Komposisi Kimia Otot Longissimus Dorsi Dan Biceps Femoris Domba Lokal Jantan Yang Dipelihara Di Pedesaan Pada Bobot Potong Yang Berbeda
Komposisi Kimia Otot Longissimus Dorsi Dan Biceps Femoris Domba Lokal Jantan Yang Dipelihara Di Pedesaan Pada Bobot Potong Yang Berbeda
Komposisi Kimia Otot Longissimus Dorsi Dan Biceps Femoris Domba Lokal Jantan Yang Dipelihara Di Pedesaan Pada Bobot Potong Yang Berbeda
Abstract
Quality of meat can be assessed from the change of its chemical components. Characteristics of meat
chemical composition depend on species, age, sex, feed, location and function of muscle section in body. The
objective of the research was to study meat chemical composition of local male sheep on different slaughter
weight and different muscle. Local male sheep which were used as subject research obtained from Temanggung,
i.e. healthy male sheep, aged 1.5-12 months; slaughtered at 6 categories of slaughter weight ranging from 5 to 30
kg. The sheep was slaughtered and sampled for chemical composition determination of Longissimus dorsi (LD)
dan Biceps femoris (BF). The nested ANOVA was used to analyze data and any differences among the groups
were further tested using Duncan Multiple Range Tests (DMRT). The results showed that moisture, ash, fat and
cholesterol content of the meat from different slaughtered weight were not significant (P>0.05). The increase of
slaughter weight significantly (P<0.05) increased the protein content of meat. Protein content of meat from 7, 10,
15, 20, 25 and 30 kg slaughtered weight were 18.44; 17.83; 18.70; 19.58; 19.44 and 20.06%, respectively.
Vitamin A content from different slaughter weight were significant (P<0.05). Vitamin A content of meat from 7,
10, 15, 20, 25 and 30 kg slaughter weight were 682.06; 587.10; 612.59; 590.93; 663.32 and 590.84 µg/100 g
meat, respectively. Moisture, ash, protein, fat, cholesterol and vitamin A from LD and BF muscle were not
significant (P>0.05). The conclusion of the research were (1) moisture, ash, fat and cholesterol content of local
male sheep meat from different slaughtered weight were not significant, but protein and vitamin A content of the
meat from different slaughtered weight were significant, (2) chemical composition of local male sheep from LD
and BF were not significant.
Key Words : Male sheep, slaughter weight, longissimus dorsi, biceps femoris, chemical composition.
1
selalu dikaitkan dengan bahan pangan asal daging dengan keempukan sedang hingga empuk
hewani, karena hanya sumber pangan hewani yang dan harganya mahal. Otot besar pada permukaan
mengandung kolesterol (Sitepoe, 1992). lateral (luar) dari paha disebut Biceps femoris
Kandungan lemak daging yang rendah sesuai (Soeparno, 1994).
keinginan konsumen saat ini perlu diwaspadai Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kandungan vitamin A-nya, karena penyakit kurang komposisi kimia (air, abu, protein, lemak,
vitamin A (KVA) di Indonesia masih menjadi kolesterol dan vitamin A) daging domba pada
masalah nasional (Supariasa dalam Lestariana, bobot potong yang berbeda. Selain itu, komposisi
2003). kimia dua jenis otot yaitu Longissimus dorsi dan
Kualitas daging dapat ditentukan berdasarkan Biceps femoris juga diamati.
perubahan komponen-komponen kimianya seperti
kadar air, protein, lemak, dan abu. Sifat kimia Metode Penelitian
daging bervariasi tergantung pada species hewan,
umur, jenis kelamin, pakan serta lokasi dan fungsi Pemotongan ternak dan pengambilan sampel
bagian-bagian tersebut dalam tubuh (Romans et pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium
al., 1994). Selain itu, bobot tubuh ternak Ilmu Ternak Potong dan Kerja, Fakultas
ruminansia juga mempunyai hubungan yang erat Peternakan Universitas Diponegoro Semarang
dengan berat komponen-komponen kimianya, selama 6 minggu. Analisis komposisi kimia
tetapi pertumbuhan pasca pubertas pada umumnya daging domba (kecuali vitamin A) dilakukan di
menghasilkan komposisi karkas yaitu air, lemak, Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Fakultas
protein dan abu yang konstan (Soeparno, 1994). Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
Macam otot daging dari lokasi yang berbeda Analisis vitamin A daging dilakukan di
dapat mempengaruhi kualitas daging (Soeparno, Laboratorium Pangan dan Gizi Pusat Antar
1994). Menurut Judge et al. (1989), lokasi otot Universitas, Universitas Gadjah Mada,
yang berbeda mempunyai panjang sarkomer, sifat Yogyakarta.
serabut dan fungsi yang berbeda. Kandungan
jaringan ikat dan jumlah ikatan silang serabut- Materi
serabut kolagen berbeda diantara otot yang berasal Domba lokal jantan sehat sebanyak 18 ekor
dari karkas yang sama. Perbedaan-perbedaan dengan umur 1,5-12 bulan yang digunakan
tersebut terjadi karena adanya perubahan sebagai subyek penelitian diperoleh dari
karakteristik struktural, fungsional dan Kelompok Tani Ternak “Ngudi Raharjo” di desa
metabolistik diantara otot. Otot yang sangat Pagergunung, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten
penting dalam membentuk urat daging mata rusuk Temanggung, untuk mendapatkan bangsa ternak
jika dipotong dari area rusuk dan loin adalah otot dan latar belakang nutrisi yang sama. Domba
Longgissimus dorsi. Otot Longgissimus dorsi tersebut dipotong dengan teknik pemotongan
memanjang dari posterior daerah rusuk melalui beruntun (Butterfield, 1988) pada 6 kategori bobot
loin dan berakhir di bagian anterior dari ilium. potong dengan kisaran 5-30 kg, yakni 5, 10, 15,
Otot ini tersusun dari banyak subunit otot yang 20, 25, dan 30 kg sehingga ada 3 ekor domba
masing-masing membantu fleksibilitas vetebra sebagai ulangan pada setiap bobot potong.
columm dan gerakan leher serta aktivitas Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
pernafasan (Swatland, 1994). Paha terdiri atas adalah seperangkat alat untuk memotong ternak
otot-otot besar yang umumnya menghasilkan dan timbangan untuk menimbang ternak dan
2
sampel daging. Timbangan untuk menimbang kecuali untuk uji vitamin A diambil dari campuran
ternak adalah timbangan gantung (hanging scales) otot pada bagian loin, paha dan pundak. Variabel
merk five goats buatan China dengan kapasitas 50 yang dianalisis meliputi kadar air dan kadar lemak
kg dan ketelitian 200 g, dan timbangan elektronik (AOAC, 1980), kadar abu dan kadar protein
merk adventurer OHAUS tipe AR1530 dengan (Apriyantono et al., 1989), kadar kolesterol
kapasitas 150 g dan ketelitian 0,001 g. (Tranggono et al., 1989) dan kadar vitamin A
(Lestariana dan Madiyan, 1988).
Metode
Pemotongan domba sesuai dengan bobot Analisis Data
potong yang telah ditentukan dilakukan secara Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis
halal setelah dipuasakan terhadap pakan selama 22 ragam pola tersarang (hierarchi) (Astuti, 1980).
jam. Tujuan pemuasaan domba sebelum Untuk mengatasi keheterogenan ragam dan
pemotongan adalah untuk memperkecil variasi ketidaknormalan data, sebelum dianalisis data
bobot potong akibat isi saluran pencernaan dan ditransformasi ke akar kuadrat karena tranformasi
untuk mempermudah pelaksanaan pemotongan. ini cocok untuk data persentase yang wilayahnya
Air minum diberikan secara ad libitum. antara 0 dan 30% atau 70 dan 100% (Gomez dan
Pemotongan ternak dimulai dengan memotong Gomez, 1995). Untuk data yang kecil (kurang
leher hingga vena jugularis, oesophagus, dan dari 10), maka digunakan transformasi akar
trachea terputus (dekat tulang rahang bawah) agar kuadrat (X + 0,5) 1/2, dimana X adalah data
terjadi pengeluaran darah yang sempurna. aslinya. Apabila terjadi perbedaan dari uji yang
Kemudian ujung oesophagus diikat agar cairan dilakukan, maka dilanjutkan dengan uji wilayah
rumen tidak keluar apabila ternak tersebut ganda Duncan (Stell dan Torrie, 1991).
digantung. Kepala dilepaskan dari tubuh pada
sendi occipito-atlantis. Kaki depan dan kaki
Hasil dan Pembahasan
belakang dilepaskan pada sendi carpo-metacarpal
dan sendi tarso-metatarsal. Ternak tersebut
digantung pada tendo-achiles pada kedua kaki Bobot Potong
belakang, kemudian kulitnya dilepas. Domba dengan kategori bobot potong (BP) 5
Karkas segar diperoleh setelah semua organ kg sulit diperoleh di lokasi penelitian, sehingga
tubuh bagian dalam dikeluarkan, yaitu alat BP paling kecil 6,80 kg. Umur domba pada setiap
reproduksi, hati, limpa, jantung, paru-paru, kategori BP adalah sekitar 1,5; 3; 5; 7; 9 dan 12
trachea, alat pencernaan, empedu, dan pancreas bulan dengan rataan BP masing-masing 7,07;
kecuali ginjal. Karkas segar ini dipotong ekornya, 10,13; 15,13; 20,27; 25,20 dan 30,13 kg.
kemudian dibelah secara simetris sepanjang tulang Komposisi kimia daging domba lokal pada
belakangnya dari leher (Ossa vertebrae cervicalis) bobot potong yang berbeda dapat dilihat pada
sampai sakral (Ossa vertebrae sarcalis) sehingga Tabel 1. Dari tabel tersebut dapat diketahui
diperoleh karkas segar kiri dan kanan. perlakuan bobot potong tidak menunjukkan
Sampel daging untuk pengujian komposisi perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap kadar air,
kimia diambil dari karkas sebelah kanan. Jenis abu, lemak dan kolesterol daging domba lokal.
otot yang diuji adalah otot Longissimus dorsi (LD) Menurut Lawrie (1995), apabila species, bangsa
yang diambil pada bagian loin dan otot Biceps dan jenis kelamin ternak sama, maka komposisi
femoris (BF) yang diambil pada bagian paha, kimia daging akan bervariasi (ada peningkatan
3
Tabel 1. Komposisi kimia daging domba lokal pada bobot potong yang berbeda
secara umum pada semua variabel, kecuali kadar dan Cross yang dilaporkan oleh Soeparno (1997),
air) dengan meningkatnya umur. kadar lemak daging sapi yang diperlukan agar
Rataan kadar air daging domba adalah kelezatannya dapat diterima oleh konsumen
75,13%. Adanya perbedaan yang tidak nyata dari adalah 3 – 7%. Mengacu pada pernyataan
kadar air daging domba pada bobot potong yang tersebut, maka kelezatan daging domba lokal hasil
berbeda ini kemungkinan karena kadar air daging penelitian dapat diterima oleh konsumen, karena
relatif konstan yakni sekitar 75% (Lawrie, 1995). kadar lemaknya berada dalam kisaran tersebut.
Rataan kadar abu adalah 1,06% dan adanya Rataan kadar kolesterol daging hasil
perbedaan yang tidak nyata dari kadar abu daging penelitian 0,07%. Adanya perbedaan yang tidak
domba pada bobot potong yang berbeda ini nyata dari kadar kolesterol hasil penelitian ini
kemungkinan karena variasi kadar abu daging karena menurut pendapat Wheeler et al. (1987)
relatif kecil. Menurut Berg dan Butterfield kadar kolesterol jaringan tidak berubah dengan
(1979), kadar abu ternak meningkat dengan laju meningkatnya bobot hidup dan umur ternak.
paling rendah dibandingkan dengan komposisi Kadar protein domba lokal berbeda (P<0,05)
lainnya. antar perlakuan bobot potong. Urutan kadar
Rataan kadar lemak adalah 4,24%. Adanya protein daging domba mulai dari yang terendah
perbedaan kadar lemak daging domba lokal yang adalah 17,83% (BP 10 kg); 18,44% (BP 7 kg);
tidak nyata pada penelitian ini mungkin karena 18,70% (BP 15 kg); 19,44% (BP 25 kg); 19,58%
jenis pakan yang dikonsumsi relatif sama sehingga (BP 20 kg); dan 20,06% (BP 30 kg). Dari hasil
konsumsi energi dan protein juga sama. Hal ini tersebut terlihat bahwa, semakin tinggi bobot
sesuai dengan laporan Soeparno dan Davies dalam potong, maka kadar protein daging cenderung
Soeparno (2000) yang menyatakan bahwa pakan meningkat.
dengan aras energi dan protein atau rasio protein Hal ini sesuai dengan pendapat Lawrie (1995),
dan energi yang berbeda dapat menghasilkan yang menyatakan bahwa ada peningkatan kadar
komposisi kimia dan produksi daging yang protein dengan meningkatnya umur. Perbedaan
berbeda pula. Kadar lemak daging hasil penelitian kadar protein daging domba pada bobot potong
ini lebih tinggi dari hasil penelitian Purbowati dan yang berbeda ini kemungkinan disebabkan
Suryanto (2000) yang mendapatkan kadar lemak terjadinya penimbunan protein sejalan dengan
daging antara 2,08 – 3,00%. Menurut Savell peningkatan bobot badan atau umur domba.
4
Menurut Anggorodi (1979) dan Lawrie (1995), (4,06%). Hasil ini sama dengan hasil penelitian
kadar protein daging sekitar 19% (16-22%) dan Purbowati dan Suryanto (2000) yang mendapatkan
merupakan komponen bahan kering terbesar dari kadar lemak daging pada otot LD (3,10%) secara
daging yakni sebesar 75-80%. kuantitatif lebih tinggi daripada BF (2,16%).
Kadar vitamin A domba lokal berbeda Lambuth et al. (1970) menyatakan, bahwa kadar
(P<0,05) antar perlakuan bobot potong. Kadar lemak pada setiap jenis otot dapat berbeda. Loin
vitamin A daging domba mulai dari yang terendah dan rusuk proporsi lemaknya dapat lebih tinggi
adalah 587,10; 590,84; 590,93; 612,59; 663,32 daripada paha dan bahu, karena otot paha dan
dan 682,06 µg/100 g daging, masing-masing bahu lebih banyak digunakan untuk bergerak.
untuk BP 10; 30; 20; 15; 25; dan 7 kg. Meskipun Kadar lemak otot LD dan BF yang tidak berbeda
tidak menunjukkan pola yang pasti, terlihat bahwa (P>0,05) pada penelitian ini kemungkinan karena
semakin meningkat bobot potong, kadar vitamin A domba dipelihara dengan cara dikandangkan terus
daging domba lokal semakin meningkat pula. menerus sehingga aktivitas gerak pada otot paha
terbatas dan akibatnya lemak cenderung ditimbun.
Jenis Otot Kadar air daging pada otot LD (74,93%) hasil
Komposisi kimia daging domba lokal pada penelitian ini secara kuantitatif lebih rendah
otot yang berbeda ditunjukkan pada Tabel 2. daripada otot BF (75,33%). Jika diperhatikan,
Dari tabel tersebut terlihat bahwa kadar air, abu, kadar air dan lemak daging hasil penelitian ini
protein, lemak, kolesterol dan vitamin A daging menunjukkan hubungan yang terbalik, sesuai
domba lokal tidak terdapat perbedaan yang nyata dengan pendapat Romans et al. (1994). Pada otot
(P>0,05) antar jenis otot. Untuk kadar abu, LD, kadar lemak yang tinggi memberikan kadar
protein dan lemak daging hasil penelitian ini sama air yang rendah, sedangkan untuk otot BF terjadi
dengan hasil penelitian yang dilakukan Purbowati sebaliknya.
dan Suryanto (2000) yang menunjukkan hasil Adanya perbedaan yang tidak nyata dari kadar
adanya perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) pula. protein dan abu kedua jenis otot pada penelitian
Namun hasil penelitian Purbowati dan Suryanto ini karena menurut Searle dan Griffiths (1983),
(2000) menunjukkan hasil bahwa kadar air daging kadar protein dan abu daging relatif konstan atau
domba pada otot LD lebih rendah (P<0,05) tidak berubah.
daripada otot BF. Demikian pula dengan kadar kolesterol, adanya
Dari Tabel 2 juga ditunjukkan, bahwa kadar perbedaan yang tidak nyata pada kedua jenis otot ini
lemak daging pada otot LD (4,41%) secara karena Wheeler et al. (1987) melaporkan bahwa kadar
kuantitatif terlihat lebih tinggi daripada otot BF kolesterol jaringan tidak berubah.
Tabel 2. Komposisi kimia daging domba lokal pada otot yang berbeda
Jenis Otot
Komposisi Kimia
Longissimus dorsi Biceps femoris
Air, % 74,93 75,33
Abu, % 1,04 1,07
Protein, % 19,13 18,89
Lemak, % 4,41 4,06
Kolesterol, % 0,06 0,10
Vitamin A, µg/100 g 621,14 621,14
5
Kesimpulan AOAC, 1980. Official Method of Analysis. 13th ed.
Association of Official Analytical Chemistry,
Washington DC.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. Puspitasari,
Sedarnawati, dan S. Budiyanto. 1989. Petunjuk
terhadap kadar air, abu, lemak, dan kolesterol Laboratorium Analisis Pangan. Pusat antar
daging domba pada bobot potong yang berbeda, Universitas Pangan dan Gizi. IPB-Press, Bogor.
sedangkan kadar protein dan vitamin A ada
perbedaan yang bermakna. Kadar protein daging Astuti, M. 1980. Rancangan Percobaan dan Analisa
tertinggi diperoleh pada bobot potong 30 kg (umur Statistik Bagian I. Bagian Pemuliaan Ternak
Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.
12 bulan), sedangkan kadar vitamin A daging
tertinggi pada bobot potong 7 kg (1,5 bulan). Berg, R.T. and R.M. Butterfield, 1976. New Conceps
Selain itu komposisi kimia daging domba lokal of Cattle Growth. Sydney University Press,
pada otot LD dan BF menghasilkan perbedaan Sydney.
yang tidak bermakna. Butterfield, R.M., 1988. New Concepts of Sheep
Growth. The Departement of Veterinary
Anatomy. University of Sydney, Sydney.
Ucapan Terima Kasih Gomez, K.A. dan A.A. Gomez, 1995. Prosedur
Statistik untuk Penelitian Pertanian.
Diterjemahkan oleh : E. Sjamsuddin dan J.S.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada (1) Baharsjah. UI-Press, Jakarta.
Bagian Proyek Peningkatan Kualitas Sumberdaya Judge, M.D., E.D. Aberle, J.C. Forrest, H.B. Hendrick
Manusia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, dan R.A. Merkel, 1989. Principle of Meat
Departemen Pendidikan Nasional, yang telah Science. 2 nd ed. Kendall Hunt Publishing Co.,
Dubuque, Iowa.
memberikan dana; (2) Ketua Lembaga Penelitian
Universitas Diponegoro beserta staf yang telah Lambuth, T.R., J.D. Kemp and H.A. Glimp. 1970.
memberikan kesempatan penulis untuk Effect of the rate of gain and slaughter weight
on lamb carcass composition. Journal Animal
memperoleh dana penelitian tersebut; (3) Dekan
Science. 30 : 27-35.
Fakultas Peternakan beserta staf yang telah
memberikan fasilitas untuk pelaksanaan Lawrie, R.A., 1995. Ilmu Daging. Diterjemahkan
penelitian; (4) Aries Rudi Setiawan dan kawan- oleh: A. Parakkasi. UI-Press, Jakarta.
kawan yang membantu pelaksanaan penelitian; Lestariana, W., dan M. Madiyan, 1988. Analisis
serta (5) Rekan-rekan di Laboratorium Ilmu Vitamin dan Elektrolit Organik. Pusat Antar
Ternak Potong yang telah memberikan dukungan Universitas Pangan dan Gizi. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
sepenuhnya pada penelitian ini.
Lestariana, W. 2003. Tinjauan Biokimiawi Pola
Makan untuk Mencegah Penyakit Defisiensi
Daftar Pustaka dan Penyakit Degeneratif. Pidato Pengukuhan
Jabatan Guru Besar. Fakultas Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum.
PT Gramedia, Jakarta.
Purbowati, E. dan E. Suryanto, 2000. Komposisi
kimia otot Longissimus dorsi dan Biceps
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT
femoris domba yang diberi pakan dasar jerami
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
6
padi dan aras konsentrat yang berbeda. Jurnal : Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas
Pengembangan Peternakan Tropis 25 (2) : 66- Gadjah Mada, Ilmu-ilmu Pertanian, Volume I.
72. (Penyusun: S. Djojowidagdo, D. Adisubroto,
Sukandar-rumidi, Muslim, Lasiyo, Supargiyono
Romans, J.R., W.J. Costello, C.W. Carlson, M.L. dan T. Yuwanto). Gadjah Mada University
Greaser dan K.W. Jones. 1994. The Meat We Press, Yogyakarta.
Eat. Interstate Publishers, Inc. Danville,
Illinois. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1991. Principles and
Procedurs of Statistics.Graw-Hill Book Co. Inc.
Searle, T.W. and D.A. Griffiths, 1983. Equation for Pub. Ltd. London. Prinsip dan Prosedur
postnatal chemical composition of the fat-free Statistika. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: B.
empty body of sheep and cattle. Journal of Sumantri. PT Gramedia Pustaka Utama,
Agriculture Science 100 : 693-699. Jakarta.
Sitepoe, M. 1992 Kolesterol Fobia, Keterikatannya Swatland, H.J. 1994. Structure and Development of
dengan Penyakit Jantung. PT Gramedia Meat Animals and Poultry. Technomic
Pustaka Utama, Jakarta. Publishing Company, Inc., Lancaster,
Pennsylvania.
Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta. Tranggono, B. Setiaji, Suhardi, Sudarmanto, Y.
Marsono, A. Murdiati, I.S. Utami dan Suparmo,
Soeparno, 1995. Teknologi Produksi Karkas dan
1989. Petunjuk Laboratorium Biokimia
Daging. Fakultas Peternakan, Program
Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan
Pascasarjana Ilmu Peternakan, Universitas
Gizi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Soeparno, 1997. A review of palatability Wheeler, T.L., G.W. Davis, B.J. Stocker and C.J.
characteristics of beef: effect of nutrition, time Hammond, 1987. Cholesterol concentration of
on feed, age, breed, fat thickness and marbling. Longissimus dorsi, subcutaneous fat and serum
Buletin Peternakan 21 (2): 108-116. of two beef cattle breed type. J. Anim. Sci. 65
(6): 1531-1537.
Soeparno, 2000. Sadar gizi, penerapan ilmu dan
teknologi daging dalam industri daging. Dalam