1 PB
1 PB
1 PB
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi penyandang disabilitas tunadaksa
terhadap pelayanan di Bus Trans Kota Padang. Dengan memfokuskan apa saja
fasilitas dan layanan jasa yang disediakan oleh Bus Trans Padang bagi penyandang
disabilitas khususnya tunadaksa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif, dimana untuk mendapakatkan datanya menggunakan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian mengenai Persepsi Penyandang
Disabilitas Tunadaksa Terhadap Pelayanan Disabilitas Bus Trans Kota Padang, dari
segi fasilitas sudah memadai dan sudah dilengkapi dengan fasilitas yang dikhususkan
untuk penyandang disabilitas khususnya tunadaksa. Dengan menyediakan space
untuk pengguna kursi roda agar tetap nyaman dalam menggunakan Bus Trans
Padang. Jika dilihat dari haltenya, penyandang disabilitas tunadaksa mengalami
kesulitan saat menaiki halte, dikarenakan tingkat kemiringan dan pegangan di halte
tidak pas untuk dinaiki pengguna kursi roda. Begitu juga ketika menaiki bus, jarak
antara halte dan pintu bus, kadang tidak tepat, ini juga membuat penyandang
disabilitas tunadaksa kesulitan untuk menaiki bus. . Jika dilihat dari segi pelayanan
yang disediakan Bus Trans Padang juga sudah sesuai dengan SOP, tetapi jika diakses
secara mandiri tidak semua disabilitas bisa menggunakannya, khususnya penyandang
disabilitas tunadaksa.
This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, This license lets others remix, tweak, and build upon your work even for commercial
purposes, as long as they credit you and license their new creations under the identical terms ©2018 by author and Universitas Negeri Padang.
Pendahuluan
Penyandang disabilitas merupakan masalah sosial yang perlu mendapatkan perhatian khusus
dari berbagai pihak. Umumnya penyandang disabilitas memiliki hambatan yang lebih besar dibanding
dengan masyarakat normal lainnya, karena dalam melakukan aktivitas sehari-hari, mereka memiliki
beberapa keterbatasan, salah satunya dalam mengakses berbagai fasilitas publik (Ramadanti, 2019:1).
Oleh karena itu, perlu hendaknya memberikan pelayanan khusus bagi penyandang disabilitas, agar
hak-haknya menjalani kehidupan juga dapat terpenuhi secara baik. Hal ini juga sependapat dengan
pendapat Fatmawati (2021:96) yang mengungkapkan orang berkebutuhan khusus wajib mendapatkan
pelayanan khusus sesuai dengan hambatan mereka, berhak mendapatkan pelayanan yang layak sesuai
dengan mutu dan kualitas yang sama atau setara dengan orang normal lainnya. Para penyandang
disabilitas seringkali mengalami kesulitan dalam memperoleh akses pemenuhan hak atas pendidikan,
pekerjaan, fasilitas umum seperti transportasi, tempat ibadah, dan tempat hiburan (Lestari, dkk., 2017).
Berdasarkan pendapat tersebut, hambatan yang dialami oleh penyandang disabilitas tentu saja hal ini
adalah kendala utama bagi mereka untuk dapat hidup mandiri. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan
yang diamanatkan di dalam Undang-Undang negara kita tentang persamaan mengenai hak dan
kesempatan untuk hidup sejahtera dan tidak diskriminatif bagi penyandang disabilitas. Adapun
kesejahteraan untuk penyandang disabilitas sudah diatur sekurang-kurangnya di dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas. Pada pasal 19 dalam UU menjelaskan
penyandang disabilitas berhak mendapatkan pelayanan publik termasuk hak untuk memperoleh
layanan yang layak selama pelayanan publik yang maksimal, berkelas tanpa diskriminasi, bantuan,
interpretasi, dan penyediaan fasilitas yang bisa diakses di tempat-tempat pelayanan umum tanpa dana
tambahan. Hal ini membuktikan bahwa hukum di Indonesia menjamin atas hak dan kesempatan yang
sama bagi penyandang disabilitas seperti masyarakat lainnya.
Berdasarkan data dari ILO, terdaftar sekitar 1 miliyar jiwa (sekitar 15%) penyandang
disabilitas diseluruh dunia yang sebagian berada di negara berkembang. Mengacu pada data dari
Badan Pusat Statistik (2018), berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang telah
dilakukan di tahun 2015, tercatat di tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia sebanyak296,9 juta jiwa.
Data dari SUPAS juga menunjukkan ada 21,5 juta jiwa penyandang disabilitas di Indonesia dari total
penduduk. Dari jumlah tersebut berdasarkan data dari Dinas Sosial Kota Padang, jumlah penyandang
disabilitas di Kota Padang berjumlah kurang lebih 3.124 orang. Terlihat ada ribuan masyarakat Kota
Padang memiliki keterbatasan (penyandang disabilitas). Oleh karena itu, wajib bagi pemerintah untuk
menyediakan aksesibilitas seperti layanan publik bagi penyandang disabilitas. Dalam hal aksesibilitas
pelayanan umum fasilitas publik dibidang transportasi.
Berdasarkan grand tour yang telah peneliti laksanakan pada bulan Februari 2021 di sebuah
halte dan Bus Trans Padang. Peneliti tidak menemukan penyandang disabilitas yang menggunakan
jasa Bus Trans Padang, hanya saja peneliti menemukan orang yang sudah tua. Orang tersebut berinisial
“X”. X adalah seorang nenek yang menggunakan jasa Bus Trans Padang yang ingin pergi ke rumah
anaknya. Ia naik Bus Trans Padang di halte Basko Mall dan akan berhenti di halte Blanti. Pada saat itu,
peneliti melihat X kesulitan untuk naik ke dalam bus disebabkan emplasemen yang tidak sejajar
dengan lantai bus. Selain itu, loket yang tinggi menyebabkan X juga terkendala dalam hal administrasi.
Kemudian, setelah berada di dalam bus, seharusnya X diberikan kursi untuk duduk, akan tetapi tempat
duduknya sudah penuh, untuk beberapa saat X terpaksa berdiri dengan berpegang kepada salah satu
tiang yang ada di dalam bus disebabkan pegangan tangan yang tergantung tidak terjangkau oleh X.
Berdasarkan grand tour yang telah peneliti lakukan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang layanan disabilitas yang tersedia di bus dan halte Trans Padang. Hal ini disebabkan
permasalahan yang penulis lihat dari X menurut peneliti, merupakan salah satu penyebab jarangnya
pengguna disabilitas yang memakai jasa Trans Padang. Selain itu, hal ini juga membuat peneliti
Jurnal Penelitian Pendidikan Kebutuhan Khusus
Open Acces Jurnal: ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu | 21
Jurnal Penelitian Pendidikan Kebutuhan Khusus ISSN 2622-5077 Radiani Philya Putri, Fatmawati
beranggapan bahwa hal tersebut akan sangat mengganggu penyandang disabilitas dalam memperoleh
hak akomodasi yang layak atas pelayanan publik secara optimal sesuai dengan apa yang diamanatkan
undang-undang di negara ini. Dari grand tour yang peneliti lakukan, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai persepsi penyandang disabilitas tunadaksa terhadap pelayanan Bus Trans Kota
Padang. Peneliti tertarik kepada penyandang disabilitas tunadaksa, karena di dalam bus terdapat space
tempat pengguna disabilitas yang menggunakan kursi roda. Berdasarkan penjelasan tersebut penelitian
ini penting dilakukan untuk menganalisis lebih lanjut persepsi penyandang disabilitas tunadaksa
pengguna Bus Trans Padang terhadap aksesibilitas pelayanan publik bagi penyandang disabilitas di
bidang transportasi di Kota Padang. Penelitian ini lebih menekankan pada persepsi pengguna Trans
Padang terhadap fasilitas dan layanan jasa Trans Padang bagi penyandang disabilitas. Dan ini sangat
penting untukmengetahui apa saja fasilitas yang dapat diakses oleh penyandang disabilitas dan
seberapa tinggi perhatian pemerintah Kota Padang terhadap layanan bagi penyandang disabilitas di
bidang transportasi publik.
Metode
Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian dengan jenis
penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2010) kualitatif sebagai metode yang didasari oleh filosofi
post-positivisme, digunakan untuk mengamati kondisi objek-objek alam, dimana peneliti sebagai
instrumen penelitian kualitatif lebih bermakna daripada generalisasi. Dapat diartikan penelitian
deskriptif kualitatif adalah serangkaian aktivitas untuk memperoleh data yang ada di lapangan dengan
apa adanya secara jelas serta terperinci. Dari uraian tersebut penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan analisa informasi secara apa adanya dan mendalam mengenai persepsi pengguna Bus
Trans Padang terhadap layanan disabilitas yang ada di dalam bus dan halte dengan mewawancarai
subjek penelitian kemudian membuatkan transkrip wawancara dan memilah data sesuai dengan objek
penelitian.
Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan di lapangan, mengacu pada pendapat
Sugiyono (2010) sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data dengan cara wawancara. Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila berkenaan dengan perilaku manusia, proses
kerja, dan gejala-gejala alam, dan apabila objek yang diamati tidak terlalu besar. Observasi
merupakan teknik utama dalam penelitian ini. Dalam melaksanakan pengamatan ini sebelumnya
peneliti melakukan pengamatan tentang Bus Trans Padang baik itu terkait dengan pengguna,
pengelola, maupun fasilitas/pelayanannya untuk mengetahui bagaimana keadaan dan kondisi di
lapangan, kemudian peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan data yang akurat.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan masalah yang harus diselidiki, tetapi juga jika ingin mengetahui hal-hal dari
responden lebih dalam. Data yang di dapat dari wawancara ini adalah data mengenai persepsi
pengguna Bus Trans Padang terhadap layanan disabilitas yang ada di dalam bus dan halte. Adapun
alat pendukung agar pewawancara tidak kewalahan dalam mencatan jawaban narasumber ialah
recorder. Dengan bantuan alat ini peneliti bisa merekam agar jawaban dari narasumber tercatat
secara valid. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur.
Maksudnya, dalam melakukan wawancara peneliti sudah menyiapkan instrument penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis (terlampir).
3. Dokumentasi
Dokumentasi sangat diperlukan dalam penelitian ini guna menunjang informasi yang didapat agar
menjadi valid (terbukti). Peralatan yang dibutuhkan untuk mendokumentasikan dalam penelitian ini
berupa kamera dari handphone. Dokumentasi juga bisa berupa video wawancara atau beberapa
rekaman hasil wawancara dengan narasumber.
Instumen yang ada dalam penelitian ini adalah angket penelitian. Oleh karena itu, peneliti
sendiri yang akan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dimana hal ini bertujuan untuk
membantu dan memudahkan peneliti dalam mengambil mengumpulkan data.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles, Huberman dan Saldana
(2014:14), aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus hingga tuntas sehingga datanya jenuh. Dalam analisis model ini ada tiga kegiatan yang
akan dilaksanakan diantaranya:
1. Reduksi data (Data Reduction)
Data yang diperoleh peneliti di lapangan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang
direduksi dengan meringkas, memilih poin-poin utama, mengkategorikan dan membuat abstraksi
dari catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Hal tersebut dikarenakan pada saat
pengumpulan data ditemui data yang sangat banyak dan bervariasi.
2. Penyajian data (Data Display)
Penyajian data yang telah didapatkan bisa dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart, dan sejenisnya. Hal ini bertujuan agar dapat memahami apa yang sedang terjadi
dan memudahkan kerja selanjutnya sesuai dengan yang dipahami.
3. Verifikasi data (Data Verification)
Penarikan kesimpulan terhadap data yang telah disajikan. Kesimpulan yang didapat kemungkinan
akan menjawab rumusan masalah awal bahkan sebaliknya. Selanjutnya, hasil pnelitian akan
dilaporkan dalam bentuk skripsi.
Penelitian ini dilaksanakan pada 04 Januari-21 Januari 2022. Penelitian dilakukan di beberapa
tempat agar mendapat data yang akurat. Penelitian dilakukan di Halte Bus Trans Padang, Kantor
Operator Bus Trans Padang dan Koridor Bus Trans Padang. Penelitian dilakukan dengan menerapkan
protocol kesehatan yaitu memakai masker dan menjaga jarak aman. Penelitian dilakukan mulai dari
jam 08:00 WIB sampai selesai. Dalam penelitian ini subjek penelitian terdiri dari 1 orang pengguna
Bus Trans Padang (penyandang disabilitas tunadaksa), 1 orang Kepala Operator Pelayanan Bus Trans
Padang, dan 1 orang Koordinator Lapangan Bus Trans Padang.
beberapa halte dibuat besar karena disana banyak penumpang yang naik dan itu pusatnya. Sedangkan
halte-halte yang dibuat kecil, karena tidak banyak penumpang yang naik di daerah tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara yang sudah peneliti lakukan, Bus Trans Padang dibedakan
menjadi 2 jenis, ada yang Big Bus dan ada yang Medium Bus. Bagi penyandang disabilitas tunadaksa,
lebih efektif menggunakan Big Bus karena space yang disediakan cukup besar, dan tidak mengganggu
penumpang penyandang disabilitas ketika naik bus. Dari tingkat kenyamanannya juga sudah memadai.
Berbeda dengan Medium Bus, space yang disediakan untuk penyandang disabilitas tunadaksa, tidaklah
besar, dari tingkat kenyamanannya tentu saja tidak efektif bagi penyandang disabilitas tunadaksa.
Meskipun fasilitas yang disediakan pemerintah sudah lebih baik dari sebelumnya, tapi mungkin masih
belum membuat penyandang disabilitas mengakses secara mandiri. Hal ini dijelaskan sesuai dengan
wawancara yang peneliti lakukan dengan penumpang penyandang disabilitas tunadaksa dengan kursi
roda. Pendapatnya tentang pelayanan disabilitas sudah lebih baik, namun dia berharap agar nantinya
para penyandang disabilitas yang lain bisa mengakses secara mandiri.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan, maka dapat dijelaskan secara
keseluruhan dari pembahasan di atas mengenai Persepsi Penyandang Disabilitas Tunadaksa Terhadap
Pelayanan Disabilitas Bus Trans Kota Padang, dari segi fasilitas sudah memadai dan sudah dilengkapi
dengan fasilitas yang dikhususkan untuk penyandang disabilitas khususnya tunadaksa. Dengan
menyediakan space untuk pengguna kursi roda agar tetap nyaman dalam menggunakan Bus Trans
Padang. Jika dilihat dari haltenya, penyandang disabilitas tunadaksa mengalami kesulitan saat menaiki
halte, dikarenakan tingkat kemiringan dan pegangan di halte tidak pas untuk dinaiki pengguna kursi
roda. Begitu juga ketika menaiki bus, jarak antara halte dan pintu bus, kadang tidak tepat, ini juga
membuat penyandang disabilitas tunadaksa kesulitan untuk menaiki bus. Jika dilihat dari segi
pelayanan yang disediakan Bus Trans Padang juga sudah sesuai dengan SOP, tetapi jika diakses secara
mandiri tidak semua disabilitas bisa menggunakannya, khususnya penyandang disabilitas tunadaksa.
Daftar Rujukan
Fatmawati. (2018). Wirausaha Pembuatan Kue Kering untuk Meningkatkan Keterampilan Hidup Anak
Tunarungu. Vol 6, No 2.
Fatmawati, & Sumekar, G. (2017). E-Jupekhu. Efektivitas Metode Tutor Sebaya Dalam Meningkatkan
Keterampilan Membuat Bunga Dari Kulit Jagung Pada Anak Tunagrahita Ringan Di Kelas D4
C Al Azhar Bukittinggi, 5(2), 54–68.
Fatmawati dan Oktarina, T. 2021. Pravelensi Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Matur. Jurnal
Pendidikan Kebutuhan Khusus. Vol. 5, No. 2. https://jpkk.ppj.unp.ac.id.
ILO. (2017). Memetakan Penyandang Disabilitas (PD) di Pasar Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta:
LPEM FEB UI
Lestari, dkk. (2017). Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas di Kabupaten Semarang Melalui
Implementasi Convention On The Rigths Of Persons With Disabilities (Cprd) dalam Bidang
Pendidikan. Integralistik No. 1/Tahun Xxviii/2017. Januari-Juni 2017.
Miles, M. B., Humberman, A. M., dan Saldana, J. (2014). Qualitatif Data Analysis, A Methods
Sourcebook, Edisi 3. USA: Sage Publications. Terjemahan Tjetjep Rohindi, UI-Press.
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 69.