Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Media Ruang Publik Di Kota Pekanbaru

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA MEDIA RUANG PUBLIK

DI KOTA PEKANBARU
(The Use of Indonesian Language in Public Area in Pekanbaru City)

Fatmahwati A
Balai Bahasa Riau
Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Kampus Binawidya Unri, Panam, Simpang Baru,
Tampan, Kota Pekanbaru, Riau 28292, Indonesia
Pos-el: [email protected]

(Naskah Diterima Tanggal 22 Mei—Direvisi Tanggal 13 Desember—Disetujui Tanggal 28 Desember)

Abstract
This paper discusses use of Indonesian at public places in Kota Pekanbaru and this study aims to describe
use of the language at public places and influencing actors. By using the descriptive analytic method and
interpretative technique, data were analyzed with reference to literature review. The data of this study are
words, phrases, and sentences used at public places media such as billboards, banners, and posters. The
data are collected through observation and interview. The research findings reveal the most dominant
phenomenon is the use of foreign languages and the use of Indonesian language that does not meet rules
of Indonesian. The reasons for using foreign languages are: (1) respondents do not know that there is a
regulation stipulating the use of Indonesian at public places, (2) they assume foreign languages have
higher prestige, (3) they believe people like foreign languages better than Indonesian, and (4) they
assume foreign terms are more commonly used. The reasons for misuse of Indonesian rules are: (1)
respondents do not know Indonesian rules, (2) they assume Indonesian rules are not important, and (3)
they believe that people do not cencern with the language rules. In addition, they tend to ignore rules of
Indonesian. The linguistic landscape of the language of public spaces in Pekanbaru City informationally
and symbolically shows that the existence of Indonesian is increasingly fading with the rise of the
use of foreign languages.
Keywords: language use, public places, Pekanbaru City

Abstrak
Tulisan ini membahas penggunaan bahasa di ruang publik di Kota Pekanbaru dan bertujuan untuk
mendeskripsikan fenomena penggunaan bahasa di ruang publik dan faktor-faktor yang memengaruhi.
Dengan menggunakan metode deskriptif analitik dan teknik interpretatif, data dianalisis dengan mengacu
pada kajian literatur. Data dalam penelitian ini adalah bahasa yang terdapat pada media ruang publik di
Kota Pekanbaru berupa papan iklan, kain rentang, baliho, dan poster. Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi dan wawancara. Ternyata, fenomena yang paling dominan adalah penggunaan bahasa asing dan
penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai kaidah. Alasan responden menggunakan bahasa asing
adalah: (1) tidak mengetahui adanya landasan hukum (undang-undang) penggunaan bahasa Indonesia di
ruang publik, (2) menganggap bahasa asing memiliki prestise yang lebih tinggi, (3) menilai masyarakat
lebih tertarik dan menyukai bahasa asing, dan (4) menganggap istilah asing lebih umum dipakai.
Penyebab kesalahan penggunaan bahasa Indonesia adalah: (1) tidak mengetahui kaidah bahasa Indonesia
yang baik dan benar, (2) menganggap kaidah bahasa Indonesia tidak penting dipelajari, dan (3) menilai
masyarakat tidak mempermasalahkan kaidah. Mengacu pada jawaban tersebut, jika dilihat dari faktor
pengetahuan dapat dikatakan bahwa pengetahuan tentang kaidah bahasa Indonesia responden kurang
positif. Dilihat dari faktor sikap, responden bersikap tidak menyadari adanya norma penggunaan bahasa
Indonesia. Lanskap linguistik bahasa ruang publik di Kota Pekanbaru secara informasional dan simbolis

1
Suar Bétang, Vol.13, No.2, Edisi Desember, 2018: 131—144

menunjukkan bahwa eksistensi bahasa Indonesia semakin memudar dengan maraknya penggunaan bahasa
asing.

Kata-kata kunci: penggunaan bahasa, ruang publik, Kota Pekanbaru

PENDAHULUAN 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,


Ruang publik, menurut Carmona dan Lambang Negara, serta Lagu
(2008, hlm. 24), dapat diakses oleh siapa Kebangsaan. Pasal 26 ayat 3 berbunyi:
pun dan menjamin kebebasan beraktivitas. ―Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk
Ruang publik juga harus tanggap atau nama bangunan atau gedung, jalan,
mampu memenuhi kebutuhan warga yang apartemen atau permukiman, perkantoran,
terwujud dalam desain fisik dan kompleks perdagangan, merek dagang,
pengelolaannya. Lebih lanjut ia lembaga usaha, lembaga pendidikan,
menambahkan bahwa ruang publik harus organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh
meningkatkan manusia sebagai pengguna warga negara Indonesia atau badan hukum
ruang untuk membuat hubungan (koneksi) Indonesia‖. Pasal 37 ayat 1 berbunyi:
yang kuat antara ruang dengan kehidupan ―Bahasa Indonesia wajib digunakan
mereka dan dunia yang lebih luas. dalam informasi tentang produk barang atau
Artinya, terdapat pemerolehan jasa produksi dalam negeri atau luar negeri
informasi dan sistem pemaknaan di ruang yang beredar di Indonesia‖. Pasal 38 ayat 1
publik. Masyarakat pengguna ruang publik berbunyi: ―Bahasa Indonesia
akan menyerap informasi dan memaknainya. wajib digunakan dalam rambu umum,
Lebih jauh lagi, informasi yang diserap dan penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk,
dimaknai tersebut akan memengaruhi sikap dan alat informasi lain yang merupakan
dan perilaku masyarakat. pelayanan umum‖.
Penyampaian informasi di ruang Undang-Undang Republik Indonesia
publik menggunakan bahasa. Jika informasi Nomor 24 Tahun 2009 semestinya menjadi
disampaikan dalam bahasa Indonesia, dasar penggunaan bahasa Indonesia di ruang
disinyalir informasi tersebut diserap, publik. Akan tetapi, kenyataannya bahasa
dimaknai, dan diingat dalam bahasa asing ―menyerbu‖ ruang publik Indonesia.
Indonesia juga. Secara psikologis telah Disinyalir, ada anggapan yang menyatakan
terjadi pemerolehan bahasa Indonesia dalam bahwa penggunaan bahasa asing mampu
pengalaman intelektual seseorang. Secara mendongkrak prestise. Benarkah demikian?
sosial bahasa Indonesia akan digunakan Tidakkah sebaliknya, ketika kita
dalam membangun hubungan atau koneksi melemahkan bahasa nasional justru prestise
antara ruang dan masyarakat. itu turun karena tidak disertai sikap dan
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai kepribadian yang kuat sebagai anak bangsa?
bahasa nasional dan bahasa negara. Bukankah sikap yang terus menerus
Seharusnya, bahasa Indonesia memiliki mengagungkan ―sesuatu yang asing‖
eksistensi yang kuat di ruang publik di justru memudarkan warna asli diri sendiri?
seluruh kota dan daerah di wilayah Tindakan seharusnya yang dilakukan
Indonesia. adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas
Ketentuan tentang penggunaan bahasa penggunaan bahasa Indonesia di ruang
Indonesia di ruang publik diatur dalam publik. Peningkatan kuantitas berarti
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor memperbanyak penggunaan bahasa
Indonesia di ruang publik, sedangkan adanya upaya kuat untuk menata dan
peningkatan kualitas atau mutu berarti membangun kembali karakter bangsa dalam
menggunakan bahasa Indonesia yang baik hal berbahasa Indonesia. Selain itu, perlu
dan benar. adanya peraturan keras dalam hal
Penggunaan bahasa Indonesia di ruang penggunaan bahasa Indonesia yang
publik diatur dalam Pasal 36, 37, dan 38 sebenarnya sudah jelas diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor konstitusi dan undang-undang bahasa.
24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Upaya peningkatan penggunaan bahasa di
dan Lambang Negara, serta Lagu ruang publik melibatkan pemerintah dan
Kebangsaan. Sebelum Undang-Undang masyarakat.
tersebut, landasan hukum penggunaan Bahasa ruang publik menarik perhatian
bahasa Indonesia adalah Undang-Undang karena menggambarkan keadaan suatu
Dasar 1945, bab XV, pasal 36 tentang bahasa dan perilaku masyarakat terhadap
Bahasa Negara; Ketetapan MPR No. II, bahasa tersebut. Artinya, bahasa ruang
tahun 1993, tentang Garis-Garis Besar publik tidak sekadar bahasa yang terpajang
Haluan Negara; Undang-Undang No. 5, dan dipertontonkan kepada khalayak, tetapi
tahun 1974, tentang Pokok-Pokok juga mengandung informasi tentang wilayah
Pemerintahan di Daerah; Keputusan tersebut.
Presiden Nomor 57, tahun 1972, tentang Penelitian terkait dilakukan oleh
Ejaan Bahasa Indonesia yang Dasuki (2015, hlm. 265) tentang ―Pemakaian
Disempurnakan; Instruksi Menteri Dalam Bahasa Indonesia dalam Ruang Publik di
Negeri Republik Indonesia Nomor 20, Kota Surakarta‖. Simpulan hasil penelitian
tanggal 28 Oktober 1991, tentang tersebut adalah penggunaan bahasa
Pemasyarakatan Bahasa Indonesia dalam Indonesia yang sesuai dengan kaidah dalam
Rangka Pemantapan Persatuan dan penamaan toko atau tempat usaha
Kesatuan Bangsa; dan Surat Menteri Dalam merupakan salah satu bentuk sikap
Negeri kepada Gubernur, Bupati, dan Wali penghargaan dan sekaligus penghormatan
Kotamadya Nomor 434/1021/SJ, tanggal 16 terhadap bahasa yang lebih bermartabat.
Maret 1965, tentang Penertiban Penggunaan Para pengusaha di Kota Surakarta yang
Bahasa Asing (Sukmawati, Nurhayati, dan masih menggunakan bahasa asing atau
Ery Iswari, tt, hlm. 2). bahasa daerah atau menggunakan bahasa
―Alat‖ untuk mengatur Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah
penggunaan bahasa Indonesia adalah kaidah sebaiknya segera mempertimbangkan untuk
bahasa Indonesia, kaidah tersebut dirangkum melakukan perubahan atau memperbaiki
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa nama toko atau tempat usahanya.
Indonesia (PUEBI). PUEBI memuat kaidah Khasanah, dkk (2015, hlm. 1) meneliti
penggunaan bahasa Indonesia yang tentang fenomena penggunaan bahasa asing
mencakup penulisan huruf, penulisan kata, dalam penamaan bisnis kuliner di kawasan
penulisan tanda baca, dan penulisan unsur Soekarno Hatta Kota Malang. Simpulan
serapan. Kaidah bahasa Indonesia dapat penelitian tersebut adalah penggunaan
dijadikan sebagai pedoman dalam bahasa asing dalam penamaan bisnis kuliner
penggunaan bahasa Indonesia di ruang di kota Malang saat ini menunjukkan tren
publik. yang meningkat dari tahun ke tahun. Pemilik
Mengenai peningkatan penggu-naan bisnis kuliner merasa lebih nyaman
bahasa Indonesia di ruang publik, Warung menggunakan bahasa asing dibandingkan
(2015, hlm. 172) mengatakan bahwa perlu bahasa Indonesia.
Penelitian terkait lainnya
133
dilakukan oleh permasalahan bahasa Indonesia bahasa, geografi
Susanti dan tersebut, tujuan di ruang publik. budaya, semiotik,
Agustini (2016, penelitian ini Akan tetapi, sastra, pendidikan,
hlm. 46). Mereka adalah bahasa ruang dan psikologi
menyimpulkan mendeskripsikan publik yang sosial (Puzey,
bahwa kesalahan penggunaan ditemukan juga 2016). Istilah LL
berbahasa bahasa, faktor- dianalisis dengan pertama kali
Indonesia pada faktor yang menggunakan digunakan oleh
penulisan media memengaruhi, teori lanskap Landry and
iklan luar ruang di lanskap linguistik linguistik. Bourhis (1997),
Kota Surakarta bahasa ruang Lanskap yang
masih banyak publik, dan upaya linguistik (LL) membatasinya
dijumpai yang peningkatan mengkaji sebagai bahasa
belum/tidak sesuai penggunaan kehadiran bahasa untuk tanda jalan
dengan kaidah bahasa Indonesia. di antara ruang umum, papan
bahasa Indonesia Urgensi dan tempat. LL reklame, nama
yang baik dan penelitian ini disinyalir jalan dan tempat,
benar. Bentuk- adalah mengetahui bersinggungan
bentuk kesalahan fenomena dengan konsep nama
penulisan pada penggunaan sosiolinguistik,
media iklan luar bahasa Indonesia multi- lingualisme, kedai,
ruang di Kota pada ruang publik kebijakan
Surakarta meliputi di Kota nama bangunan
kesalahan Pekanbaru, faktor- pemerintah dalam
penulisan tanda faktoryang sebuah kelompok
baca, kesalahan memengaruhinya, daerah, wilayah,
penulisan lanskap linguistik, atau kota.
singkatan, dan upaya-upaya Menurut Ben-
kesalahan yang dilakukan Rafael, Shohamy,
penggunaan huruf untuk Amara and
kapital, kesalahan meningkatkan Trumper-Hecht
pemilihan diksi, penggunaan (2006), LL
dan kesalahan bahasa Indonesia dianggap bersifat
penulisan ejaan. di ruang publik. sosio-ekonomis
Permasalaha Berbeda dengan karena mencari
n yang diangkat ketiga penelitian korelasi antara
dalam tulisan ini tersebut, kajian ini pemakaian bahasa
adalah (1) tidak sebatas tertentu di
fenomena mengetahui situasi sebagian wilayah
penggunaan kebahasaan di perkotaan dan
bahasa di ruang ruang publik, standar hidup di
publik, (2) faktor- faktor-faktor yang suatu wilayah.
faktor yang memengaruhinya, Pemakaian bahasa
memengaruhi, dan dan upaya-upaya dalam LL
(3) lanskap yang dilakukan terangkum ke
linguistik bahasa untuk dalam dua
di ruang publik. meningkatkan kategori, yakni
Sejalan dengan penggunaan
134
pemakaian rumah) termasuk adalah (1) pada
bahasa secara iklan lowongan mengklasifikasika Ruang Publik di
atas-bawah (top- kerja. Rentang n data berdasarkan Kota Pekanbaru
down) dan diagonal dari karakteristik dan Berdasarkan
pemakaian kategori pertama kategori; (2) hasil
bahasa secara hingga kategori menentukan
bawah- atas kedua itu bentuk kesalahan; penelitian tentang
(bottom-up). menunjukkan (3) penggunaan
Kategori atas- derajat seberapa mengidentifikasi bahasa pada ruang
bawah resmi dan tak faktor-faktor yang publik di Kota
mencakupi resmi dipakainya memengaruhi; (4) Pekanbaru dapat
pemakaian sebuah bahasa merumuskan dikemukakan
bahasa pada upaya-upaya yang bahwa fenomena
papan tanda METODE dilakukan untuk yang
umum yang PENELITIAN meningkatkan paling
dibuat oleh badan penggunaan
atau lembaga Penelitian ini bahasa Indonesia dominan
pemerintah, adalah penelitian di ruang publik adalah
lembaga publik deskriptif yang secara kuantitatif penggunaan
yang mengurusi menjelaskan dan kualitatif. bahasa asing dan
persoalan agama, objek yang diteliti penggunaan
pemerintahan, secara terperinci PEMBAHASAN bahasa Indonesia
kesehatan, dan mendalam. yang tidak sesuai
pendidikan dan Data dalam Secara umum, teks kaidah.
kebudayaan, penelitian ini (pesan) yang
papan tanda adalah media di terdapat di ruang Penggunaan
nama jalan, dan ruang publik publik dapat Bahasa Asing
maklumat umum; berupa papan dibedakan dalam Fenomena bahasa
sedangkan iklan, kain beberapa kategori, ruang publik di
kategori bawah- rentang, baliho, yaitu iklan, Kota Pekanbaru
atas meliputi dan poster di pengumuman, yang marak terjadi
pemakaian Kota Pekanbaru. imbauan, dewasa ini adalah
bahasa oleh Data peringatan, penggunaan
pemilik dikumpulkan pernyataan, bahasa asing.
kedai/toko dengan cara penamaan, dan Bahasa asing yang
(pakaian, pengamatan ke informasi. mendominasi di
makanan, lapangan dan Pembahasan ini ruang publik
perhiasan), wawancara. mengacu pada adalah bahasa
kantor/pabrik/age Analisis data hasil pengamatan Inggris. Dengan
n swasta, dilakukan dengan dan wawancara frekuensi yang
maklumat pribadi metode yang ditemukan di tidak terlalu tinggi
(sewa/jual mobil/ lapangan. ditemukan juga
penggunaan
deskriptif analitik literatur. Tahap-
Fenomena bahasa Jepang,
dan teknik tahap yang
Cina, Perancis, dan
interpretatif dilakukan sebagai Penggunaan Korea. Pendataan
dengan mengacu langkah kerja
bahasa asing hanya
pada kajian penelitian ini Bahasa sebatas untuk
135
mengetahui usaha, iklan, di instansi bahasa asing di
bahasa asing apa fasilitas publik,
saja yang nama makanan,
ditemukan pada nama kegiatan,
ruang publik di papan iklan,
Kota Pekanbaru. istilah-istilah,
Bahasa kalimat populer,
Inggris informasi, dan
―menyerbu‖ lainnya.
ruang publik di Penggunaan
Kota Pekanbaru bahasa Inggris ini
pada nama badan pemerintah dan ruang publik Kota
cenderung pendidikan juga Pekanbaru dapat
―merajai‖ ruang ditemukan dilihat pada foto
publik di Kota penggunaan berikut
Pekanbaru, bahasa Inggris
bahkan yang cukup
mengalahkan tinggi.
penggunaan Bahkan, di
bahasa Indonesia. ruang yang dinilai
Bahasa sebaiknya
asing di ruang menggunakan
publik terutama bahasa Indonesia
ditemui di juga ditemukan
tempat-tempat penggunaan
umum yang bahasa Inggris.
ditujukan untuk Fenomena ini
golongan tidak otomatis
menengah ke menunjukkan
atas, seperti hotel, kemampuan
restoran, café, masyarakat dalam
mal, tempat berbahasa asing,
hiburan, tempat tetapi lebih pada
wisata, bandar keinginan untuk
udara, dan meningkatkan
lainnya. prestise. Pendapat
Meskipun ini dapat
demikian, bahasa dibuktikan
asing juga
ditemui di dengan
tempat-tempat
umum yang ditemukannya
ditujukan untuk penggunaan
khalayak ramai, bahasa Inggris
seperti toilet yang salah dalam
umum, terminal penulisannya.
bus, pasar, dan Beberapa contoh
lainnya. Bahkan, penggunaan
136
Ketiga masyarakat istilah berbahasa
foto tersebut lebih mengenal Inggris tersebut
merupakan istilah car free lebih dikenal,
contoh betapa day diketahui, dan
maraknya dibandingkan lebih sering
penggunaan Hari Tanpa digunakan
bahasa asing di Kendaraan dibandingkan
Kota Pekanbaru. Bermotor, lebih bahasa Indonesia.
Secara garis sering Berikut ini
besar dapat menggunakan bahasa asing
dikatakan bahwa kata online yang dinilai
bahasa asing daripada daring, tinggi frekuensi
menyerbu ruang serta cukup penggunaannya
akrab dengan di ruang publik di
kata square Kota Pekanbaru,
tetapi tidak meskipun telah
pernah memiliki padanan
mendengar istilah dalam
istilah anggana. bahasa Indonesia.
Artinya, istilah-

Tabel 1
Bahasa Asing di Ruang Publik di
Kota Pekanbaru

Bahasa Asing Bahasa Indonesia Bahasa


Sumber Foto: publik secara Car free day Hari Tanpa Kendaraan Multilevel m
dokumentasi masif yang Bermotor
pribadi Gadget Gawai Network ma
memperlihatkan Launching Peluncuran Branding
sikap atau Downline Lini bawah Soft launchi
pandangan Upline Lini atas Grand launc
masyarakat Smart city Kota pintar, kota cerdas Press confer
terhadap bahasa Square Anggana Press releas
Fly over Jalan layang Underpass
asing, bahasa Drive thru Layanan tanpa turun Install
Indonesia, dan Link Tautan Scan
bahasa daerah. Wireless Nirkabel Database
Selain itu, Device Peranti Preview
terdapat indikasi Hacker Peretas Update
Software Perangkat lunak Netizen
bahwa
masyarakat lebih
mengenal dan
mengetahui
istilah asing
dibandingkan
istilah dalam
bahasa Indonesia.
Sebagai contoh,
137
Hardware Perangkat keras Selfie Swafoto
Online Daring (dalam jaringan) Server Peladen
Offline Luring (luar jaringan) Baby sitter Pramusiwi
Contact person Narahubung Porter Pramubarang
Download Unduh Salesman, salesgirl Pramuniaga
Upload Unggah Roomboy Pramukamar
Office boy Pramukantor Tax free Bebas pajak
Guide Pramuwisata No smoking Dilarang merokok
Rest area Kawasan rehat Silent please Harap tenang

Bahasa asing (Inggris) yang dicantumkan tanda baca meliputi tanda titik, tanda koma,
sebagai contoh pada tabel tersebut lebih tanda titik koma, tanda hubung, tanda pisah,
tinggi penggunaannya dan juga lebih tanda tanya, tanda seru, tanda elipsis, tanda
dikenali oleh masyarakat luas dibandingkan petik, tanda petik tunggal, tanda kurung,
terjemahan atau padanan-nya dalam bahasa tanda kurung siku, tanda garis miring, dan
Indonesia. Artinya, diperlukan upaya keras tanda penyingkatan atau apostrof. Penulisan
melalui edukasi dan publikasi untuk unsur serapan membahas kata atau frasa
menyosialisasikan padanan bahasa asing yang diserap dari bahasa daerah atau asing.
dalam bahasa Indonesia. Pada akhirnya Kesalahan penulisan huruf terutama
diharapkan masyarakat mengenal istilah- pada ketentuan penulisan huruf kapital.
isitilah tersebut dan menggunakannya dalam Penggunaan bahasa Indonesia di ruang
berbagai aktivitas berbahasa, termasuk di publik ditemukan kata-kata yang seharusnya
ruang publik. menggunakan huruf kapital, tetapi ditulis
dengan huruf kecil. Misalnya, huruf pertama
Bahasa Indonesia yang Digunakan unsur nama orang, agama, kitab suci, Tuhan,
Menyalahi Kaidah bahasa, suku bangsa, bangsa, nama geografi,
Selain maraknya penggunaan bahasa asing, negara, lembaga, badan, organisasi,
fenomena kebahasaan di ruang publik Kota dokumen, dan peristiwa, gelar kehormatan,
Pekanbaru lainnya adalah penggunaan keturunan, keagamaan, atau akademik yang
bahasa Indonesia yang tidak sesuai kaidah. diikuti nama orang.
Artinya, bahasa Indonesia yang digunakan Sebaliknya, ketentuan penulisan huruf
mengandung kesalahan atau kekeliruan. lainnya yang sering dilanggar adalah kata
Kesalahan tersebut meliputi ejaan, pilihan tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan
kata, dan kalimat. untuk. Seharusnya kata tugas tersebut ditulis
Penilaian ejaan mengacu pada PUEBI dengan huruf kecil, kenyataannya banyak
yang memuat kaidah penulisan huruf, sekali kata tugas yang ditulis dengan
penulisan kata, penggunaan tanda baca, menggunakan huruf kapital.
penulisan unsur serapan bahasa asing. Kesalahan penulisan kata yang
Penulisan huruf mengatur tentang huruf paling banyak ditemukan adalah penulisan
abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf kata depan di dan ke yang sering disatukan
diftong, gabungan huruf konsonan, huruf dengan kata yang mengikutinya, seharusnya
kapital, huruf miring, dan huruf tebal. ditulis terpisah. Contoh, ditaman dan kekota,
Penulisan kata mencakup kata dasar, kata seharusnya di taman dan ke kota.
berimbuhan, bentuk ulang, gabungan kata, Sebaliknya, awalah di- ditulis terpisah,
pemenggalan kata, kata depan, partikel, seharusnya serangkai dengan kata yang
singkatan dan akronim, angka dan bilangan, mengikutinya. Contoh, di jual seharusnya
kata ganti, dan kata sandang. Penulisan dijual. Kesalahan penulisan kata juga terjadi
pada penulisan kata berimbuhan, misalnya dikontrakan, menunjukan, mempesona,
membalikan, dan menterjemahkan. Contohnya frasa sosial media, seharusnya
Seharusnya ditulis dikontrakkan, diindonesiakan menjadi media sosial; Selera
menunjukkan, memesona, membalikkan, Kampung Restoran seharusnya Restoran
dan menerjemahkan. Selera Kampung; Kedai Berkah Fotokopi
Kesalahan penulisan tanda baca seharusnya Kedai Fotokopi Berkah; Adiba
yang ditemukan di ruang publik, antara lain Burger seharusnya Burger Adiba; dan
penulisan PT. dan RS., seharusnya tidak lainnya.
menggunakan tanda titik. Contoh lain, Pilihan kata atau diksi
penulisan kata dan tanda baca hubungi :, mempertimbangkan ketepatan, kecermatan,
kata hubungi dan titik dua {:} dipisahkan, dan keserasian kata yang digunakan. Pada
seharusnya hubungi:, kata hubungi dan umumnya pilihan kata dimaksudkan untuk
titik dua {:} tidak diberi spasi. ―menjaga‖ informasi yang disampaikan
Kesalahan penulisan unsur serapan agar terkesan lebih tepat, santun, dan sesuai.
dinilai mendominasi bentuk-bentuk Misalnya, frasa warga kurang mampu
kesalahan berbahasa di ruang publik. PUEBI terdengar lebih santun dibandingkan frasa
memuat kaidah ejaan yang diberlakukan warga miskin; tunanetra terdengar lebih
pada unsur bahasa asing dan daerah yang santun dibandingkan orang buta; frasa suku
diserap ke bahasa Indonesia. Contoh: ‘ain ( asli terdengar lebih santun dibandingkan
‫ ع‬Arab) di akhir suku kata menjadi k, frasa suku terasing.
misalnya ruku’ menjadi rukuk. Huruf c di Kesalahan kalimat pada bahasa di
depan a, u, o, dan konsonan menjadi k, ruang publik yang ditemukan adalah
misalnya capital menjadi kapital. Gabungan penggunaan kalimat tidak efektif sehingga
huruf ph dalam bahasa Inggris menjadi f, menimbulkan kerancuan (ambiguitas).
misalnya phrase menjadi frase, paragraph Contoh, kalimat ―Tumbuh tuh ke atas, bukan
menjadi paragraf. ke samping‖, iklan ini dimaknai dengan
Contoh kesalahan penulisan unsur berbagai interpretasi karena kalimat tersebut
serapan pada media ruang publik di Kota dapat menimbulkan keraguan. Maksud iklan
Pekanbaru adalah kata aktifitas, tekhnik, ini sebenarnya adalah pertumbuhan tubuh itu
taxi, kwalitas, photokopi, restaurant, special, hendaknya bertambah tinggi, bukan
propinsi, dan lainnya. Seharusnya unsur bertambah gemuk.
serapan tersebut ditulis sesuai dengan Ruang publik dijadikan sebagai wadah untuk
ketentuan ejaan bahasa Indonesia, yaitu menyampaikan pesan, informasi, atau
aktivitas, teknik, taksi, kualitas, fotokopi, petunjuk kepada khalayak. Alangkah
restoran, spesial, dan provinsi. indahnya jika bahasa yang digunakan untuk
Selain masalah penulisan kata yang penyampaian pesan, informasi, atau
tidak tepat, penamaan yang menggunakan petunjuk tersebut mempertimbangkan
unsur serapan bahasa asing cenderung ―aturan‖ yang berlaku. Sesuai
memakai hukum MD (menerangkan ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-
diterangkan). Bahasa Indonesia Undang Republik Indonesia Nomor 24
menggunakan hukum DM (diterangkan Tahun 2009, informasi di ruang publik
menerangkan). Cukup banyak ditemukan di hendaknya menggunakan bahasa Indonesia
ruang publik penulisan unsur serapan yang yang baik dan benar.
sudah disesuaikan dengan bahasa Indonesia
tetapi masih menggunakan hukum MD.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Menyimak fenomena penggunaan bahasa di
Penggunaan Bahasa di Ruang Publik ruang publik dapat disimpulkan bahwa
terdapat dua permasalahan utama, yaitu
dominasi bahasa asing dan bahasa Indonesia adanya kebanggan dan kesetiaan
yang tidak memenuhi kaidah. menggunakan bahasa Indonesia di ruang
publik.
Faktor yang Memengaruhi Dominasi Sikap dan perilaku berbahasa yang
Bahasa Asing diperlihatkan adalah kecenderungan untuk
Bahasa asing ―merajai‖ ruang publik lebih ―membanggakan‖ bahasa asing
di Indonesia. Apakah hal ini disebabkan dibandingkan bahasa Indonesia. Jika situasi
karena masyarakat lebih mengenal bahasa ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama
asing maka digunakan bahasa asing di dan berkembang dalam skala yang luas,
ruang publik atau karena ruang publik lebih seiring perjalanan waktu disinyalir bahwa
sering menggunakan bahasa asing maka penggunaan bahasa asing di ruang publik
masyarakat lebih mengenal bahasa asing? semakin marak. Diperkirakan ruang publik
Jika ditilik hubungan kausalitas kedua di daerah-daerah terpencil juga akan
pernyataan tersebut dapat dikemukakan terimbas dengan ―kegemaran‖
bahwa masyarakat lebih mengenal bahasa menggunakan bahasa asing.
asing karena ruang publik lebih sering Frekuensi penggunaan bahasa asing di ruang
menggunakan bahasa asing. publik yang sangat tinggi memengaruhi
Lalu, mengapa para ―pembuat teks‖ di sikap dan perilaku berbahasa masyarakat.
ruang publik memilih menggunakan bahasa Dikhawatirkan keadaan ini akan
asing? Berdasarkan jawaban responden memperlemah eksistensi bahasa Indonesia
tentang penyebab penggunaan bahasa asing sebagai bahasa nasional
diperoleh informasi sebagai berikut.
1. Responden tidak mengetahui adanya Faktor yang Memengaruhi Penggunaan
landasan hukum (undang-undang) Bahasa Indonesia yang Tidak Sesuai
penggunaan bahasa Indonesia di ruang Kaidah
publik. Mengacu pada penjelasan tentang kesalahan
2. Responden menganggap bahasa asing penggunaan bahasa Indonesia di ruang
memiliki prestise yang lebih tinggi publik, dapat dikatakan bahwa kaidah
dibandingkan bahasa Indonesia. bahasa Indonesia tidak diperhatikan oleh
3. Responden menilai masyarakat lebih para ―pembuat teks‖ di ruang
tertarik dan menyukai bahasa asing publik. Berdasarkan jawaban responden atas
4. Responden beranggapan istilah asing pertanyaan tentang penyebab kesalahan
lebih umum dipakai. penggunaan bahasa Indonesia diperoleh
Berdasarkan jawaban tersebut, jika informasi sebagai berikut.
dilihat dari faktor pengetahuan dapat 1. Responden tidak mengetahui kaidah
dikatakan bahwa responden tidak memiliki bahasa Indonesia yang baik dan benar.
pengetahuan tentang aturan penggunaan 2. Responden menganggap kaidah bahasa
bahasa Indonesia di ruang publik. Dilihat Indonesia tidak penting dipelajari.
dari faktor sikap, responden bersikap negatif 3. Responden menilai masyarakat tidak
terhadap bahasa Indonesia dengan tidak mempermasalahkan kaidah, yang penting
pesan tersampaikan kepada masyarakat
pembacanya.
Berdasarkan jawaban tersebut, jika
dilihat dari faktor pengetahuan dapat
dikatakan bahwa responden tidak memiliki
pengetahuan tentang kaidah bahasa
Indonesia di ruang publik. Dilihat dari faktor sikap, responden bersikap tidak menyadari
adanya norma penggunaan bahasa Indonesia. nama, meskipun hanya memuat informasi
Sikap dan perilaku berbahasa yang yang sederhana, keberadaannya dapat
diperlihatkan adalah kecenderungan menimbulkan dampak yang berkaitan
―mengabaikan‖ penggunaan dengan eksistensi bahasa. Artinya, bahasa
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sikap berfungsi sebagai penanda wilayah
pengabaian ini dapat berdampak pada masyarakat penuturnya dan pembeda dari
kualitas dan wibawa bahasa Indonesia wilayah penduduk lain yang berbeda
sebagai bahasa negara yang telah memiliki bahasanya.
kaidah baku. Ketika wilayah tersebut dikuasai oleh
Pengaruh buruk yang muncul dari bahasa yang bukan bahasa daerah atau
penggunaan bahasa yang tidak tepat dan bahasa nasionalnya, berarti masyarakat
tidak sesuai di ruang publik adalah penuturnya secara tidak langsung telah
munculnya sikap negatif masyarakat dan menanamkan penanda yang bukan milik
orang asing terhadap bahasa Indonesia. mereka. Dalam hal ini telah terjadi
Bahasa Indonesia dinilai tidak bermutu dan pembiaran yang perlahan namun pasti
belum memiliki kaidah yang mengatur mengikis penanda lokal yang seharusnya
penggunaannya, tentu saja penilaian ini akan menjadi identitas etnik atau penanda
menurunkan prestise bahasa Indonesia. nasional yang menunjukkan identitas
Berdasarkan jawaban responden tentang bangsa.
penggunaan bahasa Indonesia di ruang Fungsi simbolis berdampak pada
publik dapat dikemukakan bahwa fenomena perasaan sebagai bagian kelompok itu.
penggunaan bahasa yang terjadi adalah Artinya, kehadiran atau ketidakhadiran
dominasi bahasa asing dan bahasa Indonesia bahasa sebuah kelompok pada papan jalan
yang tidak memenuhi kaidah. Penyebab memengaruhi kedekatan dan kebanggaan
utama terjadinya kondisi tersebut adalah seseorang pada bangsanya. Fungsi simbolis
pengetahuan dan sikap ―pembuat teks‖ pada juga erat kaitannya dengan keterwakilan
nama badan usaha, iklan, fasilitas publik, identitas sebuah etnis dalam suatu bangsa.
nama makanan, nama kegiatan, papan iklan, Persaingan bahasa nasional dengan
istilah-istilah, kalimat populer, informasi, bahasa asing dan berkurangnya loyalitas
dan lainnya di ruang publik masyarakat pada bahasa nasional
berdampak pada menurunnya fungsi
Lanskap Linguistik Bahasa Ruang Publik simbolis bahasa Indonesia.
Lanskap linguistik berkaitan dengan situasi Berdasarkan hasil penelitian yang
dan fakta kebahasaan tertulis yang ada memperlihatkan bahwa ruang publik di Kota
dalam sebuah kawasan, tempat, ataupun Pekanbaru dewasa ini marak dengan bahasa
ruang sosial (Landry dan Bourhis (1997, asing, fungsi informasional lanskap
hlm.25). Lebih lanjut Landry dan Bourhis linguistiknya adalah penggunaan bahasa
mengemukakan bahwa LL memiliki dua asing memudarkan penanda nasional.
fungsi, yaitu fungsi informasional dan fungsi Fungsi simbolis bahasa ruang publik di Kota
simbolis. Pekanbaru menunjukkan menurunnya
Fungsi informasional memberi makna nasionalisme masyarakat terhadap bahasa
penanda yang membedakan wilayah Negara.
geografis penduduk yang memberikan
bahasa pada nama tempat itu. Sebuah papan
Upaya Peningkatan Bahasa Indonesia di publik dipengaruhi oleh pengetahuan
Ruang Publik kebahasaan bahasa (Susanti dan Agustini,
Pemilihan bahasa yang digunakan di ruang 2016) dan sikap (Syarfina, 2015). Menurut
Reber (2010), pengetahuan dalam makna sampai pada pemanfaatan media sosial dan
kolektif merupakan kumpulan informasi ruang publik. Bentuk pesan yang
yang dimiliki oleh seseorang, kelompok, disampaikan juga dapat divariasikan sesuai
atau budaya tertentu; secara umum dengan sasaran dan isi pesan, bisa
pengetahuan merupakan komponen- menggunakan teks tertulis, gambar, audio
komponen mental yang dihasilkan dari visual, dan lainnya.
semua proses apa pun, bawaan lahir ataupun Upaya meningkatkan komponen
dicapai melalui pengalaman. afektif disesuaikan dengan situasi yang
Sikap bahasa, menurut Garvin dan terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia
Matthiot (Fishman, 1972), dapat dirumuskan di ruang publik. Menyimak kasus
dalam tiga ciri sikap, yaitu kesetiaan bahasa, penggunaan bahasa publik di atas dapat
kebanggaan bahasa, dan kesadaran adanya dikatakan bahwa responden bersikap negatif
norma bahasa. Lambert (1967) menyatakan terhadap bahasa Indonesia dan bersikap
bahwa sikap itu terdiri dari tiga komponen, positif terhadap bahasa asing. Berarti, secara
yaitu komponen kognitif, komponen afektif, sederhana dapat dikatakan bahwa upaya
dan komponen konatif. yang harus dilakukan adalah menanamkan
Mengacu pada pendapat Lambert sikap positif.
(1967), berarti upaya untuk Menurut Kridalaksana (2001, hlm.
―memperbaiki‖ kondisi tersebut harus 197), sikap bahasa adalah posisi mental atau
―menyentuh‖ komponen kognitif, komponen perasaan terhadap bahasa sendiri atau bahasa
afektif, dan komponen konatif. Komponen orang lain. Sikap responden terhadap bahasa
kognitif berhubungan dengan pengetahuan diwujudkan dalam bentuk perilaku positif
kebahasaan dan informasi yang berkaitan; atau negatif yang diperlihatkan secara jelas.
komponen afektif menyangkut masalah Sikap bahasa itu dapat dikelompokkan
penilaian baik, suka atau tidak suka, menjadi dua bagian, yaitu sikap terhadap
terhadap bahasa Indonesia; dan komponen bahasa dan sikap berbahasa. Sikap terhadap
konatif menyangkut perilaku atau perbuatan bahasa penekanannya tertuju pada tanggung
sebagai ―putusan akhir‖ kesiapan jawab dan penghargaannya terhadap bahasa,
reaktif terhadap suatu keadaan. sedangkan sikap berbahasa ditekankan pada
Dengan demikian, upaya yang dapat kesadaran diri dalam menggunakan bahasa
dilakukan untuk meningkatkan komponen secara tertib (Pateda, 1987, hlm. 30).
kognitif adalah (1) penyebarluasan informasi Dominasi bahasa asing dan bahasa
kebahasaan dan peraturan yang berlaku Indonesia yang tidak mematuhi kaidah di
secara terbuka dan menyeluruh dan (2) ruang publik menunjukkan kurangnya
penyuluhan bahasa yang bersifat kontinu dan tanggung jawab dan penghargaan
luas, dilaksanakan secara berkesinambungan ―masyarakat‖ terhadap bahasa
dan ―menyentuh‖ berbagai nasional. Selain itu, kondisi ini juga
kalangan. Penyebarluasan informasi dan mencerminkan kurangnya kesadaran
penyuluhan dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa secara tertib.
berbagai cara dan media, mulai dari Dikaitkan dengan ciri sikap bahasa
kegiatan tatap muka dapat dikatakan bahwa masyarakat
pengguna bahasa di ruang publik tidak
memiliki kesetiaan bahasa (language
loyalty), kebanggaan bahasa (language
pride), dan kesadaran adanya norma bahasa
(awareness of the norm). Kesetiaan bahasa
mendorong masyarakat suatu bahasa mempertahankan bahasanya dan apabila
perlu mencegah adanya pengaruh bahasa organisasi pergerakan nasional yang
lain; kebanggaan bahasa mendorong orang menuntut kemerdekaan dan sistem
mengembangkan bahasanya dan pemerintahan negara bangsa yang
menggunakannya sebagai lambang identitas demokratis. Hal ini menyiratkan bahwa
dan kesatuan masyarakat; dan kesadaran nasionalisme di Indonesia merupakan
adanya norma bahasa mendorong orang sesuatu yang hidup, yang bergerak terus
menggunakan bahasanya dengan cermat dan secara dinamis seiring dengan
santun. perkembangan masyarakat, bahkan sampai
Berdasarkan penjelasan tersebut sekarang Makna nasionalisme sendiri tidak
dipandang perlu untuk meningkatkan statis, tetapi dinamis mengikuti bergulirnya
nasiolisme masyarakat yang disinyalir masyarakat dalam waktu.
semakin menurun di era global ini. Nasionalisme sangat penting
Nasionalisme didefinisikan sebagai paham terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara
(ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara karena merupakan wujud kecintaan dan
sendiri. Definisi lain dari nasionalisme kehormatan terhadap bangsa sendiri.
adalah kesadaran keanggotaan dalam suatu Dikaitkan dengan penggunaan bahasa di
bangsa yang secara potensial atau aktual ruang publik hendaknya masyarakat
bersama-sama mencapai, mempertahankan, mencintai dan menghormati bahasa
dan mengabadikan identitas, integritas, Indonesia. Dengan demikian eksistensi dan
kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu. prestise bahasa Indonesia terawat dan terjaga
Nasionalisme juga berarti semangat dalam kehidupan masyarakat. Secara
kebangsaan (KBBI, 2016). sederhana sketsa penggunaan bahasa
Nasionalisme di Indonesia lahir dan mulai Indonesia pada ruang publik di Kota
tumbuh pada awal abad ke-20, seiring Pekanbaru dapat digambarkan sebagai
dengan lahir dan tumbuhnya berbagai bentuk berikut.

Penggunaan bahasa di ruang publik

Dominasi bahasa asing Tidak sesuai kaidah BI

Pengetahuan
Sikap

Nasionalisme

Peningkatan kuantitas dan kualitas penggunaan BI di ruang publik

Prestise BI

Sketsa 1 Penggunaan Bahasa di Ruang Publik di Kota Pekanbaru


Nasionalisme adalah rasa cinta pada ditumbuhkan adalah rasa cinta bahasa
tanah air, ras, bahasa, atau budaya bangsa Indonesia.
sendiri. Dalam ―kasus‖ penggunaan Penumbuhan rasa cinta pada bahasa
bahasa di ruang publik yang harus Indonesia diawali dengan meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang bahasa PENUTUP
Indonesia, menjelaskan pentingnya bahasa
negara bagi suatu bangsa, dan menanamkan Fenomena penggunaan bahasa pada ruang
pemahaman urgensi bahasa nasional bagi publik di Kota Pekanbaru didominasi oleh
bangsa multikultural. Pengetahuan tadi penggunaan bahasa asing dan bahasa
diwujudkan dalam bentuk tindakanyaitu Indonesia yang tidak sesuai kaidah.
menggunakan bahasa Indonesia yang baik Kesalahan penulisan bahasa Indonesia yang
dan benar di ruang publik. ditemukan mencakup kesalahan ejaan, kata,
Tindakan yang dilakukan terus tanda baca, unsur serapan, pilihan kata, dan
menerus akan menjadi kebiasaan sehingga kalimat.
menumbuhkan kebanggaan, kesetiaan, dan Faktor-faktor yang memengaruhi kedua
kesadaran akan norma bahasa. Jika ini sudah kondisi tersebut adalah responden tidak
terjadi, berarti sikap negatif terhadap bahasa mengetahui adanya landasan hukum
Indonesia mulai memudar. Upaya yang terus (undang-undang) penggunaan bahasa
menerus dan berkesinambungan akan Indonesia di ruang publik dan tidak
menumbuhkan nasionalisme. mengetahui kaidah bahasa Indonesia yang
Nasiolisme masyarakat terhadap baik dan benar. Selain itu, responden
bahasa Indonesia harus ditumbuhkan dengan bersikap positif terhadap bahasa asing dan
meningkatkan kebanggaan dan kesetiaan cenderung bersikap negatif terhadap bahasa
menggunakan bahasa Indonesia, serta Indonesia
menumbuhkan kesadaran adanya norma
bahasa. Penerapan ketiga aspek tersebut DAFTAR PUSTAKA
akan berpengaruh pada prestise bahasa
Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan
Jika masyarakat bangga, setia, dan Bahasa. (2016). Kamus besar bahasa
benar dalam berbahasa; maka prestise Indonesia. Jakarta: Badan
bahasa Indonesia akan meningkat. Prestise Pengembangan dan Pembinaan
adalah sebuah kehormatan, wibawa, dan Bahasa, Kemendikbud.
kemampuan yang dimiliki seseorang atau Badan Pengembangan dan Pembinaan
sesuatu yang membuatnya menjadi berbeda. Bahasa. (2016). Pedoman umum ejaan
Sikap dan perilaku berbahasa masyarakat di bahasa Indonesia. Jakarta: Badan
ruang publik yang mengedepankan bahasa Pengembangan dan Pembinaan
Indonesia akan menaikkan prestise bahasa Bahasa, Kemendikbud.
Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa Ben-Rafael, Eliezer, Elana Shohamy,
nasional di negeri sendiri. Muhammad Hasan Amara, dan Nira
Trumper-Hecht. 2006. Linguistic
Landscape as Symbolic Construction
of the Public Space: The Case of
Israel. International Journal of
Multilingualism 3, no. 1 (April): 7–30.
Carmona, M. etc. (2003). Public space,
urban space: The dimensions of urban
design. Oxford: Architectura Press
Dasuki, S. (2015). Pemakaian bahasa
Indonesia dalam ruang publik di Kota
Surakarta. Seminar Nasional
Pendidikan Bahasa Indonesia 2015, 255-266.
Erika, F. (2018). Konsep Lanskap Linguistik asing di ruang publik. Jurnal
pada Papan Nama Jalan Kerajaan Metalingua 13 (1), Juni 2015 (77-86).
(Rajamarga): Studi Kasus Kota Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Yogyakarta. Paradigma Jurnal Kajian 29 Tahun 2004 tentang Bendera,
Budaya 8 (1). 38–52 Bahasa, dan Lambang Negara, serta
Fishman, J.A. (1972). Reading in the Lagu Kebangsaan.
Sociology of language. Mouton: The Warung, Y.E. (2015). Menjaga integritas
Haque. bahasa Indonesia di ruang publik.
Khasanah, I. dkk (2015). Fenomena Makalah Konferensi Nasional Bahasa
penggunaan bahasa asing dalam dan Sastra Indonesia III, 2015
penamaan bisnis kuliner di Kawasan Semarang.
Soekarno Hatta Kota Malang. Jurnal
Lingkar Widyaiswara 2 (1), 1-11.
Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lambert, W.E. (1967). A Social Psychology
of Bilingualism. Journal of Social
Issues 23 (2): 91-109. Online 14 April
2010
Landry, R. dan Richard Y. Bourhis. 1997.
Linguistic Landscape and
Ethnolinguistic Vitality: An Empirical
Study. Journal of Language and Social
Psychology 16, no. 1: 23–49.
Pateda, M. (1987). Sosiolinguistik. Bandung:
Angkasa.
Puzey, Guy. 2016. Linguistic Landscapes.
Dalam The Oxford of Handbook of
Names and Naming, ed. Carole
Hough, 476–496. Oxford: Oxford
University Press
Reber, S.A. (2010). Kamus Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sukmawati, Nurhayati, dan Iswary. (tt).
Penggunaan bahasa Indonesia pada
informasi layanan umum dan layanan
niaga di Kota Kendari. Makalah.
Susanti, R. dan Agustini, D. (2016). Analisis
kesalahan berbahasa pada penulisan
iklan luar ruang di Kota Surakarta.
Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa
Surakarta 2 (5), 46-68.
Syarfina, T. (2015). Sikap masyarakat
Medan terhadap penggunaan bahasa

You might also like