untuk memenuhi kebutuhan standar sarana
prasarana yang sesuai dengan potensi kawasan wisata Pulau Lakkang. Pendekatan konsep yang
digunakan yakni dengan pendekatan konsep Arsitektur tradisional Bugis Makassar yang dikombinasikan
dengan material bamboo yang banyak tersedia di Pulau Lakkang. Adapun metode untuk mencapai tujuan
ialah dengan Analisa sintesa. Dimana data yang didapatkan di analisis lalu disintesa kemudian dijadikan
acuan perancangan. Hasil dari studi ini berupa konsep penampilan bangunan sarana prasarana yang dapat
di transformasi ke desain fisik.

Kata Kunci : Kawasan wisata, sarana wisata budaya, Pulau Lakkang

PENDAHULUAN

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2015, jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara dan domestik di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, pada tahun 2011 tercatat sebesar 4.523.381 jiwa, tahun
2012 sebesar 4.936.567 jiwa, tahun 2013 sebesar 5.492.3393 jiwa, tahun 2014 sebesar 6.072.291
jiwa, dan tahun 2015 sebesar 7.320.599 jiwa. Sedangkan pertumbuhan pengunjung pada Pulau
Lakkang tahun 2015 sebesar 550 wisatawan (domestik 443 orang dan Asing 107 orang), tahun
2016 sebesar 683 wisatawan (domestik 545 orang dan asing 138 orang), tahun 2017 sebesar 729
wisatawan (domestik 558 orang dan asing 141 orang) dan pada tahun 2018 dari bulan Januari
hingga Maret sebesar 235 wisatawan (domestik 203 orang dan asing 32 orang). Hal ini
menunjukkan terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun sebesar 24,1 % dan 6,7%
(Dinas Pariwisata Kota Makassar, 2018).
Selain digunakan sebagai tempat berwisata, Pulau Lakkang juga berfungsi sebagai area
konservasi penelitian oleh mahasiswa. Sudah tersedia fasilitas penunjang berupa air bersih
(namun toilet umum belum ada), listrik, jalanan, dan jaringan pada pulau. Terdapat beberapa

Penerbit : Universitas Muslim Indonesia 47


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

warung untuk mengisi perut wisatawan dan belum jelas batasan kawasan wisata karena posisi
daya tarik wisatawan terletak di tengah permukiman warga Pulau Lakkang.
Namun menurut PERMEN pariwisata No.17 Tahun 2014 tentang standar usaha kawasan
pariwisata bahwa kawasan wisata harus mempunyai sarana dan prasarana berupa hotel atau jenis
lainnya, restaurant, toilet umum, daya tarik wisata, memiliki batas yang jelas, dilengkapi dengan
gerbang masuk kawasan, ruang kantor, toilet karyawan pria dan wanita terpisah, peralatan P3K,
fasilitas parkir, pengelolaan limbah cair, dapat melakukan penerimaan dan pemberian informasi,
pembangunan dan pengelolaan kawasan, mempunyai penanganan keluhan wisatawan, dan
program kelestarian lingkungan kawasan dan program inovasi produk. Teori pendukung lainnya
menurut Priyanto (2016) untuk memperkaya obyek dan daya tarik wisata, beberapa fasilitas dan
kegiatan dapat dibangun mulai dari Eco-lodge, Eco-recreation, Eco-education, Eco-research,
Eco-energy, Eco- development, dan Eco-promotion. Selain itu dermaga Pulau Lakkang juga
belum terorganisir atau di tata secara terpusat untuk memudahkan wisatawan. Struktur dermaga
sudah agak lapuk kayunya. Oleh karena itu, dibutuhkan desain yang sesuai untuk sebuah
kawasan wisata yang dapat menonjolkan nilai budaya setempat yang berlandaskan PERMEN
No.17 Tahun 2014.
Sarana penunjang kepariwisataan (supporting tourism superstructure), adalah fasilitas
yang diperlukan wisatawan (khususnya business tourist), yang berfungsi tidak hanya melengkapi
sarana pokok dan sarana pelengkap, tetapi fungsinya lebih penting adalah agar wisatawan lebih
banyak membelanjakan uangnya di tempat yang di kunjunginya tersebut. Termasuk dalam
kelompok ini adalah night club, steambath, casino, souvenir shop, bioskop, opera. Prasarana
umum, terdiri dari jaringan jalan raya, jembatan, transportasi laut, darat, dan udara, serta
prasarana lain yang terdiri dari sistem penyediaan air bersih, pembangkit tenaga listrik, fasilitas
telekomunikasi, kantor pos, rumah sakit, pompa bensin, apotek. Sedangkan menurut Priyanto
(2016) untuk memperkaya obyek dan daya tarik wisata di sebuah desa wisata, beberapa fasilitas
dan kegiatan dapat dibangun mulai dari :

1. Eco-lodge : Renovasi homestay agar memenuhi persyaratan akomodasi wisatawan, atau


membangun guest house berupa, bamboo house, traditional house, log house, dan lain
sebagainya.

48 Penerbit : Universitas Muslim Indonesia


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

2. Eco-recreation : Kegiatan pertanian, pertunjukan kesenian lokal, memancing ikan di kolam,


jalan-jalan di desa (hiking), biking di desa dan lain sebagainya.
3. Eco-education: Mendidik wisatawan mengenai pendidikan lingkungan dan mengenalkan
flora dan fauna yang ada di desa yang bersangkutan.
4. Eco-research : Meneliti flora dan fauna yang ada di desa, dan mengembangkan produk yang
dihasilkan di desa, serta meneliti keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakat di desa
tersebut, dan sebagainya.
5. Eco-energy : Membangun sumber energi tenaga surya atau tenaga air untuk Eco-lodge.
6. Eco-development: Menanam jenis-jenis pohon yang buahnya untuk makanan burung atau
binatang liar, tanaman hias, tanaman obat, agar bertambah populasinya.
7. Eco-promotion: Promosi lewat media cetak atau elektronik, dengan mengundang media
massa.

Penampilan Bangunan
1. Eco-lodge : Desain homestay atau resort dengan konsep yang sesuai dengan keadaan
lingkungan sekitar dengan menggunakan material bamboo dan kayu agar memberi kesan
natural
2. Eco-recreation: Kegiatan wisata budaya yang dapat dilakukan ialah melakukan kebiasaan
mata pencaharian penduduk setempat yakni Bertani, mencari ikan dan bercocok tanam.
Rekreasi lainnya. Desain penampilan bangunan diterapkan pada kantor pengelola yang
terpusat
3. Eco-education :Mendidik wisatawan mengenai pendidikan lingkungan dan mengenalkan
flora yang ada di Pulau Lakkang dengan memberikan sarana prasarana yang mendukung.
Penampilan bangunan menggunakan material bamboo dengan desain yang dinamis.
4. Eco-research : Salah satu fungsi pulau ialah sebagai tempat konservasi, baik untuk penelitian
flora, kebudayaan setempat, arsitektur rumah tradisional setempat, dan lain-lain. Penampilan
bangunan menggunakan warna alam agar lebih menyatu dengan lingkungan sekitar.

5. Eco-energy : Sumber energi tenaga surya yang dapat di terapkan untuk eco lodge berasal dari
radiasi matahari. Radiasi matahari merupakan potensi energi terbesar dan terjamin
keberadaannya di muka bumi.

Penerbit : Universitas Muslim Indonesia 49


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

METODE
Metode yang digunakan adalah Analisa sintesa. Menurut Makinuddin (2006), analisis adalah
aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti megurai, membedakan, memilah sesuatu untuk
digolognkan dan dikelompokan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan
ditafsir maknanya. Sedangkan sintesa (Synthesis) ialah kemampuan untuk mengumpulkan dan
mengorganisasikan semua unsur atau bagian, sehingga membentuk satu keseluruhan secara utuh.
Dengan kata lain, kemampuan untuk menampilkan pikiran secara orisinil dan inovatif.
Dengan begini penulis akan menganalisis data yang dikumpulkan, baik data primer maupun data
sekunder. Kemudian dilakukan pendekatan-pendekatan yang merupakan suatu tahapan kegiatan
yang terdiri dari rangkaian telaah terhadap kondisi kawasan
HASIL

Gambar 1. Peta Pulau Lakkang


(Sumber : Integrated Coastal Management Kota Makassar, 2017)

Pulau Lakkang termasuk ke dalam Kawasan Lindung yang berarti kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian Lingkungan Hidup yang mencakup sumber alam,

50 Penerbit : Universitas Muslim Indonesia


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan Pembangunan
berkelanjutan. Yang didukung oleh PERDA Kota Makassar No.4 Tahun 2015 juga menyatakan
bahwa Kawasan Bunker Jepang di Lakkang sebagai tempat wisata budaya Makassar. Pulau
Lakkang merupakan daratan yang terbentuk karena sedimentasi dalam kurun waktu tertentu yang
ditetapkan menjadi salah satu kawasan wisata budaya dalam PERDA Kota Makassar.
Berdasarakan data Integrated Coastal Management (2015), kelurahan Lakkang mempunyai luas
wilayah 195 ha dengan luas area 165 km2 yang meliputi 2 RW dan 8 RT di dalamnya. Jumlah
penduduk pada pulau sebesar 1171 jiwa. Secara administratif terletak di Kecamatan Tallo Kota
Makassar yang mana posisi geografis kelurahan terletak di E 05 o06’38,2 dan 119 o
25’37,2
dengan batas-batas wilayah:
Sebelah Utara : Kecamatan Tamalanrea (Kelurahan Parangloe)
Sebelah Timur : Kecamatan Tamalanrea (Kelurahan Tamalanrea Indah)
Sebelah Selatan : Kecamatan Panakkukang (Kelurahan Pampang)
Sebelah Barat :Kecamatan Rappokalling dan KelurahanParangloe

Potensi wisata budaya di Pulau Lakkang


1. Artefak Bunker Jepang

Gambar 2. Letak Bunker


(Sumber : Google Maps, 2019)

Penerbit : Universitas Muslim Indonesia 51


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

Artefak bunker Jepang di pulau Lakkang yang berusia puluhan tahun dan terdapat 6 buah yakni:
a. Bunker 1 : (05 07.300 LS – 119 27.914 BT ) Ukuran :±3m2 , berfungsi sebagai tempat
pertahanan dengan adanya bekas tempat stelling senjata.
b. Bunker 2 : (05 7.259 LS – 119 27.923 BT) Ukuran : 10x3 m, berfungsi sebagai tempat
penyimpanan logistik
c. Bunker 3 : (05 07.267 LS – 119 27.912 BT) Ukuran: 3x2m, berfungsi sebagai tempat
pertahanan dooper
d. Bunker 4 dan 5 (05 07.280 LS-119 27.914 BT) berfungsi sebagai tempat perlindungan
e. Bunker 6 (05 07.270 LS – 119 27.925 BT) Ukuran: 3 x 3m, berfungsi sebagai tempat
persembunyian

Gambar 3. Kondisi Eksisting Bungker


(Sumber :Hasil Rancangan, 2019)
2. Rumah tradisional penduduk
Rumah tradisional yang berkonsep Bugis Makasar banyak dijumpai di seluruh Pulau karena
mayoritas penduduk menggunakan rumah panggung.

Gambar 4. Rumah tradisional penduduk


(Sumber :Hasil Rancangan, 2019)

52 Penerbit : Universitas Muslim Indonesia


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

3. Tarian dan Bahasa


Suguhan atraksi kesenian tradisional berupa paraga, tarian mala, bugis, paduppa, kipas, empat
etnik dan pamanca (Pencak Silat). Bahasa khas pulau yang digunakan dalam aktivitas sehari-hari
ialah Bugis Makassar. Selain itu terdapat Tulisan Lontara yang menjadi ciri khas Kota Makassar.

Gambar 5. Tarian Pamanca


(Sumber : Disbudpar kota Makassar)
4. Mata pencaharian
Mata pencaharian berupa nelayan, petani, tambak empang,dll.

Gambar 6 . Salah satu mata pencaharian bertani


(Sumber :Hasil Rancangan, 2019)

5. Vegetasi Pulau Lakkang

Gambar 7 . Hutan Bambu dan Potensi Kerajinan


(Sumber :Hasil Rancangan, 2019)

Penerbit : Universitas Muslim Indonesia 53


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

Mempunyai keanekaragaman flora sebanyak 52 spesies yang terdiri dari 28 familia (Suhadiyah,
2015). Pohon bamboo terdapat banyak di Pulau Lakkang dengan luasan kurang lebih 1 Ha
sehingga tanaman ini banyak ditemui di sekitar jalan yang menjadikan pulau ini asri. Batang
pohon bamboo juga dapat diolah sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat dan bernilai jual
tinggi terhadap masyarakat.
6. Perlindungan Warisan Budaya & Konservasi
Adanya hukum yang mengatur penjualan, perdagangan, pameran, atau pemberian artefak
bersejarah dan atau bernilai arkeologis kepada pihak lain. Pulau Lakkang juga dapat dijadikan
sebagai tempat pembelajaran atau konservasi penelitian.

Gambar 8 . Ketua dewan adat Pulau Lakkang


(Sumber :Hasil Rancangan, 2019)

PEMBAHASAN
Aktivitas dan Kebutuhan Ruang
1. Pengelola
Tabel 1. Aktivitas Kebutuhan Rg. Pengelola
(Sumber : Analisis)
Aktivitas Kebutuhan Ruang
Datang Main Entrance
Parkir Kendaraan Area Parkir
Makan & Minum Restaurant
Ibadah Musholla
BAK/BAB Toilet
Ke lobby Lobby
Mengatur Keuangan Ruang Administrasi
Pimpinan GM Ruang Pimpinan GM
Pemasaran Ruang Marketing
Cek Utilitas Ruang Utilitas

54 Penerbit : Universitas Muslim Indonesia


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

Mengamanankan Ruang Sekurity


Rapat Meeting room
Memasak Dapur/Pantry
Beristirahat Ruang OB
Keterangan : Publik, Privat, Service
Jika 300 penunjung yang akan datang maka diasumsikan kebutuhan pengelola sebnayak 60
orang.
2. Pengunjung
Pengunjung merupakan pelaku aktivitas utama yang menjadi sasaran direncanakannya fungsi
bangunan. Untuk pengunjung yang mempunyai luas lahan 29.480 m 2 , kawasan wisata ini
direncanakan menampung sebanyak 300 pengunjung per hari.

Keterangan : Publik, Privat, Service

Tabel 2. Aktivitas Kebutuhan Rg. Pengunjung


(Sumber : Analisis)

Penerbit : Universitas Muslim Indonesia 55


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

3. Cleaning Service
Cleaning service yang merupakan bagian dari pegawai berjumlah 10 orang juga membutuhkan
ruang.
Tabel 3. Aktivitas Kebutuhan Rg. Cleaning Service
(Sumber : Analisis)

4. Teknisi Bangunan
Tabel 4. Aktivitas Kebutuhan Rg. Teknisi Bangunan
(Sumber : Analisis)

5. Security
Tabel 5. Aktivitas Kebutuhan Rg. Security
(Sumber : Analisis)

Sekuriti bertanggung jawab terhadap keamanan seluruh pelaku aktivitas yang berada dalam
lingkup Kawasan Wisata Budaya.

56 Penerbit : Universitas Muslim Indonesia


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

Diagram 1. Organisasi Ruang


(Sumber : Analisis)

Analisis Kebutuhan Sarana Prasarana


a. Dermaga
Butuhnya suatu dermaga pada kawasan wisata Pulau Lakkang bertujuan untuk kapal yang
berlabuh membawa masuk wisatawan ke pulau, mengantar pulang wisatawan dari pulau,
membawa barang ke pulau, serta memudahkan masyarakat setempat untuk bekerja.
b. Bunker Jepang
Bunker jepang yang menjadi daya Tarik wisatawan sudah berusia puluhan tahun dengan
jumlah 6 buah harus di rawat dan di tata sedemikian rupa agar aksesnya dapat terjangkau
oleh wisatawan.
c. Kantor Pengelola
Kebutuhan kantor pengelola agar kawasan wisata budaya di Pulau Lakkang terorganisir
dengan baik
d. Resort
Resort berfungsi sebagai sarana tempat menginap pada pengunjung wisatawan di Pulau
Lakkang. Modelnya didesain agar lebih unik dan menarik perhatian wisatawan.
e. Sculpture
Fungsi sculpture pada kawasan yakni sebagai karya seni yang memberikan nilai estetika
tersendiri. Sculpture juga memiliki arti atau makna tersendiri untuk menjelaskan suat hal
yang berkaitan dengan kawasan wisata.

Penerbit : Universitas Muslim Indonesia 57


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

f. Eco Energy Area


Eco energy area berfungsi untuk menghemat jumlah pemakaian energi berlebih sehingga
energi dapat diperoleh dari cahaya matahari yang diolah dan akan mengakibatkan kawasan
lebih hemat dalam penggunaan energi.
g. Eco Development Area
Eco development area dibutuhkan untuk menjaga kawasan wisata tetap mempunyai vegetasi,
serta dapat digunakan sebagai area konservasi dan area bercocok tanam untuk wisatwan yang
ingin mencobanya.
h. Hall Pertunjukan
Hall pertunjukan berfungsi sebagai menyambut wisatawan dengan suguhan atraksi tarian
daerah setempat dari masyarakat agar budaya setempat diperkenalkan ke kalangan luas.
i. Area Memancing
Area memancing disediakan agar pengunjung dapat mencoba mencari ikan sendiri layaknya
aktifitas warga setempat yakni nelayan. Kemudian, hasil pancingannya dapat diolah dengan
bumbu masakan khas daerah setempat. Area pemancingan yang disediakan berupa air tawar
layaknya milik warga setempat yang mempunyai banyak tambak air payau sehingga
potensinya selaras.
j. The Maze Garden
Labirin atau maze garden berfungsi sebagai vegetasi pulau. Dapat menghijaukan area
kawasan karena berisi banyak tanaman khas Pulau Lakkang. Area ini juga berfungsi sebagai
tempat area refreshing bermain anak atau pengunjung lainnya karena seperti bermain game
dalam dunia nyata.
k. Camping area
Camping area berfungsi untuk memudahkan wisatawan untuk menginap di kawasan wisata
namun dengan kondisi lebih menyatu dengan alam. Karena pengunjung harus tinggal tidur di
dalam tenda.
l. Parking Area
Tempat parkir harus tersedia untuk memudahkan wisatawan memarkir kendaraan yang ia
gunakan khusuunya motor dan memudahkan mobilitas dan kemanan kendaraan pengunjung
yang akan dijaga oleh security.
m. Restaurant
Restaurant disediakan untuk memberi kemudahan wisatawan untuk menikmati makanan atau
minuman khas pulau setempat dengan mudah.

Perwujudan fisik sarana prasarana


1. Tradisional Bugis
Pada ragam hias bangunan arsitektur Bugis umumnya bersumber dari alam sekitar, biasanya
berupa flora. Selain itu juga sebagai simbol keberanian. Biasanya ditempatkan di puncak
bubungan rumah bagian depan atau belakang.

58 Penerbit : Universitas Muslim Indonesia


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

Gambar 9. Ornamen Bunga Parengreng dan Ornamen Geometris


(Sumber : Danhiar, 2013)
Selain itu, warna yang tercipta berkat adanya cahaya merupakan bentuk energi yang dapat
mempengaruhi pikiran (mood) dan emosi. Dalam Desain Grafis, warna mempunyai peran yang
sangat penting, karena mempunyai nilai bahasa karakter (Language Character) dan efek
psikologis terhadap yang melihatnya dan dapat memberikan makna dan kesan tertentu. Material
yang bersifat natural seperti kayu, batu, bambu, dan vegetasi dapat menghasilkan efek psikologis
yang mempengaruhi indera manusia seperti pengelihatan dan peraba. (Dahniar, 2013)
Selain pohon lontara (Borassus flabellifer L.) yang terdapat di Pulau Lakkang. Ciri khas
budaya setempat juga mempelajari tulisan aksara Lontara. Oleh karena itu untuk memasukkan
unsur Bahasa ke dalam desain maka aksen aksara Lontara akan diterapkan di beberapa titik
untuk menambah jenis ornament budaya dan menambah kekentalan ciri khas budaya pulau
setempat.

Gambar 10 . Spasial Vertikal Rumah Bugis


(Sumber : Amal, 2018)

Penerbit : Universitas Muslim Indonesia 59


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

Perencanaan Desain

Gambar 11. Tampak atas kawasan


(Sumber:Hasil Rancangan, 2019)
1. Bunker Jepang
Bunker Jepang di desain menggunakan material bamboo yang mengikuti vegetasi eksisting
setempat dimana terdapat banyak pohon bamboo di sekitar site.

Gambar 12. Gerbang, Tampak atas bunker, Interrior Bunker Jepang


(Sumber:Hasil Rancangan, 2019)
2. Dermaga
Dermaga didesain menggunakan pendekatan atap rumah bugis yang dimana berbentuk
segitiga dan mempunyai garis menyilang pada bagian atas atapnya. Menggunakan material
natural yakni atap rumbia dan material bamboo dengan menggunakan garis yang dinamis agar
tidak terkesan kaku. Pada dermaga juga diletakkan papan selamat datang untuk menyambut
wisatawan yang baru tiba di Pulau Lakkang.

Gambar 13. Desain Dermaga


(Sumber:Hasil Rancangan, 2019)

60 Penerbit : Universitas Muslim Indonesia


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

3. Kantor Pengelola
Kantor Pengelola yang didesain dengan dominasi natural yakni putih dan coklat masih tetap
menggunakan material alami pada atapnya (Atap Nipah/rumbia) unutk menyesuaikan dengan
konsep desain bangunan lain di sekitarnya. Konsep tradisional tetap diterapkan pada bagian
atapnya.

Gambar 14. Kantor Pengelola


(Sumber:Hasil Rancangan, 2019)
4. Resort
Resort didesain menggunakan konsep bugis makassar yang didesain sedemikian rupa untuk
mengikuti model terkini. Namun untuk mendapat kesan bugis makassar maka ditambahkan
ornament-ornamen bugis pada bagian sisi kiri kanan atap dan pada bagian dinding bangunan.
Ornamen berupa bunga parengreng dan geometris serta atap yang menyilang pada bagian ujung
atap. Selain itu model jendela yang digunakan diambil dari model jendela rumah tradisional
bugis Makassar. Selain itu penggunaan material natural juga diterapkan dalam penggunaan
material pada lantai, dindig, atap, serta interior. Lantai dan dinding kayu, sedangkan atap dari
daun nipah.

Gambar 15 . Desain Resort


(Sumber:Hasil Rancangan, 2019)
5. Sculpture

Gambar 16. Desain 2 jenis Sculpture


(Sumber:Hasil Rancangan, 2019

Penerbit : Universitas Muslim Indonesia 61


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

Sculpture untuk menghiasi kawasan wisata yang juga berarti menggunakan material natural
yang terdapat banyak di Pulau Lakkang yakni berupa bambu. Pada bagian tengah sculpture
diberikan motif tradisional dengan material anyaman bamboo.

6. Eco Energy Area


Pada bagian eco energy berfungsi untuk menyalukan energi dari panel surya menuju
bangunan dalam kawasan wisata. Kesan bugis makassar ditonjolkan pada bagian dindingnya
yang terdapat ornament lontara.

Gambar 17. Desain Eco Energy


(Sumber:Hasil Rancangan, 2019)
7. Eco Development Area
Eco development area yang berfungsi untuk menanam vegetasi yang ada di Pulau Lakkang
untuk dijadikan area konservasi penelitian atau untuk sarana wisata pengunjung yang ingin
mencoba bercocok tanam. Penggunaan material kayu dan bamboo yang disatukan menjadi
sebuah struktur semi tertutup pada bagian atas atap untuk memberi kesan estetik.

Gambar 18. Desain Eco Development


(Sumber:Hasil Rancangan, 2019)
8. Hall Pertunjukan

Gambar 19. Hall Pertunjukan


(Sumber:Hasil Rancangan, 2019)

62 Penerbit : Universitas Muslim Indonesia


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

Hall pertunjukan berfungsi untuk menyambut pengunjung dengan menggelar tarian budaya
setempat atau memperkenalkan budaya setempat di atas panggung kepada wisatawan.
Penggunaan material bamboo, kayu, dan atap nipah dipadukan konsep tradisional Bugis
Makassar pada bagian yang berundak-undak dan atap meruncing dan menyilang.

9. Area Memancing
Area memancing yang merupakan fasilitas tambahan pada kawasan agar dapat dimanfaatkan
oleh wisatawan untuk merasakan mayoritas pekerjaan masyarakat setempat serta wisatawan juga
dapat memasak masakan setempat menggunakan hasil pancingannya.

Gambar 20. Area Memancing


(Sumber:Hasil Rancangan, 2019)
10. The Maze Garden
Taman Labirin yang berfungsi sebagai vegetasi kawasan juga dapat dimanfaatkan sebagai
tempat wisata dengan bermain game di dalam taman labirin

Gambar 21. Labirin Garden


(Sumber:Hasil Rancangan, 2019)
11. Camping Area

Gambar 22. Camping Area


(Sumber:Hasil Rancangan, 2019)

Penerbit : Universitas Muslim Indonesia 63


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

Camping Area yang dapat digunakan bagi wisatawan yang tidak ingin menginap di resort
dan ingin lebih menyatu dengan alam.

12. Parking Area


Desain tempat parkir menggunakan paving block yang dapat ditumbuhi tanaman rerumputan
disekitarnya serta pada bagian tengah parkir diberi vegetasi agar tetap rindang.

Gambar 23. Dua buah Parking Area


(Sumber:Hasil Rancangan, 2019)
13. Restaurant
Desain restaurant menggunakan bahan bamboo dan kayu. Pada bagian dinding restaurant
diberikan aksen Lontara untuk memperkuat kesan budaya dalam bangunannya. Aksen segitiga
dan berlantai dua digunakan untuk mendekati konsep rumah bangunan bugis Makassar.

Gambar 3724. Restaurant exterior dan interrior


(Sumber:Hasil Rancangan, 2019)

KESIMPULAN

SIMPULAN
Dalam perencanaan kawasan wisata budaya di Pulau Lakkang Makassar terdapat beberapa
persoalan secara khusus dan harus diselesaikan dari segi arsitektural. Setelah menganalisa dan
membahas beberapa persoalan khusunya yang sesuai dengan rumusan masalah dihasilkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Sarana dan prasarana yang terdapat di dalam Kawasan Wisata Budaya di RW.01 Pulau
Lakkang menggunakan standar PERMEN pariwisata No.17 Tahun 2014 dan untuk
memperkaya obyek dan daya tarik wisata beberapa fasilitas dan kegiatan dapat
ditambahkan Eco-lodge, Eco-recreation, Eco-education, Eco-research, Eco-energy, Eco-
development, dan Eco-promotion.

64 Penerbit : Universitas Muslim Indonesia


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

2. Sarana prasarana yang kondisinya kurang baik saat observasi didesain ulang mengikuti
konsep desain kawasan Wisata Budaya.
3. Konsep penampilan bangunan menggunakan budaya setempat yakni bugis makassar yang
didukung dengan parametric design agar memberikan kesan dinamis untuk sebuah desain
kawasan

DAFTAR PUSTAKA

1. Arjana, I Gusti Bagus. 2015. Geografi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Depok: Rajawali
Pers. ISBN : 978-979-769-855-3
2. Frick, Heinz. 2004. Ilmu Konstruksi Bambu. Yogyakarta: Kanisius Yogyakarta. ISBN:
979-21-1057-7
3. Gerbono, Anton. 2005. Aneka Anyaman Bambu. Yogyakarta. Penerbit Kanisius. ISBN:
979-21-0712-6
4. Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan 2015. Jumlah Wisatawan Mancanegara dan
Domestik di Provinsi Sulawesi Selatan 2011 - 2015.
https://sulsel.bps.go.id/dynamictable/2016/08/12/254/jumlah-wisatawan-mancanegara-dan-
domestik-di-provinsi-sulawesi-selatan-2011-2015.html Diakses 12 September 2018 pukul
16:20:07
5. Murti, Kusuma Ayu Hari ., dan Dra Nunuk Giari Murwandani M.Pd. Kerajinan Anyam
Bambu Di Sanggar Hamid Jaya Desa Gintangan Kecamatan Rogojampi Kabupaten
Banyuwangi. Jurnal Seni Rupa, Volume 06 Nomor 01 Tahun 2018, 634-644.
6. Republik Indoenesia. Jumlah Pengunjung Pulau Lakkang. Dinas Pariwisata Kota
Makassar. Makassar
7. Republik Indonesia. Peraturan Daerah Kota Makassar No.4 Tahun 2015 tentang Rencana
Tata Ruang Kota Makassar 2015-2034. Walikota Makassar. Makassar
8. Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Standar Usaha Kawasan Pariwisata. Menterei
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. Indonesia
9. Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata. Menterei Pariwisata Republik Indonesia.
Indonesia

Penerbit : Universitas Muslim Indonesia 65


LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman
Vol.8 No.1, Februari 2023 P-ISSN 2502-4892 E-ISSN 2527-8886

10. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50 Tahun 2011 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025. Presiden
Republik Indonesia. Indonesia
11. Riddhagni, Nethchanok. 2018. Cultural Tourism and Architecture Heritage: Question of
Authenticity. Journal of Community Development Research, Vol.11, No.3, hlm.1-12

66 Penerbit : Universitas Muslim Indonesia

You might also like