Pemikiran Hukum Islam Ibrahim Hosen - 85

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Pemikiran Hukum Islam Ibrahim Hosen | 85

PEMIKIRAN HUKUM ISLAM IBRAHIM HOSEN

Ririn Fauziyah
Institut Agama Islam (IAI) Sunan Giri Bojonegoro
E-mail:[email protected]

Abstract
Ibrahim Hosen is an expert on Islamic law whose opinions often controversial. He is
known as a unique thinker and dare to be different through the argument he built. In the
development of Indonesian Islamic law in the late 20th century, Ibrahim's contribution
was deeply taken into account. He often comes up with brilliant ideas every emerging
problem of actual Islamic law. His ijtihad of beer excluding the forbidden kamr,
lottery, Porkas, and SDSB is not the same as gambling, and his response to the issue of
lard in Indonesia, has raised many question marks among Islamic legal thinkers about
his capabilities and independence in his ijtihad.A qualified educational experience
makes him appear to be an expert in Islamic law who often issue a brilliant fatwa that
often cross with the existing discourse. His mastery of the opinions of the madhab
scholars and the principles of istinbat}, his expertise in using the arguments, and his
understanding of maqasid al-syari`ah is reflected in the results of his ijtihad.Among his
Islamic legal thought that is the imperative for those who can not afford to be ijtihad
and ijtihad imperative for people who are able and qualify ijtihad. He also allows talfiq
though only to seek relief. There are nine methods used to re-actualize Islamic law,
among which are: contextualization of the Qur'an and Hadith, promoting maslahah
mursalah, fiqh the qat'i etc. Some of his controversial fatwas are about the
permissibility of Family Planning (KB), organ donation, euthanasia, and others.

Pendahuluan ajaran Islam yang banyak


Para Ulama‟ telah melakukan mempengaruhi tokoh-tokoh berikutnya,
Ijtihad dalam berbagai bentuk dari masa seperti: Muhammad ibn Abdul Wahhab,
ke masa. Ijtihad telah dilegalkan pada Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.
saat Nabi Muhammad SAW mengutus Dalam konteks Indonesia,Ibrahim
Muad ibn Jabal ke Yaman dan disambut Hosen merupakan salah satu pakar
secara positif oleh para ulama„ hukum Islam yang pendapat-
setelahnya. pendapatnya sering menimbulkan
Sejarah mencatat bahwa ada kontroversial. Beliaudikenal sebagai
ulama‟-ulama„ yang pendapat- pemikir yang unik dan berani tampil
pendapatnya dianggap kontroversial dan berbeda melalui argumentasi yang
bahkan dilecehkan pada masa hidupnya, dibangunnya.
akan tetapi pendapat tersebut justru Kontribusi Ibrahim Hosen sangat
mulai digali kembalipada masa diperhitungkan dalam perkembangan
selanjutnya. hukum Islam Indonesia di akhir abad
Seperti Ibnu Taimiyah misalnya, ke-20. Beliau kerap tampil dengan
pada masa hidupnya sering keluar gagasan brilyan setiap muncul problem
masuk penjara, tapi kini malah dianggap aktual hukum Islam. Ijtihadnya tentang
sebagai tokoh penggerak pembaharuan bir tidak termasuk khamr yang

Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol. 2, No. 1


86 | Ririn Fauziyah

diharamkan, lotre, Porkas, dan SDSB Nawawi di luar waktu sekolah.


tidak sama dengan judi, dan responnya (Nadirsyah, www.prof-ibrahim-hosen-
terhadap isu lemak babi di Indonesia, mujtahid-fatwa.html, akses 19April
banyak mengundang tanda tanya di 2019)
kalangan pemikir hukum Islam tentang Pada tahun 1934 Ibrahim Hosen
kapabilitas dan independensinya dalam menginjakkan kaki ke pulau Jawa
berijtihad. selama 2 bulan untuk berguru pada KH.
Abdul Latif di Cilegon, Banten.
Berangkat dari anggapan tersebut,
Kemudian melanjutkan ke Jami‟at
penulis merasa tertarik untuk mengkaji
Kheir di Tanah Abang, Jakarta untuk
lebih dalam mengenai biografi, riwayat
belajar bahasa dan sastra Arab kepada
hidup, metode berfikir, pemikiran
Sayyid Ahmad al-Segaf. Di Pesantren
hukum Islam, serta fatwa-fatwa
Lontar, Banten beliau belajar qira‟at
kontroversial Ibrahim Hosen.
dan tilawah pada KH. Tubagus Sholeh
Ma‟mun.
Biografi dan Riwayat Pendidikan
Kemudian, Ibrahim Hosen pergi
Ibrahim Hosen adalah putra
ke Buntet untuk berguru kepada KH.
kedelapan dari dua belas bersaudara,
Abbas, salah satu murid KH. Hasyim
lahir pada 01 Januari1917 di Tanjung
Asy‟ari. Ibrahim Hosen belajar selama 4
Agung, Bengkulu, dan wafat pada 07
bulan bersama kyai Abbas.
November 2001.
Pesan dari kyai Abbas pula yang
Ayahnya bernama KH. Hosen,
membentuk cara pandang Ibrahim
seorang ulama‟ dan saudagar keturunan
Hosen hingga kini. “Fiqh itu luas,
Bugis, sedang ibunya bernama Siti
jangan terpaku pada satu mazhab”.
Zawiyah, anak bangsawan dari
Sebagaimana saran dan ketaatan pada
Kerajaan Salebar, Bengkulu.
gurunya, Ibrahim Hosen pergi ke Solo
(Nadirsyah, www.prof-ibrahim-hosen-
untuk menemui Sayyid Ahmad al-Segaf
mujtahid-fatwa.html, akses 19April
untuk memperdalam bahasa Arab dan
2019)
kepada Muhsin al-Segaf (kakak Ahmad
Riwayat pendidikan Ibrahim
al-Segaf) memperdalam fiqh.
Hosen dimulai pada Madrasah al-Sagaf
Ibrahim Hosen kemudian
(tingkat pendidikan ibtidaiyah) di
melanjutkan pendidikannya di Gunung
Singapura bersama dengan kepindahan
Puyuh, Sukabumi yang dipimpin oleh
ayahnya ke Singapura.
KH. Sanusi. Dalam asuhan KH. Sanusi,
Kemudian Ibrahim Hosen
Ibrahim Hosen mempelajari kitab al-
melanjutkan pendidikan ke
Umm, Balaghah, dan lain-lain selama 5
Mu‟awanatul Khaer Arabische School
bulan. (/www.ibrahim-hosen-
di Tanjung Karang. Kemudian pada
pembaharu-hukum-islam-di-indonesia/
tahun 1932, Ibrahim Hosen melanjutkan
,akses 19April 2019)
sekolahnya di Teluk Betung. Ibrahim
Studi yang menjadi
Hosen menggunakan kesempatan untuk
pamungkasnya dirampungkan di
belajar ilmu-ilmu agama, terutama ilmu
Fakultas Syariah, Universitas Al-Azhar,
fiqh dan bahasa Arab kepada kyai

Al Maqashidi | Januari – Desember 2019


Pemikiran Hukum Islam Ibrahim Hosen | 87

Kairo pada tahun 1960. Selama belajar al-Qur‟an (PTIQ) Jakarta sehingga
di Mesir inilah, ia dapat meraih Ibrahim Hosen harus tersingkir dari
Sahadah„Aliyah atau sarjana lengkap PTIQ.
dalam bidang shari‟ah (LML). (D. 1997, Dan di kemudian hari, beliau
429) mendirikan Institut Ilmu al-Qur‟an(IIQ)
khusus untuk perempuan di Jakarta
Karier dan Pro-Kontra yang secara resmi berdiri pada 01 April
Karier Ibrahim Hosen dimulai 1977. Pendirian IIQ menunjukkan
pada usia 26 tahunpada tahun 1943, komitmennya dalam mengkader ulama‟
ketika beliau terpilih menjadi Imam perempuan. (Nadirsyah, www.prof-
Besar Residen Bengkulu di bawah ibrahim-hosen-mujtahid-fatwa.html,
Jepang. akses 19April 2019)
Pada tahun 1954, beliau Ibrahim Hosen menduduki jabatan
menjadiwakil Majelis Tarjih sebagai anggota komisi fatwa MUI pada
Muhammadiyah Bengkulu dalam tahun 1975-1980. Kemudian pada masa
sidang Tarjih Besar Muhammadiyah di Kepengurusan MUI periode 1980-1985,
Yogyakarta. dan periode 1985-1990 beliau terpilih
Beliau pun pernah menolak sebagai Ketua dan mendapat
tawaran sebagai Rois Syuriah NU pada kepercayaan mengetuai Komisi Fatwa.
Muktamar NU ke 25 di Surabaya. (D. Bersama Prof. KH. Ali Yafie,
1997, 429) Prof. Dr. M. Quraish Shihab dan lain-
Sebelum menduduki jabatan lain, Ibrahim Hosen terpilih menjadi
sebagai Guru Besar di IAIN Syarif anggota Dewan Pengawas Syari‟ah
Hidayatullah Jakarta yang diperoleh Bank Muamalat Indonesia yang
pada tahun 1979 dan Ketua Komisi didirikan pada tahun 1991. (D. 1997,
Fatwa Majelis Ulama„ Indonesia (MUI) 430)
pada tahun 1980-1999, beliau pernah Sebagai satu-satunya perwakilan
bekerja di Departemen Agama RI dari dari MUI beliau lah yang ditunjuk untuk
tahun 1961-1971. mewakili MUI dalam penyusunan KHI.
Dari tahun 1964-1966 Ibrahim (Rumadi 2001, 16)
Hosen menduduki posisi sebagai Rektor Di MUI inilah, Ibrahim Hosen
IAIN Raden Patah Palembang. Menjadi banyak melibatkan diri dalam
Staf Ahli Menteri Agama RI (pada menyelesaikan persoalan-persoalan
tahun 1971-1982) dan menjadi dosen di yang dihadapi umat.
berbagai institut agama dan universitas Dari beberapa fatwa kontroversial
islam. (D. 1997, 429) yang dikeluarkan, Ibrahim Hosen mulai
Beliau ditunjuk menjadi Rektor dikenal sebagai “ulama‟ pesanan”,
Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur‟an dituduh sebagai “ulama‟ penjilat” atau
(PTIQ) Jakarta Pada tanggal 01 April ulama‟ pemerintah yang selalu
1971sampai tahun 1977. Namun, di kontroversial.Sebutan-sebutan tersebut
awal tahun 1976 terjadi kemelut di dialamatkan kepada Ibrahim Hosen
tubuh yayasan Perguruan Tinggi Ilmu karena beberapa sikap dan pendapatnya

Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol. 2, No. 1


88 | Ririn Fauziyah

serta kedudukannya sebagai ketua Ali Yafie sebagai seorang sahabat


komisi fatwa MUI pada saat itu dan kolega, menyebut Ibrahim Hosen
cenderung lebih sering mendukung sebagai manusia yang dikaruniai Allah
kebijakan pemerintah. banyak kelebihan (zalika fadlullahi
Seperti fatwa tentang keharaman yu‟tihi man yasha‟).Menurutnya, tidak
memakan katak tetapi halal mengherankan jika Ibrahim Hosen
membudidayakannya. Inilah salah satu menjadi sosok yang kontroversial
diantara fatwa-fatwanya yang karena sejak kuliah di Mesir beliau
menyebabkan beliau dianggap sudah mengambil spesialisasi di bidang
cenderung mendukung kebijakan Perbandingan Madhab. (D. 1997, 41)
pemerintah yang saat itu sedang Satria Effendi menyatakan
menggalakkan peternakan katak. kekagumannya karena penguasaan
Sebagai seorang tokoh nasional, Ibrahim Hosen dalam aqwal al-„ulama‟
Ibrahim Hosen dikenal memiliki peran dan keberaniannya mengeluarkan fatwa
yang sangat besar dalam legislasi yang dirasa baru oleh umat dan cepat
hukum Islam di Indonesia. Hal ini dalam mengambil suatu kesimpulan
terlihat dari keaktifan beliau terlibat hukum serta berani menanggung resiko
dalam membidani lahirnya Undang- sosial akibat fatwanya yang sering
Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, mengundang pro dan kontra.
menjadi narasumber dalam Kompilasi Misbah (mantan ketua MUI Jawa
Hukum Islam dan ikut serta Timur) terkesan akan kepiawaian
mensosialisasikannya, serta turut Ibrahim Hosen dalamusahanya untuk
meyakinkan anggota dewan terhadap mencetak calon-calon ulama‟ dengan
perlu adanya Undang-Undang Peradilan memprakarsai Pendidikan Kader
Agama untuk mengangkat derajat Ulama‟ dan Pendidikan Kader
wanita Indonesia dan merlindungi hak- Muballigh yang diadakan oleh MUI
hak wanita. (Nadirsyah, www.prof- Pusat di Jakarta dan kepiawaian Ibrahim
ibrahim-hosen-mujtahid-fatwa.html, Hosen dalam memimpin sidang di
akses 19April 2019) komisi fatwa MUI.
Pengakuan terhadap kebesaran Mantan ketua umum MUI Jawa
dan keistimewaan Ibrahim Hosen Barat (Totoh Abdul Fatah)
tampak dari beberapa pernyataan mengaguminya sebagai salah seorang
ulama‟ dan cendekiawan muslim tokoh yang berperan dalam sejarah
Indonesia, di antaranya Hasan Basri pembinaaan hukum Islam di Indonesia.
(Ketua MUI periode 1975-1980) Sedang Jalaluddin Rakhmat
mengatakan bahwa: “pemikiran dan menyebutnya sebagai salah seorang
pendapat Ibrahim Hosen dalam pembaharu pemikiran keagamaan di
pembahasan berbagai masalah Indonesia. (D. 1997, 41)
keagamaan dan kemasyarakatan telah Berdasarkan deskripsi besarnya
memegang peranan penting dan kiprah dan peranan Ibrahim Hosen
memberikan warna dalam nasehat dan terhadap usaha legislasi hukum Islam di
fatwa yang dikeluarkan MUI”. Indonesia dan apresiasi dari berbagai

Al Maqashidi | Januari – Desember 2019


Pemikiran Hukum Islam Ibrahim Hosen | 89

tokoh cendekiawan Muslim di kontras dengan al-Qur‟an. (Nadirsyah,


Indonesia terhadap pemikiran Ibrahim www.prof-ibrahim-hosen-mujtahid-
Hosen, maka sangat menarik untuk fatwa.html, akses 19April 2019)
diteliti lebih jauh tentang metode
berfikir Ibrahim Hosen yang terekam
dari hasil ijtihadnya dalam berbagai Pemahaman terhadap Hadis
masalah hukum Islam. Untuk melakukan pembaharuan
hukum Islam selain dengan pemahaman
Metode BerfikirIbrahim Hosen terhadap al-Qur‟an juga dengan
Ibrahim Hosen merumuskan pemahaman Hadits.
kerangka landasan pemikiran yang Pemahaman ini dapat dilakukan
dapat dinilai sebagai metodologi untuk dengan mengklasifikasikan Hadis yang
melakukan pembaharuan hukum Islam. dapat dijadikan pegangan dan wajib
Secara sistematis Ibrahim Hosen diikuti apabila hal itu dilakukan oleh
menyusun kerangka landasan pemikiran Nabi Muhammad SAW dalam
Hukum Islam sebagai berikut: kapasitasnya sebagai tashri‟ al-ahkam
dan apa yang tidak harus dijadikan
Pemahaman terhadap al-Qur’an sebagai pegangan karena bersifat
Selama ini para ulama‟ terdahulu khusus (dilakukan Nabi Muhammad
menafsirkan al-Qur‟an secara harfiah SAW dalam kapasitasnya sebagai
dan mereka beranggapan bahwa yang manusia biasa (basyar).
harfiah tersebut adalah yang sesuai Sebagai contoh, Nabi Muhammad
dengan hukum Allah dan yang keluar SAW menyukai pakaian yang berwarna
dari pemahaman mereka adalah hijau, memanjangkan jenggot, dan
termasuk yang diancam sebagaimana mencukur kumis. Ini adalah perbuatan
tercantum dalam surat al-Maidah (5): Nabi Muhammad SAW dalam
44. kapasitasnya sebagai manusia biasa
Bagi Ibrahim Hosen, penafsiran (basyar). Tidak ada kewajiban bagi
seperti ini sulit dilakukan terlebih umatnya untuk mengikutinya dan bukan
mengenai permasalahan-permasalahan berarti pula harus menolaknya.
baru. Beliau menawarkan metode baru
dalam memahami al-Qur‟an, yaitu Masalah Ijma’
pemahaman al-Qur‟an dengan semangat Ibrahim Hosen mengemukakan
dan jiwanya (penafsiran kontekstual). bahwa ijma‟ yang harus dipegangi
Yakni apabila terdapat suatu ajaran atau hanyalah ijma‟ sahabat. Karena hanya
perundang-undangan yang dari segi para s}ahabatlah yang mungkin
semangat dan jiwanya relevan dengan melakukan ijma‟.
al-Qur‟an, maka hal tersebut bisa Di samping itu, Ibrahim Hosen
diterima (dibenarkan dalam Islam), memandang bahwa ijma‟` harus
sekalipun secara harfiah tidak memiliki sandaran dan sanad. Jika
disebutkan dalam al-Qur‟an atau bahkan sandaran itu berupa dalil qat‟i, maka
mungkin dari sudut lahiriah tampak pada hakikatnya kekuatan hukumnya

Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol. 2, No. 1


90 | Ririn Fauziyah

tidak terletak pada ijma‟, akan tetapi dalam hukum Islam. Sehingga
pada dalil yang menjadi sandarannya. berdasarkan„illatmasyaqqah ini, maka
(Nadirsyah, www.prof-ibrahim-hosen- pada kasus di atas justru si pejalan
mujtahid-fatwa.html, akses 19April kakilah yang boleh mengqashar shalat,
2019) dan orang yang berpergian dari Jakarta
ke Medan dengan pesawat terbang jelas
Qiyas (Rekonstruksi Masalik al-’Illat) tidak dibenarkan mengqashar shalatnya.
Qiyas merupakan salah satu (Ibrahim 1987, 11.)
dalalah al-istinbat yang paling favorit
digunakan dalam memecahkan Penggalakan al-mas}lahah al-
permasalahan yang belum ditegaskan mursalah
dalam nass. Menurut Ibrahim Hosen, Dengan mengutip ucapan al-
pembaharuan dalam bidang ini dapat Syatibi, “di mana ada kemaslahatan, di
ditempuh dengan cara merumuskan sanalah hukum Allah”. Ibrahim Hosen
kaidah pencarian dan pengujian „illat menjadikan al-maslahah al-mursalah
yang benar-benar baru. sebagai dalil hukum, dalam memandang
Sehingga dalam menggalakkan maslahah beliau bersikap moderat, tidak
qiyas tidak terikat dengan masalik al- kaku seperti ulama‟ Hanafiyah dan
`illat gaya lama (hasil rumusan ulama‟ Shafi‟iyah serta tidak liberal seperti al-
terdahulu). Tufi.
Seperti „illat kebolehan shalat Menurutnya, terdapat banyak
qashar adalah karena safar, yang mana masalah baru yang belum atau tidak
pada safar terdapat hikmah yakni tercover dalam nass sehingga
mazinnah al-mashaqqah yang diperlukan penggalakan al-maslahah al-
diindikasikan dengan adanya kesulitan. mursalah dalam menyelesaikan kasus-
Atas dasar ini, orang yang pergi dari kasus baru. Sebagai contoh
Jakarta ke Medan dengan pesawat penerapannya bisa dilihat dari
terbang tetap boleh mengqashar shalat, ijtihadnya tentang donor organ tubuh.
meskipun ditempuh hanya dalam waktu
2 jam dan dengan kondisi yang tetap Sosialisasi sad al-dari’ah
segar, sebab „illatsafar dengan masafah Sad al-dari‟ah ialah menutup
nya memang terdapat di sana. jalan yang dapat menuju kepada yang
Sementara orang yang berjalan dilarang oleh Islam sebagai tindakan
kaki dari Ciputat ke Bogor (sekalipun preventif. Beliau mengkhususkan
susah, lelah, dan capek) tetap tidak bisa kepada sarana yang dapat membawa
mengqashar shalat karena tidak terdapat manusia kepada kemaksiatan
„illatsafar. (keharaman).
Ibrahim Hosen memandang Dengan demikian, walaupun pada
bahwa hendaknya „illatsafar ditinjau awalnya sarana itu sendiri hukumnya
kembali dengan „illatmasyaqqah mubah, akan tetapi karena sarana itu
(berdasarkan masalik al-„illat baru), akan membawa ke arah kemaksiatan
sehinggaakan terjadi perombakan baru (haram), maka sarana itupun

Al Maqashidi | Januari – Desember 2019


Pemikiran Hukum Islam Ibrahim Hosen | 91

diharamkan. (www.ibrahim-hosen- dengan berdalil pada al-Qur‟an dan


pembaharu-hukum-islam-di-indonesia/, Hadis Nabi tentang kemudahan.
akses 19 April 2019)
Pendekatan Ta’aquli
Menfiqihkan yang Qat}’i Ibrahim Hosen beranggapan
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa ulama‟ periode lama (ulama‟
bahwa nass terdiri dari qat‟i dan zanni, klasik) dalam memahami ajaran Islam
di mana pada ayat yang zanni terbuka sering menggunakan pendekatan
lebar pintu untuk melakukan ijtihad. ta‟abudi, yaitu hukum Islam diterima
Namun demikian, menurut Ibrahim apa adanya sebagai dogma yang tidak
Hosen nass-nass yang qat‟i pun ada boleh dianalisa dan dikomentari,
kalanya mengandung dimensi ta‟aqquli sehingga kausalitas „illat hukum dan
dan zanni. Oleh karena itu, pada nass- hikmah tasyri‟nya tidak banyak
nass yang demikian dimungkinkan terungkap.
untuk difiqihkan (ijtihad). Menurutnya pemikiran tersebut
Terlebih ketika suatu hukum itu harus dirubah dengan jalan memahami
tidak dapat berubah maka hukum itu hukum Islam menggunakan pendekatan
menjadi kaku. Sementara di sisi lain, ta‟aquli. Karena dengan demikian,
disepakati untuk berpegang pada motto: maka illat hukum dan hikmah tasyri`
“al-Islam Salihun likulli zaman wa dapat dicerna oleh penalaran umat
makan” dan “taghayyur al-ahkam Islam. (www.metode-ijtihad-ibrahim-
bitaghayyur al-amkinah wa al- hosen.html, akses 19 April 2019)
azminah.”
Dengan demikian, penfiqihan Pendekatan zawajir dalam hukum
dalil yang qat‟i adalah dari sisi pidana
aplikasinya bukan pada lafaznya. Terdapat silang pendapat di
Selanjutnya, Ibrahim Hosen kalangan para ulama‟ terdahulu dalam
menjelaskan bahwa dalam hukum Islam menentukan penyelesaikan kasus-kasus
terdapat dua kategori hukum. Yakni, pidana. Sebagian ada yang lebih
hukum semula („azimah) dan hukum mengutamakan pendekatan jawabir, dan
yang menyalahi hukum asal karena sebagian lain lebih mengutamakan
perubahan suasana, kondisi, dan situasi pendekatan zawajir. Jawabir, yaitu
(rukhsah). Adanya kategorisasi ini pemidanaan yang berfungsi
menyebabkan Ibrahim Hosen menyelamatkan terpidana dari siksa di
menjadikan acuan dan dasar bagi akhirat, yakni untuk menghapuskan
pemfiqhan hukum qat‟i. Dalam hal ini dosa. Sedang zawajir adalah
terjadi perselisihan dikalangan ulama‟. pemidanaan yang berfungsi untuk
Namun beliaulebih sependapat dengan menyadarkan pelaku sehingga merasa
ulama‟ yang membolehkan pemfiqhan jera dan tidak mengulang kembali
dalil qat‟i dengan syarat qat‟i tersebut perbuatan yang telah dilakukan. (Jamal
keberlakuannya tidak fi ami‟i al-ahwal D Rahman. et al, Wacana Baru Fiqh
Sosial 1997, 100)

Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol. 2, No. 1


92 | Ririn Fauziyah

Ibrahim Hosen memandang ditegaskan secara langsung oleh nas}s}


bahwa pendekatan zawajir harus lebih al-Qur‟an dan Sunnah, hal itu baru
diutamakan dan dominan digunakan diketahui melalui ijtihad. (Ibrahim
dalam menyelesaikan kasus–kasus 1987, 7)
pidana daripada pendekatan jawa>bir. Dari sisi status dan penerapannya
(D. 1997, 103) terdapat perbedaan di antara keduanya.
Shari‟ah berstatusqat‟i (harus diikuti
Penggunakan kaidah irtika>bakhaff apa adanya, tidak boleh ditambah dan
al-d}ararain dikurangi, berlaku untuk seluruh umat
Menurut Ibrahim Hosen, Kaidah sepanjang masa dalam segala kondisi
ini sangat tepat untuk menyelesaikan dan situasi serta tidak berlaku ijtihad).
permaslahan baru yang muncul yang Tidak diperlukan ijtihad karena
tidak dapat dipecahkan oleh dalil-dalil kebenarannya bersifat mutlak (absolut),
lain. (www.metode-ijtihad-ibrahim- pasti, dan tidak bisa diganggu gugat.
hosen.html, akses 19 April 2019) Sedangkan fiqh statusnya zanni
Dengan kerangka metodologis (aplikasinya disesuaikan dengan kondisi
yang ditawarkan tersebut, maka hukum dan situasi sejalan dengan tuntutan
Islam tidak terkesan kaku dan saklek, zaman dan kemaslahatan), di sinilah
akan tetapi terkesan lebih luwes dan ijtihad akan memainkan peranannya.
elastis karena selalu bisa menyesuaikan Fiqh kebenarannya bersifat relatif,
kondisi sosio-kultural, zaman dan namun terkadang benar tetapi
tempat hukum tersebut diberlakukan. mengandung kemungkinan salah atau
salah tetapi mengandung kemungkinan
Pemikiran Hukum IslamIbrahim benar. (Ibrahim 1987, 7-8)
Hosen Menurut Ibrahim Hosen, Hukum
Ibrahim Hosen, sebagai salah satu Islam yang berstatus shari‟ah (qat‟i)
pakar hukum Islam Indonesia memiliki jumlahnya relatif sedikit dibandingkan
beberapa pemikiran hukum Islam yang dengan hukum Islam kategori fiqh.
sering berseberangan dengan wacana Sebab wahyu telah terputus dengan
yang berkembang di masyarakat pada wafatnya Nabi Muhammad SAW,
saat itu. Sebagaimana pengklasifikasian sementara persoalan baru terus
dalam usul fiqh, Ibrahim hosen bermunculan seiring perubahan waktu
mengklasifikasikan hukum Islam dan berkembangnya zaman. (Ibrahim
menjadi dua, yaitu hukum Islam 1987, 4)
kategori Shari‟ah dan hukum Islam Dalam kategori fiqh inilah
kategori Fiqh. pembaharuan hukum Islam dilakukan.
Shari‟ah adalah hukum Islam Beliau melihat bahwa pembaharuan
yang dijelaskan secara tegas di dalam hukum Islam dilakukan berdasarkan
al-Qur‟an atau Sunnah yang tidak minimal tiga alasan, yaitu:
mengandung penafsiran atau 1. Belum ditemukan adanya patokan-
pentakwilan. Sedangkan fiqh adalah patokan kongkrit setelah agak lama
hukum Islam yang tidak (belum) ide pembaharuan itu menggelora.

Al Maqashidi | Januari – Desember 2019


Pemikiran Hukum Islam Ibrahim Hosen | 93

2. Dari para tokoh Islam yang pengertian tingkat z}ann terhadap suatu
ditampilkan, seperti Muhammad hukum syara‟.
Abduh, Jamaluddin al-Afghani Hal ini berarti fungsi dari ijtihad
ternyata juga tidak meninggalkan ialah untuk mengeluarkan hukum
patokan-patokan itu. Bahkan tidak shara‟ amali (hukum Islam yang
ada kreasi baru dari mereka yang mencakup tingkah laku dan perbuatan
ada relevansinya dengan ide manusia (hukum taklifi).
pembaharuan. Dari sini maka tampak bahwa
3. Banyaknya pertanyaan terutama ijtihad tidak berlaku pada bidang aqidah
dari kalangan awam yang dan akhlaq serta tidak berfungsi untuk
dialamatkan kepada Ibrahim Hosen mengeluarkan hukum shara‟ „amali
sehubungan dengan pencanangan yang berstatus qat‟i. (Basri 1994, 23)
ide dan gagasan itu. Para ulama„ telah sepakatbahwa
Pembaharuan hukum Islam dapat ijtihad dalam bidang hukum adalah
dilakukan dengan ijtihad. Ijtihad secara dibenarkan, sedang perbedaan yang
etimologi berarti mengerahkan segala terjadi sebagai akibat dari adanya ijtihad
kemampuan untuk melakukan segala ditolerir, dan akan membawa rahmat
sesuatu yang sulit atau berat. Dari sini jika ijtihad dilakukan oleh orang yang
maka kurang tepat jika kata ijtihad berkompeten dandilakukan di medan
digunakan untuk melakukan sesuatu ijtihad (majal al-ijtihad). Medan
yang mudah atau ringan. (Ibrahim 1987, tersebut adalah:
4) 1. Pada masalah-masalah yang
Pengertian ijtihad secara hukumnya belum ditegaskan secara
etimologi ini memiliki relevansi dengan jelas maupun yang sama sekali
pengertian ijtihad secara terminologi, belum disinggung, baik dalam
yakni dimana dalam melakukan ijtihad nas}s} (al-Qur‟an dan Hadis)
dibutuhkan beberapa persyaratan. Oleh maupun ijma„.
karena itu ijtihad tidak mungkin 2. Pada nass zanni dan dalil-dalil
dilakukan oleh sembarangan orang. hukum yang masih diperselisihkan.
(Basri 1994, 23) 3. Pada hukum Islam yang ma‟qul al-
Sesuai apa yang telah ma‟na (ta‟aquli). Yakni kausalitas
dipraktikkan olehpara Sahabat, ijtihad hukum atau ‟illatnya dapat
berarti pemikiran dan penelitian untuk diketahui. (Ibrahim 1987, 1)
mendapatkan sesuatuyang paling dekat Sebaliknya, para ulama telah
dengan al-Qur‟an dan Hadis, baik sepakat bahwa ijtihad tidak
melalui qiyas (ma‟qul al-nas) maupun diberlakukan atau tidak dibenarkan
melalui maksud dan tujuan (hikmah) pada:
ditetapkannya suatu hukum yang 1. Hukum Islam yang telah ditegaskan
dikenal dengan “mashlahat.” secara jelas oleh dalil qat‟i (al-
Sedang menurut usuliyyin, ijtihad Qur‟an atau Hadis yang tidak
ialah: pengerahan segenap kesanggupan mengandung penakwilan).
faqihatau mujtahid untuk mendapatkan

Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol. 2, No. 1


94 | Ririn Fauziyah

2. Hukum Islam yang telah disepakati mengikat dirinya denganpendapat imam


(terjadi ijma„) di kalangan ulama„. tersebut.
3. Hukum Islam yang bersifat Seseorang yang telah bertaqlid
ta‟abudi (ghairu ma‟qul al-ma‟na), dengan seorang imam tidak akan
yakni yang kausalitas hukumnya dengan mudahnya berpindah ke
(‟illatnya tidak dapat dicerna dan pendapat lain selain imamnya. Inilah
diketahui). yang menimbulkan munculnya
Disamping ijtihad tidak fanatisme Madhab (ta'asub madzhab).
diberlakukan pada ketiga macam hukum (Ibrahim 1987, 3)
Islam di atas, ijtihad juga akan gugur Sedangkan taqlid menurut istilah
dengan sendirinya apabila hasil ijtihad adalah beramal berdasarkan pendapat
berlawanan dengan nass. orang lain tanpa mengetahui dalil yang
Hal ini sejalan dengan kaidah, digunakan. Sebagian pihak ada yang
“Tidak ada ijtihad terhadap nas}s}”. membedakan antara taqlid dengan
(Basri 1994, 27) ittiba‟. Ketika taqlid mengamalkan
Selain pemikiran-pemikiran yang pendapat orang lain tanpa mengetahui
telah disebutkan sebelumnya, di sini dalilnya, maka ittiba‟ adalah
akan diuraikan pendapat Ibrahim Hosen mengamalkan pendapat orang lain
mengenai taqlid dan talfiq. dengan mengetahui dalilnya.
Ibrahim Hosen membenarkan Ibrahim Hosen tidak membedakan
tentang kebolehan bertaqlid karena antara taqlid dan ittiba‟, menurutnya
tidak semua orang mampu memahami yang ada hanya ijtihad dan taqlid.
hukum Islam secara langsung dari Menurut Ibrahim Hosenittiba‟ masuk
sumbernya mengingat kecerdasan, daya dalam kategori taqlid karena sama-sama
tangkap dan ilmu yang dimiliki setiap mengikuti pendapat orang lain, hanya
orang berbeda. saja istilah dan tingkatannya berbeda.
Bagi mereka yang tidak memiliki (Ibrahim 1987, 3)
persyaratan ijtihad dan tidak mampu Bagi orang yang mampu dan telah
mengetahui, memahami, dan menggali memenuhi syarat untuk dapat
hukum langsung dari sumbernya akan melakukan ijtihad, maka diharamkan
membutuhkan perantara, yakni dengan baginya untuk melakukan taqlid. Begitu
mengetahuinya melalui mujtahid. Dari juga sebaliknya, bagi orang yang tidak
sinilah awal mula kemunculan taqlid. mampu dan tidak memenuhi syarat
(D. 1997, 125) ijtihad maka haram baginya untuk
Menurut bahasa, taqlid berarti melakukan ijtihad. Berbicara tentang
kalung yang dipakai (dikalungkan) ke taqlid terasa tidak lengkap jika tidak
leher orang laindimana kalung tersebut menyinggung masalah talfiq. Dari
merupakan tanda. Hal ini menunjukkan definisinya, talfiq ialah beramal dalam
bahwa seolah-olah seseorang yang telah suatu masalah qadiyah atas dasar
bertaqlid kepada seorang mujtahid hukum yang terdiri dari kumpulan dua
(imam) telah memberikan identitas diri madhab atau lebih.
dengankalung di lehernya dan ia telah

Al Maqashidi | Januari – Desember 2019


Pemikiran Hukum Islam Ibrahim Hosen | 95

Terjadi silang pendapat mengenai yang paling mudah selama tidak


kebolehan bertalfiq. Perbedaan ini membawa pada dosa.Hanya saja
bersumber dari boleh atau tidaknya dalam hal-hal yang menyangkut
seseorang berpindah mazhab. Artinya, masalah kemasyarakatan makayang
apabila seseorang telah ber taqlid pada berlaku adalah madhab pemerintah.
satu madzhab, apakah ia harus terikat (Ibrahim 1987, 3)
dengan madzhab tersebut ataukah tidak
terikat dan boleh mengikuti atau pindah Fatwa-fatwa Kontroversial
ke mazhab lain? Di antara beberapa fatwa-fatwa
Mengenai masalah talfiq ini kontroversial Ibrahim Hosen, adalah:
terdapat tiga pendapat tentang talfiq, 1) Wanita boleh menjadi Presiden dan
yaitu: Hakim;
1) Tidak diperkenankan untuk pindah 2) Kebolehan melakukan keluarga
ke madzhab lain ketika seseorang berencana (KB) terutama
telah menjatuhkan pilihan pada satu pemakaian spiral (IUD);
madzhab, baik kepindahan tersebut 3) Dokter boleh melihat aurat besar
secara keseluruhan maupun (kemaluan) pasiennya untuk
sebagian (talfiq). kepentingan pemeriksaan dan
2) Diperbolehkan pindah ke madzhab pemasangan alat KB; (Basri 1994,
lain walaupun dengan motivasi 7)
mencari kemudahan, selama tidak 4) Penentuan „Idul fitri dan „Idul adha
terjadi dalam kesatuan qadiyah merupakan kewenangan pemerintah
yang menurut imam pertama dan dan bukan merupakan kewenangan
imam kedua sama-sama dianggap suatu lembaga atau golongan Islam
batal. tertentu. Karena dalam penentuan
3) Tidak ada larangan bagi seseorang tersebut pemerintah lah yang
untuk berpindah madzhab, berkewajiban untuk menentukan
sekalipun dimaksudkan untuk dan masyarakat Islam wajib
mencari keringanan. (Jamal D mengikuti ketentuan pemerintah.
Rahman. et al t.thn., 125-127) Disamping itu, hal demikian
Dari ketiga pendapat tersebut di menutup pintu perpecahan dan
atas, Ibrahim Hosen lebih cenderung perselisihan antara golongan-
mengikuti pendapat yang ketiga, yakni golongan Islam;
tidak adanya larangan bagi seseorang 5) Tayamum boleh dilakukan dengan
untuk berpindah madzhab, sekalipun apapun yang tahir di muka bumi
dimaksudkan untuk mencari ini, karena kata “Sha‟idan” yaitu
keringanan. segala sesuatu yang muncul dari
4. Dengan alasan tidak ada nas}s} muka bumi;
yang mewajibkan seseorang terikat 6) Seorang wanita sah menjadi imam
dengan salah satu mazhab dan shalat meskipun ma‟munya laki-
Hadis Nabi SAW tidak pernah laki, sebagaimana diriwayatkan
disuruh memilih kecuali memilih oleh Abu Daud dalam sunan Abu

Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol. 2, No. 1


96 | Ririn Fauziyah

Daud bahwa Ummu waraqah berhadapan atau langsung.


mengimami shalat dan ma‟mumnya (Hosen, 1987:49-50)
ketika itu adalah anak laki-laki
kecil dan pamannya; Penutup
7) Khamr yang berbahan dasar Ibrahim Hosen lahir pada 01
anggur, alkohol dan itanol, Januari 1917 M di Tanjung Agung,
sebenarnya adalah bahan yang suci Bengkulu dan wafat pada 07 November
dan bukanlah bahan yang najis, 2001. Perjalanan intelektualnya di mulai
oleh karena itu diperbolehkan bagi pada madrasah al-Sagaf dan
seseorang untuk menggunakan dirampungkan di al-Azhar Mesir.
wewangian yang mengandung Pengalaman pendidikan yang mumpuni
alkohol ketika shalat; membuat beliau tampil menjadi seorang
(/www.ibrahim-hosen-pembaharu- pakar dalam hukum islam yang sering
hukum-islam-di-indonesia/ ,akses mengeluarkan fatwa brilyan yang sering
19April 2019) bersebrangan dengan wacana yang
8) Diperbolehkan melakukan ada.Penguasaannya terhadap pendapat-
eutanasia pada penderita HIV pendapat ulama mazhab beserta kaidah-
AIDS; kaidah istinbat, keahliannya dalam
9) Diperbolehkan mendonorkan organ menggunakan dalil-dalil, dan
tubuh karena manusia hanya berhak pemahamannya terhadap maqasid al-
mengambil manfaat dari organ syari`ah tercermin dari hasil ijtihadnya.
tubuh tersebut,dan pemilik hakiki Di antara pemikiran hukum islam
organ tubuh termasuk diri dan Ibrahim Hosen yaitu, keharusan taqlid
nyawanya adalah Allah SWT; bagi mereka yang tidak mampu
(http://www.metode-ijtihad- berijtihad dan keharusan ijtihad bagi
ibrahim-hosen.html,akses 19April orang yang mampu dan memenuhi
2019) syarat ijtihad. Beliau juga membolehkan
10) Undian harapan (SSB), PORKAS, talfiq meskipun hanya untuk mencari
lotre,dan sejenisnya bukan keringanan.Terdapat sembilan metode
termasuk maisi<r atau judi yang yang digunakan Ibrahim Hosendalam
diharamkan.Karena maisi<r atau reaktualisasi hukum islam, di antaranya
judimengandung unsur taruhan adalah: kontekstualisasi al-Qur‟an dan
dan dilakukan secara berhadapan Hadis, penggalakan maslahah mursalah,
atau langsung, sedangkan dalam memfiqhkan yang qat‟i dan sebagainya.
SSB, Porkas, dan lotre tidak Sebagian fatwa kontroversial beliau
mengandung unsur taruhan dan yaitu mengenai kebolehan Keluarga
tidak dilakukan secara Berencana (KB), donor organ tubuh,
eutanasia, dan lain-lain.

Al Maqashidi | Januari – Desember 2019


Pemikiran Hukum Islam Ibrahim Hosen | 97

DAFTAR PUSTAKA

Basri, Bagir. Haidar dan Syafiq. 1994. Ijtihad Dalam Sorotan, cet. III. Bandung: Mizan.
Ibrahim, Hosen. 1987. Ma Huwa al-Maysir. Jakarta: Lembaga Kajian Ilmiah IIQ.
............., “Keragka Landasan Pemikiran Islam”, dalam Mimbar Ulama, Tahun IX No.
91 Pebruari/Maret 1985.
.............., “Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah”, dalam Artikel Yayasan
Paramadina, Jakarta: Yayasan Paramadina, t. th.
D., Rahman. Jamal. 1997. Wacana Baru Fiqh Sosial: 70 Tahun K.H. Ali Yafie.
Bandung: Mizan.
Rumadi, Wahid. Marzuki dan. 2001. Fiqh Madhab Negara: Kritik Atas Politik Hukum
Islam di Indonesia. Yogyakarta: LKiS.
http://www.blog.sunan-ampel.ac.id/muhsholihuddin/2011/03/09/ibrahim-hosen-
pembaharu-hukum-islam-di-indonesia/
http://www.prof-ibrahim-hosen-mujtahid-fatwa.html.
http://www.metode-ijtihad-ibrahim-hosen.html.

Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol. 2, No. 1

You might also like