Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

JDER Journal of Dehasen Education Review, 2020: 1(2), 56-64 eISSN 2721-2505

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA


DENGAN KEJADIAN DIARE PADA
BALITA DI PUSKESMAS
MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA

Oryza Tri Novita


1)
Program Studi Bidan Pendidik (DIV) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
a)
Corresponding Author: [email protected]

Abstract
One cause of infant mortality (IMR) in the world in infants is caused by diarrhea with an incidence of
15 per 1000 births. In Indonesia, around 162 thousand children under five die every year or around
460 children under five every day due to diarrhea. The results of the household health survey (SKRT)
in Indonesia, diarrhea is the number two cause of death in children under five after pneumonia and
number three for infants and number five for all ages. Parenting is a practice at home that is realized
by the availability of food and health care as well as other sources for the survival, growth and
development of children. It is expected that with good parenting, diarrhea can be prevented. The
purpose of this study was to determine the relationship of parenting parents with the incidence of
diarrhea in infants at Mergangsan Health Center in Yogyakarta City. The research method used was
cross sectional research. The technique of taking samples with accidental sampling with a sample of
53 mothers of children under five. Data analysis using chi square test. The results of the study, parenting
parents under five are included in both categories, 29 people or 54.7%. the majority of children under
five do not have diarrhea, namely 37 people or 69.8%, there is a relationship between parenting and
the incidence of diarrhea X_count = 8,169 and p-value 0.004 with a close relationship (C) = 0.365.
Conclusion, there is a significant relationship between parenting parents with the incidence of diarrhea
in infants.
Keyword: Parenting Parenting, Diarrhea in Toddlers, Community Health Center

Abstrak
Salah satu penyebab angka kematian bayi (AKB) di dunia pada bayi adalah disebabkan oleh diare
dengan angka kejadian sebesar 15 per 1000 kelahiran. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal
setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya akibat diare. Hasil survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita setelah pneumonia
dan nomor tiga bagi bayi serta nomor lima bagi semua umur. Pola asuh ibu adalah praktik dirumah
tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya
untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak. Diharapkan dengan pola asuh yang
baik diare dapat dicegah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh orang
tua dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Metode penelitian
yang digunakan adalah penelitian cross sectional. Tekhnik pengambilan sample dengan accidental
sampling dengan jumlah sampel 53 ibu balita. Analisa data dengan menggunakan uji chi square. Hasil
penelitian, pola asuh orang tua balita termasuk dalam kategori baik yaitu 29 orang atau 54.7%.
mayoritas balita tidak mengalami diare yaitu 37 orang atau 69.8%, ada hubungan pola asuh orang tua
dengan kejadian diare 𝑋 = 8.169 dan p-value 0.004 dengan keeratan hubungan rendah (C) =

http://jurnal.unived.ac.id
JDER Journal of Dehasen Education Review, 2020: 1(2), 56-64 eISSN 2721-2505

0.365. Kesimpulan, ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kejadian diare
pada balita.
Kata Kunci: Pola Asuh Orangtua, Diare pada Balita, Puskesmas

Pendahuluan tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru


Salah satu penyebab angka kematian balita atau pneumonia2.
(AKB) di dunia pada balita dalah disebabkan oleh Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak
diare dengan angka kematian sebesar 15 per normal dan cair. Buang air besar yang tidak
kelahiran. World Health Organization (WHO) normal dan bentuk tinja yang cair dengan
menyatakan lebih dari 2,9 juta balita meninggal frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Balita
akibat penyakit diare dan tercatat sebagai dikatakan diare bila lebih dari 3x buang air besar.
gangguan dari 5 penyebab utama kematian di Balita yang menderita diare akan berdampak pada
dunia setelah asfiksia, BBLR, infeksi dan gangguan pertumbuhan. Hal ini terjadi karena
pnemonia2. asupan makanan terhenti, sementara zat gizi terus
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi bertambah. Asupan makanan terhenti disebabkan
salah satu masalan kesehatan dunia terutama di karena balita tidak mempunyai nafsu makan,
Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut minum dan muntah. Pengeluaran zat gizi terus
terlihat dari tingginya angka kesakitan dan bertambah sabab zat gizi belum diabsorbsi dan
kematian akibat diare. World Health Organization dibuang lewat kotoran. Salah satu upaya yang
(WHO), memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dilakukan untuk penanggulangan diare yaitu
dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya dengan pemberian cairan oralit, pemberian
meninggal, sebagian besar pada anak-anak makanan28.
dibawah umur 5 tahun26. Penyakit diare ini adalah penyakit yang
Diare merupakan salah satu masalah multifaktoral, dapat muncul karena akibat tingkat
kesehatan utama di Negara berkembang, termasuk pendidikan dan sosial ekonomi yang kurang serta
di Indonesia. Penyakit diare merupakan salah satu akibat kebiasaan atau budaya masyarakat yang
penyebab kematian utama setelah infeksi saluran salah. Oleh karena itu keberhasilan menurunkan
pernafasan. Angka kejadian diare pada tahun 2009 serangan diare sangat tergantung dari sikap setiap
disebagian besar wilayah Indonesia hingga saat anggota masyarakat, terutama membudayakan
ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu pemakaian larutan oralit pada anak yang
balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 menderita diare12. Anak merupakan kelompok
balita setiap harinya akibat diare. Hasil survei individu yang paling rentan terhadap gangguan
kesehatan rumah tangga (SKRT) di Indonesia, kesehatan dan gizi karena status imunitas, diet dan
diare merupakan penyebab kematian nomor dua psikologi anak belum matang atau masih dalam
pada balita setelah pnemonia dan nomor tiga bagi taraf perkembangan dan kelangsungan serta
balita serta nomor lima bagi semua umur. Setiap kualitas hidup anak sangat tergantung pada
anak di Indonesia mengalami episode diare penduduk dewasa terutama ibu atau orangtuanya.
sebanyak 1,6 sampai 2 kali pertahun. Hal ini Masalah kesehatan anak merupakan salah satu
disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat
menimbulkan banyak kematian terutama pada ini terjadi di negara Indonesia8.
bayi dan balita12. Derajat kesehatan anak mencerminkan
Data profil Dinas Kesehatan Provinsi Daerah derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai
Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2012 terlihat generasi penerus bangsa memiliki kemampuan
bahwa frekuensi kejadian luar biasa (KLB) yang dapat dikembangkan dalam meneruskan
penyakit diare sebanyak 178 kasus dengan 2.469 pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan
orang penderita, 72 orang meninggal, dan Case tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan
Fatality Rate (CFR) 1,30%. Penyakit diare pada dalam perencanaan atau penataan pembangunan
bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan bangsa8. Angka kesakitan balita menjadi
menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan indikator kedua dalam menentukan derajat
kematian. Data terakhir dari Departemen kesehatan anak, karena nilai kesehatan merupakan
Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh balita
penyakit pembunuh kedua balita di bawah lima dan anak balita. Angka kesakitan tersebut juga

http://jurnal.unived.ac.id
JDER Journal of Dehasen Education Review, 2020: 1(2), 56-64 eISSN 2721-2505

dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan Metode Penelitian


pelayanan kesehatan anak, perlindungan Jenis penelitian yang digunakan dalam
kesehatan anak, faktor sosial anak, dan penelitian ini adalah analitik. Penelitian ini
pendidikan ibu8. dilakukan untuk mengetahui apakah ada
Pola asuh ibu adalah prakik dirumah tangga hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian
yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan diare pada balita di wilayah puskesmas Kota
perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk Yogyakarta. Pendekatan penelitian yang
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan digunakan adalah cross sectional yaitu penelitian
perkembangan anak. Diharapkan dengan pola yang dilakukan dengan cara pengumpulan data
asuh yang baik diare dapat dicegah16. Pengasuhan untuk pola asuh orangtua dan kejadian diare pada
anak adalah perilaku yang dipraktikkan oleh balita dilakukan saat bersamaan. Penelitian ini
pengasuh ( ibu, bapak, nenek) dalam memberikan dilakukan di Puskesmas Mergangsan Kota
pemeliharaan kesehatan, memberikan anak untuk Yogyakarta pada tanggal 19 sampai 24 Juni 2013.
stimulasi, serta dukungan emosional yang Populasi adalah sekelompok subjek dengan
dibutuhkan pertumbuhan dan perkembangan10. karakteristik tertentu17. Adapun populasi target
Peranan pengasuh serta interaksi yang terjadi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu
antara pengasuh dan anak menjadi sangat penting dari balita yang berkunjung di Puskesmas
karena perkembangan kognitif banyak ditentukan Mergangsan Kota Yogyakarta pada bulan April
2013 yaitu berjumlah 105 orang. Sampel adalah
oleh pengasuhan dan peran pengasuh9. sebagian atau wakil populasi yang dipilih dengan
Diare adalah penyakit infeksi yang juga
cara tertentu hingga dianggap mewakili
disebabkan pola perawatan yang kurang
populasinya. Tekhnik sampling yang digunakan
diperhatikan. Anak masih sangat tergantung pada adalah jenis non probability sampling, yaitu
orang tua, sehingga pola asuh bagi balita menjadi
dengan accidental sampling dimana pengambilan
sangat penting. Apabila orang tua menerapkan sampel dilakukan dengan mengambil kasus atau
pola asuh yang benar maka anak akan terhindar
responden yang kebetulan ada atau tersedia.
dari penyakit diare tersebut. Untuk mendapatkan data sesuai dengan fokus
Dari hasil studi pendahuluan yang telah
penelitian ini, maka peneliti menentukan
dilakukan di Puskesmas Mergangsan pada 27 Mei
responden penelitian dengan kriteria inklusi dan
2013, jumlah seluruh balita yang berkunjung di eksklusi.
Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta pada
Jenis data dalam penelitian ini adalah data
tahun 2012 yaitu sebanyak 3960 balita dengan primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data
angka kejadian diare pada balita 1-5 tahun
yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari
mencapai 278 balita (7,5%) dan jumlah balita
lapangan oleh peneliti yaitu data mengenai pola
pada April 2013 sebanyak 105 balita dengan asuh ibu dengan kejadian diare pada balita di
angka kejadian diare sebanyak 32 balita. Setelah
Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Proses
dilakukan wawancara kepada 10 ibu yang
pengumpulan data dimulai dengan melakukan
memiliki balita dengan menggunakan kuesioner
pemilihan subjek penelitian sesuai dengan kriteria
yang meliputi pernyataan tentang perawatan
inklusi. Peneliti melakukan pendekatan terhadap
kesehatan dasar, higiene diri dan lingkungan,
responden dan memberikan penjelasan mengenai
pengaturan makan pada anak dan waktu tidur
maksud penelitian kepada ibu untuk menjadi
anak, di dapatkan bahwa 7 dari ibu balita responden. Setelah itu meminta responden untuk
memberikan pola asuh yang baik dan dan 3 orang
mengisi surat persetujuan untuk responden dan
ibu dengan pola asuh yang kurang baik.
menjelaskan cara pengisian kuesioner. Pengisian
Berdasarkan latar belakang diatas penulis kuesioner dilakukan secara langsung oleh
tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan
responden dengan didampingi oleh peneliti. Data
Pola Asuh Orang tua dengan Kejadian Diare pada sekunder, yaitu data yang diperoleh dari
Balita di Puskesmas Mergangsan Kota
Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta yaitu
Yogyakarta".
data jumlah anak balita yang menderita diare
Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk tahun 2012 yang berjumlah 3960 balita dan April
mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan
2013 sebanyak 105 balita di Puskesmas Kota
kejadian diare pada balita di Puskesmas
Yogyakarta. Data sekunder dalam penelitian ini
Mergangsan Kota Yogyakarta.
berupa data yang diperoleh dengan cara
menelusuri dan memilah catatan, literatur, artikel

http://jurnal.unived.ac.id
JDER Journal of Dehasen Education Review, 2020: 1(2), 56-64 eISSN 2721-2505

dan tulisan ilmiah yang relevan dengan topik reliabilitas dapat dilakukan dengan rumus K-R20.
penelitian yang dilakukan, data yang diperoleh Rumus ini cenderung memberikan hasil 𝑟
dari profil Puskesmas Mergangsan Kota dengan harga yang tinggi. Dengan menggunakan
Yogyakarta. rumus tersebut maka akan diketahui tingkat
Instrumen pengumpulan data dalam reliabilitas instrumen yang digunakan. Taraf
penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar signifikan yang digunakan adalah 95%.
kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan Data yang telah dikumpulkan, untuk
yang bersifat tertutup dan terstruktur. Pertanyaan selanjutnya dilakukan cek ulang oleh peneliti
dalam penelitian ini berhubungan dengan pola tentang kelengkapan isi kuesioner melalui
asuh orang tua pada balita dan orang tua pada prosedur pengolahan data secara manual dengan
balita dan kejadian diare dengan menggunakan melakukan editing, coding, scoring dan tabulasi.
skala Guttman yaitu suatu skala yang bersifat Analisa data yang digunakan adalah analisis
tegas seperti jawaban dari pertanyaan/pernyataan: univariat dan analisis bivariate. Analisis univariat
ya dan tidak, positif dan negatif, dan tidak setuju, dilakukan untuk tiap-tiap variabel yang diteliti
benar atau salah22. Responden tinggal memberi dari hasil penelitian, analisis ini menghasilkan
tanda centang (√) pada jawaban yang dipilih. distribusi frekuensi dan persentase dari tiap
Untuk jawaban “ya” diberi nilai 1 dan "tidak" variabel yaitu pola asuh orang tua dan kejadian
bernilai 0. diare pada balita. Analisis univariat dilakukan
Setelah kuesioner sebagai alat ukur atau alat pada tiap-tiap variabel dari hasil penelitian, yang
pengumpul selesai disusun, belum berarti kemudian akan mendapatkan gambaran tentang
kuesioner tersebut dapat langsung digunakan frekuensi pola asuh orang tua dan frekuensi
untuk mengumpulkan data. Kuesioner dapat kejadian diare pada balita yang diketahui dari
digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji kuesioner. Analisis bivariat yang di gunakan
validitas dan reabilitas. Validitas adalah suatu dalam penelitian ini adalah chi square. Uji Chi
ukuran menunjukkan tingkat tingkat kevalidan Square berguna untuk menguji hubungan atau
sesuatu instrumen. Reliabilitas menunjuk pada pengaruh dua buah variabel nominal. Uji ini
satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dilakukan untuk melihat hubungan variabel
dipercaya untuk digunakan sebagai alat independen dengan dependen dalam bentuk
pengumpul data karena instrument tersebut tidak tabulasi silang antara kedua variabel tersebut
menggunakan uji statistik dengan tingkat
baik6. Pada penelitian ini digunakan uji validitas
kemaknaan 0,05%. Tingkat kemaknaan yang
dengan menggunakan rumus Pearson Product
Moment. Selanjutnya untuk menentukan sahih digunakan adalah p value dan 𝑋 . Batas
atau tidaknya suatu item pertanyaan dilakukan signifikansi, jika p value < 0,1 maka hasil hitung
dengan membandingkan angka korelasi Product statistik bermakna, sebaliknya jika p value > 0,1
Moment dengan tabel r. Setelah harga r diperoleh berarti hasilnya tidak bermakna dan nilai 𝑋
lalu dihitung kemudian untuk diputuskan dibandingkan dengan nilai tabel, jika Xhit > Xtab
instrument tersebut valid atau tidak, harga tersebut maka hasil hitungan statistik bermakna dengan
dibandingkan dengan r tabel dengan taraf menggunakan uji chi square, selanjutnya untuk
kesalahan 5%. Jika didapatkan r lebih besar dan mengetahui keeratan hubungan menggunakan
atau sama dengan r tabel, maka item tersebut nilai Koefisien Korelasi.
sahih, dan apabila kurang dari r tabel maka item Data primer dalam penelitian ini antara lain
berupa identitas responden dan pengetahuan ibu
tersebut dikatakan gugur6. Setelah diperoleh nifas tentang perawatan luka perineum dengan
harga 𝑟 maka hasilnya dikonsultasikan dengan instrumen berupa kuesioner perawatan luka
harga kritik r product moment, jika harga 𝑟 lebih perineum. Data sekunder dalam penelitian ini
besar atau sama dengan r tabel maka dapat antara lain berupa data jumlah persalinan tiap
dikatakan butir soal tersebut valid. Tingkat bulan dan jumlah ibu nifas yang mengalami luka
kepercayaan yang digunakan adalah 95%. perineum di wilayah Puskesmas Tegalrejo Kota
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan Yogyakarta.
sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya Data yang dikumpulkan terdiri dari data
atau dapat diandalkan17. Pengujian reliabilitas primer dan data sekunder. Data primer mencakup
internal consistensy, dilakukan dengan cara pengumpuilan data : nama dan umur ibu nifas,
mencobakan instrumen sekali saja, kemudian tingkat pendidikan, status ekonomi dan informasi
dianalisis dengan tekhnik tertentu. Pengujian yang diperoleh.

http://jurnal.unived.ac.id
JDER Journal of Dehasen Education Review, 2020: 1(2), 56-64 eISSN 2721-2505

Data sekunder mencakup pengumpulan data


yang diambil dari buku catatan register persalinan.
Data yang telah selesai dikumpulkan, untuk
selanjutnya akan dilakukan cek ulang oleh peneliti
tentang kelengkapan isi quesioner dan dilakukan
proses editing, coding, scoring, tabulating dan
entry data.

Hasil Penelitian
Pola asuh orangtua dibagi menjadi dua
kategori yaitu baik dan kurang baik seperti pada
tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Tentang


Pola Asuh Orangtua di Puskesmas Mergangsan Kota
Yogyakarta Juni 2013 (n=53)
No Pola Asuh Orangtua F %
1 Baik 29 54.7
2 Kurang Baik 24 45.3
Jumlah 53 100

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui


bahwa lebih dari separuh responden menunjukkan
pola asuh baik yaitu 29 orang (54.7%). Kejadian
diare dibagi dalam dua kategori yaitu diare dan
tidak diare seperti pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas
Mergangsan Kota Yogyakarta Juni 2013 (n=53)
No Kejadian Diare F %
1 Diare 16 30.2
2 Tidak Diare 37 69.8
Jumlah 53 100

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui


bahwa mayoritas balita di Puskesmas Mergangsan
tidak mengalami diare yaitu sebanyak 37 orang
(69.8%). Analisi bivariat dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara
variabel pola asuh dengan kejadian diare, seperti
pada tabel berikut ini.

http://jurnal.unived.ac.id
JDER Journal of Dehasen Education Review, 2020: 1(2), 56-64 eISSN 2721-2505

Tabel 4.3 Tabel Silang Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Kejadian Diare di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta Juni 2013 (n=53).

Kejadian diare Total X Nilai Fisher's Exact Test


Pola asuh Tidak diare Diare
F % F % F %
Kurang baik 12 22.6 12 22.6 24 45.3 8.169 0.007
Baik 25 47.2 4 7.5 29 54.7
Jumlah 37 69.8 16 30.2 53 100

http://jurnal.unived.ac.id
JDER Journal of Dehasen Education Review, 2020: 1(2), 56-64 eISSN 2721-2505

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui penelitian yang dilakukan oleh (Ristanti) 2011
bahwa sebanyak 37 orang (69.8%) balita tidak yang menyatakan bahwa ada hubungan pola asuh
mengalami diare, 12 orang (22.6%) diantaranya dengan kejadian diare pada anak di wilayah kerja
dengan pola asuh orangtua kurang baik, dan 25 Puskesmas Depok I Maguwo Yogyakarta. Pola
orang (47.2%) dengan pola asuh baik. Selanjutnya asuh orangtua dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebanyak 16 orang (30.2%) balita mengalami antara lain: budaya, tingkat pendidikan,
diare,dengan 12 orang (22.6%) diantaranya lingkungan, umur dan tingkat sosial ekonomi.
dengan pola asuh orangtua kurang baik dan 4 Pola asuh yang baik membantu pertumbuhan dan
orang (75%) dengan pola asuh orangtua baik. perkembangan anak, memberikan stimulus,
Berdasarkan hasil tersebut, bahwa adanya pemeliharaan kesehatan, serta dukungan
kejadian diare pada pola asuh orangtua yang baik emosional yang dibutuhkan anak, misalnya
dapat disebabkan karena selain pola asuh ada dengan memberikan perawatan kesehatan dasar
beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan pada anak, mengajarkan anak tentang hygiene diri
diare seperti faktor lingkungan, kependudukan, dan lingkungan, memperhatikan pengaturan
ekonomi keluarga, pekerjaan, pendidikan, adat makanan pada anak, serta memperhatikan waktu
istiadat, pengetahuan, makanan, infeksi, tidur anak. Pola asuh yang baik tersebut dapat
psikologis dan malabsorbsi. mencegah terjadinya penyakit pada anak15.
Hasil uji statistik menggunakan uji chi square Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat
didapatkan hasil X hitung sebesar 8.169 dengan disimpulkan bahwa pola asuh orangtua
taraf signifikan 90%, df=1 dan X tabel sebesar merupakan peranan penting dalam pertumbuhan
3.841 yang berarti X hitung > X tabel (8.169 > dan perkembangan anak. Pola asuh yang baik
3.841) dan nilai p-value 0.007 dengan nilai a 0.1 asuh yang baik dapat mencegah anak sakit
yang berarti p < α maka dapat disimpulkan bahwa sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak
hipotesis diterima. Sehingga dapat disimpulakan dapat perkembangan anak dapat optimal.
bahwa secara statistik, ada hubungan yang
signifikan antara pola asuh orang tua dengan Kejadian Diare
kejadian diare pada balita. Hasil distribusi frekuensi diketahui bahwa
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kejadian diare pada balita di Puskesmas
nilai koefisien kontingensi (C) sebesar 0.365 yang Mergangsan Yogyakarta mayoritas tidak
termasuk dalam interval nilai (0.20 - 0.399) yaitu mengalami diare sebanyak 37 orang (69.8%).
kategori rendah sehingga kontribusi pola asuh Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal
orangtua terhadap kejadian diare pada balita dan cair. Buang air besar yang tidak normal dan
mencapai (0.365) x 100% = 13.329 sedangkan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih
86.68% dipengaruhi oleh faktor lain seperti banyak dari biasanya, dikatakan diare bila lebih
lingkungan, kependudukan, ekonomi keluarga,
dari 3x buang air besar24. Diare sering muncul
pekerjaan, pendidikan, adat istiadat, pengetahuan,
terutama pada balita karena peradangan usus,
makanan, infeksi, psikologis dan mulabsorbsi.
keracunan makanan dan minuman, kekurangan
gizi, tidak tahan terhadap makanan tertentu.
Pembahasan Selain faktor tersebut, beberapa faktor lain yang
Pola Asuh Orangtua meningkatkan terjadinya diare pada balita yaitu:
Hasil ditribusi frekuensi diketahui bahwa pasokan air tidak memadai, air terkontaminasi,
pola asuh orangtua di Puskesmas Mergangsan fasilitas kebersihan kurang, kebersihan pribadi
Kota Yogyakarta termasuk dalam kategori baik yang buruk, penyiapan makanan yang tidak
sebanyak 29 orang (54.7%). Pola Asuh orangtua higienis, faktor kependudukan, faktor ekonomi
merupakan rangkaian tindakan perbuatan dan keluarga, faktor pekerjaan, faktor pendidikan,
interaksi orangtua untuk mendorong pertumbuhan faktor adat istiadat, pengetahuan, makanan,
dan kembangan anak-anak agar dapat bertumbuh infeksi, faktor psikologsi, malabsorbsi
dan berkembang sesuai dengan pola asuh yang 28
makanan . Hal ini didukung pendapat dari Sinta
baik dan benar24. Pola asuh anak mencakup pola (2008) yang menyebutkan penyakit diare sebagai
perawatan (bagaimana ibu merawat anak, salah satu penyakit berbasis lingkungan yang
memelihara kesehatan, dan hygiene anak, sering menyerang balita dan balita. Tingginya
bagaimana ibu memberikan perhatian dan kasih kejadian penyakit berbasis lingkungan disebabkan
sayang, memperhatikan makanan anak, dan waktu oleh masih buruknya kondisi sanitasi dasar
tidur18. Hasil penelitian ini sejalan dengan terutama air bersih dan jamban serta rendahnya

http://jurnal.unived.ac.id
JDER Journal of Dehasen Education Review, 2020: 1(2), 56-64 eISSN 2721-2505

perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini sesuai diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
dengan penelitian yang dilakukan Utari (2010) secara statistik, ada hubungan yang signifikan
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan kejadian diare
PHBS dengan kejadian diare pada balita dengan pada balita. Berdasarkan hasil analisis diketahui
kekuatan korelasi 0.540 yang menunjuk bahwa nilai koefisien kontingensi (C) sebesar
menunjukkan korelasi sedang. Diare yang 0.365 yang termasuk dalam interval nilai (0.20 -
berkepanjangan menyebabkan beberapa 0399) vaitu kategori rendah sehingga kontribusi
komplikasi antara lain: Dehidrasi (ringan, sedang, pola asuh orangtua terhadap kejadian diare pada
berat, hoptonik, isotonil atau hipertonik), rejatan balita mencapai (0.365)' x 100% = 13.32%
hipovolemik, hipokalemia, hipoglikemia, sedangkan 86.68% dipengaruhi oleh faktor lain
intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa seperti lingkungan, kependudukan, ekonomi
usus dan defisiensi enzim lactase, keiang. keluarga, pekerjaan, pendidikan, pekerjaan,
malnutrisi energy protein15. Upaya mencegah pendidikan, adat istiadat, pengetahuan, makanan,
terjadinya diare pada anak maka orangtua perlu infeksi, psikologis dan malabsorbsi. Penelitian ini
meningkatkan pengetahuannya tentang penyebab sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
diare, penyebab, cara penanganan dan cara Sinta (2011) yang menyimpulkan bahwa ada
pencegahan diare. Beberapa hal yang dapat hubungan pola asuh dengan kejadian diare pada
mengurangi kemungkinan anak menderita diare anak di wilayah kerja Puskesmas Depok 1
antara lain: pemberian ASI, makanan pendamping Maguwo Yogyakarta dengan p-value = 0,000.
ASI, penggunaan air yang bersih, mencuci tangan, H.L. Blum menyatakan bahwa ada empat
menggunakan jamban (jamban berfungsi baik, komponen yang mempengaruhi status kesehatan
membuang tinja yang benar), pemberian yaitu perilaku, keturanan, lingkungan dan
imunisasi campak, makanan sehat, pengolahan pelayanan kesehatan. Penulis lebih menekankan
sampah serta buang air besar dan air kecil pada pada perilaku yaitu pola asuh orangtua yang
mempengaruhi status kesehatan yaitu kejadian
tempatnya23.
diare pada anak. Diare adalah penyakit
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Pola
Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan
asuh yang dimaksud disini adalah bagaimana ibu
kejadian Diare
merawat anak yang meliputi: kesehatan dasar,
Hasil tabulasi silang antara pola asuh
hygiene diri, lingkungan dan mendidik anak untuk
orangtua dengan kejadian diare diketahui bahwa
menjaga kebersihan. Berdasarkan uraian tersebut
pola asuh yang kurang baik berjumlah 24 orang
dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua
atau 45.3% dengan kejadian diare 12 orang
memiliki hubungan dengan kejadian diare pada
(22.6%) dan tidak diare 12 orang (22.6%), hal ini
anak.
menunjukkan bahwa selain pola asuh banyak
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi diare
seper seperti : lingkungan, kependudukan, Kesimpulan
ekonomi keluarga, pekerjaan, pendidik pekerjaan, Ada hubungan yang bermakna antara pola
pendidikan, adat istiadat, pengetahuan, makanan, asuh orangtua dengan kejadian diare pada balita di
infeksi, psikologis dan mal Infeksi, psikologis dan Puskesmas Mergangsan Yogyakarta dengan nilai
malabsorbsi memiliki hubungan yang erat dengan X hitung = 8.169 dan p-value = 0,007. Pola asuh
kejadian diare pada anak. Selanjutnya pola asuh orangtua pada balita di Puskesmas Mergangsan
orangtua yang baik berjumlah 29 orang atau Kota Yogyakarta termasuk dalam kategori baik
54.7% dengan kejadian diare 4 orang (7.5%) dan yaitu sebanyak 29 orang. Mayoritas balita di
tidak diare 25 orang (47.2%). Hal ini Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta tidak
menunjukkan bahwa pola asuh mempunyai mengalami diare yaitu 37 orang. Keeratan
pengaruh yang cukup terhadap terjadinya diare, hubungan antara pola asuh orangtua dengan
dimana semakin baik pola asuh maka kejadian kejadian diare pada balita di Puskesmas
diare akan semakin kecil. Hasil uji statistik Mergangsan Yogyakarta dengan hubungan
menggunakan uji chi square didapatkan hasil X keeratan rendah dengan nilai koefisien
hitung sebesar 8.169 dengan taraf signifikan 90%, kontingensi (C)= 0.365.
df=1 dan X tabel sebesar 3.841 yang berarti X Bagi peneliti yang tertarik untuk melakukan
hitung > X tabel (8.169 > 3.841) dan nilai p- penelitian mengenai pola asuh orangtua pada
value= 0.007 dengan nilai a 0.1 yang berarti p < a balita diare dapat menggunakannya sebagai data
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pembanding dan referensi tambahan mengenai

http://jurnal.unived.ac.id
JDER Journal of Dehasen Education Review, 2020: 1(2), 56-64 eISSN 2721-2505

faktor-faktor lain yang mempengaruhi diare selain Ristanti, 2011. Hubungan pola Asuh Orang Tua
pola asuh. dengan Kejadian Diare pada Anak di
. Wilayah Kerja Puskesmas Depok 1
Daftar Pustaka Maguwo Yogyakarta. Skripsi. UNRIYO.
Abah Jack. 2012. Memahami Diare dan (Tidak dipublikasikan).
Dehidrasi. Jakarta: Kawan Pustaka. Dresli. 2011. Penatalaksanaan Diare Untuk
Adisasmito, Wiku. 2011. Faktor Resiko Pelaksana Perawatan. Yogyakarta: Rineka
Kejadian Diare pada Bayi dan Balita di Cipta
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Satriva. P. 2010. Diare Persisten pada Anak.
Adriani. 2011. Faktor Penyebab Diare pada http://www.dr-rocky.com/layouts artikel-
Anak. Jakarta: Kawan Pustaka. kesehatan/43-diare-persisten-pada-anak.
Almatsier. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Setiawan, A dan Saryono. 2010. Metodologi
Jakarta: Gramedia. Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Alimul, H. 2011. Metode Penelitian Kebidanan Medika.
Teknik Analisa Data. Jakarta: Rineka Sophia, E. 2010. Diare pada Bayi dan Balita.
Cipta. Yogyakarta: Nuha Medika.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Sudarti, 2010. Kelainan dan Penyakit pada bayi
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Azwar, S. 2011. Penyusunan Skala Psikologi. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Hidayat, A.A.A. 2010. Pengantar Ilmu Sunoto. 2011. Buku Ajar ASI untuk Ibu.
Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Bandung: Alfabeta.
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Utari, 2010. Hubungan PHBS dengan kejadian
Hurlock. 2011. Psikologi Perkembangan: Suatu Diare di Wilayah Kerja Puskesmas
Pendekatan Sepanjang Rentang Delanggu. Skripsi. UNRIYO. (Tidak
Kehidupan. Jakarta: Erlangga. dipublikasikan).
Husaini, Mahdin Anwar. 2010. Peranan Gizi dan Widjaya M. 2011. Mengatasi Diare dan
Pola Asuh dalam Meningkatkan Kualitas Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan
Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Medika Pustaka
Badan Penelitian dan Pengembangan Zulkifli. 2012. Psikologi Perkembangan.
Kesehatan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Lucia, 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Ibu Mengenai PHBS dengan Kejadian
Diare pada Balita. Skripsi. UNRIYO.
(Tidak dipublikasikan)
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak
dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media.
Maulidi. 2010. Penatalaksanaan Dehidrasi Pada
Bayi Diare. 12 April 2012.
http://www.infodokterku.com/index.php?o
ption.com
Murniwaty. Shinta. 2011. Faktor-faktor Resiko
Kejadian Diare Akut pada balita di
Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang.
Tesis. Semarang: UNDIP.
Ngastiyah. 2011. Perawatan Anak Sakit Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Notoatmodio. S. 2010. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan
ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Ratih, I. 2011. Panduan Lengkap Perawatan dan
Gizi Anak. Yogyakarta Ilmu Semesta.

http://jurnal.unived.ac.id

You might also like