Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Media Ruang Publik Di Kota Pekanbaru
Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Media Ruang Publik Di Kota Pekanbaru
Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Media Ruang Publik Di Kota Pekanbaru
DI KOTA PEKANBARU
(The Use of Indonesian Language in Public Area in Pekanbaru City)
Fatmahwati A
Balai Bahasa Riau
Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Kampus Binawidya Unri, Panam, Simpang Baru,
Tampan, Kota Pekanbaru, Riau 28292, Indonesia
Pos-el: [email protected]
Abstract
This paper discusses use of Indonesian at public places in Kota Pekanbaru and this study aims to describe
use of the language at public places and influencing actors. By using the descriptive analytic method and
interpretative technique, data were analyzed with reference to literature review. The data of this study are
words, phrases, and sentences used at public places media such as billboards, banners, and posters. The
data are collected through observation and interview. The research findings reveal the most dominant
phenomenon is the use of foreign languages and the use of Indonesian language that does not meet rules
of Indonesian. The reasons for using foreign languages are: (1) respondents do not know that there is a
regulation stipulating the use of Indonesian at public places, (2) they assume foreign languages have
higher prestige, (3) they believe people like foreign languages better than Indonesian, and (4) they
assume foreign terms are more commonly used. The reasons for misuse of Indonesian rules are: (1)
respondents do not know Indonesian rules, (2) they assume Indonesian rules are not important, and (3)
they believe that people do not cencern with the language rules. In addition, they tend to ignore rules of
Indonesian. The linguistic landscape of the language of public spaces in Pekanbaru City informationally
and symbolically shows that the existence of Indonesian is increasingly fading with the rise of the
use of foreign languages.
Keywords: language use, public places, Pekanbaru City
Abstrak
Tulisan ini membahas penggunaan bahasa di ruang publik di Kota Pekanbaru dan bertujuan untuk
mendeskripsikan fenomena penggunaan bahasa di ruang publik dan faktor-faktor yang memengaruhi.
Dengan menggunakan metode deskriptif analitik dan teknik interpretatif, data dianalisis dengan mengacu
pada kajian literatur. Data dalam penelitian ini adalah bahasa yang terdapat pada media ruang publik di
Kota Pekanbaru berupa papan iklan, kain rentang, baliho, dan poster. Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi dan wawancara. Ternyata, fenomena yang paling dominan adalah penggunaan bahasa asing dan
penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai kaidah. Alasan responden menggunakan bahasa asing
adalah: (1) tidak mengetahui adanya landasan hukum (undang-undang) penggunaan bahasa Indonesia di
ruang publik, (2) menganggap bahasa asing memiliki prestise yang lebih tinggi, (3) menilai masyarakat
lebih tertarik dan menyukai bahasa asing, dan (4) menganggap istilah asing lebih umum dipakai.
Penyebab kesalahan penggunaan bahasa Indonesia adalah: (1) tidak mengetahui kaidah bahasa Indonesia
yang baik dan benar, (2) menganggap kaidah bahasa Indonesia tidak penting dipelajari, dan (3) menilai
masyarakat tidak mempermasalahkan kaidah. Mengacu pada jawaban tersebut, jika dilihat dari faktor
pengetahuan dapat dikatakan bahwa pengetahuan tentang kaidah bahasa Indonesia responden kurang
positif. Dilihat dari faktor sikap, responden bersikap tidak menyadari adanya norma penggunaan bahasa
Indonesia. Lanskap linguistik bahasa ruang publik di Kota Pekanbaru secara informasional dan simbolis
1
Suar Bétang, Vol.13, No.2, Edisi Desember, 2018: 131—144
menunjukkan bahwa eksistensi bahasa Indonesia semakin memudar dengan maraknya penggunaan bahasa
asing.
Tabel 1
Bahasa Asing di Ruang Publik di
Kota Pekanbaru
Bahasa asing (Inggris) yang dicantumkan tanda baca meliputi tanda titik, tanda koma,
sebagai contoh pada tabel tersebut lebih tanda titik koma, tanda hubung, tanda pisah,
tinggi penggunaannya dan juga lebih tanda tanya, tanda seru, tanda elipsis, tanda
dikenali oleh masyarakat luas dibandingkan petik, tanda petik tunggal, tanda kurung,
terjemahan atau padanan-nya dalam bahasa tanda kurung siku, tanda garis miring, dan
Indonesia. Artinya, diperlukan upaya keras tanda penyingkatan atau apostrof. Penulisan
melalui edukasi dan publikasi untuk unsur serapan membahas kata atau frasa
menyosialisasikan padanan bahasa asing yang diserap dari bahasa daerah atau asing.
dalam bahasa Indonesia. Pada akhirnya Kesalahan penulisan huruf terutama
diharapkan masyarakat mengenal istilah- pada ketentuan penulisan huruf kapital.
isitilah tersebut dan menggunakannya dalam Penggunaan bahasa Indonesia di ruang
berbagai aktivitas berbahasa, termasuk di publik ditemukan kata-kata yang seharusnya
ruang publik. menggunakan huruf kapital, tetapi ditulis
dengan huruf kecil. Misalnya, huruf pertama
Bahasa Indonesia yang Digunakan unsur nama orang, agama, kitab suci, Tuhan,
Menyalahi Kaidah bahasa, suku bangsa, bangsa, nama geografi,
Selain maraknya penggunaan bahasa asing, negara, lembaga, badan, organisasi,
fenomena kebahasaan di ruang publik Kota dokumen, dan peristiwa, gelar kehormatan,
Pekanbaru lainnya adalah penggunaan keturunan, keagamaan, atau akademik yang
bahasa Indonesia yang tidak sesuai kaidah. diikuti nama orang.
Artinya, bahasa Indonesia yang digunakan Sebaliknya, ketentuan penulisan huruf
mengandung kesalahan atau kekeliruan. lainnya yang sering dilanggar adalah kata
Kesalahan tersebut meliputi ejaan, pilihan tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan
kata, dan kalimat. untuk. Seharusnya kata tugas tersebut ditulis
Penilaian ejaan mengacu pada PUEBI dengan huruf kecil, kenyataannya banyak
yang memuat kaidah penulisan huruf, sekali kata tugas yang ditulis dengan
penulisan kata, penggunaan tanda baca, menggunakan huruf kapital.
penulisan unsur serapan bahasa asing. Kesalahan penulisan kata yang
Penulisan huruf mengatur tentang huruf paling banyak ditemukan adalah penulisan
abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf kata depan di dan ke yang sering disatukan
diftong, gabungan huruf konsonan, huruf dengan kata yang mengikutinya, seharusnya
kapital, huruf miring, dan huruf tebal. ditulis terpisah. Contoh, ditaman dan kekota,
Penulisan kata mencakup kata dasar, kata seharusnya di taman dan ke kota.
berimbuhan, bentuk ulang, gabungan kata, Sebaliknya, awalah di- ditulis terpisah,
pemenggalan kata, kata depan, partikel, seharusnya serangkai dengan kata yang
singkatan dan akronim, angka dan bilangan, mengikutinya. Contoh, di jual seharusnya
kata ganti, dan kata sandang. Penulisan dijual. Kesalahan penulisan kata juga terjadi
pada penulisan kata berimbuhan, misalnya dikontrakan, menunjukan, mempesona,
membalikan, dan menterjemahkan. Contohnya frasa sosial media, seharusnya
Seharusnya ditulis dikontrakkan, diindonesiakan menjadi media sosial; Selera
menunjukkan, memesona, membalikkan, Kampung Restoran seharusnya Restoran
dan menerjemahkan. Selera Kampung; Kedai Berkah Fotokopi
Kesalahan penulisan tanda baca seharusnya Kedai Fotokopi Berkah; Adiba
yang ditemukan di ruang publik, antara lain Burger seharusnya Burger Adiba; dan
penulisan PT. dan RS., seharusnya tidak lainnya.
menggunakan tanda titik. Contoh lain, Pilihan kata atau diksi
penulisan kata dan tanda baca hubungi :, mempertimbangkan ketepatan, kecermatan,
kata hubungi dan titik dua {:} dipisahkan, dan keserasian kata yang digunakan. Pada
seharusnya hubungi:, kata hubungi dan umumnya pilihan kata dimaksudkan untuk
titik dua {:} tidak diberi spasi. ―menjaga‖ informasi yang disampaikan
Kesalahan penulisan unsur serapan agar terkesan lebih tepat, santun, dan sesuai.
dinilai mendominasi bentuk-bentuk Misalnya, frasa warga kurang mampu
kesalahan berbahasa di ruang publik. PUEBI terdengar lebih santun dibandingkan frasa
memuat kaidah ejaan yang diberlakukan warga miskin; tunanetra terdengar lebih
pada unsur bahasa asing dan daerah yang santun dibandingkan orang buta; frasa suku
diserap ke bahasa Indonesia. Contoh: ‘ain ( asli terdengar lebih santun dibandingkan
عArab) di akhir suku kata menjadi k, frasa suku terasing.
misalnya ruku’ menjadi rukuk. Huruf c di Kesalahan kalimat pada bahasa di
depan a, u, o, dan konsonan menjadi k, ruang publik yang ditemukan adalah
misalnya capital menjadi kapital. Gabungan penggunaan kalimat tidak efektif sehingga
huruf ph dalam bahasa Inggris menjadi f, menimbulkan kerancuan (ambiguitas).
misalnya phrase menjadi frase, paragraph Contoh, kalimat ―Tumbuh tuh ke atas, bukan
menjadi paragraf. ke samping‖, iklan ini dimaknai dengan
Contoh kesalahan penulisan unsur berbagai interpretasi karena kalimat tersebut
serapan pada media ruang publik di Kota dapat menimbulkan keraguan. Maksud iklan
Pekanbaru adalah kata aktifitas, tekhnik, ini sebenarnya adalah pertumbuhan tubuh itu
taxi, kwalitas, photokopi, restaurant, special, hendaknya bertambah tinggi, bukan
propinsi, dan lainnya. Seharusnya unsur bertambah gemuk.
serapan tersebut ditulis sesuai dengan Ruang publik dijadikan sebagai wadah untuk
ketentuan ejaan bahasa Indonesia, yaitu menyampaikan pesan, informasi, atau
aktivitas, teknik, taksi, kualitas, fotokopi, petunjuk kepada khalayak. Alangkah
restoran, spesial, dan provinsi. indahnya jika bahasa yang digunakan untuk
Selain masalah penulisan kata yang penyampaian pesan, informasi, atau
tidak tepat, penamaan yang menggunakan petunjuk tersebut mempertimbangkan
unsur serapan bahasa asing cenderung ―aturan‖ yang berlaku. Sesuai
memakai hukum MD (menerangkan ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-
diterangkan). Bahasa Indonesia Undang Republik Indonesia Nomor 24
menggunakan hukum DM (diterangkan Tahun 2009, informasi di ruang publik
menerangkan). Cukup banyak ditemukan di hendaknya menggunakan bahasa Indonesia
ruang publik penulisan unsur serapan yang yang baik dan benar.
sudah disesuaikan dengan bahasa Indonesia
tetapi masih menggunakan hukum MD.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Menyimak fenomena penggunaan bahasa di
Penggunaan Bahasa di Ruang Publik ruang publik dapat disimpulkan bahwa
terdapat dua permasalahan utama, yaitu
dominasi bahasa asing dan bahasa Indonesia adanya kebanggan dan kesetiaan
yang tidak memenuhi kaidah. menggunakan bahasa Indonesia di ruang
publik.
Faktor yang Memengaruhi Dominasi Sikap dan perilaku berbahasa yang
Bahasa Asing diperlihatkan adalah kecenderungan untuk
Bahasa asing ―merajai‖ ruang publik lebih ―membanggakan‖ bahasa asing
di Indonesia. Apakah hal ini disebabkan dibandingkan bahasa Indonesia. Jika situasi
karena masyarakat lebih mengenal bahasa ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama
asing maka digunakan bahasa asing di dan berkembang dalam skala yang luas,
ruang publik atau karena ruang publik lebih seiring perjalanan waktu disinyalir bahwa
sering menggunakan bahasa asing maka penggunaan bahasa asing di ruang publik
masyarakat lebih mengenal bahasa asing? semakin marak. Diperkirakan ruang publik
Jika ditilik hubungan kausalitas kedua di daerah-daerah terpencil juga akan
pernyataan tersebut dapat dikemukakan terimbas dengan ―kegemaran‖
bahwa masyarakat lebih mengenal bahasa menggunakan bahasa asing.
asing karena ruang publik lebih sering Frekuensi penggunaan bahasa asing di ruang
menggunakan bahasa asing. publik yang sangat tinggi memengaruhi
Lalu, mengapa para ―pembuat teks‖ di sikap dan perilaku berbahasa masyarakat.
ruang publik memilih menggunakan bahasa Dikhawatirkan keadaan ini akan
asing? Berdasarkan jawaban responden memperlemah eksistensi bahasa Indonesia
tentang penyebab penggunaan bahasa asing sebagai bahasa nasional
diperoleh informasi sebagai berikut.
1. Responden tidak mengetahui adanya Faktor yang Memengaruhi Penggunaan
landasan hukum (undang-undang) Bahasa Indonesia yang Tidak Sesuai
penggunaan bahasa Indonesia di ruang Kaidah
publik. Mengacu pada penjelasan tentang kesalahan
2. Responden menganggap bahasa asing penggunaan bahasa Indonesia di ruang
memiliki prestise yang lebih tinggi publik, dapat dikatakan bahwa kaidah
dibandingkan bahasa Indonesia. bahasa Indonesia tidak diperhatikan oleh
3. Responden menilai masyarakat lebih para ―pembuat teks‖ di ruang
tertarik dan menyukai bahasa asing publik. Berdasarkan jawaban responden atas
4. Responden beranggapan istilah asing pertanyaan tentang penyebab kesalahan
lebih umum dipakai. penggunaan bahasa Indonesia diperoleh
Berdasarkan jawaban tersebut, jika informasi sebagai berikut.
dilihat dari faktor pengetahuan dapat 1. Responden tidak mengetahui kaidah
dikatakan bahwa responden tidak memiliki bahasa Indonesia yang baik dan benar.
pengetahuan tentang aturan penggunaan 2. Responden menganggap kaidah bahasa
bahasa Indonesia di ruang publik. Dilihat Indonesia tidak penting dipelajari.
dari faktor sikap, responden bersikap negatif 3. Responden menilai masyarakat tidak
terhadap bahasa Indonesia dengan tidak mempermasalahkan kaidah, yang penting
pesan tersampaikan kepada masyarakat
pembacanya.
Berdasarkan jawaban tersebut, jika
dilihat dari faktor pengetahuan dapat
dikatakan bahwa responden tidak memiliki
pengetahuan tentang kaidah bahasa
Indonesia di ruang publik. Dilihat dari faktor sikap, responden bersikap tidak menyadari
adanya norma penggunaan bahasa Indonesia. nama, meskipun hanya memuat informasi
Sikap dan perilaku berbahasa yang yang sederhana, keberadaannya dapat
diperlihatkan adalah kecenderungan menimbulkan dampak yang berkaitan
―mengabaikan‖ penggunaan dengan eksistensi bahasa. Artinya, bahasa
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sikap berfungsi sebagai penanda wilayah
pengabaian ini dapat berdampak pada masyarakat penuturnya dan pembeda dari
kualitas dan wibawa bahasa Indonesia wilayah penduduk lain yang berbeda
sebagai bahasa negara yang telah memiliki bahasanya.
kaidah baku. Ketika wilayah tersebut dikuasai oleh
Pengaruh buruk yang muncul dari bahasa yang bukan bahasa daerah atau
penggunaan bahasa yang tidak tepat dan bahasa nasionalnya, berarti masyarakat
tidak sesuai di ruang publik adalah penuturnya secara tidak langsung telah
munculnya sikap negatif masyarakat dan menanamkan penanda yang bukan milik
orang asing terhadap bahasa Indonesia. mereka. Dalam hal ini telah terjadi
Bahasa Indonesia dinilai tidak bermutu dan pembiaran yang perlahan namun pasti
belum memiliki kaidah yang mengatur mengikis penanda lokal yang seharusnya
penggunaannya, tentu saja penilaian ini akan menjadi identitas etnik atau penanda
menurunkan prestise bahasa Indonesia. nasional yang menunjukkan identitas
Berdasarkan jawaban responden tentang bangsa.
penggunaan bahasa Indonesia di ruang Fungsi simbolis berdampak pada
publik dapat dikemukakan bahwa fenomena perasaan sebagai bagian kelompok itu.
penggunaan bahasa yang terjadi adalah Artinya, kehadiran atau ketidakhadiran
dominasi bahasa asing dan bahasa Indonesia bahasa sebuah kelompok pada papan jalan
yang tidak memenuhi kaidah. Penyebab memengaruhi kedekatan dan kebanggaan
utama terjadinya kondisi tersebut adalah seseorang pada bangsanya. Fungsi simbolis
pengetahuan dan sikap ―pembuat teks‖ pada juga erat kaitannya dengan keterwakilan
nama badan usaha, iklan, fasilitas publik, identitas sebuah etnis dalam suatu bangsa.
nama makanan, nama kegiatan, papan iklan, Persaingan bahasa nasional dengan
istilah-istilah, kalimat populer, informasi, bahasa asing dan berkurangnya loyalitas
dan lainnya di ruang publik masyarakat pada bahasa nasional
berdampak pada menurunnya fungsi
Lanskap Linguistik Bahasa Ruang Publik simbolis bahasa Indonesia.
Lanskap linguistik berkaitan dengan situasi Berdasarkan hasil penelitian yang
dan fakta kebahasaan tertulis yang ada memperlihatkan bahwa ruang publik di Kota
dalam sebuah kawasan, tempat, ataupun Pekanbaru dewasa ini marak dengan bahasa
ruang sosial (Landry dan Bourhis (1997, asing, fungsi informasional lanskap
hlm.25). Lebih lanjut Landry dan Bourhis linguistiknya adalah penggunaan bahasa
mengemukakan bahwa LL memiliki dua asing memudarkan penanda nasional.
fungsi, yaitu fungsi informasional dan fungsi Fungsi simbolis bahasa ruang publik di Kota
simbolis. Pekanbaru menunjukkan menurunnya
Fungsi informasional memberi makna nasionalisme masyarakat terhadap bahasa
penanda yang membedakan wilayah Negara.
geografis penduduk yang memberikan
bahasa pada nama tempat itu. Sebuah papan
Upaya Peningkatan Bahasa Indonesia di publik dipengaruhi oleh pengetahuan
Ruang Publik kebahasaan bahasa (Susanti dan Agustini,
Pemilihan bahasa yang digunakan di ruang 2016) dan sikap (Syarfina, 2015). Menurut
Reber (2010), pengetahuan dalam makna sampai pada pemanfaatan media sosial dan
kolektif merupakan kumpulan informasi ruang publik. Bentuk pesan yang
yang dimiliki oleh seseorang, kelompok, disampaikan juga dapat divariasikan sesuai
atau budaya tertentu; secara umum dengan sasaran dan isi pesan, bisa
pengetahuan merupakan komponen- menggunakan teks tertulis, gambar, audio
komponen mental yang dihasilkan dari visual, dan lainnya.
semua proses apa pun, bawaan lahir ataupun Upaya meningkatkan komponen
dicapai melalui pengalaman. afektif disesuaikan dengan situasi yang
Sikap bahasa, menurut Garvin dan terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia
Matthiot (Fishman, 1972), dapat dirumuskan di ruang publik. Menyimak kasus
dalam tiga ciri sikap, yaitu kesetiaan bahasa, penggunaan bahasa publik di atas dapat
kebanggaan bahasa, dan kesadaran adanya dikatakan bahwa responden bersikap negatif
norma bahasa. Lambert (1967) menyatakan terhadap bahasa Indonesia dan bersikap
bahwa sikap itu terdiri dari tiga komponen, positif terhadap bahasa asing. Berarti, secara
yaitu komponen kognitif, komponen afektif, sederhana dapat dikatakan bahwa upaya
dan komponen konatif. yang harus dilakukan adalah menanamkan
Mengacu pada pendapat Lambert sikap positif.
(1967), berarti upaya untuk Menurut Kridalaksana (2001, hlm.
―memperbaiki‖ kondisi tersebut harus 197), sikap bahasa adalah posisi mental atau
―menyentuh‖ komponen kognitif, komponen perasaan terhadap bahasa sendiri atau bahasa
afektif, dan komponen konatif. Komponen orang lain. Sikap responden terhadap bahasa
kognitif berhubungan dengan pengetahuan diwujudkan dalam bentuk perilaku positif
kebahasaan dan informasi yang berkaitan; atau negatif yang diperlihatkan secara jelas.
komponen afektif menyangkut masalah Sikap bahasa itu dapat dikelompokkan
penilaian baik, suka atau tidak suka, menjadi dua bagian, yaitu sikap terhadap
terhadap bahasa Indonesia; dan komponen bahasa dan sikap berbahasa. Sikap terhadap
konatif menyangkut perilaku atau perbuatan bahasa penekanannya tertuju pada tanggung
sebagai ―putusan akhir‖ kesiapan jawab dan penghargaannya terhadap bahasa,
reaktif terhadap suatu keadaan. sedangkan sikap berbahasa ditekankan pada
Dengan demikian, upaya yang dapat kesadaran diri dalam menggunakan bahasa
dilakukan untuk meningkatkan komponen secara tertib (Pateda, 1987, hlm. 30).
kognitif adalah (1) penyebarluasan informasi Dominasi bahasa asing dan bahasa
kebahasaan dan peraturan yang berlaku Indonesia yang tidak mematuhi kaidah di
secara terbuka dan menyeluruh dan (2) ruang publik menunjukkan kurangnya
penyuluhan bahasa yang bersifat kontinu dan tanggung jawab dan penghargaan
luas, dilaksanakan secara berkesinambungan ―masyarakat‖ terhadap bahasa
dan ―menyentuh‖ berbagai nasional. Selain itu, kondisi ini juga
kalangan. Penyebarluasan informasi dan mencerminkan kurangnya kesadaran
penyuluhan dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa secara tertib.
berbagai cara dan media, mulai dari Dikaitkan dengan ciri sikap bahasa
kegiatan tatap muka dapat dikatakan bahwa masyarakat
pengguna bahasa di ruang publik tidak
memiliki kesetiaan bahasa (language
loyalty), kebanggaan bahasa (language
pride), dan kesadaran adanya norma bahasa
(awareness of the norm). Kesetiaan bahasa
mendorong masyarakat suatu bahasa mempertahankan bahasanya dan apabila
perlu mencegah adanya pengaruh bahasa organisasi pergerakan nasional yang
lain; kebanggaan bahasa mendorong orang menuntut kemerdekaan dan sistem
mengembangkan bahasanya dan pemerintahan negara bangsa yang
menggunakannya sebagai lambang identitas demokratis. Hal ini menyiratkan bahwa
dan kesatuan masyarakat; dan kesadaran nasionalisme di Indonesia merupakan
adanya norma bahasa mendorong orang sesuatu yang hidup, yang bergerak terus
menggunakan bahasanya dengan cermat dan secara dinamis seiring dengan
santun. perkembangan masyarakat, bahkan sampai
Berdasarkan penjelasan tersebut sekarang Makna nasionalisme sendiri tidak
dipandang perlu untuk meningkatkan statis, tetapi dinamis mengikuti bergulirnya
nasiolisme masyarakat yang disinyalir masyarakat dalam waktu.
semakin menurun di era global ini. Nasionalisme sangat penting
Nasionalisme didefinisikan sebagai paham terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara
(ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara karena merupakan wujud kecintaan dan
sendiri. Definisi lain dari nasionalisme kehormatan terhadap bangsa sendiri.
adalah kesadaran keanggotaan dalam suatu Dikaitkan dengan penggunaan bahasa di
bangsa yang secara potensial atau aktual ruang publik hendaknya masyarakat
bersama-sama mencapai, mempertahankan, mencintai dan menghormati bahasa
dan mengabadikan identitas, integritas, Indonesia. Dengan demikian eksistensi dan
kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu. prestise bahasa Indonesia terawat dan terjaga
Nasionalisme juga berarti semangat dalam kehidupan masyarakat. Secara
kebangsaan (KBBI, 2016). sederhana sketsa penggunaan bahasa
Nasionalisme di Indonesia lahir dan mulai Indonesia pada ruang publik di Kota
tumbuh pada awal abad ke-20, seiring Pekanbaru dapat digambarkan sebagai
dengan lahir dan tumbuhnya berbagai bentuk berikut.
Pengetahuan
Sikap
Nasionalisme
Prestise BI