Jurnal 3
Jurnal 3
Jurnal 3
JURNAL SKRIPSI
OLEH:
14091102057
SASTRA INGGRIS
MANADO
2019
KORELASI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL DAN
PEMEROLEHAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS DI TK GMIM
BUKIT MORIA MALALAYANG
Andriyani Marentek2
Arter J. Senduk3
ABSTRACT
This research is an attempt to discover the correlation of English language
acquisition and the audio-visual media usage on kindergarten students. The
objectives of this research are to identify wheter the audio-viusal media usage can
help the expansion of children English language acquisition and to analyze the
factors that can affect the success and failure of the audio-visual usage in children
English language acquisition. This study is based on the five principlas for creating
effective second language learning environment from Erben, Ban and Castaneda
(2009) and second language acquisition theory from Krashen (1985).The quailitative
approach is applied in this study and the writer uses Random Sampling technique in
choosing the participants. The data collection techniques were observation,
documentation, interviews, Likert Scale as the field notes and quitionare. Pre-test
and post-test also used to verify the original achievement from the participant and as
the instrument to help analyzing the data. The result of this research shows that most
participants had shown some progress in English language acquisition trough the
audio-visual usage in number 54% on the pre-test and 86.25% on the post-test This
research also discovered there are 4 positive factors and 5 negative factors which
can affect the success of the audio-visual usage in children English language
acquisition.
1
Mahasiswa yang bersangkutan
2
Dosen Pembimbing Materi
3
Dosen Pembimbing Teknik
2
1. PENDAHULUAN
Akuisisi bahasa merupakan sebuah istilah yang umum yang digunakan ketika
kita berbicara tentang pemerolehan bahasa. Akuisisi bahasa atau yang lebih umum
kemampuan manusia untuk mempelajari bahasa selain yang pertama, selama masa
kanak-kanak, masa remaja atau dewasa, dan setelah bahasa atau bahasa pertama
diperoleh, Ortega (2013:1-2). Dengan kata lain akuisisi bahasa tidak memerlukan
juga terikat dengan kaidah-kaidah pendidikan formal. Anak yang sedang berada di
awal masak kanak-kanak mudah untuk memperoleh sebuah bahasa yang baru
dibandingkan dengan orang dewasa karena mereka masih dalam tahap pengumpulan
Harmer (2001:38) menyatakan bahwa anak-anak usia dini (umur 5-10 tahun)
merespon sebuah bahasa baru lebih cepat dibandingkan dengan orang dewasa
mereka tidak hanya berdasarkan penjelasan, tetapi juga pada apa yang mereka lihat
dan dengar.
Sekarang ini, kita hidup dalam masa di mana teknologi mengelilingi kita.
Inggris mereka melalui teknologi; salah satu kesukaan mereka adalah menggunakan
3
media video. Seperti yang dikatakan Harmer (2001:42-43), terdapat beberapa alasan
yang ekstra: dapat mSelihat dan mendengar langsung bagaimana penggunaan bahasa
visual, anak diharapkan merasa nyaman dengan lingkungan belajar sehingga mereka
dapat memperoleh kosakata bahasa Inggris baru, seperti yang terjadi di TK GMIM
Penulis memilih tempat ini karena selain bekerja sebagai guru honor di
sekolah tersebut, penulis juga telah beberapa kali menerapkan pendekatan audio-
masih belum memadai. . Penelitian ini hanya berfokuskan pada siswa yang berada di
bahwa siswa yang menjadi partisipan dalam penelitian dipilih secara acak. Materi
Diri), Parts of The Body (Anggota-anggota Tubuh), Things in The Classroom (Benda
4
2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung keberhasilan dan penghambat penggunaan
Inggris anak melalui penggunaan media audio-visual dan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya.
5
1.6 Kerangka Teori
Penulis menggunakan teori dari Erben, Ban, dan Castaneda dalam buku
Tidak hanya memiliki lima prinsip, tetapi mereka juga mengategorikan tahap
Production, Speech Emergence, and Intermediate Fluency (Krashen & Terrell, 1985).
1. Preproduction atau Tahap praproduksi Pelajar bahasa pada level ini mencoba
menyerap bahasa, dan mereka dapat menemukan proses ini luar biasa. Keterampilan
bahasa pelajar berada pada tingkat reseptif, dan mereka memasuki "periode diam"
dengan gerakan; dan mengucapkan struktur formula sederhana dalam bahasa Inggris
seperti "ya," "tidak," "terima kasih," atau menggunakan nama. Untuk pelajar bahasa
6
pada tahap ini, memilih teknologi yang mendukung teks dengan gambar.
2. Pada saat pelajar bahasa memasuki early production atau tahap produksi awal,
Pada tahap ini, pelajar bahasa sedang bereksperimen dan mengambil risiko dengan
bahasa Inggris. Kesalahan dalam tata bahasa dan pelafalan harus diharapkan.
Kesalahan pragmatis juga sering terjadi. Untuk pelajar pada tahap ini, memilih IT
3. Pada speech emergence atau tahap munculnya kata, seorang pelajar akan mulai
menggunakan bahasa untuk berinteraksi lebih bebas. Pada saat ini, peserta mungkin
telah memiliki antara satu sampai tiga tahun pembelajaran bahasa Inggris. Pada tahap
(skype.com, gizmo.com), teks yang diuraikan secara online dan penulisan proses alat
seperti writeboard.com.
didik mungkin menunjukkan kefasihan dekat atau asli seperti dalam bahasa Inggris
sosial sehari-hari, tetapi tidak dalam bahasa Inggris akademik. Pada tahap ini, para
pembelajar mungkin telah mengembangkan hingga 12.000 kata kosa kata reseptif
dan kosakata aktif 4.000 kata. Hal-hal yang secara alami mendukung ini adalah alat
yang bekerja bersama-sama satu sama lain. Contohnya termasuk situs web atau VLE
7
135) dalam buku yang berjudul Qualitative Inquiry and Research Design Choosing
2. Di lokasi, identifikasi siapa atau apa yang harus diamati, kapan, dan untuk berapa
lama.
3. Tentukan peran.
pengamat.
6. Setelah mengamati, perlahan menarik diri dari situs, berterima kasih kepada para
peserta dan memberi tahu mereka tentang penggunaan data dan aksesibilitas mereka
untuk penelitian
1.7 Metodologi
penulis dapat memperoleh informasi secara detail dan juga untuk mengidentifikasi,
memperoleh data yang bersumber langsung dari partisipan sehingga penulis bisa
metode studi kasus untuk membantu menggali secara mendalam tentang korelasi
8
penggunaan media audio-visual dan pemerolehan kosakata bahasa Inggris anak di
TK GMIM Bukit Moria Malalayang. Sesuai dengan pernyataan Creswell (2007: 73)
dalam Timban (2018:25), studi kasus adalah salah satu jenis penelitian kualitatif, di
Bab ini akan mengemukakan respon yang diberikan para partisipan selama
penelitian dan hasil wawancara guru mengenai penggunaan media audio-visual serta
GMIM Bukit Moria Malalayang berdasarkan prinsip yang dikemukakan oleh Erben,
Ban, dan Castaneda (2009: 16-21) dan teori pemerolehan bahasa kedua oleh Krashen
terhadap penggunaan media audio-visual. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya
9
peningkatan hasil yang diperoleh partisipan pada pre-test dan post-test. Penulis
partisipan lebih merasa rileks dan juga mereka tidak takut jika mereka salah dalam
percaya diri anak. Hal ini merupakan temuan yang penulis dapatkan selama
penelitian bahwa di awal penelitian, beberapa partisipan enggan dan malu untuk
mengucapkan kosakata bahasa Inggris karena mereka takut salah, akan tetapi dengan
seiring berjalannya waktu, para partisipan itu terlihat lebih percaya diri dan mampu
dalam belajar.
kosakata bahasa Inggris. Dibandingkan dengan cara belajar yang monoton dimana
sistem pembelajaran hanya berpusat pada guru, penggunaan media audio-visual lebih
antusias ketika menonton video sehingga mereka tidak menyadari jika mereka berada
10
Dengan penggunaan media audio-visual, penulis menemukan bahwa setiap
kali pertemuan berakhir, para partisipan merasa masih ingin terus belajar. Hal itu
menggunakan media audio-visual yang ringan. Selain itu, partisipan juga lebih
termotivasi dalam bahasa Inggris. Hal itu bisa dilihat dari aktifitas sehari-hari mereka
yang sering mencampurkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ketika bercakap-
GMIM Bukit Moria Malalayang. Berikut ini adalah hasil kuisioner yang dilakukan
11
“Di TK GMIM Bukit Moria sudah menerapkan metode
pendekatan menggunakan media audio-visual selama pembelajaran
dan sangat merangsang anak dalam menerima dan melakukan
kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dengan penggunaan media audio- visual
sangat membantu menambah daya serap anak dan membantu proses
pembelajaran.”
harus duduk diam mengikuti proses belajar yang menjenuhkan dan terkesan pasif.
Respon positif inilah yang diharapkan sehingga partisipan mampu memberikan hasil
12
2. Pemilihan materi yang dikemas menarik dan pembelajaran yang tepat
Selain respon anak, pemilihan materi pembelajaran yang menarik dan tepat
juga dianggap sebagai salah satu faktor utama pendukung keberhasilan penggunaan
3. Persiapan yang matang dari guru/pengajar dalam menyajikan materi secara audio-
visual
mempersiapkan diri dan materi dengan baik akan mampu membuat atmosfir
acuan materi dan tidak melibatkan mata pelajaran bahasa Inggris sebagai mata
pelajaran inti, hanya beberapa sekolah tertentu yang masih menyediakan bahasa
Inggris sebagai mata pelajaran, khususnya di taman kanak-kanak. Hal itu pun
menjadi kebijakan TK GMIM Bukit Moria untuk tetap menyediakan mata pelajaran
13
2.3.2 Faktor Penghambat Penggunaan Media Audio-Visual
Pada poin ini penulis menemukan bahwa meskipun penggunaan media audio-
Bukit Moria, beberapa materi tidak dapat disajikan hanya dalam bentuk audio-visual,
tetapi juga dibutuhkan gaya belajar kinestetik seperti metode Total Physical Respon
mengoperasikan media audio-visual juga sangat dibutuhkan dalam hal ini. Dengan
Meskipun para guru telah beberapa kali menerapkan metode pendekatan audio-visual
baik melalui lagu, gambar dan video, hal itu belum sepenuhnya didukung dengan
peralatan yang memadai seperti LCD atau layar monitor dan speaker sehingga
pelaksanaannya.
14
Faktor yang mempengaruhi kegagalan penggunaan media audio-visual
didalam kelas selanjutnya adalah jumlah siswa yang banyak dan melebihi kapasitas;
baik kapasitas ruangan maupun guru. Selama penelitian, penulis menemukan bahwa
TK GMIM Bukit Moria, maka para siswa dari kelompok A, B1 dan B2 sering
digabung dalam satu kelas. Hal itu membuat proses pembelajaran kurang efektif dan
siswa cenderung lebih ribut sehingga tidak fokus belajar, terlebih lagi pada mata
Faktor yang terakhir adalah terlalu singkatnya waktu belajar bahasa Inggris di
waktu sekitar 60 menit untuk menyajikan materi bahasa Inggris, sedangkan untuk
proses kegiatan sekolah bahasa Inggris hanya diberikan sekali seminggu di tiap kelas
dengan durasi yang sama. Hal ini juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
bahwa:
15
Pertama, media audio-visual mampu memberikan efek yang positif terhadap
in the Classroom dan Occupations. Hasil dari tes awal partisipan sebelum
penggunaan media audio-visual adalah sekitar 54% atau dapat dikatakan bahwa
pemerolehan kosakata bahasa Inggris yang dimiliki partisipan masih minim. Pada tes
30%. Pada Self-Introduction pemerolehan kosakata partisipan naik dari 60% menjadi
95%, Parts of Body naik dari 70% menjadi 82.5%, Things in the Classroom naik dari
50% menjadi 80%, dan Occupations naik dari 55% menjadi 87.5%. Hasil
penting yaitu:
audio-visual.
16
2. Kurangnya keterampilan guru/pengajar dalam menggunakan media audio-
visual.
3.2 Saran
Dari penelitian yang telah penulis memiliki beberapa saran yang sekiranya
Penulis mengharapkan agar dari pihak sekolah yaitu TK GMIM Bukit Moria
Inggris agar lebih efektif agar kemampuan bahasa Inggris siswa yang bersekolah di
menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menyiapkan baik materi yang sesuai
menggunakan media audio- diharapkan visual agar hasil yang didapatkan sesuai
dengan yang diharpakan dan tujuan penelitian bisa terpenuhi secara keseluruhan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Erben, T., Ban, R., and Castaneda, M. (2009). Teaching English Language Learners
through Technology. New York: Routledge.
Krashen, Stephen. D. and Tracy. D. Terrell. 1985. The Natural Approach Language
Acquisition in the classroom. New York: Pergamon Press.
18