Prototype of Battery Based Activated Carbon From Bamboo Betung (Review The Effect of Activated Carbon and Electrolyte Increases Battery Life)
Prototype of Battery Based Activated Carbon From Bamboo Betung (Review The Effect of Activated Carbon and Electrolyte Increases Battery Life)
Prototype of Battery Based Activated Carbon From Bamboo Betung (Review The Effect of Activated Carbon and Electrolyte Increases Battery Life)
Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar, Kec. Ilir Barat 1, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30139 Indonesia
Telp.0711-353414 Fax. 0711-355918
*E-mail : [email protected]
ABSTRACT
Battery is a storage technology electrical energy used for laptops, digital cameras, and cell phones,
which are examples of applications that use battery performance. Battery performance involves the
transfer of electrons which are conductive. Electron transfer become from the negative electrode
(anode) to the positive electrode (cathode), resulting in an electric current and a potential difference.
In general the battery system can be classified into two types, that are primary battery system and the
secondary battery system. In this research, we use bamboo betung (Dendrocalamus asper) as
activated carbon with electrolytes NaCL and NaOH. First, Bamboo Betung which will be carbonized
at 500 oC for 2 hours in this furnace is intended to get the best pore for SEM analysis and to increase
porosity, the largest measurement result of activated carbon pores is 11.42 µm with 12% KOH
activation. Then, the activation was carried out with 1 M KOH with a concentration of 10-12%, then
the electrolytes selected were NaOH and 1 M NaCl as much as 5-15 ml. Measurement of voltage and
current obtained the smallest power obtained in the measurement of activated carbon 10% KOH with
5 ml NaCL electrolyte of 7.5036 mWatt. The greatest power was obtained in the measurement of
activated carbon activated by 12% KOH with 15 ml NaOH electrolyte 103.0336 mWatt.
Keywords: Battery, Activated Carbon, Bamboo Betung, Measurement of Voltage and Current
1. PENDAHULUAN
Secara umum sistem baterai dapat
Baterai merupakan teknologi dikelompokan menjadi dua jenis yaitu
penyimpanan energi listrik yang banyak sistem baterai primer dan sistem baterai
digunakan pada, laptop, kamera digital, dan sekunder. Sistem baterai primer merupakan
telepon genggam merupakan contoh baterai yang tidak dapat diisi ulang setelah
pengaplikasian penggunaan kinerja baterai habis massa pemakaiannya, sedangkan
(Aflahannisa, 2016). Kinerja baterai sistem baterai sekunder dapat diisi ulang.
melibatkan transfer eletktron yang bersifat Untuk sistem baterai sekunder, bahan katoda
konduktif. Transfer elektron terjadi dari dan anoda harus bersifat recyclable, yaitu
elektroda negatif (anoda) ke elektroda positif dapat terbentuk kembali bila diberi tegangan
(katoda) sehingga menghasilkan arus listrik listrik dari luar, melalui reaksi kimia yang
dan beda potensial (Hutapea, dkk 2017). bersifat reversibel. Reaksi kimia dalam sel
Berbagai logam dapat digunakan sebagai baterai sekunder dapat dikembalikan oleh
elektroda negatif (anoda) dengan densitas pemberian tegangan luar, yaitu dengan
energi yang bervariasi dengan sifat logam membalik polaritas tegangan sehingga reaksi
karena jumlah elektron yang dipertukarkan, berlangsung ke arah yang berlawanan
berat molekul logam dan beda potensial dengan arah reaksi redoks semula .
elektroda. Semua sel logam-udara Penelitian dan pengembangan
memperoleh massa (O2 atau OH-) saat baterai dewasa ini berfokus kepada baterai-
dilepaskan (Hidayati, 2016). baterai yang kering. Dalam penelitian ini
ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index 55
Rio, dkk
56
Politeknik Negeri Sriwijaya,
Jurnal Kinetika Vol. 11, No. 01 (Maret 2020) : 55-60
ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index 57
Rio, dkk
58
Politeknik Negeri Sriwijaya,
Jurnal Kinetika Vol. 11, No. 01 (Maret 2020) : 55-60
Tabel 1. Perbandingan Hasil Penelitian yang telah Dilakukan terhadap Penelitian Terdahulu
Luas
Metode mWatt baterai
Bahan Permukaan Referensi
pengukuran (mW)
(µm)
Karbon Multimeter 99,327 µm 11,82 mW Tumimomor, dkk 2018
aktif
Karbon Multimeter 839,01 µm 13,010 mW Hutapea, dkk 2017
aktif
Karbon 11,42 µm
Multimeter 103,0336 mW Hasil Penelitian
aktif
60