Prabowo, S.M. S.A. Dewi: Jurnal Kultivasi Vol. 18 (2) Agustus 2019
Prabowo, S.M. S.A. Dewi: Jurnal Kultivasi Vol. 18 (2) Agustus 2019
Prabowo, S.M. S.A. Dewi: Jurnal Kultivasi Vol. 18 (2) Agustus 2019
Ekstrak daun bunga pukul empat dan daun pagoda sebagai tanaman
antivirus untuk mengendalikan penyakit keriting pada cabai rawit
(Capsicum frutescens L.)
The leaves extract of four o'clock flower and pagoda as antivirus plants
to control curl disease on cayenne pepper (Capsicum frutescens L.)
Diterima : 13 Desember 2018/Disetujui : 28 Juli 2019 / Dipublikasikan : 7 Agustus 2019
©Department of Crop Science, Padjadjaran University
Abstract. Many chili farmers use chemical tumbuhan berdaya antivirus: bunga pukul
pesticides as the main choice for controlling empat dan pagoda, dalam mengendalikan
curly diseases. This study aimed to redundant penyakit keriting pada cabai yang disebabkan
the potential of leaves extracts: four o'clock virus. Penelitian ini dilakukan di lahan endemi
flower and pagodas, in controlling chili disease penyakit keriting pada cabai merah di daerah
caused by viruses. This research was carried out Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini
in the endemic area of curly disease in red chili , dilaksanakan mulai bulan April sampai Juni
Sukoharjo Districts. This research was carried 2018. Bahan yang digunakan adalah tanaman
out from April to June 2018. The material used sebagai bahan pesisida nabati: bunga pukul
plants as organic pesticides: leaves of four empat dan pagoda. Alat yang digunakan
o'clock flowers and pagodas. Tools are used: blender, sprayer, jerigen, baskom dan alat tulis.
blenders, sprayers, jerry cans, basins and Penelitian menggunakan rancangan acak
stationery. The study used a Randomized Block kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan, yaitu
Design (RBD) with five treatments of leaf tanpa perlakuan pestisida nabati; ekstrak daun
extracts application. There were without organic bunga pukul empat konsentrasi 50 mL/L;
pesticides application, leaves of four o'clock ekstrak daun bunga pukul empat konsentrasi
flower with concentration 50 mL/L; leaves of 100 mL/L; ekstrak daun pagoda konsentrasi 50
four o'clock flower with concentration 100 mL/L; dan ekstrak daun pagoda konsentrasi 50
mL/L; leaves of pagoda flower with mL/L. Setiap plot perlakuan terdiri dari 3 kali
concentration 50 mL/L; and leaves of pagoda ulangan. Hasil penelitian menunjukkan
flower with concentration 100 mL/L. Each perlakuan ekstrak daun pukul empat dan
treatment plot replicated three times. The results pagoda memberikan insidens penyakit dan
showed that leaves extract of four o’clock flower keparahan penyakit lebih rendah daripada
and pagoda gave lower disease incidence and tanpa perlakuan pestisida nabati, sehingga
disease severity than without organic pesticide, memberikan hasil yang lebih baik. Hasil cabai
so yield of plants are higher. the best yield, terbesar, yaitu sebesar 255 g, diperoleh dari
about 255 g, is given by leaf extract of four perlakuan ekstrak bunga pukul empat dengan
o'clock flower at the dose of 100 mL/L. konsentrasi 100 mL/L.
Keywords: Cayenne pepper ∙ Four o'clock Kata Kunci: Cabai rawit ∙ Bunga pukul empat ∙
flower ∙ Pagoda ∙ Leaf extract Pagoda ∙ Ekstrak daun
Korespondensi :
Prabowo, S.M. dan S.A. Dewi: Ekstrak daun bunga pukul empat dan daun pagoda sebagai tanaman
antivirus untuk mengendalikan penyakit keriting pada cabai rawit (Capsicum frustescens L.)
852 Jurnal Kultivasi Vol. 18 (2) Agustus 2019
masakan dan penambah selera makan sehingga Ketahanan sistemik dari suatu tanaman
masakan tanpa cabai terasa tawar dan hambar. dapat dipicu oleh agen biologis seperti
Pada musim tertentu, kenaikan harga cabai mikroorganisme nonpatogenik (Oka, 2002), dan
cukup signifikan sehingga mempengaruhi bahan organik tertentu (Kessmann, et. al., 1994).
tingkat inflasi. Fluktuasi harga ini terjadi hampir Ketahanan sistemik terinduksi dapat juga
setiap tahun dan meresahkan masyarakat. dipicu/dirangsang oleh ekstrak tumbuhan,
Upaya pemerintah dalam mengatasi gejolak seperti Clerodendrum aculeatum (Verma, et. al.,
harga cabai dengan melakukan upaya 1996). Ekstrak tanaman lainnya seperti daun
peningkatan luas tanam cabai pada musim bayam duri (Amaranthus spinosus), daun bunga
hujan, pengaturan luas tanam dan produksi pukul empat (Mirabilis jalapa), dan daun bunga
cabai pada musim kemarau, stabilisasi harga pagoda (Clerodendrum paniculatum) dilaporkan
cabai, serta pengembangan kelembagaan dapat menginduksi ketahanan sistemik terhadap
kemitraan yang andal dan berkelanjutan. patogen antraknosa dan cucumber mosaic virus
Rata-rata hasil panen cabai merah pada (CMV) pada cabai (Hersanti, 2003; Suganda,
tahun 2002 tercatat sebesar 1,8 ton/ha (BPS, 2000).
2002) dan pada tahun 2003 tercatat 5,3 ton/ha Penggunaan ekstrak tanaman sebagai
(BPS, 2003). Pada tahun 2015 produksi cabai pestisida nabati untuk mengendalikan penyakit
besar mengalami penurunan sebesar 2,59 persen yang disebabkan virus khususnya pada cabai
dibandingkan tahun 2014 (BPS, 2017). belum banyak dikaji, sehingga diperlukan
Kebutuhan cabai untuk kota besar yang penelitian mengenai hal tersebut. Informasi
berpenduduk satu juta atau lebih sekitar 800.000 tentang pestisida nabati dari bahan-bahan
ton/tahun atau 66.000 ton/bulan. Pada musim tanaman yang menghasilkan senyawa antivirus
hajatan atau hari besar keagamaan, kebutuhan diharapkan dari penelitian ini.
cabai biasanya meningkat sekitar 10-20% dari
kebutuhan normal. Tingkat produktivitas cabai
secara nasional selama 5 tahun terakhir sekitar 6 Bahan dan Metode
ton/ha. Kebutuhan bulanan masyarakat
perkotaan memerlukan luas panen cabai sekitar Bahan yang digunakan adalah tanaman sebagai
11.000 ha/bulan, sedangkan pada musim bahan pestisida nabati: bunga pukul empat dan
hajatan luas area panen cabai yang harus pagoda. Alat yang digunakan adalah blender,
tersedia berkisar antara 12.100-13.300 ha/bulan. sprayer, jerigen, baskom dan alat tulis.
Kebutuhan cabai tersebut belum termasuk Penelitian ini dilakukan di lahan endemi
untuk konsumsi harian masyarakat pedesaan penyakit keriting pada cabai merah di Desa
atau kota-kota kecil serta untuk bahan baku Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten
olahan (Pusat Data dan Sistem Informasi Sukoharjo. Penelitian ini dilaksanakan mulai
Pertanian, 2015). bulan April sampai Juni 2018. Penelitian
Untung (1993) menegaskan bahwa penggu- menggunakan rancangan acak kelompok (RAK)
naan insektisida dapat menimbulkan dampak dengan 5 kombinasi perlakuan, yaitu tanpa
negatif, antara lain timbulnya resistensi hama, perlakuan pestisida nabati; ekstrak daun bunga
ledakan hama kedua, resurgensi atau peristiwa pukul empat konsentrasi 50 mL/L; ekstrak daun
meningkatnya populasi hama setelah mem- bunga pukul empat konsentrasi 100 mL/L;
peroleh perlakuan insektisida, terbunuhnya ekstrak daun pagoda konsentrasi 50 mL/L; dan
musuh alami, bahaya bagi kesehatan ekstrak daun pagoda konsentrasi 50 mL/L.
masyarakat, dan ancaman pencemaran setiap plot perlakuan terdiri dari 6 tanaman dan
lingkungan. 3 kali ulangan, sehingga total terdapat 90
Banyak kerugian yang didapatkan dari tanaman. Tata laksana penelitian meliputi:
penggunaan pestisida kimia sintetik yang survei lahan, persiapan lahan, penyiapan
berlebihan. Pemerintah sendiri sudah beberapa tanaman sebagai bahan pestisida
memberikan penyuluhan melalui kecamatan nabati, pembuatan pestisida nabati, dan aplikasi
tentang dampak dari pestisida kimia. Salah satu perlakuan.
solusi untuk mengendalikan penyakit yaitu
dengan menggunakan pestisida nabati sebagai Variabel yang diamati :
konsep pertanian organik.
Prabowo, S.M. dan S.A. Dewi: Ekstrak daun bunga pukul empat dan daun pagoda sebagai tanaman
antivirus untuk mengendalikan penyakit keriting pada cabai rawit (Capsicum frustescens L.)
Jurnal Kultivasi Vol. 18 (2) Agustus 2019 853
80
Insidens penyakit
60 Bungadosis
Mimba pukul empat konsentrasi 50 mL/L
100ml/L
(%)
40
20
0
3 4 5 6 7 8 9
10
Minggu setelah tanam
Pagoda konsentrasi 50 mL/L
100 Tanpa Perlakuan
penyakit (%)
50
3 4 5 6 7 8 9 10
Minggu setelah tanam
Gambar 1. Insidens penyakit keriting (%) pada tanaman cabai yang diperlakukan dengan ekstrak daun
bunga pukul empat (grafik atas) dan ekstrak pagoda (grafik bawah).
Prabowo, S.M. dan S.A. Dewi: Ekstrak daun bunga pukul empat dan daun pagoda sebagai tanaman
antivirus untuk mengendalikan penyakit keriting pada cabai rawit (Capsicum frustescens L.)
854 Jurnal Kultivasi Vol. 18 (2) Agustus 2019
Prabowo, S.M. dan S.A. Dewi: Ekstrak daun bunga pukul empat dan daun pagoda sebagai tanaman
antivirus untuk mengendalikan penyakit keriting pada cabai rawit (Capsicum frustescens L.)
Jurnal Kultivasi Vol. 18 (2) Agustus 2019 855
90
79
80
70
Keparahan Penyakit (%)
60
50
40 35 36
31 33 33 32
30
20
10
0 50 100 50 100
Dosis ml/L Tanpa Perlakuan Bunga
Pagoda
pukul empat
Gambar 2. Pengaruh ekstrak daun bunga pukul empat dan daun pagoda terhadap keparahan penyakit.
90
80
70
Tinggi tanaman (cm)
60
50
40 Tanpa Perlakuan
30 Mimba dosis empat
Bunga pukul 25ml/Lkonsentrasi 50 mL/L
Mimba dosis empat
Bunga pukul 50ml/Lkonsentrasi 100 mL/L
20
10
3 4 5 6 7 8 9 10
0 Minggu setelah tanam
100
80
Tinggi tanaman (cm)
60
40 Tanpa Perlakuan
Pagoda konsentrasi
Paitan dosis 25ml/L 50 mL/L
Paitan
Pagodadosis 50ml/L 100 mL/L
konsentrasi
20 3 4 5 6 7 8 9 10
Minggu setelah tanam
3 4 5 6 7 8 9 10
0 Minggu setelah tanam
Gambar 3. Pengaruh ek strak daun bunga pukul empat dan daun pagoda terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman cabai.
Prabowo, S.M. dan S.A. Dewi: Ekstrak daun bunga pukul empat dan daun pagoda sebagai tanaman
antivirus untuk mengendalikan penyakit keriting pada cabai rawit (Capsicum frustescens L.)
856 Jurnal Kultivasi Vol. 18 (2) Agustus 2019
300
255 254
237 247
250 224
Hasil cabai (gram)
200
147
150
96
100
50
Konsentrasi
0 mL/L
Tanpa perlakuan 50 P1 50P2 100 P3
Bunga
100
pukul empat
Pagoda
Gambar 4. Diagram Hubungan antara ekstrak daun bunga pukul empat dan
daun pagoda dengan hasil Cabai.
Prabowo, S.M. dan S.A. Dewi: Ekstrak daun bunga pukul empat dan daun pagoda sebagai tanaman
antivirus untuk mengendalikan penyakit keriting pada cabai rawit (Capsicum frustescens L.)
Jurnal Kultivasi Vol. 18 (2) Agustus 2019 857
Prabowo, S.M. dan S.A. Dewi: Ekstrak daun bunga pukul empat dan daun pagoda sebagai tanaman
antivirus untuk mengendalikan penyakit keriting pada cabai rawit (Capsicum frustescens L.)
858 Jurnal Kultivasi Vol. 18 (2) Agustus 2019
https://link.springer.com/article/10.1023/ Bogor.
A:1008732123834 Suganda, T. (2000). Introduction of resistance of
Oka, I. (2002). Ketahanan sistemik terinduksi red pepper against fruit antracnose by the
tanaman cabai merah (Capsicum annuum application of biotic and abiotic inducers. J
L.) terhadap Cercospora capsici Heald & Agrikultura, 11, 72–78.
Wolf, Fusarium oxysporum Schlecht. f.sp Syamsidi, S., Hasdiatono, T., & Putra, S. (1997).
vasinvectum Snyder & Hans., dan Ketahanan cabai merah terhadap
Colletotrichum gloeosporiodes (Penz.) Cucumber Mosaic Virus (CMV) pada umur
Sacc. dengan penginokulasian Rhizopseu. tanaman pada saat inokulasi. Prosiding
Jurnal Hama Penyakit Tumbuhan, 95(9), 80– Kongres Nasional XIV Dan Seminar Ilmiah.
89. Perhimpunan Fitopalogi Indonesia.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Untung, K. (1993). Pengantar Pengelolaan Hama
(2015). Outlook: Komoditas Pertanian Sub Terpadu. Yogyakarta: Gajah Mada
sektor Hortikultura Cabai. Retrieved from University press.
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/. Verma, H., Srivastrava, S., Varsha, & Kumar, D.
Rahardjo, I. B., Sulyo, Y., & Maryam, A. (2004). (1996). Induction of systemic resistance in
Pengaruh ekstrak Mimba secara mekanis plants against viruses by basic protein from
terhadap virus mosaic tembakau strain Clerodendrum aculeatum leaves.
Aggrek (TMV-O) pada tanaman indikator Phytopathology, 86, 485–492.
Tembakau. Jurnal Hortikultura, 4(5), 94–98. Vivek, P., Shalini, S., Varsha, H., & Verma.
Somowiyarjo, S Sumardiyono, Y., & Martono. (1995). Two basic protein isolated from
(2001). Inaktivasi CMV dengan ekstrak Clerodendrum inerme are inducer of
Mirabilis jalapa. Prosiding Kongres Nasional systemic antivirus resistance in susceptible
XVI Dan Seminar Ilmiah, PFI, 218–220. plants. Plant Science, 110, 73–82.
Prabowo, S.M. dan S.A. Dewi: Ekstrak daun bunga pukul empat dan daun pagoda sebagai tanaman
antivirus untuk mengendalikan penyakit keriting pada cabai rawit (Capsicum frustescens L.)