Kebutuhan Halte
Kebutuhan Halte
Kebutuhan Halte
Abstarct
On rural transportation routes in Serdang Bedagai Regency, passengers are lazy to
wait at the bus stop because the bus stop facilities are not adequate and there are
several bus stops locations that do not match the existing passenger pockets, and
there are pockets of passengers who do not have a bus stop. More passengers wait in
any place, such as in front of houses and at intersections. Secondary data in this study
is in the form of rural transport route network, TGL maps, and bus stops. While the
primary data in the form of bus stop inventory, Route Inventory, and Public
Transportation Dynamic Survey. Then analyze the existing shelter needs for stopping
places. Based on the analysis, all bus stops do not have facilities that are up to
standard. The need for shelters in Serdang Bedagai Regency with the calculation of
demand and land use requires the addition of 6 stops in passenger pockets along the
roads traversed by rural transport routes. The ideal stop location based on technical
guidelines and passenger pockets so that it can act as a place to get on and get off
passengers.
Abstrak
Pada trayek angkutan pedesaan Kabupaten Serdang Bedagai, penumpang malas
menunggu di halte karena fasilitas halte yang belum memadai serta terdapat beberapa
lokasi halte yang belum sesuai dengan kantong penumpang yang ada, dan terdapat
kantong penumpang yang belum memiliki halte. Penumpang lebih banyak menunggu
di sembarang tempat , seperti di depan rumah dan di persimpangan. Data sekunder
dalam penelitian ini berupa jaringan trayek angkutan pedesaan, peta TGL, dan halte.
Sedangkan data primer berupa Inventarisasi halte, Inventarisasi Rute Trayek, dan
Survai Dinamis Angkutan Umum. Kemudian analisa halte eksisting kebutuhan tempat
henti. Berdasarkan analisis, semua halte belum memiliki fasilitas yang seusai standar.
Kebutuhan halte di Kabupaten Serdang Bedagai dengan perhitungan permintaan dan
tata guna lahan dibutuhkan penambahan halte sebanyak 6 halte pada kantong
penumpang di sepanjang ruas jalan yang dilalui oleh trayek angkutan pedesaan. Lokasi
halte yang ideal berdasarkan pedoman teknis dan kantong penumpang agar dapat
berperan sebagai tempat naik dan turun penumpang.
TINJAUAN PUSTAKA
Tempat Perhentian Angkutan Umum
Tempat perhentian angkutan umum (TPAU) terdiri dari halte dan tempat perhentian
bus. Halte adalah tempat perhentian kendaraan penumpang umum untuk menurunkan
dan/atau menaikkan penumpang yang dilengkapi dengan bangunan. Tempat
perhentian bus (bus stop) adalah tempat untuk menurunkan dan/atau menaikkan
penumpang (SK Dirjen HubDat No.271/HK.105/DRJD/96).
Halte
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
pasal 1 angka 14 dikatakan bahwa Halte adalah tempat pemberhentian kendaraan
bermotor umum untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Penentuan jarak
antara halte berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
Nomor 271 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian
Kendaraan Penumpang Umum dapat dilihat pada Tabel 1:
Tabel 1. Jarak Antar Halte
Zona Tata Guna Lahan Lokasi Jarak Tempat Henti
1 Pusat kegiatan sangat padat: pasar, CBD, Kota 200 -- 300 *)
pertokoan
2 Padat : perkantoran, sekolah, jasa Kota 300 -- 400
3 Permukiman Kota 300 -- 400
4 Campuran padat : perumahan, sekolah, jasa Pinggiran 300 – 500
5 Campuran jarang : perumahan, ladang, Pinggiran 500 -- 1000
sawah, tanah kosong
Sumber : SK Dirjen Nomor 271 Tahun 1996
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 271 Tahun
1996 tentang Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan
Penumpang Umum
A. Jenis Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum:
1. Halte
2. Tempat Perhentian Bus (TPB)
B. Fasilitas Tempat Pemberhentian Kendaraan Penumpang Umum (TPKPU):
1. Fasilitas utama
a. Halte
1) Identitas Halte Berupa Nama Dan/ Atau Nomor
2) Rambu Petunjuk
3) Papan Informasi Trayek
4) Lampu Penerangan
5) Tempat Duduk
2. Fasilitas tambahan
1) Telepon Umum
2) Tempat Sampah
3) Pagar
4) Papan Iklan/Pengumuman
C. Tata Letak
Tata letak halte dan/atau TPB terhadap ruang lalu lintas:
1. Jarak maksimal terhadap fasilitas penyeberangan pejalan kaki adalah 100
meter.
2. Jarak minimal halte dari persimpangan adalah 50 meter atau bergantung pada
panjang antrean.
3. Jarak minimal gedung (seperti rumah sakit, tempat ibadah) yang membutuhkan
ketenangan adalah 100 meter.
4. Peletakan di persimpangan menganut sistem campuran, yaitu antara sesudah
persimpangan (farside) dan sebelum persimpangan (nearside).
D. Daya Tampung
1. Halte
Halte dirancang dapat menampung penumpang angkutan umum 20 orang per
halte pada kondisi biasa (penumpang dapat menunggu dengan nyaman).
METODOLOGI PENELITIAN
Bagan alir ini adalah tahapan - tahapan proses penelitian dari mulai identifikasi
masalah sampai analisa dan usulan suatu penelitian
PNP PNP
TRAYEK SEGMEN PNP
NAIK TURUN
Perbaungan Pasar Bengkel 6 4 10
Pasar Bengkel Sei Buluh 5 2 7
Sei Buluh Sp. Matapao 1 3 4
Sp. Matapao Sei Rampah 3 4 7
Perbaungan - Bts.
Tebing Tinggi Sei Rampah Sp. Bedagai 5 4 9
Sp. Bedagai Kp. Pon 3 3 6
Kp. Pon Ktr. Camat Sei Bamban 2 3 5
Ktr. Camat Sei Rambutan (Bts.
0 2 2
Bamban T.Tinggi)
Sumber : Hasil Analisis
Pi = 8 + 2 (8 x 0,85 – 7)
= 7,6 )))
1
=8
Dari Perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan nilai persentil 85% maka dapat diketahui batas minimal
jumlah penumpang pada suatu ruas jalan yaitu sebanyak 8 penumpang tiap
segmen.
2. Analisis Kebutuhan Halte Berdasarkan Jumlah Minimal Penumpang
Untuk menentukan segmen mana saja yang membutuhkan halte atau tidak,
bergantung pada jumlah penumpang yang naik dan turun pada segmen tersebut
minimal 8 penumpang per segmen. Apabila pada segmen mendapat penumpang
kurang dari 8 penumpang maka segmen tersebut tidak memerlukan dibangunya
halte karena dianggap kurang efisien. Berikut merupakan tabel halte penentuan
kebutuhan halte yang disesuaikan dengan perhitungan menggunakan persentil 85
yaitu sebagai berikut :
Tabel 6. Penentuan Kebutuhan Halte
Jumlah Jumlah
TRAYEK SEGMEN Kebutuhan
PNP Minimum PNP
Perbaungan Pasar Bengkel perumahan, sekolah, pertokoan, lahan kosong 500 - 1000
Sei Rampah Sp. Bedagai perkantoran, pemukiman, pertokoan 300 - 500
Sumber : Hasil Analisis
Jarak standar antar halte menurut tata guna lahan pada setiap segmen yaitu pada
300 – 500 meter dan 500 – 1000 meter. Untuk menghitung jumlah kebutuhan
menggunakan nilai terbesar karena dinilai lebih efektif.
Dari penentuan kebutuhan halte diketahui bahwa yang membutuhkan halte ada 2
segmen. Segmen Perbaungan sampai Pasar Bengkel dengan panjang segmen
6300 meter dan segmen Sei Rampah sampai Simpang Bedagai dengan panjang
segmen 3240 meter.
Berikut contoh perhitungan kebutuhan halte berdasarkan jarak antar halte dan
tata guna lahan
- Segmen : Sei Rampah – Sp. Bedagai
- Karakteristik Lokasi : CBD
- Tata Guna Lahan : Campuran
Perkantoran, pemukiman, pertokoan
- Standar Tempat Henti : 300 – 500 meter
- Panjang Segmen : 3240 meter
- Jarak minimal dari simpang : 50 meter
- Farside & Nearside : 50 x 2 = 100 meter
: Hasil Analisis
DAFTAR PUSTAKA
______, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, Jakarta
______, 2014, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan,
Jakarta.
______, 2013, Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, Jakarta.
_______, 2010, Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan, Jakarta
Harinaldi, 2005, Prinsip-Prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains ,Jakarta: Erlangga.