Model Pendekatan Konseling Dan Karakteristik Konselor
Model Pendekatan Konseling Dan Karakteristik Konselor
Model Pendekatan Konseling Dan Karakteristik Konselor
KONSELOR
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
BIMBINGAN KONSELING
Dosen Pengampu :
Zahirotul Kamiliyah, S.Si,.M.E
Disusun Oleh :
Najma Maulida Yumna 212601969
Wahidatun Nazril Choirun Nisa` 212601988
Nurul Qomariyah 212601987
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
PENUTUP ....................................................................................................... 9
A. Kesimpulan .................................................................................. 9
B. Saran ............................................................................................. 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konseling anak merupakan proses pemberian bantuan pada anak
yang ditujukan untuk membantu anak menyesuaikan diri dengan
lingkungan di sekitarnya. Pelayanan pemberian bantuan konseling yang
dilakukan, diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap
optimalisasi potensi anak. Pemberian bantuan bukanlah tugas yang ringan.
Hal ini karena kinerja dalam proses konseling memiliki dampak yang berarti
bagi kehidupan individu tersebut. Sebagai konselor anak harus mampu
menerapkan keterampilan konseling sehingga anak bisa mengungkapkann
tentang permasalahan yang dialaminya. Keterampilan konseling anak harus
relevan untuk setiap tahap proses konseling. Secara umum proses konseling
terdiri atas serangkaian sesi, di mana konselor harus melakukan peran dan
fungsi konselor yang berbeda-beda.1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud konseling pada anak ?
2. Apa tujuan model pendekatan dalam konseling ?
3. Bagaimana karakteristik konselor yang efektif ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud konseling pada anak.
2. Untuk mengetahui apa saja model pendekatan dalam konseling.
3. Untuk memahami karakteristik konselor yang efektif.
1Mufida Istati and Nurul Rahmi, “PENGUATAN KETERAMPILAN KONSELING ANAK : MEMILIH
MEDIA DAN AKTIVITAS YANG TEPAT,” 2017.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Konseling anak adalah proses yang terjadi antara anak dan seorang konselor
yang membantu anak-anak untuk memahami apa yang telah terjadi kepada mereka.
Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak untuk sembuh dan kembali rasa
percaya dirinya. Selama konseling, seorang anak didorong untuk dapat menyatakan
perasaan mereka. Pemikiran dan perasaan yang tetap dan tak terungkapkan
cenderung menjadi semakin akut dan dapat menimbulkan masalah jangka panjang.
Konseling anak menawarkan tempat yang aman untuk berbicara tentang hal-hal
yang sulit. Anak-anak sering merasa sulit untuk berbicara dengan pada orang
dewasa yang peduli mereka, padahal anak ingin dilindungi oleh orang dewasa.
Mereka merasa sudah cukup dianggap bertanggung jawab untuk dewasa dari setiap
hal yang dilakukannya. Konseling menawarkan kesempatan untuk melakukan
kepercayaan internal dan perasaan eksternal dan karena itu lebih dapat diatur.
2 Fadhillah Isnaini et al., “PENTINGNYA BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI PESERTA DIDIK DI
MADRASAH IBTIDAIYAH,” Al-Mursyid : Jurnal Ikatan Alumni Bimbingan Dan Konseling Islam
(IKABKI) 3, no. 2 (September 23, 2022)
2
Konseling dapat memberikan pengertian pada anak-anak bahwa hubungan itu
adalah sangat berharga.
Ada tiga model pendekatan konseling yang sudah banyak dikenal, yakni
konseling direktif, konseling non direktif, dan pendekatan eklektik. Artikel dibawah
ini akan mencoba membahas pendekatan ini satu persatu.
1. Konseling Direktif
3
2. Konseling non Direktif
3. Konseling Eklektik
4
membutuhkan pertolongan. Dalam melaksanakan tugasnya, konselor eklektik
mengikuti sebuah filsafat dan arah yang konsisten, sedangkan Teknik-teknik
yang digunakannya pun dipilih karena sudah teruji bukan berdasarkan coba-
coba belaka. Dengan bekal pengetahuannya tentang persepsi, prinsip-prinsip
pengembangan, prinsip-prinsip belajar dan kepribadian, sang konselor
eklektik mengembangkan sejenis bank metode, lalu memilih yang paling
cocok untuk menangani suatu masalah tertentu.
Untuk menerapkan model eklektik ini maka para konselor harus diberi bekal
persiapan yang lebih luas dan harus ada jalinan yang lebih baik antara apa
yang dikerjakan oleh guru, konselor dan tenaga-tenaga ahli lainnya. Konselor
eklektik sering dipandang sebagai jalan tengah untuk menjembatani polarisasi
antara konseling direktif dan konseling non direktif.
6
memakai syarat. Konselor harus secara tulus dan ikhlas menolong klien tanpa
mengajukan persyaratan.
3. Jujur, maksudnya tidak berbohong, mengatakan apa sebenarnya, lahir sesuai
dengan batin. Secara jujur mau mengakai apabila mempunyai kekurangan atau
kelemahan. Tidak suka menipu.
4. Hangat, adanya resonansi psikologis yang dapat memberikan kepuasan dua
belah pihak. Kehangatan ini sangat dibutuhkan oleh setiap manusia dalam
berhubungan dengan orang lain. Kehangatan dibentuk dalam suatu interaksi,
dan ini akan dirasakan oleh yang bersangkutan. Untuk menciptakan
diperlukan adanya hubungan yang akrab. Keakraban akan menimbulkan
kehangatan.
5. Empati, turut merasakan apa yang dihayati oleh klien dan klien tahu kalau
konselor memahami dirinya.
6. Jelas, dalam memberikan konseling janganlah seperti bentuk teka-teki, jangan
samar-samar kalau berbicara atau memberikan pengarahan maka sebaiknya
konselor menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti oleh klien.
7. Polos, artinya tanpa prasangka, kalau sudah ada prasangka terhadap klien,
misalnya memberikan “cap” kepada klien, ini berarti sudah ada prasangka,
dan berarti tak polos lagi. Dalam Client Centered Counseling diperlukan
konselor yang polos, menghindari adanya diagnosis, mendiagnosis berarti
sudah memberikan “merk” kepada klien, berarti ada prasangka, dan tidak
polos lagi.
8. Hormat, memberikan penghargaan kepada klien, memberikan kebebasan,
klien dibiarkan tumbuh berkembang, dan mengembangkan bahkan
potensinya. Klien dihargai sebagai manusia yang memiliki harga diri, dan
memiliki potensi. Klien dihormati sebagaimana adanya.
9. Positive Regard, penghargaan terhadap klien secara positip.Konselor yakin
bahwa klien mempunyai kemampuan menyelesaikan masalahnya sendiri.
Tidak ada dugaan terhadap klien secara negatif, misalnya bahwa klien adalah
orang yang lemah, yang tidak mempunyai kemampuan untuk menolong
dirinya, orang yang sangat tergantung, dsb. Untuk melengkapi ciri-ciri apa
saja yang diharapkan bagi seorang konselor dibawah ini dikutipkan matriks
7
kualitas konselor dari Belkin, agar dapat diketauhi oleh para konselor dan
calon konselor. Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang menentukan
jalannya konseling.Tidak hanya ilmu dan teknik-teknik yang harus dimiliki
oleh seorang konselor. Fakta dilapangan menunjukkan, bahwa konseli (klien)
tidak mau ke ruangan konselor untuk memanfaatkan konseling karena
kepribadian konselor yang mereka anggap judes, keras, dan menakutkan. Oleh
karena itu selain ilmu seorang konselor juga harus mempunyai kepribadian
yang baik, berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan.3
3Ihsan Mz, “Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiah,” preprint (Open
Science Framework, September 21, 2020)
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Konseling anak adalah proses yang terjadi antara anak dan seorang
konselor yang membantu anak-anak untuk memahami apa yang telah
terjadi kepada mereka.
2. Ada tiga model pendekatan konseling yang sudah banyak dikenal, yakni
konseling direktif, konseling non direktif, dan pendekatan eklektik.
3. Karakteristik konselor yang efektif seperti konfrontasi, tulus, jujur, hangat,
empati, jelas, polos, hormat, positive regard
B. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kekhilafan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah selanjutnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Isnaini, Fadhillah, Anisa Rahman, Robiatul Adawiyah Lubis, and Umi Kalsum.
“PENTINGNYA BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI PESERTA
DIDIK DI MADRASAH IBTIDAIYAH.” Al-Mursyid : Jurnal Ikatan
Alumni Bimbingan Dan Konseling Islam (IKABKI) 3, no. 2 (September 23,
2022)..
Istati, Mufida, and Nurul Rahmi. “PENGUATAN KETERAMPILAN
KONSELING ANAK : MEMILIH MEDIA DAN AKTIVITAS YANG
TEPAT,” 2017.
Mz, Ihsan. “Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiah.”
Preprint. Open Science Framework, September 21, 2020..
10