Seminar Nasional Unggas Lokal Ke IV, 7 Oktober 2010 Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ISBN: 978-979-097-000-7
Seminar Nasional Unggas Lokal Ke IV, 7 Oktober 2010 Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ISBN: 978-979-097-000-7
Seminar Nasional Unggas Lokal Ke IV, 7 Oktober 2010 Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ISBN: 978-979-097-000-7
ABSTRACT
PENDAHULUAN
“Strategi Pengembangan Industri Perunggasan Berbasis Ternak Unggas Lokal dalam Rangka
Menghadapi Krisis Pangan Guna Meningkatkan Mutu Kesejahteraan Masyarakat Indonesia”
345
Seminar Nasional Unggas Lokal ke IV, 7 Oktober 2010 ISBN: 978-979-097-000-7
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
standar asumsi kebutuhan nutrisi yang selalu konstan selama periode pertumbuhan
tertentu. Dalam konteks pemeliharaan ayam kampung diterapkan pola pemberian
pakan berdasarkan periode sebagai berikut umur 0 – 12 minggu (14 – 17% protein;
2600 kkal/kg energi metabolis); Umur 12 – 22 minggu (14 % protein; 2400 kkal/kg
energi metabolis); > 22 minggu (14 % protein; 2400 – 2600 kkal/kg energi
metabolis) (Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, 1996). Hal
tersebut bermakna bahwa pada kisaran waktu tertentu yang cukup panjang
kandungan nutrient yang diberikan adalah sama padahal tingkat kebutuhan nutrisi
bagi ayam buras sebenarnya berubah dari waktu ke waktu sesuai derajat kapasitas
pertumbuhannya. Kondisi ini tentunya bisa menjadi tidak menguntungkan,
khususnya ketika ayam buras tersebut dipelihara pada lingkungan bersuhu tinggi dan
lembab di kawasan tropis ini yang memiliki fluktuasi suhu dan kelembaban harian
cukup tinggi. Sebagaimana diketahui, bahwa tingkat kebutuhan energi dan protein
berubah dari waktu ke waktu dimana pada saat puncak akselerasi pertumbuhan
dibutuhkan pemenuhan kebutuhan nutrisi pokok tersebut dengan rentang imbangan
E-P (energi – protein) yang lebih sempit. Telah banyak diketahui bahwa pemenuhan
kebutuhan energi dan protein bervariasi antar individu unggas dan hal ini biasanya
berhubungan dengan perbedaan potensi pertumbuhannya.
Metode pemberian pakan sistem “free choice feeding” menurut Emmans
(1978) memberikan kesempatan lebih besar bagi unggas untuk bisa memilih nutrient
yang dibutuhkannya, terutama terkait dengan pemenuhan kebutuhan energi dan
proteinnya berdasarkan kebutuhan fisiologisnya. Berdasarkan pola pemilihan pakan
yang dilakukan ayam buras tersebut akan dapat memberikan gambaran secara lebih
tajam terhadap kebutuhan nutrisi ayam buras khususnya mengenai rasio energi dan
protein pada setiap tahap pertumbuhannya pada pemeliharaan sistem intensif di
lingkungan tropis. Penelitian ini dilakuan dengan tujuan untuk mengevaluasi
kebutuhan nutrisi ayam buras crossbreed pada periode starter dengan metode “free
choice feeding”.
“Strategi Pengembangan Industri Perunggasan Berbasis Ternak Unggas Lokal dalam Rangka
Menghadapi Krisis Pangan Guna Meningkatkan Mutu Kesejahteraan Masyarakat Indonesia”
346
Seminar Nasional Unggas Lokal ke IV, 7 Oktober 2010 ISBN: 978-979-097-000-7
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
Parameter yang diamati pada penelitian ini meliputi: Evaluasi kebutuhan energi
dan protein diperhitungkan berdasarkan proporsi konsumsi bahan pakan kemudian
dikalikan dengan kandungan energi dan proteinnya. Perhitungan konsumsi pakan,
konsumsi energi dan protein maupun evaluasi kebutuhan disajikan dalam bentuk
kering udara (air dry). Performans diperhitungkan berdasar hasil evaluasi mingguan
yang terdiri dari data – data terkait dengan konsumsi pakan (FI), bobot badan (BB),
pertambahan bobot badan (PBB), konversi pakan (FCR) dan efisiensi pakan (FE).
Data tersebut diamati hingga akhir periode starter pada umur 6 minggu. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif, beberapa data dianalisis lanjut dengan
menggunakan analisis korelasi dan regresi untuk mengetahui hubungan dan dampak
konsumsi energi – protein terhadap pertambahan bobot badannya.
“Strategi Pengembangan Industri Perunggasan Berbasis Ternak Unggas Lokal dalam Rangka
Menghadapi Krisis Pangan Guna Meningkatkan Mutu Kesejahteraan Masyarakat Indonesia”
347
Seminar Nasional Unggas Lokal ke IV, 7 Oktober 2010 ISBN: 978-979-097-000-7
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
Evaluasi
Proporsi Konsumsi Bahan Pakan Kebutuhan
Konsumsi
Konsumsi Nutrisi
Energi
Umur (hari) Protein (g)
(kcal ME)
Tepung
Konsentrat Jagung Bekatul
Ikan
------------------ (%) ------------------
3 25,18 2,64 63,79 8,39 42,53 2,52 2973,90
4–7 36,09 1,13 55,14 7,64 90,24 6,17 2873,27
Minggu ke-1 30,63 1,89 59,46 8,02 132,77 8,69 2923,59
10 34,36 1,47 54,63 9,54 90,11 6,17 2871,94
11 – 14 28,96 2,21 55,20 13,62 152,69 9,68 2888,16
Minggu ke-2 31,66 1,84 54,92 11,58 242,80 15,85 2880,05
17 26,37 0,76 51,86 21,01 134,39 8,25 2870,38
18 – 21 29,74 0,85 41,32 28,08 204,78 13,91 2765,20
Minggu ke-3 28,05 0,81 46,59 24,55 339,17 22,16 2817,79
24 26,82 0,57 39,98 32,63 184,27 12,07 2761,68
25 – 28 26,06 3,05 41,12 29,77 293,26 19,43 2764,34
Minggu ke-4 26,44 1,81 40,55 31,20 477,52 31,50 2763,01
31 26,82 1,24 41,04 30,89 255,64 16,75 2768,86
32 – 35 22,99 0,94 34,28 41,79 367,49 23,47 2718,36
Minggu ke-5 24,90 1,09 37,66 36,34 623,12 40,21 2743,61
38 23,66 1,29 34,67 40,38 289,69 18,77 2718,81
41 – 42 21,47 1,26 28,29 48,98 468,98 30,43 2666,28
Minggu ke-6 22,57 1,27 31,48 44,68 758,66 49,20 2692,55
Pola konsumsi energi dan protein ayam buras crossbreed umur 1 – 2 minggu
pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan standar kebutuhan ayam broiler starter
sebagaimana direkomendasikan Austic dan Nesheim (1990), hal ini terjadi diduga
disebabkan tipe dan karakter pertumbuhan ayam buras crossbreed pada penelitian ini
juga jauh di bawah ayam broiler yaitu sebesar 18,97 kcal dan 1,24 g/ekor/hari vs
41,00 kcal dan 3,40 g/ekor/hari umur 1 minggu; sebesar 34,69 kcal dan 2,26
g/ekor/hari vs 93,00 kcal dan 7,70 g/ekor/hari umur 2 minggu. Capaian nilai
konversi yang ditunjukkan juga masih jauh lebih tinggi dibanding ayam broiler 2,92
dan 2,11 vs 0,92 dan 1,23 untuk umur 1 dan 2 minggu ( PT. Charoen Pokphand
Indonesia, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun sudah mengalami
pemuliabiakan genetik ayam buras Crossbreed yang digunakan pada penelitian ini
masih memiliki tingkat effisiensi yang rendah terlebih ketika dibandingkan dengan
ayam broiler. Hasil tersebut tidak konsisten terjadi pada umur yang lebih tua (3 – 6
minggu). Pada umur lebih tua secara umum konsumsi energi dan protein ayam buras
“Strategi Pengembangan Industri Perunggasan Berbasis Ternak Unggas Lokal dalam Rangka
Menghadapi Krisis Pangan Guna Meningkatkan Mutu Kesejahteraan Masyarakat Indonesia”
348
Seminar Nasional Unggas Lokal ke IV, 7 Oktober 2010 ISBN: 978-979-097-000-7
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
Crossbreed jauh lebih rendah dibanding ayam broiler. Hal ini diduga disebabkan
karena potensi pertumbuhannya yang masih lebih lambat dibanding ayam broiler.
Beberapa hal yang cukup berbeda juga terjadi pada pola konsumsi pakan pada
umur 1 dan 2 minggu. Idealnya kebutuhan minggu 1 lebih tinggi dibandingkan umur
2 minggu, demikian pula tampak pada hasil evaluasinya. Berdasarkan hasil di atas
tampak bahwa evaluasi kebutuhan minggu 1 justru lebih rendah dibanding minggu 2,
hal ini terjadi diduga disebabkan karena permasalahan kemampuan mengidentifikasi
pakan. Ayam mengalami kesulitan terhadap identifikasi pakan terutama pada 3 hari
pertama. Pada data yang diperoleh di atas tampak bahwa pola konsumsi pada umur 3
hari lebih didominasi pengenalan ayam terhadap karakteristik pakan, dengan
proporsi konsumsi jagung mendominasi besaran konsumsi pakan.
Pada penelitian ini ayam tampaknya tidak begitu peka dalam pemilihan pakan,
sehingga menunjukkan tendensi konsumsi / intake nutrisi yang cukup tinggi sehingga
tidak effisien. Hal ini menunjukkan bahwa jenis ataupun tipe unggas ternyata
mempengaruhi kemampuan dalam ketepatan pemilihan pakan dan nutrient. Semakin
cepat pertumbuhan ayam ada kecenderungan peningkatan ketelitian dalam
menyeleksi kandungan nutrisi dalam pakannya. Penelitian yang dilaporkan Pausga et
al. (2005) menunjukkan bahwa ayam tipe petelur cenderung lebih tidak peka
terhadap pemilihan asam amino tunggal dibandingkan ayam broiler. Pada banyak
penelitian yang telah dilakukan dilaporkan bahwa pertimbangan pemilihan pakan
yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan antar individu ternak unggas
bervariasi, secara sederhana hal ini diduga merupakan refleksi dari perbedaan
kebutuhan protein dan energi. Meskipun demikian, belum banyak bukti yang dapat
menjelaskan perbedaan kebutuhan tersebut. Sehingga masih diperlukan model lain
yang dapat menduga secara lebih tepat dasar pemilihan pakan oleh unggas. Hasil ini
juga konsisten dengan pendapat Picard et al., (1999) yang menyatakan bahwa
pemberian pakan pada unggas saat ini sudah mencapai tingkat presisi yang tinggi
terkait dengan penentuan kebutuhan dan nilai biologis dari nutrisi. secara umum
instrument yang digunakan untuk melakukan formulasi pakan seimbang adalah
evaluasi biokimiawi bahan pakan. Namun demikian ayam dalam memilih dan
mematuk pakan yang diberikan ternyata terutama dipengaruhi oleh karakteristik fisik
“Strategi Pengembangan Industri Perunggasan Berbasis Ternak Unggas Lokal dalam Rangka
Menghadapi Krisis Pangan Guna Meningkatkan Mutu Kesejahteraan Masyarakat Indonesia”
349
Seminar Nasional Unggas Lokal ke IV, 7 Oktober 2010 ISBN: 978-979-097-000-7
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
“Strategi Pengembangan Industri Perunggasan Berbasis Ternak Unggas Lokal dalam Rangka
Menghadapi Krisis Pangan Guna Meningkatkan Mutu Kesejahteraan Masyarakat Indonesia”
350
Seminar Nasional Unggas Lokal ke IV, 7 Oktober 2010 ISBN: 978-979-097-000-7
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
“Strategi Pengembangan Industri Perunggasan Berbasis Ternak Unggas Lokal dalam Rangka
Menghadapi Krisis Pangan Guna Meningkatkan Mutu Kesejahteraan Masyarakat Indonesia”
351
Seminar Nasional Unggas Lokal ke IV, 7 Oktober 2010 ISBN: 978-979-097-000-7
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
Nilai bobot badan yang dicapai pada penelitian ini sedikit lebih rendah
dibanding hasil yang diperoleh Aryadi dan Mulyadi (2010) pada umur 1, 2, 3, 4, 5,
dan 6 minggu yaitu masing-masing sebesar 51,03g, 89,73g, 156,38g, 227,83g;
287,63g dan 370,00g. Hal ini diduga disebabkan karena efek hybrid yang diperoleh
berasal dari tetua dengan tipe ayam yang berbeda dengan penelitian Aryadi dan
Mulyadi (2010) tersebut di atas. Pada penelitian ini digunakan persilangan ayam
Bangkok jantan – ayam Arab betina, sedangkan pada penelitian Aryadi dan Mulyadi
(2010) digunakan ayam hasil persilangan antara ayam Bangkok jantan – ayam buras
betina dan sebaliknya ayam buras jantan – ayam Bangkok betina. Namun demikian
secara umum capaian pertambahan bobot badan, konversi pakan dan effisiensi pakan
pada penelitian ini ternyata masih lebih baik daripada penelitian Aryadi dan Mulyadi
(2010), sehingga ayam buras crossbreed pada penelitian ini ternyata mampu
menunjukkan tampilan performans yang lebih baik dibandingkan hasil persilangan
ayam kampung – ayam bangkok dan sebaliknya. Ayam buras yang digunakan adalah
hasil persilangan antara ayam Arab dengan ayam Bangkok. Sebagaimana diketahui
ayam Arab termasuk dalam jenis small egg type dan memiliki ukuran tubuh yang
lebih kecil dibanding ayam buras, meskipun demikian ternyata memiliki efek
heterosis yang lebih baik ketika disilangkan dengan ayam bangkok dibanding hasil
persilangan ayam buras – ayam Bangkok. Pada Tabel 3. di atas terjadi peningkatan
PBB namun secara proporsional terjadi penurunan, artinya sebenarnya terjadi
perlambatan laju PBB, sehingga hal ini merupakan jawaban terhadap penurunan
kebutuhan intake nutrient-nya.
Nilai effisiensi pakan dan konversi pakan pada Tabel. 3 di atas yang memiliki
pola unik (buruk pada minggu pertama, sedangkan hasil tampilan performan pada
minggu berikutnya bisa menunjukkan performan yang ideal) merupakan dampak dari
perlunya adaptasi dalam pengenalan bentuk pakan. Kondisi ini dipertegas dengan
pola konsumsi pakan yang kurangbaikpada 3 hari pertama (Tabel. 1) Hal ini sesuai
dengan pendapat Picard et al., (1999) bahwa ayam dalam memilih dan mematuk
pakan yang diberikan ternyata terutama dipengaruhi oleh karakteristik fisik bentuk
/ukuran pakan (tepung, crumble, pellet) berdasarkan penerimaan organ sensoris.
Konsumsi pakan dapat dipandang sebagai dampak jangka menengah dari pemilihan /
pematukan pakan yang disajikan, yang sangat diwarnai oleh mekanisme dan proses
belajar yang dimodulasi oleh memori partikel / ukuran butiran pakan yang pernah
dipatuk sebelumnya, dalam hal ini ayam buras crossbreed pada umur 1 minggu
belum mengenal dan baru belajar mengenali bentuk pakan yang bisa dikonsumsinya.
Nilai determinan korelasi yang lebih dari 50% dan tingkat signifikansi yang
tinggi pada Tabel 4. menunjukkan hubungan yang bersifat erat antara konsumsi
energi, protein dengan capaian pertambahan bobot badan, meskipun pada umur
tertentu (4 minggu) capaian pertambahan bobot badan lebih ditentukan oleh faktor
konsumsi protein. Hal ini bermakna bahwa besaran capaian pertambahan bobot
badan dipengaruhi oleh konsumsi energi dan proteinnya. Hasil persamaan untuk
memprediksi capaian pertambahan bobot badan pada setiap minggunya juga
disajikan pada Tabel 4.
“Strategi Pengembangan Industri Perunggasan Berbasis Ternak Unggas Lokal dalam Rangka
Menghadapi Krisis Pangan Guna Meningkatkan Mutu Kesejahteraan Masyarakat Indonesia”
352
Seminar Nasional Unggas Lokal ke IV, 7 Oktober 2010 ISBN: 978-979-097-000-7
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
KESIMPULAN
ACKNOWLEDMENT
Ucapan terimakasih disampaikan pada pimpinan CV. Citra Lestari Farm Bapak
Ir. Bambang Krista atas bantuan materi berikut segenap staf Laboratorium Ilmu
Ternak Unggas atas bantuan dan fasilitasi penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
“Strategi Pengembangan Industri Perunggasan Berbasis Ternak Unggas Lokal dalam Rangka
Menghadapi Krisis Pangan Guna Meningkatkan Mutu Kesejahteraan Masyarakat Indonesia”
353
Seminar Nasional Unggas Lokal ke IV, 7 Oktober 2010 ISBN: 978-979-097-000-7
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
Pousga, S., H Boly and B Ogle. 2005. Choice feeding of poultry: a review. Livestock
Research for Rural Development 17 (4).
Purwanti, M., I. S. Ace, R. Krisna dan Wahyuningsih. 2006. Performans mutu ayam
buras pedaging hasil persilangan ayam pelung jantan dengan ayam lokal
betina. J. Penyuluhan Pertanian 1 (1) hal : 11 – 17.
“Strategi Pengembangan Industri Perunggasan Berbasis Ternak Unggas Lokal dalam Rangka
Menghadapi Krisis Pangan Guna Meningkatkan Mutu Kesejahteraan Masyarakat Indonesia”
354