Pemikiran Hukum Islam Ibrahim Hosen - 85
Pemikiran Hukum Islam Ibrahim Hosen - 85
Pemikiran Hukum Islam Ibrahim Hosen - 85
Ririn Fauziyah
Institut Agama Islam (IAI) Sunan Giri Bojonegoro
E-mail:[email protected]
Abstract
Ibrahim Hosen is an expert on Islamic law whose opinions often controversial. He is
known as a unique thinker and dare to be different through the argument he built. In the
development of Indonesian Islamic law in the late 20th century, Ibrahim's contribution
was deeply taken into account. He often comes up with brilliant ideas every emerging
problem of actual Islamic law. His ijtihad of beer excluding the forbidden kamr,
lottery, Porkas, and SDSB is not the same as gambling, and his response to the issue of
lard in Indonesia, has raised many question marks among Islamic legal thinkers about
his capabilities and independence in his ijtihad.A qualified educational experience
makes him appear to be an expert in Islamic law who often issue a brilliant fatwa that
often cross with the existing discourse. His mastery of the opinions of the madhab
scholars and the principles of istinbat}, his expertise in using the arguments, and his
understanding of maqasid al-syari`ah is reflected in the results of his ijtihad.Among his
Islamic legal thought that is the imperative for those who can not afford to be ijtihad
and ijtihad imperative for people who are able and qualify ijtihad. He also allows talfiq
though only to seek relief. There are nine methods used to re-actualize Islamic law,
among which are: contextualization of the Qur'an and Hadith, promoting maslahah
mursalah, fiqh the qat'i etc. Some of his controversial fatwas are about the
permissibility of Family Planning (KB), organ donation, euthanasia, and others.
Kairo pada tahun 1960. Selama belajar al-Qur‟an (PTIQ) Jakarta sehingga
di Mesir inilah, ia dapat meraih Ibrahim Hosen harus tersingkir dari
Sahadah„Aliyah atau sarjana lengkap PTIQ.
dalam bidang shari‟ah (LML). (D. 1997, Dan di kemudian hari, beliau
429) mendirikan Institut Ilmu al-Qur‟an(IIQ)
khusus untuk perempuan di Jakarta
Karier dan Pro-Kontra yang secara resmi berdiri pada 01 April
Karier Ibrahim Hosen dimulai 1977. Pendirian IIQ menunjukkan
pada usia 26 tahunpada tahun 1943, komitmennya dalam mengkader ulama‟
ketika beliau terpilih menjadi Imam perempuan. (Nadirsyah, www.prof-
Besar Residen Bengkulu di bawah ibrahim-hosen-mujtahid-fatwa.html,
Jepang. akses 19April 2019)
Pada tahun 1954, beliau Ibrahim Hosen menduduki jabatan
menjadiwakil Majelis Tarjih sebagai anggota komisi fatwa MUI pada
Muhammadiyah Bengkulu dalam tahun 1975-1980. Kemudian pada masa
sidang Tarjih Besar Muhammadiyah di Kepengurusan MUI periode 1980-1985,
Yogyakarta. dan periode 1985-1990 beliau terpilih
Beliau pun pernah menolak sebagai Ketua dan mendapat
tawaran sebagai Rois Syuriah NU pada kepercayaan mengetuai Komisi Fatwa.
Muktamar NU ke 25 di Surabaya. (D. Bersama Prof. KH. Ali Yafie,
1997, 429) Prof. Dr. M. Quraish Shihab dan lain-
Sebelum menduduki jabatan lain, Ibrahim Hosen terpilih menjadi
sebagai Guru Besar di IAIN Syarif anggota Dewan Pengawas Syari‟ah
Hidayatullah Jakarta yang diperoleh Bank Muamalat Indonesia yang
pada tahun 1979 dan Ketua Komisi didirikan pada tahun 1991. (D. 1997,
Fatwa Majelis Ulama„ Indonesia (MUI) 430)
pada tahun 1980-1999, beliau pernah Sebagai satu-satunya perwakilan
bekerja di Departemen Agama RI dari dari MUI beliau lah yang ditunjuk untuk
tahun 1961-1971. mewakili MUI dalam penyusunan KHI.
Dari tahun 1964-1966 Ibrahim (Rumadi 2001, 16)
Hosen menduduki posisi sebagai Rektor Di MUI inilah, Ibrahim Hosen
IAIN Raden Patah Palembang. Menjadi banyak melibatkan diri dalam
Staf Ahli Menteri Agama RI (pada menyelesaikan persoalan-persoalan
tahun 1971-1982) dan menjadi dosen di yang dihadapi umat.
berbagai institut agama dan universitas Dari beberapa fatwa kontroversial
islam. (D. 1997, 429) yang dikeluarkan, Ibrahim Hosen mulai
Beliau ditunjuk menjadi Rektor dikenal sebagai “ulama‟ pesanan”,
Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur‟an dituduh sebagai “ulama‟ penjilat” atau
(PTIQ) Jakarta Pada tanggal 01 April ulama‟ pemerintah yang selalu
1971sampai tahun 1977. Namun, di kontroversial.Sebutan-sebutan tersebut
awal tahun 1976 terjadi kemelut di dialamatkan kepada Ibrahim Hosen
tubuh yayasan Perguruan Tinggi Ilmu karena beberapa sikap dan pendapatnya
tidak terletak pada ijma‟, akan tetapi dalam hukum Islam. Sehingga
pada dalil yang menjadi sandarannya. berdasarkan„illatmasyaqqah ini, maka
(Nadirsyah, www.prof-ibrahim-hosen- pada kasus di atas justru si pejalan
mujtahid-fatwa.html, akses 19April kakilah yang boleh mengqashar shalat,
2019) dan orang yang berpergian dari Jakarta
ke Medan dengan pesawat terbang jelas
Qiyas (Rekonstruksi Masalik al-’Illat) tidak dibenarkan mengqashar shalatnya.
Qiyas merupakan salah satu (Ibrahim 1987, 11.)
dalalah al-istinbat yang paling favorit
digunakan dalam memecahkan Penggalakan al-mas}lahah al-
permasalahan yang belum ditegaskan mursalah
dalam nass. Menurut Ibrahim Hosen, Dengan mengutip ucapan al-
pembaharuan dalam bidang ini dapat Syatibi, “di mana ada kemaslahatan, di
ditempuh dengan cara merumuskan sanalah hukum Allah”. Ibrahim Hosen
kaidah pencarian dan pengujian „illat menjadikan al-maslahah al-mursalah
yang benar-benar baru. sebagai dalil hukum, dalam memandang
Sehingga dalam menggalakkan maslahah beliau bersikap moderat, tidak
qiyas tidak terikat dengan masalik al- kaku seperti ulama‟ Hanafiyah dan
`illat gaya lama (hasil rumusan ulama‟ Shafi‟iyah serta tidak liberal seperti al-
terdahulu). Tufi.
Seperti „illat kebolehan shalat Menurutnya, terdapat banyak
qashar adalah karena safar, yang mana masalah baru yang belum atau tidak
pada safar terdapat hikmah yakni tercover dalam nass sehingga
mazinnah al-mashaqqah yang diperlukan penggalakan al-maslahah al-
diindikasikan dengan adanya kesulitan. mursalah dalam menyelesaikan kasus-
Atas dasar ini, orang yang pergi dari kasus baru. Sebagai contoh
Jakarta ke Medan dengan pesawat penerapannya bisa dilihat dari
terbang tetap boleh mengqashar shalat, ijtihadnya tentang donor organ tubuh.
meskipun ditempuh hanya dalam waktu
2 jam dan dengan kondisi yang tetap Sosialisasi sad al-dari’ah
segar, sebab „illatsafar dengan masafah Sad al-dari‟ah ialah menutup
nya memang terdapat di sana. jalan yang dapat menuju kepada yang
Sementara orang yang berjalan dilarang oleh Islam sebagai tindakan
kaki dari Ciputat ke Bogor (sekalipun preventif. Beliau mengkhususkan
susah, lelah, dan capek) tetap tidak bisa kepada sarana yang dapat membawa
mengqashar shalat karena tidak terdapat manusia kepada kemaksiatan
„illatsafar. (keharaman).
Ibrahim Hosen memandang Dengan demikian, walaupun pada
bahwa hendaknya „illatsafar ditinjau awalnya sarana itu sendiri hukumnya
kembali dengan „illatmasyaqqah mubah, akan tetapi karena sarana itu
(berdasarkan masalik al-„illat baru), akan membawa ke arah kemaksiatan
sehinggaakan terjadi perombakan baru (haram), maka sarana itupun
2. Dari para tokoh Islam yang pengertian tingkat z}ann terhadap suatu
ditampilkan, seperti Muhammad hukum syara‟.
Abduh, Jamaluddin al-Afghani Hal ini berarti fungsi dari ijtihad
ternyata juga tidak meninggalkan ialah untuk mengeluarkan hukum
patokan-patokan itu. Bahkan tidak shara‟ amali (hukum Islam yang
ada kreasi baru dari mereka yang mencakup tingkah laku dan perbuatan
ada relevansinya dengan ide manusia (hukum taklifi).
pembaharuan. Dari sini maka tampak bahwa
3. Banyaknya pertanyaan terutama ijtihad tidak berlaku pada bidang aqidah
dari kalangan awam yang dan akhlaq serta tidak berfungsi untuk
dialamatkan kepada Ibrahim Hosen mengeluarkan hukum shara‟ „amali
sehubungan dengan pencanangan yang berstatus qat‟i. (Basri 1994, 23)
ide dan gagasan itu. Para ulama„ telah sepakatbahwa
Pembaharuan hukum Islam dapat ijtihad dalam bidang hukum adalah
dilakukan dengan ijtihad. Ijtihad secara dibenarkan, sedang perbedaan yang
etimologi berarti mengerahkan segala terjadi sebagai akibat dari adanya ijtihad
kemampuan untuk melakukan segala ditolerir, dan akan membawa rahmat
sesuatu yang sulit atau berat. Dari sini jika ijtihad dilakukan oleh orang yang
maka kurang tepat jika kata ijtihad berkompeten dandilakukan di medan
digunakan untuk melakukan sesuatu ijtihad (majal al-ijtihad). Medan
yang mudah atau ringan. (Ibrahim 1987, tersebut adalah:
4) 1. Pada masalah-masalah yang
Pengertian ijtihad secara hukumnya belum ditegaskan secara
etimologi ini memiliki relevansi dengan jelas maupun yang sama sekali
pengertian ijtihad secara terminologi, belum disinggung, baik dalam
yakni dimana dalam melakukan ijtihad nas}s} (al-Qur‟an dan Hadis)
dibutuhkan beberapa persyaratan. Oleh maupun ijma„.
karena itu ijtihad tidak mungkin 2. Pada nass zanni dan dalil-dalil
dilakukan oleh sembarangan orang. hukum yang masih diperselisihkan.
(Basri 1994, 23) 3. Pada hukum Islam yang ma‟qul al-
Sesuai apa yang telah ma‟na (ta‟aquli). Yakni kausalitas
dipraktikkan olehpara Sahabat, ijtihad hukum atau ‟illatnya dapat
berarti pemikiran dan penelitian untuk diketahui. (Ibrahim 1987, 1)
mendapatkan sesuatuyang paling dekat Sebaliknya, para ulama telah
dengan al-Qur‟an dan Hadis, baik sepakat bahwa ijtihad tidak
melalui qiyas (ma‟qul al-nas) maupun diberlakukan atau tidak dibenarkan
melalui maksud dan tujuan (hikmah) pada:
ditetapkannya suatu hukum yang 1. Hukum Islam yang telah ditegaskan
dikenal dengan “mashlahat.” secara jelas oleh dalil qat‟i (al-
Sedang menurut usuliyyin, ijtihad Qur‟an atau Hadis yang tidak
ialah: pengerahan segenap kesanggupan mengandung penakwilan).
faqihatau mujtahid untuk mendapatkan
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Bagir. Haidar dan Syafiq. 1994. Ijtihad Dalam Sorotan, cet. III. Bandung: Mizan.
Ibrahim, Hosen. 1987. Ma Huwa al-Maysir. Jakarta: Lembaga Kajian Ilmiah IIQ.
............., “Keragka Landasan Pemikiran Islam”, dalam Mimbar Ulama, Tahun IX No.
91 Pebruari/Maret 1985.
.............., “Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah”, dalam Artikel Yayasan
Paramadina, Jakarta: Yayasan Paramadina, t. th.
D., Rahman. Jamal. 1997. Wacana Baru Fiqh Sosial: 70 Tahun K.H. Ali Yafie.
Bandung: Mizan.
Rumadi, Wahid. Marzuki dan. 2001. Fiqh Madhab Negara: Kritik Atas Politik Hukum
Islam di Indonesia. Yogyakarta: LKiS.
http://www.blog.sunan-ampel.ac.id/muhsholihuddin/2011/03/09/ibrahim-hosen-
pembaharu-hukum-islam-di-indonesia/
http://www.prof-ibrahim-hosen-mujtahid-fatwa.html.
http://www.metode-ijtihad-ibrahim-hosen.html.