1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

J.

ForestSains 16 (1) : Desember 2018 (14 - 24) ISSN-p : 1693 - 5179


ISSN-e : 2550 - 0562

POTENSI WISATA ALAM DI DESA NUPABOMBA KECAMATAN


TANANTOVEA KABUPATEN DONGGALA

Feby Fitria Idris1), Sri Ningsih Mallombasang2), Sustri2)


Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1)
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Korekspondensi:[email protected]
2)
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Abstract

Nupabomba Village is one of the villages that is quite strategic and has the potential of
natural tourist attraction objects, besides having the potential of natural tourist attraction objects
(ODTWA) the area also has a rich diversity of flora and fauna, waterfalls, customs, rivers, rocks
and natural phenomena that can support the development of tourist attractions. The purpose of this
study was to determine the feasibility of natural tourism potential in Nupabomba Village,
Tanantovea District, Donggala Regency as a tourist destination. This research was conducted in
Nupabomba Village, Tanantovea District, Donggala Regency, Central Sulawesi Province, for two
months, from August to October 2017. This study used descriptive methods to obtain all forms of
data and information that could support the preparation of research reports, survey methods by
observing direct field work accompanied by interviews with the community, community leaders and
village officials in the context of collecting data and information, the method of documentation by
conducting data collection techniques by documenting sources in the field relating to the problem
being investigated, while the data analysis used is a guideline Analysis of the Regional Nature
Tourism Attraction and Attraction Operations (ADO-ODTWA) of the Director General of PHKA
2003 in accordance with the values determined for each criterion. The results of the study show that
the assessment using ADO-ODTWA of the natural potential in Nupabomba Village, Tanantovea
District, Donggala Regency, deserves to be made as a tourist destination with the feasibility level
achieved based on the eligibility criteria of each element / sub-criteria such as attractiveness,
accessibility, and facilities and supporting infrastructure that is equal to 86. 875% of the total
assessment of elements / sub criteria which means the village is worthy of being used as a tourist
destination. But there are some supporting facilities and infrastructure that need to be added in
order to increase the attractiveness of tourists.
Keywords: Natural Tourism Potential, Nupabomba Village, Donggala Regency.

PENDAHULUAN mempromosikan atraksi wisata besar – besaran


Latar Belakang demi meraup manfaat dan kesempatan dalam
Indonesia memiliki potensi keindahan dan pasar ekowisata yang terus tumbuh (Nugroho,
kekayaan alam yang bernilai tinggi dalam pasar 2001).
industri wisata alam, khususnya ekowisata. Indonesia telah mempunyai modal peluang
Sebagai bentuk wisata yang sedang trend, usaha di bidang pariwisata. Oleh karena itu,
ekowisata mengedepankan konservasi diperlukan pengelolaan yang baik dan
lingkungan, pendidikan lingkungan, terkoordinasi, baik di semua sektor yang
kesejahteraan penduduk lokal dan menghargai berkaitan dengan pengembangan wisata. Namun
budaya lokal. Dalam beberapa tahun terakhir dalam proses pengembangan pariwisata alam
pertumbuhan ekowisata sangat pesat. Hal ini berdampak positif dan negatif, baik masalah
disebabkan oleh banyaknya negara yang ekonomi, sosial maupun lingkungan alami.

14
J. ForestSains 16 (1) : Desember 2018 (14 - 24) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

Dampak positif contohnya : sumber penghasilan (2016) mengungkapkan bahwa Potensi wisata
baru bagi negara dan menambah devisa negara, merupakan segala sesuatu yang tedapat
lapangan kerja baru bagi penduduk di sekitar didaerah tujuan wisata (touris resot). Daerah
tempat pariwisata tersebut, mendorong tujuan wisata (touris resot) adalah daerah atau
pengusaha mengembangkan usahanya. Peran tempat karena atraksinya, situasinya dalam
pemerintah sangat besar dalam hal ini selain hubungan lalu lintas dan fasilitas
melakukan kegiatan promosi serta ikut kepariwisataan menyebutkan tempat atau
mengelola kawasan wisata dengan sebaik – daerah tersebut menjadi objek kunjungan
baiknya (Saputro W, 2001). wisatawan. Potensi wisata alam di kawasan
Melihat potensi yang dimiliki Indonesia, hutan dengan daya tariknya yang tinggi
maka Visi Ekowisata Indonesia adalah untuk merupakan potensi yang bernilai jual tinggi
menciptakan pengembangan pariwisata melalui sebagai obyek wisata, sehingga pariwisata alam
penyelenggaraan yang mendukung upaya di kawasan hutan layak untuk dikembangkan
pelestarian lingkungan (alam dan budaya), (Anonim, 2003).
melibatkan dan menguntungkan masyarakat Desa Nupabomba merupakan salah satu desa
setempat, serta menguntungkan secara yang cukup strategis karena menghubungkan
komersial. Dengan visi ini ekowisata Kabupaten Donggala dan Kota Palu dengan
memberikan peluang yang sangat besar, untuk Kabupaten Parigi Mautong, bahkan merupakan
mempromosikan pelestarian keanekaragaman jalan utama Trans Sulawesi yang
hayati Indonesia di tingkat internasional, menghubungkan Propinsi Sulawesi Utara dan
nasional, regional maupun lokal (Dirjen Propinsi Sulawesi Selatan. Nupabomba terdiri
Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya, dari dua suku kata yakni: Nupa berarti wilayah,
1999). tempat pemukiman sedangkan Bomba adalah
Sementara itu Wood (2002) mendefinisikan sejenis kayu yang cukup banyak tumbuh di
bahwa ekowisata sebagai bentuk usaha atau sekitar kawasan ini. Jadi Nupabomba berarti
sector ekonomi wisata alam yang di rumuskan tempat pemukiman atau wilayah/kawasan
sebagai bagian dari pengembangan dimana terdapat pohon bomba (pohon lekatu)
berkelanjutan. Undang-Undang No 10 Tahun atau pohon endemik (suatu organisme yang
2009 pasal 1 menjelaskan bahwa daya tarik hanya ada di suatu tempat dan tidak ditemukan
wisata adalah segala sesuatu yang memiliki di tempat lain) yang jarang tumbuh pada
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa tempat-tempat lain dan keberadaannya sangat
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan langka.
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau Kekhususan inilah sehingga masyarakat
tujuan kunjungan wisatawan. Sedangkan setempat pada saat itu memberi nama wilayah
menurut Abdullah (2011) obyek wisata alam ini dengan Nupabomba untuk mengabadikan
adalah sumberdaya alam yang berpotensi dan tempat ini sebagai tumbuhnya pohon bomba
berdaya tarik bagi wisatawan serta yang yang sampai saat ini mulai punah. Potensi
ditunjukan untuk pembinaan cinta alam, baik wisata alam di kawasan hutan dengan daya
dalam kegiatan alam maupun setelah tariknya yang tinggi merupakan potensi yang
pembudidayaan. bernilai jual tinggi sebagai obyek wisata. Selain
Pengertian lainnya dari potensi wisata memiliki potensi objek daya tarik wisata alam
alam adalah segala sesuatu yang dimiliki daerah (ODTWA) kawasan tersebut juga memiliki
tujuan wisata yang berguna untuk kekayaan flora maupun fauna yang sangat
pengembangan industri pariwisata di daerah beragam, air terjun, adat istiadat, sungai, batuan
tersebut. Potensi wisata alam adalah keadaan, dan gejala alam yang dapat mendukung
jenis flora dan fauna suatu daerah, bentang pengembangan daya tarik wisata. Sehingga
alam seperti pantai, hutan, pegunungan dan pariwisata alam dapat mengetahui layak atau
lain-lain atau keadaan fisik suatu daerah, tidaknya kawasan hutan untuk dikembangkan
(Kenzie, 2016). Pendit, (2002) dalam Ulfa dari beberapa aspek pendukung seperti aspek

15
J. ForestSains 16 (1) : Desember 2018 (14 - 24) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

ekologi, aspek sosial dan ekonomi masyarakat Alat dan Bahan


setempat. Tingkat kelayakan dari objek wisata Alat yang digunakan dalam penelitian ini
dapat diketahui dari beberapa kriteria yang adalah:
memiliki beberapa unsur di dalamnya seperti 1. Alat tulis menulis yang berfungsi untuk
kriteria penilaian daya tarik, kriteria penilaian mencatat segala informasi yang di peroleh.
aksebilitas, kriteria penilaian akomodasi, dan 2. Kamera digital yang berfungsi sebagai alat
kriteria sarana prasarana penunjang dalam dokumentasi.
kegiatan wisata. 3. Laptop berfungsi untuk mengolah data hasil
Rumusan Masalah penelitian.
Kawasan hutan di Desa Nupabomba Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki potensi wisata alam yang sangat adalah :
besar untuk dapat dikelola dan 1. Kuisioner penelitian berupa daftar
dikembangkan sebagai salah satu daerah tujuan pertanyaan untuk memperoleh keterangan
wisata, namun saat ini wisata tersebut belum di dari sejumlah responden.
ketahui oleh banyak pihak dan aksebilitas 2. Wawancara merupakan proses memperoleh
menuju wisata juga belum memadai. Oleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
karena itu, diadakan pengidentifikasian melalui tanya jawab antara peneliti dan
mendalam tentang potensi-potensi wisata alam responden.
yang ada di Desa Nupabomba apakah layak 3. Peta kawasan lokasi penelitian dengan skala
dijadikan sebagai daerah tujuan wisata. 1:50.000.
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan Jenis Pengumpulan Data
masalah dalam penelitian ini yaitu Data yang dikumpulkan dalam penelitian
bagaimanakah potensi wisata alam dan apakah ini meliputi :
layak atau belum layak dikembangkan sebagai 1. Data primer
daerah tujuan wisata yang ada di Desa Data primer yaitu data yang diperoleh
Nupabomba Kecamatan Tanantovea Kabupaten secara langsung di lapangan dengan
Donggala. melalui wawancara dan observasi langsung
Tujuan dan Kegunaan di lapangan. Adapun data yang diambil
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui melalui observasi langsung meliputi potensi
potensi wisata alam layak atau belum layak daya tarik, aksebiitas, akomodasi, sarana dan
dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata prasarana dengan menggunakan kusioner.
yang ada di Desa Nupabomba Kecamatan 2. Data sekunder
Tanantovea Kabupaten Donggala. Data sekunder merupakan data yang
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini diperoleh melalui studi literatur dengan
yaitu diharapkan hasil yang diperoleh dapat mengumpulkan data-data dari instansi
menjadi bahan informasi kepada instansi, pemerintah atau lembaga terkait yang
masyarakat, maupun lembaga-lembaga yang relevan yaitu meliputi keadaan geografis
terkait, mengenai potensi wisata alam yang wilayah penelitian, maupun data demografi
dimiliki Desa Nupabomba untuk dapat di penduduk.
kembangkan sebagai salah satu daerah tujuan Metode Pengambilan Data
wisata. Metode pengambilan data dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
METODE PENELITIAN a) Metode deskriptif yang dilakukan dengan
Waktu dan Tempat pengumpulan data untuk mendapatkan segala
Penelitian ini dilaksanakan di Desa bentuk data dan informasi yang dapat
Nupabomba Kecamatan Tanantovea Kabupaten menunjang penyusunan laporan penelitian.
Donggala Provinsi Sulawesi Tengah selama dua b) Metode survei dilakukan dengan melakukan
bulan yaitu mulai bulan Agustus sampai bulan observasi di lapangan secara langsung yang
Oktober 2017. disertai dengan wawancara dengan

16
J. ForestSains 16 (1) : Desember 2018 (14 - 24) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

masyarakat dan aparat desa dalam rangka Karsudi, dkk (2010) menyatakan setelah
pengumpulan data dan informasi. dilakukan perbandingan, maka akan diperoleh
c) Metode dokumentasi merupakan teknik indeks dalam persen indeks kelayakan suatu
pengumpulan data dengan kawasan wisata adalah sebagai berikut :
mendokumentasikan sumber-sumber di a. Tingkat kelayakan > 66.6 % : Layak
lapangan yang berkaitan dengan dikembangkan
permasalahan yang sedang diteliti atau dari b. Tingkat kelayakan 33.3 % - 66,6 % :
hasil publikasi lembaga-lembaga atau Belum layak dikembangkan
instansi pemerintah dan organisasi lainnya. c. Tingkat kelayakan < 33.3 % :
Tidak layak dikembangkan
Analisis Data
Obyek dan daya tarik yang telah diperoleh HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian dianalisis sesuai dengan kriteria Potensi Wisata Alam di Desa Nupabomba
penskoringan pada Pedoman Analisis Daerah Wisata Religius (Uwentira)
Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Di dalam kawasan Desa Nupabomba yang
(ADO-ODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003 terletak di jalur trans Sulawesi dan
sesuai dengan nilai yang telah ditentukan menghubungkan Kota Palu dengan Kabupaten
untuk masing-masing kriteria. Skor/nilai untuk Parigi Moutong, memang masih cukup asing.
satu kriteria penilaian ODTWA dapat Namun bagi masyarakat Sulawesi Tengah
dihitung dengan rumus : uwentira sudah menjadi legenda yang telah ada
S=NXB sejak puluhan tahun silam, tapi belum bisa
Keterangan : terpecahkan sampai saat ini. Namun dalam
S = Skor/nilai suatu kriteria dunia paranormal mengenal wentira sebagai
N = Jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria kota jin, beberapa kalangan yang percaya bahwa
B = Bobot nilai Kota Wentira atau Uwentira merupakan warisan
Kriteria daya tarik diberi 6 karena daya tarik dari benua atlantis.
merupakan faktor utama alasan seseorang
melakukan perjalanan wisata. Aksesibilitas
diberi bobot 5 karena merupakan faktor
penting yang mendukung wisatawan dapat
melakukan kegiatan wisata. Untuk akomodasi
serta sarana dan prasarana diberi bobot 3
karena hanya bersifat sebagai penunjang dalam
kegiatan wisata. Hasil pengolahan data tersebut
kemudian diuraikan secara deskriptif. Kriteria
penilaian obyek dan daya tarik wisata alam Gambar 1. Wisata Religius (Wentira)
(Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Air Terjun Pompo
Konservasi Alam Tahun, 2003). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa di
Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan Desa Nupabomba Kecamatan Tanantovea
dengan skor total suatu kriteria apabila setiap Kabupaten Donggala yang memiliki potensi
sub kriteria memiliki nilai maksimum yaitu 5. wisata alam Air Terjun Pompo yang memiliki
Hasil penilaian tersebut adalah sebagai ketinggian ± 65 meter dengan kemiringan 50º-
berikut : 60º dan ketinggian ± 100 meter dari permukaan
Nilai indeks kelayakan suatu obyek wisata : laut (dpl). Air Terjun Pompo memiliki
100% keindahan panorama alam yang masih terjaga
keasriannya dan mampu memberikan udara
Keterangan : sejuk dan menyegarkan para pengunjung, ketika
A: Skor kriteria kita berada dimana tempat jatuhnya air yang
B: Skor total kriteria
senantiasa memberikan sensasi luar biasa

17
J. ForestSains 16 (1) : Desember 2018 (14 - 24) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

menyegarkan dengan butiran-butiran air yang


halus. Air terjun ini juga memiliki ciri khas yang
langka seperti pasir yang mengandung emas dan
berada di sekitar kawasan tersebut.

Gambar 5. Monyet Hitam Sulawesi (Macaca


Tonceana)
Adat Istiadat/Kebudayaan
Adat istiadat adalah perilaku budaya dan
Gambar 2. Air Terjun Pompo aturan-aturan yang telah berusaha diterapkan
Flora dan Fauna dalam lingkungan masyarakat, sebuah aturan
Flora yang ada dalam suatu masyarakat yang di
Flora yang mendominasi di kawasan dalamnya terdapat aturan-aturan kehidupan
Nupabomba Kecamatan Tanantovea Kabupaten manusia serta tingkah laku manusia di dalam
Donggala ialah kenari (Canarium aspermun), masyarakat tersebut, tetapi bukan merupakan
Sengon (Paraserianthes Falcataria), Pinus aturan hukum. Seperti halnya adat istiadat yang
(Pinus Merkussi), Rotan (Daemonorops berada di Desa Nupabomba sebagai berikut:
Rubra), Jati (Tectona Grandis), dan beberapa Tarian Pamonte
jenis pepohonan lainnya. Tari Pamonte adalah salah satu tarian
tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah.
Tarian ini menggambarkan kebiasaan para gadis
Suku Kaili saat menyambut musim panen padi
tiba.

Gambar 3 . Beberapa Jenis Flora


Fauna
Jenis-jenis satwa yang berada di kawasan
Nupabomba Kecamatan Tanantovea Gambar 6 . Tarian Pamonte
Kabupaten Donggala ialah Anoa Pegunungan Sungai
(Bubalus Quarlesi), Monyet Hitam Sulawesi Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah
(Macaca Tonceana), Babi Hutan (Sus yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke
Celebensis), Rusa (Cervus Timorensis), Ayam tempat yang lebih rendah, arus air di bagian
Hutan (Gallus Gallus), kaki Seribu atau hulu sungai (umumnya terletak di daerah
Millipede (Trigoniulus Corallinus), dan pegunungan) biasanya lebih deras dibandingkan
beberapa jenis kupu-kupu. dengan arus sungai di bagian hilir.

Gambar 7. Sungai di Desa Nupabomba


Gambar 4. Rusa (Cervus Timorensis)

18
J. ForestSains 16 (1) : Desember 2018 (14 - 24) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

Batuan Emas
Batuan merupakan elemen kulit bumi yang Emas yang terkandung dalam pasir
menyediakan mineral-mineral anorganik melalui merupakan gejala alam potensial yang terjadi
proses pelapukan dan menghasilkan tanah. secara alami dan tidak adanya campur tangan
manusia. Konon katanya, seseorang pernah
mendapatkan emas yang berada di sekitar
kawasan Air Terjun Pompo dan menjualnya,
akan tetapi masyarakat tidak ingin
memanfaatkan secara berlebihan.

Gambar 8. Batuan di Kawasan Desa


Nupabomba
Air
Air Terjun Pompo yang berada di kawasan
Desa Nupabomba dimanfaatkan sebagai saluran Gambar 11 . Pasir yang Mengandung Emas
air bersih yang digunakan oleh masyarakat desa Kegiatan Wisata Alam
tersebut. Menikmati Keindahan Alam
Keindahan alam yang berada di Desa
Nupabomba memiliki keindahan alam yang
masih sangat alami.

Gambar 9. Aliran Air Terjun Pompo


Gejala Alam Potensial
Hutan
Hutan yang dikelompokkan menjadi Gambar 12. Keindahan Alam
beberapa jenis salah satunya hutan lindung Tracking
yang merupakan kawasan hutan yang berfungsi Kegiatan tracking atau mendaki di kawasan
sebagai pelindung sistem yang menyangga Air Terjun Pompo Desa Nupabomba dapat
kehidupan untuk mencegah bencana banjir dan dilakukan dengan jarak air terjun di shelter 2 ke
menjaga kelestarian tanah di Desa Nupabomba air terjun berikutnya.
tersebut, akan tetapi untuk surat keputusan
penentapan kawasan hutan lindung di Desa
Nupabomba belum dikeluarkan oleh instansi
yang terkait.

Gambar 13. Jalur Kegiatan Tracking/Mendaki


Berkemah/Camping
Kegiatan yang dilakukan di sekitar Air
Terjun Pompo Desa Nupbomba guna untuk
Gambar 10. Kawasan Hutan menghilangkan penat karena beberapa aktifitas,
untuk kegiatan penelitian dan kegiatan
organisasi lainnya.

19
J. ForestSains 16 (1) : Desember 2018 (14 - 24) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

masih alami dan sejuk, jauh dari bau yang


mengganggu, kebisingan dari lalu lintas maupun
masyarakat setempat.
Tabel 1. Hasil Kriteria Daya Tarik (Bobot 6)
No. Unsur/Sub Unsur Bobot Nilai Skor
Total
(ST)
1. Keunikan Sumber 6 30 180
Daya Alam
2. Banyaknya 6 30 180
Gambar 14. Kegiatan Berkemah/Camping Sumberdaya Alam
Penilaian Potensi Kelayakan Sebagai Wisata yang Potensial
3. Kegiatan Wisata 6 30 180
Alam di Desa Nupabomba Alam Yang
Penilaian terhadap komponen-komponen atau Menonjol
kriteria pendukung wisata alam dilakukan di 4. Kebersihan Lokasi 6 30 180
Objek Wisata
Desa Nupabomba Kecamatan Tanantovea 5. Keamanan Kawasan 6 30 180
Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah, 6. Kenyamanan
3033333 6 180
sebagai salah satu komponen yang dapat di nilai Skor Total Daya Tarik 180 1080
adalah Daya Tarik Lokasi Wisata yang bisa Ket (ST): Hasil kali antara bobot dengan nilai
dikembangkan baik yang sudah ada maupun Sumber : Data primer diola,2017
tidak, Aksesibilitas untuk mencapai lokasi Pada kriteria keunikan sumber daya alam
wisata, Akomodasi yang ada di sekitar lokasi dalam kawasan terdapat lima unsur penilaian
wisata (Radius 10 km dari lokasi), dan yaitu air terjun, flora seperti sengon
Sarana/Prasarana penunjang yang mendukung (Paraserianthes Falcataria), Rotan
pengembangan wisata alam di lokasi tersebut (Daemonorops Rubra), Jati (Tectona Grandis)
yaitu (Radius 10 km dari lokasi). Masing- dan beberapa jenis flora lainnya, fauna seperti
masing komponen yang di nilai akan diuraikan Rusa (Cervus Timorensis), Monyet Hitam
dalam tabel sebagai berikut: Sulawesi (Macaca Tonceana) dan beberapa
Kriteria Daya Tarik jenis fauna, adat istiadat (tarian pamonte,
Daya tarik yang dimiliki Air Terjun Pompo di upacara pernikahan dan tarian nja’ api), sungai.
Kawasan Desa Nupabomba memiliki keunikan Pada penilaian sumber daya alam potensial
yang beragam, sumber daya alam potensial yang terdapat batuan, flora, fauna, air yang
langka dan kegiatan wisata alam yang menonjol dimanfaatkan oleh masyarakat desa, gejala alam
pada kawasan Air Terjun Pompo adalah adanya yang terjadi secara alami (pasir yang
kegiatan berkemah/camping sekaligus mengandung emas di sekitar Air Terjun Pompo.
menikmati keindahan alam, melakukan Pada penilaian wisata alam yang menonjol kita
penelitian terkait masalah yang ingin dapat menikmati keindahan alam, melihat flora
dipecahkan dan tracking ke air terjun yang dan fauna, tracking/mendaki,
memiliki beberapa tingkatan yang dapat berkemah/camping sekaligus berolahraga.
menguji keberanian kita. Kebersihan lokasi Penilaian kebersihan lokasi objek wisata
objek wisata Air Terjun Pompo tidak memiliki tidak adanya pengaruh dari industri, jalan ramai,
pengaruh dari pemukiman penduduk, sampah pemukiman penduduk, sampah, vandalisme
indusrti dan pencemaran lainnya meskipun (coret-coret), dan pencemaran lainnya. Penilaian
adanya perambahan dan penebangan secara liar keamanan kawasan memperoleh nilai 30 karena
di kawasan Desa Nupabomba. Keamanan tidak adanya arus yang berbahaya, tidak ada
kawasan jauh dari pencurian, penyakit pencurian, tidak ada penyakit berbahaya dan
berbahaya, tidak ada arus yang berbahaya dan tidak ada tanah longsor. Penilaian kenyamanan
tanah longsor, tidak memiliki kepercayaan memperoleh nilai 30 karena memilki udara yang
spiritual ketika ingin memasuki kawasan bersih dan sejuk, bebas dari bau yang
tersebut dan perambahan/penebangan secara mengganggu, bebas dari kebisingan, dan tidak
liar. Kenyamanan kawasan memiliki udara yang adanya lalu lintas yang mengganggu. Namun,

20
J. ForestSains 16 (1) : Desember 2018 (14 - 24) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

sarana dan prasarana yang belum memadai di dengan tipe jalan yang beraspal > 3 meter dan
tempat wisata tersebut. waktu tempuh sekitar 1-3 jam.
Aksebilitas Akomodasi
Aksebilitas merupakan faktor penting dalam Akomodasi adalah suatu yang disediakan
mendorong peningkatan potensi objek wisata untuk memenuhi kebutuhan, misalnya tempat
yang akan dikunjungi wisatawan, aksebilitas menginap atau tempat tinggal sementara bagi
menuju kawasan objek wisata alam Air Terjun orang yang bepergian.
Pompo terletak di Dusun III Pombaloya Desa
Nupabomba Kecamatan Tanantovea Kabupaten
Donggala. Desa Nupabomba dapat dijangkau
dengan mudah karena jalan raya yang beraspal
dengan menghubungkan desa-desa di sekitarnya.
Namun untuk mencapai kawasan wisata alam
Air Terjun Pompo yang berada di Dusun III
Pombaloya, pengunjung dapat menggunakan Gambar 17. Jenis Akomodasi
kendaraan bermotor dan kemudian melanjutkan Tabel 3. Hasil Kriteria Akomodasi (Bobot 3)
dengan berjalan kaki karena kondisi jalan yang No Unsur/Sub Uraian Bobot Nilai Skor
. Unsur Total
masih bebatuan. Perjalanan ke lokasi ini 1. Jumlah >4 3 30 90
membutuhkan waktu ± 1-3 jam. akomodasi
2. Jumlah kamar 75-100 3 25 75
Skor Total Akomodasi 55 165
Ket : (ST) Hasil kali antara bobot dengan nilai
Sumber : Data primer diola,2017
Jenis akomodasi (penginapan) terdapat >4
jenis akomodasi yang masih dikelolah secara
pribadi (dikelolah oleh masyarakat desa) yang
menggunakan rumah mereka sebagai tempat
Gambar 15. Tipe Jalan Beraspal penginapan kepada wisatawan dan jumlah
kamar akomodasi 75-100 kamar dari seluruh
rumah yang dapat dijadikan tempat penginpan
para wisatawan hingga saat ini.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah salah satu faktor
penunjang untuk memudahkan pengunjung dan
Gambar 16. Kondisi Jalan Menuju Lokasi memiliki pengaruh dalam tahap pengembangan
Objek Wisata objek wisata.
Tabel 2. Hasil Kriteria Aksebilitas ( Bobot 5) Prasarana
No Unsur/Sub Uraian Bobot Nilai Skor Puskesmas
. Unsur Tota Puskesmas merupakan salah satu sarana
l
1. Kondisi jalan Cukup 5 25 100
pelayanan kesehatan sebagai salah satu unit
2. Jarak dari desa <5 Km 5 30 150 pelaksana yang berfungsi sebagai pembangunan
3. Tipe jalan Jalan 5 30 150 pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Aspal >
3 meter
4. Waktu 1-3 Jam 5 30 150
Skor Total Aksebilitas 115 575
Ket (ST): Hasil kali antara bobot dengan nilai
Sumber : Data primer diolah,2017
Aksebilitas menuju kawasan objek wisata
Air Terjun Pompo memiliki kondisi jalan yang Gambar 18. Puskesmas
cukup, jarak tempuh dari desa <5 km dengan

21
J. ForestSains 16 (1) : Desember 2018 (14 - 24) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

Jaringan Listrik Tabel 4. Hasil Kriteria Sarana Dan Prasarana


Jaringan listrik adalah faktor pendukung Penunjang (Radius 10 km dari objek) (Bobot
penting bagi kehidupan manusia karena banyak 3)
sekali peralatan yang biasa kita gunakan N Unsur/Sub Uraian Bobot Nilai Skor
o Unsur Total
menggunakan listrik sebagai sumber energinya. .
Seperti halnya masyarakat Desa Nupabomba 1 Prasarana Puskesmas 3 40 90
menggunakan energi jaringan listrik seperti . Jaringan
Listrik
menggunakannya pada televisi, setrika, Jaringan
handphone dan masih banyak lagi. Air Minum
2 Sarana Rumah 3 20 30
. penunjang Makan
Skor total sarana dan prasarana 60 180

Ket : (ST) Hasil kali antara bobot dengan nilai


Sumber : Data primer diola,2017
Penilaian prasarana penunjang (Radius 10
km dari objek) adanya puskesmas, jaringan
listrik, dan jaringan air minum yang dapat
Gambar 19. Jaringan Listrik digunakan oleh masyarakat dan pengunjung.
Jaringan Air Minum Sarana penunjang adanya rumah makan di
Jaringan air minum adalah salah satu kawasan Desa Nupabomba tersebut.
kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan Analisa Kelayakan Potensi Sebagai Wisata
untuk dapat memenuhi kebutuhan air minum Alam di Desa Nupabomba
tersebut. Penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan metode deskriptif untuk
mendapatkan segala bentuk data dan informasi,
survei langsung dan mendokumentasikannya.
Hasil penelitian di Desa Nupabomba Kecamatan
Tanantovea Kabupaten Donggala ini untuk
mengetahui bagaimanakah potensi wisata alam
di desa dengan menggunakan beberapa
Gambar 20. Jaringan Air Minum penilaian kriteria yaitu penilaian daya tarik,
Sarana aksebilitas, akomodasi, sarana dan prasarana
Rumah Makan penunjang. Hasil penelitian tersebut kemudian
Rumah makan adalah usaha yang di analisa untuk penilian beberapa kriteria,
menyajikan hidangan kepada masyarakat dan apakah layak atau belum layak untuk
menyediakan tempat untuk menikmati hidangan dikembangkan sebagai salah satu daerah tujuan
tersebut serta menetapkan tarif tertentu untuk wisata yang ada di Desa Nuabomba Kecamatan
makanan dan pelayannya. Tanantovea Kabupaten Donggala.

Gambar 21. Rumah Makan

22
J. ForestSains 16 (1) : Desember 2018 (14 - 24) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

Tabel 5. Penilaian Keseluruhan Komponen Tingkat Kelayakan di Desa Nupabomba


No Kriteria Bobot Nilai Skor Skor Indeks Ket
(B) (N) (s) max (%)(I)
(Sm)
1. Daya tarik 6 180 1080 1080 100 Layak
2. Aksebilitas 5 115 575 600 95,83 Layak
3. Akomodasi 3 55 165 180 91,67 Layak
4. Sarana dan prasarana 3 60 180 300 60 Belum
penunjang Layak
Tingkat Kelayakan 86,875 Layak
Nupabomba yaitu wisata religius
B): Sesuai kriteria penilaian dari Dirjen PHKA (wentira), air terjun pompo, adat
tahun 2003 istiadat/kedudayaan, flora dan fauna,
(N): Hasil penilaian terhadap objek dan daya gejala alam potensial, sungai, batuan, air
tarik wisata dan keindahan alam yang layak
(S): Skor Kriteria Perkalian antara bobot dengan
dikembangkan.
nilai
(Sm): Skor Total tertinggi untuk setiap kriteria
2. Desa Nupabomba layak dikembangkan
(I): Indeks kelayakan: perbandingan skor sebagai daerah tujuan wisata dengan
dengan skor tertinggi dalam % presentasi akhir nilai tingkat kelayakan
Hasil analisa kelayakan potensi daya tarik 86,875 karena adanya beberapa kriteria
diperoleh dengan nilai indeks 100 (layak sebagai pendukung.
daya tarik), aksebilitas dengan nilai indeks 95,83
(akses yang layak), akomodasi dengan nilai DAFTAR PUSTAKA
indeks 91,67 (layak dalam akomodasi), sarana Anonim, 2003. Rencana Pengembangan
dan prasarana dengan nilai indeks 60 (sarana Pariwisata Alam Nasional Di Kawasan
dan prasarana yang belum layak). Air Terjun Hutan. Direktorat Wisata Alam Dan
Pompo yang berada di Desa Nupabomba Pemanfaatan Jasa Lingkungan.
Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala Abdulah E, 2011. Pengembangan Wisata Alam
layak dikembangkan sebagai daerah tujuan Di Kabupaten Semedang Jawa Barat.
wisata dengan presentasi akhir nilai tingkat Skripsi. Jurusan Konservasi Sumber Daya
kelayakan 86,875. Sesuai dengan Karsudi dkk Hutan Dan Ekosistem Institut Pertanian
(2010) bahwa tingkat kelayakan >66.6% dan Bogor.
layak dikembangkan sebagai salah satu objek Dirjen Departemen Pariwisata, Seni dan
wisata alam karena adanya beberapa kriteria Budaya. 1999. Garis Besar Pedoman
yang dapat memenuhi persyaratan suatu objek Pengembangan Ekowisata Indonesia.
wisata alam seperti kriteria daya tarik yang Http://www.ekowisata.info/pedoman_eko
dapat dikembangkan dari beberapa faktor, wisata.html (Di Akses Tanggal 8 Januari
aksebilitas yang cukup menuju lokasi wisata 2014 ).
tersebut dan akomodasi (penginapan) yang Dirjen [PHKA] Perlindungan Hutan dan
masih dikelolah secara pribadi. Namun, adanya Konservasi Alam. 2003 (a).
beberapa sarana prasarana yang masih belum Pedoman Analisis Daerah Operasi
terdapat dan masih ingin dikembangkan di desa Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam
tersebut. (ADO-ODTWA). Direktorat Jenderal
KESIMPULAN Perlindungan Hutan dan Konservasi
Kesimpulan Alam. Bogor.
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat Karsudi, R. Soekmadi, H. Kartodiharjo. 2010.
diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Strategi Pengembangan Ekowisata di
1. Potensi wisata alam yang dimilki Desa Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi
Papua. JMHT 3: 148-154.

23
J. ForestSains 16 (1) : Desember 2018 (14 - 24) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

Kenzie A, 2016. Pengertian dan Macam-


Macam Potensi Wisata. Http:
//adykenzie. blogspot.co.id/2016/08/
pengertiandan - macam-macam -
potensi. html. Di Akses Tanggal 11 Apri
2017.
Nugroho, Iwan. 2001. Ekowisata
Pembangunan dan Berkelanjutan.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Saputro, Wahyu. 2011. Potensi Ekowisata di
Indonesia dan Pengembangannya.
Http://wahyusapu o88.blogspot.com. (Di
Akses Tanggal 3 Maret 2014 ).
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Pasal 1
Tentang Daya Tarik Wisata.
Ulfa, 2016. Potensi Ekowisata Danau Talaga
Desa Talaga Kecamatan Damsol
Kabupaten Donggala. Skripsi. Fakultas
Kehutanan Universitas Tadulako.
Wood, M. E. 2002. Ecotourism:
Principles, Practices, Aand Politicies
For Sustainability. UNEP.

24

You might also like