Model Pendekatan Konseling Dan Karakteristik Konselor

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

MODEL PENDEKATAN KONSELING DAN KARAKTERISTIK

KONSELOR

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
BIMBINGAN KONSELING
Dosen Pengampu :
Zahirotul Kamiliyah, S.Si,.M.E

Disusun Oleh :
Najma Maulida Yumna 212601969
Wahidatun Nazril Choirun Nisa` 212601988
Nurul Qomariyah 212601987

UNIVERSITAS ISLAM TRIBAKTI (UIT) LIRBOYO KEDIRI


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA`IYAH
MEI 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih Kepada ibu Zahirotul Kamiliyah, S.Si,.M.E selaku
dosen Bimbingan Konseling yang telah bembimbing kami dalam menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Model Pendekatan Konseling dan Karakteristik
Konselor”.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa membawa kemanfaatan bagi para pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 22 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... II

DAFTAR ISI .................................................................................................. III

BAB I .............................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan.................................................................................................. 1

BAB II ............................................................................................................. 2

PEMBAHASAN ............................................................................................. 2

A. Konseling Pada Anak .................................................................... 2


B. Model Pendekatan Pada Konseling ............................................... 3
C. Karakteristik Konselor Yang Efektif ............................................. 6

BAB III ........................................................................................................... 9

PENUTUP ....................................................................................................... 9

A. Kesimpulan .................................................................................. 9
B. Saran ............................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konseling anak merupakan proses pemberian bantuan pada anak
yang ditujukan untuk membantu anak menyesuaikan diri dengan
lingkungan di sekitarnya. Pelayanan pemberian bantuan konseling yang
dilakukan, diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap
optimalisasi potensi anak. Pemberian bantuan bukanlah tugas yang ringan.
Hal ini karena kinerja dalam proses konseling memiliki dampak yang berarti
bagi kehidupan individu tersebut. Sebagai konselor anak harus mampu
menerapkan keterampilan konseling sehingga anak bisa mengungkapkann
tentang permasalahan yang dialaminya. Keterampilan konseling anak harus
relevan untuk setiap tahap proses konseling. Secara umum proses konseling
terdiri atas serangkaian sesi, di mana konselor harus melakukan peran dan
fungsi konselor yang berbeda-beda.1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud konseling pada anak ?
2. Apa tujuan model pendekatan dalam konseling ?
3. Bagaimana karakteristik konselor yang efektif ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud konseling pada anak.
2. Untuk mengetahui apa saja model pendekatan dalam konseling.
3. Untuk memahami karakteristik konselor yang efektif.

1Mufida Istati and Nurul Rahmi, “PENGUATAN KETERAMPILAN KONSELING ANAK : MEMILIH
MEDIA DAN AKTIVITAS YANG TEPAT,” 2017.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSELING PADA ANAK

Konseling merupakan suatu layanan yang diberikan klien yang dilakukan


dengan tatap muka atau empat mata antara konselor dengan klien dan konselor
melakukannya sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam konseling agar dapat
membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi klien. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu layanan pemberian
bantuan yang dilakukan konselor kepada seorang klien atau peserta didik, agar klien
dapat memahami dirinya sendiri, membuat keputusan, memahami potensi dirinya
yang dimiliki, mengetahui bagamaina mengembangkan potensinya tersebut, dan
memiliki sifat tanggung jawab atas keputusan-keputusan yang yang diambilnya
sendiri.”2

Konseling anak adalah proses yang terjadi antara anak dan seorang konselor
yang membantu anak-anak untuk memahami apa yang telah terjadi kepada mereka.
Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak untuk sembuh dan kembali rasa
percaya dirinya. Selama konseling, seorang anak didorong untuk dapat menyatakan
perasaan mereka. Pemikiran dan perasaan yang tetap dan tak terungkapkan
cenderung menjadi semakin akut dan dapat menimbulkan masalah jangka panjang.
Konseling anak menawarkan tempat yang aman untuk berbicara tentang hal-hal
yang sulit. Anak-anak sering merasa sulit untuk berbicara dengan pada orang
dewasa yang peduli mereka, padahal anak ingin dilindungi oleh orang dewasa.
Mereka merasa sudah cukup dianggap bertanggung jawab untuk dewasa dari setiap
hal yang dilakukannya. Konseling menawarkan kesempatan untuk melakukan
kepercayaan internal dan perasaan eksternal dan karena itu lebih dapat diatur.

2 Fadhillah Isnaini et al., “PENTINGNYA BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI PESERTA DIDIK DI
MADRASAH IBTIDAIYAH,” Al-Mursyid : Jurnal Ikatan Alumni Bimbingan Dan Konseling Islam
(IKABKI) 3, no. 2 (September 23, 2022)

2
Konseling dapat memberikan pengertian pada anak-anak bahwa hubungan itu
adalah sangat berharga.

B. MODEL PENDEKATAN DALAM KONSELING

Ada tiga model pendekatan konseling yang sudah banyak dikenal, yakni
konseling direktif, konseling non direktif, dan pendekatan eklektik. Artikel dibawah
ini akan mencoba membahas pendekatan ini satu persatu.

1. Konseling Direktif

Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa manusia merupakan makhluk


rasional dan memiliki potensi-potensi yang bisa dikembangkan ke arah positif
atau negatif. Manusia dipandang tidak akan bisa berkembang secara otonom,
melainkan butuh pertolongan orang lain agar dapat mencapai batas
kemampuannya secara penuh. Setiap orang merupakan pribadi yang unik yang
memiliki aneka bakat dan kemampuan dan yang berusaha menata serta
mengembangkan hidupnya dengan menggunakan potensi-potensinya yang
unik itu.

•Hakikat kecemasan seseorang adalah ketidakpastian tentang cara


menggunakan potensi-potensinya itu.
• Tujuan konseling adalah menolong sang individu untuk secara bertahap dan
pelan-pelan semakin memahami dan semakin terampil mengatur dirinya
sendiri.
• Teknik-teknik penting yang digunakan meliputi: mencoba menekan agara
patuh, mengubah lingkungan, memilih lingkungan, mengajarkan aneka
keterampilan yang diperlukan, dan mengubah sikap.
• Tes-tes dan alat ukur lain juga banyak dipakai. Riwayat hidup konseli perlu
diungkap agar konseling dapat dilaksanakan. Diagnosis dan prognosis
merupakan keharusan. Klien harus dinasehati apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukannya. Pendekatan direktif ini biasanya cocok dipakai terhadap klien-
klien ‘normal’ yang butuh ditolong agar merasa siap menghadapi aneka
tuntutan penyesuaian sebelum berkembang konflik-konflik di dalam dirinya.
Dalam pendekatan ini si konselor berperan aktif.

3
2. Konseling non Direktif

Pendekatan ini semula dikembangkan oleh Carl Rogers. Dewasa ini,


pendekatan ini disebut sebagai konseling yang berpusat pada klien. Asumsi
dasar yang melandasi pendekatan ini adalah bahwa manusia pada dasarnya
rasional, baik, dapat dipercaya, bergerak ke arah aktualisasi diri atau ke arah
pertumbuhan, keadaan sehat, realisasi diri, kebebasan, dan otonomi. Konsep
diri atau cara sang pribadi mempersepsikan dirinya sendiri merupakan
pengatur tingkah laku. Agar bisa mengatur dan menata tingkah laku sesuai
dengan konsep dirinya, maka sang pribadi harus memiliki kontak yang baik
dengan realitas.

• Konseli merasa cemas sebab terjadi ketidakseimbangan antara konsep


dirinya dan pengalamannya, karena kondisi-kondisi bagi rasa harga dirinya
dipaksa, dan karena kebutuhannya akan penghargaan diri dikecewakan.

• Tujuan konseling adalah menolong konseli agar kembali mampu


mengarahkan dirinya sendiri serta mampu berfungsi secara penuh sebagai
pribadi yang kongruen, masak, dan membuka diri terhadap pengalaman.

• Teknik-teknik konseling yang digunakan meliputi bertanya, memberikan


pengukuhan, bombongan dan sugesti. Semua ini dilakukan secara terbatas.
Peran utama sang konselor adalah mengkomunikasikan penerimaan,
penghargaan dan pemahaman.

3. Konseling Eklektik

Kata eklektik berarti menyeleksi atau memilih menggunakan teori-teori atau


metode-metode yang cocok dari aneka sumber atau sistem. Asumsi yang
mendasari pendekatan eklektik ini ialah bahwa individu secara berkala
membutuhkan pertolongan profesional untuk memahami dirinya sendiri serta
situasi-situasinya, dan mengatasi aneka masalahnya. Pertolongan istimewa ini
harus bersifat mendidik. Seorang konselor eklektik berpendapat bahwa
penggunaan sebuah pendekatan tunggal hanya akan membatasi gerak, di
samping itu aneka sumber yang tersedia haruslah dimanfaatkan sebaik-
baiknya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada siapa saja yang

4
membutuhkan pertolongan. Dalam melaksanakan tugasnya, konselor eklektik
mengikuti sebuah filsafat dan arah yang konsisten, sedangkan Teknik-teknik
yang digunakannya pun dipilih karena sudah teruji bukan berdasarkan coba-
coba belaka. Dengan bekal pengetahuannya tentang persepsi, prinsip-prinsip
pengembangan, prinsip-prinsip belajar dan kepribadian, sang konselor
eklektik mengembangkan sejenis bank metode, lalu memilih yang paling
cocok untuk menangani suatu masalah tertentu.

Dalam konseling eklektik, konselor memiliki kebebasan metodologis untuk


menggunakan aneka keterampilan khusus yang dimilikinya serta memilih
cara-cara demi memberikan pertolongan terbaik bagi konseli. Konseling
eklektik menekankan pentingnya diagnosis dalam memahami seseorang. Para
konselor yang mengikuti model ini haruslah mengenal indikasi-indikasi dari
aneka metode yang sudah dikenal luas serta harus mampu menggunakannya
tanpa bias. Sifatnya yang komprehensif menjadikan model ini popular,
sedangkan cakupannya yang luas cocok dengan cita-cita demokratis untuk
menolong memenuhi kebutuhan individual semua (mahasiswa).

Untuk menerapkan model eklektik ini maka para konselor harus diberi bekal
persiapan yang lebih luas dan harus ada jalinan yang lebih baik antara apa
yang dikerjakan oleh guru, konselor dan tenaga-tenaga ahli lainnya. Konselor
eklektik sering dipandang sebagai jalan tengah untuk menjembatani polarisasi
antara konseling direktif dan konseling non direktif.

4. KARAKTERISTIK KONSELOR YANG EFEKTIF


Menurut Belkin sembilan karakteristik seorang konselor yang
efektif itulah yang akan mampu membantu klien untuk mengembangkan
dirinya, sehingga mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kesembilan
karakteristik itu adalah :
1. Konfrontasi, berarti menghadapkan persoalan kepada klien, yang saat ini
sedang dihadapi. Dengan konseling itu klien sadar terhadap persoalannya dan
berusaha untuk memecahkan sendiri dengan bantuan konselor.
2. Tulus/dapat juga dikatakan ikhlas, berarti melakukannya tanpa syarat,
sehingga tidak ada tawar menawar. Pelaksanaan konseling tidak dibenarkan

6
memakai syarat. Konselor harus secara tulus dan ikhlas menolong klien tanpa
mengajukan persyaratan.
3. Jujur, maksudnya tidak berbohong, mengatakan apa sebenarnya, lahir sesuai
dengan batin. Secara jujur mau mengakai apabila mempunyai kekurangan atau
kelemahan. Tidak suka menipu.
4. Hangat, adanya resonansi psikologis yang dapat memberikan kepuasan dua
belah pihak. Kehangatan ini sangat dibutuhkan oleh setiap manusia dalam
berhubungan dengan orang lain. Kehangatan dibentuk dalam suatu interaksi,
dan ini akan dirasakan oleh yang bersangkutan. Untuk menciptakan
diperlukan adanya hubungan yang akrab. Keakraban akan menimbulkan
kehangatan.
5. Empati, turut merasakan apa yang dihayati oleh klien dan klien tahu kalau
konselor memahami dirinya.
6. Jelas, dalam memberikan konseling janganlah seperti bentuk teka-teki, jangan
samar-samar kalau berbicara atau memberikan pengarahan maka sebaiknya
konselor menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti oleh klien.
7. Polos, artinya tanpa prasangka, kalau sudah ada prasangka terhadap klien,
misalnya memberikan “cap” kepada klien, ini berarti sudah ada prasangka,
dan berarti tak polos lagi. Dalam Client Centered Counseling diperlukan
konselor yang polos, menghindari adanya diagnosis, mendiagnosis berarti
sudah memberikan “merk” kepada klien, berarti ada prasangka, dan tidak
polos lagi.
8. Hormat, memberikan penghargaan kepada klien, memberikan kebebasan,
klien dibiarkan tumbuh berkembang, dan mengembangkan bahkan
potensinya. Klien dihargai sebagai manusia yang memiliki harga diri, dan
memiliki potensi. Klien dihormati sebagaimana adanya.
9. Positive Regard, penghargaan terhadap klien secara positip.Konselor yakin
bahwa klien mempunyai kemampuan menyelesaikan masalahnya sendiri.
Tidak ada dugaan terhadap klien secara negatif, misalnya bahwa klien adalah
orang yang lemah, yang tidak mempunyai kemampuan untuk menolong
dirinya, orang yang sangat tergantung, dsb. Untuk melengkapi ciri-ciri apa
saja yang diharapkan bagi seorang konselor dibawah ini dikutipkan matriks

7
kualitas konselor dari Belkin, agar dapat diketauhi oleh para konselor dan
calon konselor. Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang menentukan
jalannya konseling.Tidak hanya ilmu dan teknik-teknik yang harus dimiliki
oleh seorang konselor. Fakta dilapangan menunjukkan, bahwa konseli (klien)
tidak mau ke ruangan konselor untuk memanfaatkan konseling karena
kepribadian konselor yang mereka anggap judes, keras, dan menakutkan. Oleh
karena itu selain ilmu seorang konselor juga harus mempunyai kepribadian
yang baik, berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan.3

3Ihsan Mz, “Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiah,” preprint (Open
Science Framework, September 21, 2020)

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Konseling anak adalah proses yang terjadi antara anak dan seorang
konselor yang membantu anak-anak untuk memahami apa yang telah
terjadi kepada mereka.
2. Ada tiga model pendekatan konseling yang sudah banyak dikenal, yakni
konseling direktif, konseling non direktif, dan pendekatan eklektik.
3. Karakteristik konselor yang efektif seperti konfrontasi, tulus, jujur, hangat,
empati, jelas, polos, hormat, positive regard
B. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kekhilafan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Isnaini, Fadhillah, Anisa Rahman, Robiatul Adawiyah Lubis, and Umi Kalsum.
“PENTINGNYA BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI PESERTA
DIDIK DI MADRASAH IBTIDAIYAH.” Al-Mursyid : Jurnal Ikatan
Alumni Bimbingan Dan Konseling Islam (IKABKI) 3, no. 2 (September 23,
2022)..
Istati, Mufida, and Nurul Rahmi. “PENGUATAN KETERAMPILAN
KONSELING ANAK : MEMILIH MEDIA DAN AKTIVITAS YANG
TEPAT,” 2017.
Mz, Ihsan. “Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiah.”
Preprint. Open Science Framework, September 21, 2020..

10

You might also like