Kajian Kakawin Calon Arang 22 November 2022

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

1

KAKAWIN CALON ARANG KARYA NYOMAN ADIPUTRA DALAM


KAJIAN INTERTEKSTUAL

Oleh

AA. Ngr. Mukti Prabawa Redi

Sastra Jawa Kuna

Abstract:

Kakawin Calon Arang (KCA) is a kind of old Java poetry with ancient old
Java language that are created in this century, therefore, this kakawin can be
classified into kakawin minor, considering its emergence in Balinese tradition and
culture. This kakawin was written in 18 sargah with 530 pada (verse) , KCA
appears from literature tradition that has existing before in a form of prose of
LOr 5387/5279 manuscript which shows that the KCA writer is able and dare to
do a text transformation process from prose into poetry (kakawin)
In order to gain a clear understanding of the writing process of KCA, two
basic theories are underlying this minithesis in the analysis process, they are
structural theory and intertext theory. The structural theory analysis are based on
Teeuw’s theory, Dick Hartoko’s opinion which scope the analysis on the formal
structure analysis and composition structure, while the intertext analysis are
based on Kristeva’s opinion.

Based on the intertext analysis there is found that the writer of KCA were
not fully using the LOr 5387/5279 manuscript to build the narative structure.
Then, from the 18 sargah in the text, there are only three sargah: I, II, and XI
which show strong interelationship between the LOr 5387/5279 manuscript and
KCA. The other sargah: III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, ,XII, XIII, XIV, XV, XVI,
XVII, XVIII show that the writer of KCA has widen the intrinsict elements, which
lessen the in the relationship story between the LOr 5387/5279 manuscript and
the KCA, including the theme that in LOr 5387/5279 manuscript is about moksa,
while in KCA is about panyupatan.

Keywords : Kakawin Calon Arang, old javanese language, intertertext, text


transformation, moksa, panyupatan.

1. Latar Belakang
2

Bahasa Jawa Kuna merupakan salah satu bahasa penting yang pernah
berkembang dan mempengaruhi berbagai tradisi, kebudayaan, tata pemerintahan,
pandangan hidup, serta agama masyarakat Jawa pada zamannya, dengan kurun
waktu yang cukup panjang, meliputi rentang waktu enam abad perkembangannya
dari abad ke-9 munculnya Ramayana kakawin, yang dipandang sebagai karya
sastra "adi kawya", tertua, terbesar dan terindah dalam jenisnya sampai dengan
dekade abad ke-15 Masehi (Zoetmulder , 1985 : 18-22).

Sebelum runtuhnya Kerajaan Majapahit, kesusastraan Jawa Kuna telah


berpengaruh di pulau Bali dalam bentuk penyalinan karya Jawa Kuna sesuai
dengan bentuk Jawa. Perkembangan itu lebih pesat lagi setelah kerajaan
Majapahit runtuh. Maka, terjadilah proses transformasi karya sastra Jawa Kuna
dengan meniru karya sastra model Jawa dalam arus tradisi Hindu-Budha serta
aktivitas penyalinan karya sastra seperti pada zaman Jawa Kuna ke dalam bentuk
karya sastra Bali. (Vickers dalam Suastika , 1997:2).
Kakawin Calon Arang (Selanjutnya disingkat KCA)
dalam pembagian berdasarkan periodisasi kemunculannya,
dikatagorikan termasuk dalam golongan kakawin minor dan
selanjutnya kemunculan KCA kepermukaan dapat dikatakan
melengkapi tradisi kepengarangan Bali di era abad ke-
21. Berdasarkan data naskah yang ditemukan, KCA
dikarang oleh Nyoman Adi Putra pada tahun 2001.
Kemunculan karya sastra KCA merupakan suatu proses
kreatif yang penting dalam rentang waktu yang panjang
bagi pengarang menuju kematangan hasil karya sastra
kakawin, dan ketertarikan untuk memunculkan karya
sastra ini kepermukaan menurut pengarang adalah untuk
melengkapi karya-karya yang menyangkut tentang Calon
Arang ke dalam bentuk puisi berbahasa Jawa Kuna
(kakawin), yang selama ini belum pernah muncul
kepermukaan untuk menjadikannya lebih populer
dikalangan penggiat ataupun penekun sastra-sastra
3

klasik di Bali (wawancara dengan Nyoman Adi Putra


tanggal 11 Januari 2013).
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai
berikut.

2.1 Bagaimana Struktur KCA?


2.2 Bagaimanakah hubungan intertekstual KCA dengan
teks hipogramnya?
3. Tujuan
Sesuai dengan judul dan permasalahan yang telah
diuraikan di atas, adapun tujuan penelitian terhadap
KCA ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus,
penjabaranya sebagai berikut;
3.1 Secara umum tujuan melakukan penelitian terhadap
KCA tersebut adalah untuk mengembangkan budaya dan
karya sastra Jawa Kuna Khususnya kakawin, agar
masyarakat terbuka wawasanya terhadap kesusastraan
Jawa Kuna, serta timbul minat dan antusias
masyarakat untuk ikut memelihara, mengembangkan
dan melestarikan kesusastraan Jawa Kuna agar tidak
punah.
3.2 Tujuan Khususnya yang pertama untuk menganalisis dan menjabarkan
struktur KCA. Kemudian yang kedua untuk menganalisis hubungan
intertekstual KCA dengan teks hipogramnya.
4. Metode Penelitian
Penelitian ini dilandasi oleh teori struktural dan teori interteks. Adapun
metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) metode dan
teknik pengumpulan data, digunakan metode pengamatan dengan membaca
sejumlah buku (library research) serta teknik wawancara dan teknik dokumen; (2)
metode dan teknik analisis data, digunakan metode deskriptif dan teknik analisis;
(3) metode dan teknik penyajian hasil analisis data, Dalam tahap ini
4

penulis menggunakan metode informal, yaitu cara


penyajian melalui kata-kata biasa.
5. Hasil dan Pembahasan
Untuk mendapatkan kejelasan dari proses terjadinya KCA, maka kajian ini
menggunakan dua buah landasan teori untuk analisisnya, yaitu kajian dengan
menggunakan teori struktural dan teori interteks. Kajian pada teori struktural
acuan yang dipergunakan diluar pendapatnya Teeuw adalah pendapat dari Dick
Hartoko yang membatasi pada kajian struktur formal dan struktur komposisi,
sedangkan kajian interteksnya menggukan kajian menurut pendapatnya kristeva.
a. Struktur Formal
Struktur formal puisi Jawa Kuna (kakawin) ialah tata hubungan antara
bagian-bagian atau pola struktural puisi Jawa Kuna (kakawin). Pengkajian struktur
formal ini didasarkan pada pendapat Lotz, yang menyatakan bahwa unsur-unsur
formal bentuk puisi Jawa Kuna terdiri atas : metrum, bait dan pupuh. (Lotz dalam
Dick Hartoko, 1984:100).
Di dalam KCA terdapat 18 sargah/pupuh dengan berbagai metrum di
dalamnya antara lain ; pasalin I. Sronca, II. Indrawangsa, III. Basantatilaka, IV.
Sragdara, V. Sardula wikridita, VI. Pretwitala, VII. Sardula wikridita, VIII.
Mada arsa, IX. Praharsini, X. Wirat jagadhita, XI. Upendra bajra, XII. Sardula
wikridita, XIII. Utgata wisama, XIV. Sragdara, XV. Sronca, XVI. Sardula
wikridita, XVII. Pretwitala XVIII. Sronca. Dalam penulisan KCA, dari 18 metrum
yang tercantum di dalamnya terdapat beberapa wirama yang diulang
penempatanya diantaranya; Sronca yang diulang 3 kali, Pretwitala sebanyak 2
kali, Sragdara sebanyak 2 kali dan metrum yang lain yang tercantum sebagaimana
di atas di luar itu hanya ditulis satu kali.
Adapun bait-bait yang terdapat dalam KCA berjumlah 529 bait. Medera
mengatakan dalam tradisi Bali maupun jawa pengertian pada dalam kakawin
adalah empat baris (carik). Ditinjau dari segi bentuk, kakawin yang satu pada
(bait) biasanya terdiri dari empat baris atau tiga baris. Yang terdiri atas tiga baris
disebut utgata wisama atau rahi tiga (Medera,1997:7-8). Dan dalam KCA juga
ditemukan adanya metrum Utgata wisama atau rahi tiga pada sargah ke- 13 yang
terdiri atas 18 bait.
5

b. Struktur Komposisi
Di atas sudah dijelaskan tentang struktur formal pembentukan KCA,
selanjutnya akan diuraikan mengenai struktur komposisinya. Struktur komposisi
yang meliputi : manggala, korpus dan epilog akan dijabarkan seperti di bawah ini.
Dalam manggala pada KCA didapatkan uraian tentang 1. Aspek ista dewata
yang menjadi bagian unsur agama dari Mpu Bharadah, 2. Pencitraan Mpu
Bharadah dengan tempat dan kedudukan asrama beliau dan kemampuan beliau
dalam memahami unsur mistik dalam pemahaman pengetahuan aksara, 3. Pujian
dan sanjungan kepada Mpu Bharadah. Sedangkan pada Korpus (isi pokok) dalam
KCA dideskripsikan secara singkat isi tiap sargah/ pupuhnya, kemudian pada
bagian epilognya didapatkan tentang identifikasi pengarang dan bagaimana proses
kepengarangannya.

c. Hubungan Interteks KCA dengan LOr 5387/5279


Hubungan Interteks antara KCA dengan Hipogramnya menunjukan
adanya korelasi yang kuat hanya pada tiga sargah/pupuh. Sargah yang
menunjukan adanya kesinambungan yang utuh antara KCA dengan LOr
5387/5279 yaitu; sargah I, II dan XI. Dapat dilihat dari contoh kutipan di bawah
ini beserta ulasannya secara singkat.
Naskah KCA
Hana wuwusing sang maha tuwa, Umajaraken katatwanira,Sang Sri Mpu
Bharadah tanana len, Ri sedeng hana ing Cramanira.

Arti Naskah KCA


Ada diceritakan ia yang sangat bijak, memaparkan tentang riwayat, tidak
lain Sang Sri Mpu Bharadah, sedang berada pada pasramannya (
persemayaman).
Naskah LOr 5387/5279
Hana ta wuwusira sang mahatuwa, umujaraken ri katatwanira sira Sri
Mpu Bharadah, ri sedengira hana ng sramanira.

Arti Naskah LOr 5387/5279


Ada perkataan orang-orang tua yang mengisahkan hakikat Sri Mpu
Bharadah ketika beliau tinggal di pertapaannya di Lemah Tulis.
6

Ulasan
Hubungan kesinambungan antar teks dalam sargah I KCA dengan LOr

5387/5279 menunjukan adanya persamaan yang sangat kuat dengan susunan alur

yang sangat sistematis. Ini menunjukan sang pengarang KCA


dalam melakukan proses penggubahan karya kakawinnya
tidak begitu saja menunjukan kemampuan, pemahaman, dan
wawasannya yang luas pada bacaan-bacaan lain yang
menyangkut tentang cerita Calon Arang, dan dari sini
kita bisa mendapatkan suatu pandangan bahwa betapa
pengarang KCA memberikan kesempatan yang luas dalam
proses pentransformasian LOr 5387/5279 menjadi KCA dari
sudut kemurnian dan keaslian dari naskah LOr 5387/5279.

6. Simpulan
Dari penjelasan di atas dilihat dari hubungan antarteksnya dapat
disimpulkan bahwa tidak secara utuh pengarang KCA menggunakan naskah LOr
5387/5279 untuk membangun struktur naratifnya. Pada naskah KCA yang terdiri
dari 18 sargah, hanya tiga sargah/pupuh yang menunjukkan adanya pertalian
kesinambungan yang kuat antara naskah LOr 5387/5279 dengan KCA, yaitu
sargah ke I, II, dan ke XI. Kemudian selebihnya pada sargah III, IV, V, VI, VII,
VIII, IX, X, ,XII, XIII, XIV, XV, XVI, XVII, XVIII menunjukkan bahwa
pengarang KCA telah melakukan perluasan dan pelebaran unsur intrinsiknya,
yang mengakibatnya kecilnya keterjalian unsur cerita dengan naskah induknya
LOr 5387/5279 termasuk kedalamnya perbedaan tema antara naskah LOr
5387/5279 yang mengusung tema moksa dengan naskah KCA yang mengusung
tema panyupatan.
7. Daftar Pustaka
Agastya, IBG. 1987. Sagara Giri : kumpulan esei sastra Jawa Kuna. Denpasar:
Wyasa Sanggraha
7

Baried, Siti Baroroh dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat
pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan

Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra : Sebuah Pengantar Ringkas.


Jakarta: PT Gramedia.

Djamaris, Edwar. 1997. Filologi dan Cara Kerja Penelitian Filologi dalam
Bahasa dan Sastra. Tahun III No. 1 Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Fatimah, Djadjasudarma. 1993. Metode Linguistik Rancangan Model Penelitian


dan Kajian. Bandung: Eresco

Hartoko, Dick. 1983. Manusia dan Seni. Yogjakarta : Kanisius

Jendra, I Wayan. 1981. Pengantar Ringkas Dasar-Dasar Penyusunan Rancangan


Penulisan. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra. Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.

Medere, Nengah. 1997. Kakawin dan Mabebasan Di Bali. Denpasar: Upada


Sastra

Panuti-Sudjiman. Ed. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia

Poerbatjaraka, Prof.Dr R. M. Ng dan Tardjan Hadidjaja. 1957. Kepustakaan


Djawa.
Jakarta: Djambatan

Ratna, I Nyoman Kutha. 2010. Teori, Metode, Dan Teknik Penulisan Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Setiawan, AA.Bgs. 1999. ’Teks-teks Niti dan Sasana Sebagai Hipogram


Penulisan Kakawin Niti Sastra (Marti)’. Skripsi pada Fakultas Sastra
Universitas Udayana.

Suarka, I Nyoman.1987. ’Babad Mpu Bharadah Mwang Rangdeng Girah Analisis


Struktur dan Fungsi’. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana.

.2009. Telaah Sastra Kakawin. Denpasar: Pustaka Larasan.

Suastika, I Made. 1997. Calon Arang dalam Tradisi Bali. Yogjakarta: Duta
Wacana University Press.
8

. 1996. Kumpulan Bahan Kuliah Penataran Transliterasi Dan


Terjemahan Teks. Denpasar: Pusat Dokumentasi Propinsi Bali, Fakultas
Sastra, UNUD

Sugriwa, I.G.B. 1977. Penuntun Pelajaran Kakawin. Denpasar.

Teeuw, A.1983. Membaca dan Menilai Karya Sastra. Jakarta: PN Balai Pustaka

. 1984. Sastra Dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka
Jaya.

Wiryamartana, I. kuntara. 1990, Arjuna Wiwaha transformasi teks jawa kuna


lewat tanggapan dan penciptaan di lingkungan sastra jawa. Yogjakarta:
Duta Wacana University Press.

Zoutmulder, Pj. 1985. Kalangwan. Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang.


Terjemahan Dick Hartoko: Djambatan.

You might also like