Kebutuhan Halte

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

EVALUASI KEBUTUHAN FASILITAS TEMPAT

PERHENTIAN ANGKUTAN UMUM PADA TRAYEK


ANGKUTAN PEDESAAN DI KABUPATEN SERDANG
BEDAGAI
GERRY APALIN PUTRA ASRIZAL, ATD, MT Ir. Juliaman Pangaribuan, M.Si
Taruna Program Studi Diploma III Dosen Program Studi Diploma III Dosen Program Studi Diploma III
Manajemen Transportasi Jalan Manajemen Transportasi Jalan Manajemen Transportasi Jalan
Politeknik Transportasi Darat Politeknik Transportasi Politeknik Transportasi
Indonesia-STTD Darat Indonesia-STTD Darat Indonesia-STTD
Jalan Raya Setu No.58, Cibitung, Jalan Raya Setu No. 58, Cibitung, Jalan Raya Setu No. 58, Cibitung,
Bekasi Jawa Barat 17520 Bekasi Bekasi
[email protected] Jawa Barat Jawa Barat
17520 17520

Abstarct
On rural transportation routes in Serdang Bedagai Regency, passengers are lazy to
wait at the bus stop because the bus stop facilities are not adequate and there are
several bus stops locations that do not match the existing passenger pockets, and
there are pockets of passengers who do not have a bus stop. More passengers wait in
any place, such as in front of houses and at intersections. Secondary data in this study
is in the form of rural transport route network, TGL maps, and bus stops. While the
primary data in the form of bus stop inventory, Route Inventory, and Public
Transportation Dynamic Survey. Then analyze the existing shelter needs for stopping
places. Based on the analysis, all bus stops do not have facilities that are up to
standard. The need for shelters in Serdang Bedagai Regency with the calculation of
demand and land use requires the addition of 6 stops in passenger pockets along the
roads traversed by rural transport routes. The ideal stop location based on technical
guidelines and passenger pockets so that it can act as a place to get on and get off
passengers.

Keywords : Transit Stop, Facilities, Rural Transport, Feasibility Of Transit


Stop

Abstrak
Pada trayek angkutan pedesaan Kabupaten Serdang Bedagai, penumpang malas
menunggu di halte karena fasilitas halte yang belum memadai serta terdapat beberapa
lokasi halte yang belum sesuai dengan kantong penumpang yang ada, dan terdapat
kantong penumpang yang belum memiliki halte. Penumpang lebih banyak menunggu
di sembarang tempat , seperti di depan rumah dan di persimpangan. Data sekunder
dalam penelitian ini berupa jaringan trayek angkutan pedesaan, peta TGL, dan halte.
Sedangkan data primer berupa Inventarisasi halte, Inventarisasi Rute Trayek, dan
Survai Dinamis Angkutan Umum. Kemudian analisa halte eksisting kebutuhan tempat
henti. Berdasarkan analisis, semua halte belum memiliki fasilitas yang seusai standar.
Kebutuhan halte di Kabupaten Serdang Bedagai dengan perhitungan permintaan dan
tata guna lahan dibutuhkan penambahan halte sebanyak 6 halte pada kantong
penumpang di sepanjang ruas jalan yang dilalui oleh trayek angkutan pedesaan. Lokasi
halte yang ideal berdasarkan pedoman teknis dan kantong penumpang agar dapat
berperan sebagai tempat naik dan turun penumpang.

Kata Kunci : Halte, Fasilitas, Angkutan Pedesaan, Kelayakan Halte


PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil survei inventarisasi prasarana angkutan umum diantaranya
didapatkan jumlah tempat pemberhentian angkutan umum (Halte) di Kabupaten
Serdang Bedagai berjumlah 8 halte yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten
Serdang Bedagai tepatnya di wilayah Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Sei Rampah,
dan Kecamatan Dolok Merawan. Adapun kondisinya belum optimal berdasarkan fungsi,
fasilitas halte serta letak halte.
Penyebab utama penumpang yang tidak menggunakan halte sebagai tempat naik dan
turun dari angkutan umum adalah jarak yang harus ditempuh menuju ke fasilitas halte
terlalu jauh bahkan ada beberapa zona pada trayek angkutan pedesaan yang belum
memiliki halte. Penumpang dalam pemilihan lokasi perhentian angkutan umum
dominan dilakukan di sekitar persimpangan dan di sembarang tempat yang tidak
dilengkapi dengan rambu atau fasilitas tempat henti seperti halte karena alasan jarak
yang lebih dekat dengan tujuan, keamanan, dan secara fisik tidak melelahkan. Oleh
karena itu, alokasi halte ke titik permintaan diusahakan seoptimal mungkin. Hal
tersebut menunjukan pentingnya aksebilitas angkutan umum. Dengan semakin
banyaknya jumlah halte yang dibangun, berarti semakin meningkatnya tingkat
aksebilitas pelayanan angkutan umum. Mengingat akan pentingnya keberadaan tempat
perberhentian (Halte) angkutan umum, diperlukan evaluasi terhadap halte sehingga
dapat berfungsi secara optimal dalam meningkatkan kenyamanan pengguna angkutan
umum di Kabupaten Serdang Bedagai begitu juga dengan judul Kertas Kerja Wajib
(KKW) ini yaitu “Evaluasi Kebutuhan Fasilitas Tempat Perhentian Angkutan Umum
Pada Trayek Angkutan Pedesaan Di Kabupaten Serdang Bedagai”.

TINJAUAN PUSTAKA
Tempat Perhentian Angkutan Umum
Tempat perhentian angkutan umum (TPAU) terdiri dari halte dan tempat perhentian
bus. Halte adalah tempat perhentian kendaraan penumpang umum untuk menurunkan
dan/atau menaikkan penumpang yang dilengkapi dengan bangunan. Tempat
perhentian bus (bus stop) adalah tempat untuk menurunkan dan/atau menaikkan
penumpang (SK Dirjen HubDat No.271/HK.105/DRJD/96).
Halte
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
pasal 1 angka 14 dikatakan bahwa Halte adalah tempat pemberhentian kendaraan
bermotor umum untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Penentuan jarak
antara halte berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
Nomor 271 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian
Kendaraan Penumpang Umum dapat dilihat pada Tabel 1:
Tabel 1. Jarak Antar Halte
Zona Tata Guna Lahan Lokasi Jarak Tempat Henti
1 Pusat kegiatan sangat padat: pasar, CBD, Kota 200 -- 300 *)
pertokoan
2 Padat : perkantoran, sekolah, jasa Kota 300 -- 400
3 Permukiman Kota 300 -- 400
4 Campuran padat : perumahan, sekolah, jasa Pinggiran 300 – 500
5 Campuran jarang : perumahan, ladang, Pinggiran 500 -- 1000
sawah, tanah kosong
Sumber : SK Dirjen Nomor 271 Tahun 1996
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 271 Tahun
1996 tentang Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan
Penumpang Umum
A. Jenis Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum:
1. Halte
2. Tempat Perhentian Bus (TPB)
B. Fasilitas Tempat Pemberhentian Kendaraan Penumpang Umum (TPKPU):
1. Fasilitas utama
a. Halte
1) Identitas Halte Berupa Nama Dan/ Atau Nomor
2) Rambu Petunjuk
3) Papan Informasi Trayek
4) Lampu Penerangan
5) Tempat Duduk
2. Fasilitas tambahan
1) Telepon Umum
2) Tempat Sampah
3) Pagar
4) Papan Iklan/Pengumuman
C. Tata Letak
Tata letak halte dan/atau TPB terhadap ruang lalu lintas:
1. Jarak maksimal terhadap fasilitas penyeberangan pejalan kaki adalah 100
meter.
2. Jarak minimal halte dari persimpangan adalah 50 meter atau bergantung pada
panjang antrean.
3. Jarak minimal gedung (seperti rumah sakit, tempat ibadah) yang membutuhkan
ketenangan adalah 100 meter.
4. Peletakan di persimpangan menganut sistem campuran, yaitu antara sesudah
persimpangan (farside) dan sebelum persimpangan (nearside).
D. Daya Tampung
1. Halte
Halte dirancang dapat menampung penumpang angkutan umum 20 orang per
halte pada kondisi biasa (penumpang dapat menunggu dengan nyaman).

Sumber : SK Dirjen Nomor 271 Tahun 1996


Gambar 1. Kapasitas Lindungan
Keterangan:
a. Ruang gerak per penumpang di tempat henti 90 cm x 60 cm
b. Jarak bebas antara penumpang:
 dalam kota 30 cm
 antar kota 60 cm
c. Ukuran tempat henti per kendaran, panjang 12 m dan lebar 2,5 m
d. Ukuran lindungan minimum 4,00 m x 2,00 m

GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN


Sarana transportasi yang berada di wilayah studi Kabupaten Serdang Bedagai saat ini
hanya terdapat Angkutan Pedesaan dan angkutan paratransit seperti becak motor.
Untuk AKAP dan AKDP hanya melintasi Kabupaten Serdang Bedagai dan tidak ada asal-
tujuan dari Kabupaten Serdang Bedagai. Jenis kendaraan Angkutan Pedesaan yang
digunakan adalah mobil penumpang umum dengan kapasitas 12 orang. Prasarana
transportasi yang berada di wilayah studi Kabupaten Serdang Bedagai saat ini hanya
terdapat halte dan masih belum terdapat terminal baik tipe A, B dan tipe C.
Adanya lokasi kantong penumpang yang seharusnya terdapat fasilitas tempat henti
tetapi tidak ada, terdapat 8 halte yang tersebar di Kabupaten Serdang Bedagai. Tetapi,
hanya terdapat 5 Halte yang tersebar pada rute trayek angkutan pedesaan di
Kabupaten Serdang Bedagai. Berikut adalah letak kantong penumpang yang terdapat
pada ruas jalan yang dilalui trayek angkutan pedesaan di Kabupaten Serdang Bedagai.

Tabel.2 Letak Kantong Penumpang


LETAK KANTONG PENUMPANG
NO NAMA DAERAH/TEMPAT
1 Pusat Pertokoan Perbaungan Kecamatan Perbaungan
2 Pasar Bengkel Desa Pasar Bengkel
3 Simpang pantai Kelang Desa Sei Buluh
4 Simpang Matapao Kecamatan Teluk Mengkudu
5 Pusat Perkantoran Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah
6 Rumah Belanda Sei Rampah Simpang Bedagai
7 Pasar Kampung Pon Desa Kampung Pon
8 Kantor Camat Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban
Sumber : Data Analisis

METODOLOGI PENELITIAN
Bagan alir ini adalah tahapan - tahapan proses penelitian dari mulai identifikasi
masalah sampai analisa dan usulan suatu penelitian

Gambar.2 Bagan alir penelitian


ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

Analisis Kondisi Eksisting


Dilihat dari lokasi halte, dimensi halte, dan fasilitas halte di ruas jalan yang dilewati
oleh angkutan pedesaan di Kabupaten Serdang Bedagai terdapat 5 halte yaitu sebagai
berikut :
Tabel 3. Lokasi Halte
No Nama Halte Lokasi
1 Halte Pabrik Adolina 1 Depan Pabrik Adolina Perbaungan
Seberang Pabrik Adolina Perbaungan
2 Halte Pabrik Adolina 2
Halte Taman Kota Galuh Perbaungan Seberang Taman Kota Galuh Perbaungan
3
4 Halte Kantor Bappeda 1 Depan Kantor Bappeda Sei Rampah
Seberang Kantor Bappeda Sei Rampah
5 Halte Kantor Bappeda 2

Evaluasi Kebutuhan Tempat Perhentian Angkutan Umum

1. Standarisasi Kebutuhan Halte


Dalam menentukan kebutuhan halte terdapat beberapa syarat di antaranya yaitu
berada dalam lintasan trayek angkutan umum dan terdapat pada kantong-kantong
penumpang. Secara teknis tidak ada standar atau ukuran dalam penentuan jumlah
penumpang minimal untuk dapat dibuat sebuah halte pada setiap ruas jalan. Oleh
karena itu dengan bantuan analisis Statistik Distribusi Frekuensi dapat dibuat
standarisasi jumlah penumpang minimal untuk menentukan hal tersebut adalah
Distribusi Frekuensi Persentil 85. Dasar penggunaan persentil 85 sebagai
pertimbangan adalah bahwa angka 85 telah memenuhi pertimbangan suatu
kebutuhan halte. Berikut langkah-langkah untuk membuat standarisasi yang
digunakan untuk menganalisis kebutuhan halte di trayek angkutan pedesaan
Kabupaten Serdang Bedagai.
a. Analisis Data Dinamis
Tabel 4. Data Jumlah Penumpang Tiap Segmen

PNP PNP
TRAYEK SEGMEN PNP
NAIK TURUN
Perbaungan Pasar Bengkel 6 4 10
Pasar Bengkel Sei Buluh 5 2 7
Sei Buluh Sp. Matapao 1 3 4
Sp. Matapao Sei Rampah 3 4 7
Perbaungan - Bts.
Tebing Tinggi Sei Rampah Sp. Bedagai 5 4 9
Sp. Bedagai Kp. Pon 3 3 6
Kp. Pon Ktr. Camat Sei Bamban 2 3 5
Ktr. Camat Sei Rambutan (Bts.
0 2 2
Bamban T.Tinggi)
Sumber : Hasil Analisis

b. Penentuan Interval Kelas


Setelah diperoleh jumlah data pada naik turun penumpang yaitu sebanyak 8,
dilanjutkan dengan penentuan lebar interval kelas. Penentuan interval kelas
digunakan untuk menentukan lebar interval kelas. Berikut perhitungan dalam
menentukan lebar interval kelas :
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 8
K = 4,0
Dari hasil perhitungan diperoleh interval kelas yang digunakan yaitu 4.

c. Penentuan Lebar Interval Kelas


Dari data naik turun penumpang diketahui jumlah penumpang terbanyak yaitu
pada segmen ke-1 dengan 10 penumpang dan jumlah penumpang paling
sedikit yaitu pada segmen ke-8 dengan 2 penumpang. Berikut merupakan
perhitungan lebar interval kelas:
C=R/K
C = (10 – 2) / 4
C=2
Maka diperoleh nilai lebar interval kelas yaitu 2.

d. Analisis Distribusi Frekuensi


Tabel 5. Tabel Distribusi Frekuensi
Frekuensi Komulatif Persentase
No Interval Kelas (X) Frekuensi (fpi) Persentase
(Fpi) Komulatif
1 1 – 1,9 0 0 0% 0%
2 2 – 3,9 1 1 13% 13%
3 4 – 5,9 2 3 25% 38%
4 6 – 7,9 3 6 38% 75%
5 8 – 9,9 1 7 13% 88%
6 10 – 11,9 1 8 13% 100%
Sumber : Hasil Analisis
Dari tabel di atas diketahui tidak ada posisi data pada persentil 85%, jadi
ditetapkan yang terdekat yaitu pada kelas interval dan persentil 88%
berada pada interval kelas 8 – 9,9.

e. Penentuan Jumlah Minimal Penumpang


Dalam penentuan jumlah minimal penumpang, dalam tahap ini digunakan
analisa nilai persentil 85 untuk menetapkan jumlah penumpang yang nantinya
dijadikan sebuah syarat untuk dibangunnya sebuah halte pada suatu ruas
jalan. Nilai persentil 85 dipakai karena nilai ini dianggap sudah memenuhi
syarat dalam pengambilan suatu keputusan.
Rumus Persentil :

Pi = 8 + 2 (8 x 0,85 – 7)
= 7,6 )))
1

=8
Dari Perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan nilai persentil 85% maka dapat diketahui batas minimal
jumlah penumpang pada suatu ruas jalan yaitu sebanyak 8 penumpang tiap
segmen.
2. Analisis Kebutuhan Halte Berdasarkan Jumlah Minimal Penumpang
Untuk menentukan segmen mana saja yang membutuhkan halte atau tidak,
bergantung pada jumlah penumpang yang naik dan turun pada segmen tersebut
minimal 8 penumpang per segmen. Apabila pada segmen mendapat penumpang
kurang dari 8 penumpang maka segmen tersebut tidak memerlukan dibangunya
halte karena dianggap kurang efisien. Berikut merupakan tabel halte penentuan
kebutuhan halte yang disesuaikan dengan perhitungan menggunakan persentil 85
yaitu sebagai berikut :
Tabel 6. Penentuan Kebutuhan Halte
Jumlah Jumlah
TRAYEK SEGMEN Kebutuhan
PNP Minimum PNP

Perbaungan Pasar Bengkel 10 8 Butuh


Pasar Bengkel Sei Buluh 7 8 Tidak Butuh
Sei Buluh Sp. Matapao 4 8 Tidak Butuh
Perbaungan - Bts. Sp. Matapao Sei Rampah 7 8 Tidak Butuh
Tebing Tinggi Sei Rampah Sp. Bedagai 9 8 Butuh
Sp. Bedagai Kp. Pon 6 8 Tidak Butuh
Kp. Pon Ktr. Camat Sei Bamban 5 8 Tidak Butuh
Ktr. Camat Sei Bamban Rambutan (Bts. T.Tinggi) 2 8 Tidak Butuh
Sumber : Hasil Analisis

Setelah melalui analisis kebutuhan halte berdasarkan jumlah penumpang minimal


sebagaimana pada Tabel V.9 dapat diketahui bahwa dari 8 segmen terdapat 6
segmen yang tidak membutuhkan halte karena tidak memenuhi jumlah
penumpang minimal yaitu 8 penumpang. Sedangkan untuk 2 segmen lainya
membutuhkan halte karena memenuhi jumlah penumpang minimal lebih dari 8
penumpang.

3. Analisis Kebutuhan Berdasarkan Jaran dan TGL


Berdasarkan analisis kebutuhan halte dari jumlah minimal penumpang didapatkan
2 segmen yang membutuhkan halte, maka pada analisis ini hanya akan
menganalisi 2 segmen tersebut. Analisis ini dikerjakan berdasarkan SK Dirjen
Perhubungan Darat No. 271/HK105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis
Perekayasaan Tempat Pemberhentian Kendaraan Penumpang Umum. Sehingga
dari pedoman tersebut dapat dihitung jumlah kebutuhan halte berdasarkan jarak
serta tata guna lahan di wilayah studi dan dipadukan dengan jarak dan tata guna
lahan sesuai standar. Berikut merupakan data tata guna lahan dan jarak antar
halte masing – masing segmen menurut standar teknis.

Tabel 7. Jarak Antar Halte Berdasarkan Tata Guna Lahan


SEGMEN TATA GUNA LAHAN JARAK STANDAR (M)

Perbaungan Pasar Bengkel perumahan, sekolah, pertokoan, lahan kosong 500 - 1000
Sei Rampah Sp. Bedagai perkantoran, pemukiman, pertokoan 300 - 500
Sumber : Hasil Analisis
Jarak standar antar halte menurut tata guna lahan pada setiap segmen yaitu pada
300 – 500 meter dan 500 – 1000 meter. Untuk menghitung jumlah kebutuhan
menggunakan nilai terbesar karena dinilai lebih efektif.
Dari penentuan kebutuhan halte diketahui bahwa yang membutuhkan halte ada 2
segmen. Segmen Perbaungan sampai Pasar Bengkel dengan panjang segmen
6300 meter dan segmen Sei Rampah sampai Simpang Bedagai dengan panjang
segmen 3240 meter.

Tabel 8. Panjang Tiap Segmen


Segmen Panjang Segmen (m)

Perbaungan Pasar Bengkel 6300


Sei Rampah Sp. Bedagai 3240

Sumber : Hasil Analisis

Berikut contoh perhitungan kebutuhan halte berdasarkan jarak antar halte dan
tata guna lahan
- Segmen : Sei Rampah – Sp. Bedagai
- Karakteristik Lokasi : CBD
- Tata Guna Lahan : Campuran
Perkantoran, pemukiman, pertokoan
- Standar Tempat Henti : 300 – 500 meter
- Panjang Segmen : 3240 meter
- Jarak minimal dari simpang : 50 meter
- Farside & Nearside : 50 x 2 = 100 meter

𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛 − 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑟𝑖 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔


𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐻𝑎𝑙𝑡𝑒 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 = Standar Tempat Henti
3240−100 Standar Tempat Henti
=
500
= 6,28
= 6 Buah
Jadi kebutuhan ideal untuk halte di segmen Sei Rampah – Sp. Bedagai adalah 6.
Angka 6 merupakan angka ideal, hal ini menentukan bahwa nilai tersebut tetap
disesuaikan dengan tata guna lahan di sepanjang ruas jalan tersebut.
Perhitungan tersebut juga berlaku untuk semua segmen yang ada. Sehingga
diperoleh jumlah kebutuhan halte pada tiap segmennya sebagai berikut :

Tabel 9. Analisis Kebutuhan Halte Berdasarkan Jarak


S
PANJANG JARAK
u SEGMEN SEGMEN
TATA GUNA
STANDAR
KEBUTUHAN HALTE
m (m)
LAHAN
(m)
HALTE EKSISTING
b
perumahan,
e Pasar sekolah,
Perbaungan
r 6300 500 - 1000 6 3
Bengkel pertokoan, lahan
kosong
perkantoran,
Sp.
Sei Rampah 3240 pemukiman, 300 - 500 6 2
Bedagai
pertokoan

Sumber : Hasil Analisis


Dapat diketahui dari tabel diatas jumlah kebutuhan halte pada segmen
Perbaungan – Pasar Bengkel dan segmen Sei Rampah – Sp Bedagai sama-sama
membutuhkan 6 halte.

4. Analisis Tempat Perhentian Angkutan Umum


Pada segmen dengan jumlah penumpang kurang dari 8 orang akan diusulkan
tempat perhentian angkutan umum untuk memfasilitasi calon penumpang untuk
naik angkutan umum. Fasilitas yang disajikan adalah rambu petunjuk, papan
informasi trayek, dan identitas tempat perhentian. Cara menghitung jumlah
kebutuhan fasilitas tempat perhentian sama dengan cara menghitung jumlah
kebutuhan halte, yaitu dihitung berdasarkan jarak dan tata guna lahan, kemudia
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 10. Analisis Kebutuhan Tempat Perhentian Au Berdasarkan Jarak
S
PANJANG JARAK KEBUTUHAN
u
SEGMEN SEGMEN TATA GUNA LAHAN STANDAR TEMPAT
m (m) (m) HENTI AU
b pemukiman, sekolah,
Pasar
e Bengkel Sei Buluh 5400 500 - 1000 5
ladang
r perumahan, ladang,
Sp. Matapao Sei Rampah 4800 500 - 1000 5
jasa
perumahan, ladang,
Sei Buluh Sp. Matapao 6240 500 - 1000 6
S jasa
u Bedagai perumahan, pertokoan,
Sp. Kp. Pon 3300 500 - 1000 3
tanah kosong
m
Ktr. Camat Sei perumahan, ladang,
b Kp. Pon 3
Bamban 3520 sekolah 500 - 1000
e
Ktr. Camat Sei Rambutan (Bts. perumahan, ladang,
r Bamban T.Tinggi) 6200 sekolah 500 - 1000
6

: Hasil Analisis

Penentuan Usulan Lokasi dan Dimensi Tempat Perhentian Angkutan Umum


1. Lokasi Halte Usulan
Berikut adalah lokasi halte usulan menurut tata guna lahan dan kantong
penumpang :

Tabel 11. Penentuan Lokasi Halte Usulan


Titik Halte Usulan
HALTE KEBUTUHAN TATA GUNA Tipe
SEGMEN (Berdasarkan Status Jalan
EKSISTING HALTE LAHAN Jalan
kantong pnp)

Jl. Medan - Tebing perumahan,


Tinggi, deretan sekolah, Jalan
2/2 UD
pusat pertokoan pertokoan, lahan Nasional
Perbaungan kosong
Jl. Medan - Tebing perumahan,
Pasar Tinggi, Seberang sekolah, Jalan
Perbaungan 3 6 2/2 UD
Bengkel Dinas Sosial Kab. pertokoan, lahan Nasional
Serdang Bedagai kosong

Jl. Medan - Tebing perumahan,


Tinggi, 50 m ke sekolah, Jalan
2/2 UD
arah selatan dari pertokoan, lahan Nasional
Pasar Bengkel kosong
Jl. Medan –
Tebing Tinggi, perkantoran,
Jalan
Depan Lapangan pemukiman, 2/2 UD
Nasional
Sp. Sepakbola Firdaus pertokoan
Sei Rampah 2 6 Sei Rampah
Bedagai
Jl. Medan - Tebing perkantoran,
Jalan
Tinggi, 50m ke pemukiman, 2/2 UD
Nasional
arah barat laut pertokoan
RSUD Sultan
Sulaiman

Jl. Medan - Tebing


Tinggi, 50 m ke perkantoran,
Jalan
arah barat laut pemukiman, 2/2 UD
Nasional
dari simpang pertokoan
bedagai

Sumber : Hasil Analisis

2. Lokasi Tempat Perhentian Angkutan Umum Usulan


Lokasi yang diusulkan fasilitas tempat perhentian angkutan umum ini di tempatkan
pada titik yang berpotensi adanya penumpang. Jika hanya menggunakan
perhitungan berdasarkan tata guna lahan dan jarak, maka titik usulan akan terlalu
banyak. Maka untuk mengurangi pengeluaran, hanya tempat strategis saja yang
diberi fasilitas tempat perhentian angkutan umum. Berikut adalah lokasi usulan
tempat perhentian angkutan umum :

Tabel 12. Penentuan Lokasi Tempat Perhentian Angkutan umum


KEBUTUHAN Titik Usulan fasilitas tempat henti
SEGMEN TATA GUNA LAHAN
HALTE AU
Jl. Medan - Tebing Tinggi, 50 m
ke arah utara dari simpang tugu pemukiman, sekolah, ladang
Pasar obang abing
Sei Buluh 5
Bengkel
Jl. Medan - Tebing Tinggi, Depan
pemukiman, sekolah, ladang
Pasar Sei Buluh
Jl. Medan - Tebing Tinggi, 50 m
ke arah barat dari simpang PTPN perumahan, ladang, jasa
Sei Buluh Sp. Matapao 6 III Kebun tanah raja
Jl. Medan - Tebing Tinggi,
perumahan, ladang, jasa
Sebelah alfamart matapao

Sp. Jl. Medan - Tebing Tinggi, di


Sei Rampah 6 perumahan, ladang, jasa
Matapao depan Polres Serdang Bedagai

Jl. Medan - Tebing Tinggi, depan perumahan, pertokoan, tanah


Sp. Bedagai Kp. Pon 3
Pasar Kampung Pon kosong
Kantor Jl. Medan - Tebing Tinggi, 50m
Kp. Pon Camat Sei 3 ke arah selatan dari Gereja
Bamban Bathel Indonesia Sei Bamban perumahan, ladang, sekolah
Kantor Rambutan Jl. Medan - Tebing Tinggi, depan
Camat Sei (Bts. Tebing 6 Dinas Perumahan & Permukiman perumahan, ladang, sekolah
Bamban Tinggi) Kabupaten Serdang Bedagai
Sumber : Hasil Analisis.
3. Desain Halte Usulan
Desain halte ini memiliki panjang 4 meter, lebar 2 meter, dan tinggi 2,5 meter
yang telah dilengkapi dengan identitas halte, lampu penerangan, tempat duduk,
papan informasi trayek, dan pagar pengaman.

4. Desain Tempat Perhentian Angkutan Umum Usulan


Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan terkait dengan fasilitas dan prasarana tempat pemberhentian angkutan
umum sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui kelengkapan fasilitas halte banyaknya
halte yang belum memenuhi kelengkapan fasilitas sesuai dengan standar teknis
penentuan fasilitas tempat henti seperti Tidak adanya Papan Nama/Identitas
Halte, Papan Informasi Trayek, Rambu Petunjuk, Tempat Sampah, Papan
Pengumuman.
2. Berdasarkan hasil analisa kebutuhan halte di Kabupaten Serdang Bedagai dengan
perhitungan permintaan dan tata guna lahan dibutuhkan penambahan halte
sejumlah 6 halte pada kantong penumpang di sepanjang ruas jalan yang dilalui
oleh trayek angkutan pedesaan. Segmen yang tidak memenuhi perhitungan
permintaan diusulkan pembangunan tempat perhentian angkutan umum (bus
stop). Jumlah bus stop dihitung berdasarkan tata guna lahan dan kantong
penumpang.
3. Didapatkan lokasi halte yang ideal berdasarkan pedoman teknis dan kantong
penumpang agar dapat berperan sebagai tempat naik dan turun penumpang
adalah :
a. Segmen Perbaungan – Pasar Bengkel
1) Jl. Medan Tebing Tinggi, deretan pusat pertokoan Perbaungan
2) Jl. Medan – Tebing Tinggi, seberang Dinas Sosial Kabupaten Serdang
Bedagai
3) Jl. Medan – Tebing Tinggi, deretan pertokoan Pasar Bengkel
b. Segmen Sei Rampah – Simpang Bedagai
1) Jl. Medan – Tebing Tinggi, depan Lapangan Sepakbola Firdaus Sei
Rampah
2) Jl. Medan – Tebing Tinggi, 50m ke arah barat dari RSUD Sultan Sulaiman
3) Jl. Medan – Tebing Tinggi, 50m ke arah barat dari Simpang Bedagai
4. Dimensi halte yang dibutuhkan berdasarkan analisis standar ruang gerak bebas
penumpang diperoleh ukuran dimensi halte pada masing – masing segmen adalah
sebagai berikut :
1) Segmen Perbaungan – Pasar Bengkel dengan dimensi halte 2,7 x 2 meter
2) Segmen Sei Rampah – Sp. Bedagai dengan dimensi halte 2,43 x 2 meter
Karena ukuran halte sesuai standar minimal adalah 4 x 2 meter dan dimensi halte
yang diperoleh dari hasil perhitungan yang tidak memenuhi standar ukuran
minimal halte akan di usulkan dimensinya menjadi standar ukuran yaitu 4 x 2
meter. Tinggi halte yang diusulkan adalah 2,5 meter.

DAFTAR PUSTAKA
______, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, Jakarta

______, 2014, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan,
Jakarta.

______, 2013, Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, Jakarta.

_______, 2010, Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan, Jakarta

_______, 1996, SK. Dirjen Perhubungan Darat Nomor : 271/HK.105/DRJD/96,


Direktorat Jenderal Perhubungan, Jakarta.

Harinaldi, 2005, Prinsip-Prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains ,Jakarta: Erlangga.

You might also like