Edukasi Mengenai Dampak Pestisida Berbahaya Bagi Petani Di Desa Layoa, Kec. Gantarangkeke, Kab - Bantaeng

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

Prosiding Seminar Nasional Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat 2019 (pp.

405-409) 978-602-60766-6-3

EDUKASI MENGENAI DAMPAK PESTISIDA BERBAHAYA BAGI PETANI


DI DESA LAYOA, KEC. GANTARANGKEKE, KAB.BANTAENG

Rifo Rianto1) , Anita(1), A.Fatmawati(1)


(1)
Dosen Prodi Teknologi Laboratorium Medis,
Politeknik Kesehatan Muhammadiyah Makassar, Makassar

ABSTRACT

Most of the people in Layoa Village, Gantarangkeke Subdistrict, Bantaeng Regency, South Sulawesi have a
livelihood as farmers in the fields and use pesticides to eradicate plant pests (OPT). Chemical pesticides are toxic
materials that are very dangerous for health and the environment. This is because pesticides are pollutants and spread free
radicals that can cause damage to organs such as gene mutations and central nervous disorders. Besides that toxic
chemical residues left on agricultural products can trigger cell damage, premature aging and the emergence of
degenerative diseases. However, the farming community in Layoa Village, Gantarangkeke Subdistrict, Bantaeng
Regency still lacks an understanding of the impact of pesticides on health. Therefore, counseling is done to provide
education about the impact of harmful pesticides for farmers. The material is delivered through the presentation and
distribution of farmers' materials. In the question and answer session, several farmers took turns asking questions that
immediately got answers in the form of alternatives and solutions to the questions asked. Then, move on to the discussion
session between the speaker and the object of counseling, namely farmers. The discussion went quite interesting. The
discussion participants actively asked and gave opinions on the material that had been delivered. At the end of the
counseling session, an evaluation was also conducted to the farmers regarding the understanding of the extension
material which expects that the extension activities are sustainable so that the knowledge of the farmers can be increased.

Keywords:Pesticides, Layoa Village, Gantarangkeke Subdistrict, Bantaeng Regency, South Sulawesi

1. PENDAHULUAN
Pestisida adalah bahan kimia atau campuran dari beberapa bahan kimia yang digunakan untuk
mengendalikan atau membasmi organisme pengganggu (hama/pest). Pestisida digunakan di berbagai bidang
atau kegiatan, mulai dari rumah tangga, kesehatan, pertanian, dan lain-lain. Keuntungan dari penggunaan
pestisida antara lain, perlindungan tanaman dari serangan hama, menjamin ketersediaan bahan pangan,
mencegah kerusakan harta benda, dan pengendalian penyakit (yang ditularkan melalui vektor). Idealnya,
pestisida mempunyai efek toksik hanya pada organisme targetnya, yaitu hama. Namun, pada kenyataannya,
sebagian besar bahan aktif yang digunakan tidak cukup spesifik toksisitasnya, sehingga berdampak negatif
terhadap kesehatan (manusia)1. Selain itu, penggunaan pestisida juga berdampak negatif terhadap lingkungan
dan ekosistem (WHO, 2008)2.
Pestisida kimia merupakan bahan beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Hal
ini disebabkan pestisida bersifat polutan dan menyebarkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh seperti mutasi gen dan gangguan syaraf pusat. Disamping itu residu kimia yang beracun
tertinggal pada produk pertanian dapat memicu kerusakan sel, penuaan dini dan munculnya penyakit
degeneratif.3
Pada umumnya sayuran rentan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT), sehingga
penggunaan pestisida kimia tidak dapat terlepas dari para petani 4. Studi menunjukkan bahwa biaya petani
tomat untuk membeli pestisida di Jawa Barat mencapai 50% dari total biaya yang dikeluarkan 5. Hal tersebut
menunjukkan bahwa petani rela mengeluarkan biaya yang besar untuk penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida pada pertanian dapat berdampak negatif terhadap kesehatan petani dan
kesehatan masyarakat6. Berdasarkan hasil survei di lapangan diketahui bahwa para petani yang berada di
Desa Layoa,Kecamatan Gantarangkeke, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan selalu menggunakan pestisida.
Petani penyemprot pestisida berisiko mengalami keracunan pestisida. Keracunan pestisida pada petani dapat
terjadi akibat paparan pestisida pada saat petani menyemprot tanaman.
Dampak pajanan pestisida terhadap kesehatan tergantung dari jenis atau bahan aktif pestisida. Secara
umum, pestisida dikelompokkan berdasarkan jenis bahan aktifnya (klasifikasi kimia) dan mekanisme kerjanya,
yaitu golongan karbamat, organoklorin, organofosfat, dan piretroid 7. Pajanan akut dalam dosis tinggi oleh

1
Korespondensi penulis: Anita, Telp.082190344770, [email protected]

Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat 405


Prosiding Seminar Nasional Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat 2019 (pp.405-409) 978-602-60766-6-3

pestisida dapat menyebabkan keracunan. Tanda-tanda klinis keracunan akut pestisida golongan organopospat
dan karbamat, berkaitan dengan stimulasi kolinergik yang berlebihan. seperti kelelahan, muntah-muntah, mual,
diare, sakit kepala, penglihatan kabur, salivasi, berkeringat banyak, kecemasan, gagal nafas dan gagal jantung.
Sementara keracunan kronis ditandai dengan adanya tanda-tanda kolinergik dan penurunan aktivitas enzim
kolinesterase di plasma, sel darah merah dan otak 8.
Pajanan ringan jangka pendek, mungkin hanya menyebabkan iritasi pada selaput mata atau kulit,
namun pajanan ringan jangka panjang berpotensi menimbulkan berbagai dampak kesehatan, seperti gangguan
terhadap sistem hormon bahkan keganasan. Pestisida merupakan bahan kimia yang tergolong sebagai
endocrine disrupting chemicals (EDCs), yaitu senyawa kimia di lingkungan yang mengganggu sintesis,
sekresi, transport, metabolisme, aksi pengikatan, dan eliminasi dari hormon-hormon dalam tubuh yang
berfungsi menjaga keseimbangan (homeostasis), reproduksi, dan proses tumbuh-kembang9.Sementara Crofton,
memberikan sebutan thyroid disrupting chemicals (TDCs), untuk bahan-bahan kimia di lingkungan yang
mengganggu struktur atau fungsi kelenjar tiroid, mengganggu system pengaturan enzim yang berhubungan
dengan keseimbangan hormontiroid, dan mengubah sirkulasi serta kadar hormontiroid di jaringan 10.
Apabila paparan pestisida dihubungkan dengan pelestarian lingkungan maka penggunaan pestisida
perlu diwaspadai karena dapat membahayakan lingkungan serta kesehatan manusia maupun makhluk hidup
lainnya.Dampak pada lingkungan akibat penggunaan pestisida berkaitan dengan efektivitas pestisida.
Pestisida yang memiliki sifat beracun dapat mempengaruhi seluruh taksonomi biota, termasuk makhluk hidup.
Beberapa pestisida tahan terhadap degradasi lingkungan, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi
ekosistem alamiah dalam jangka panjang 11.

2. PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


Berdasarkan analisis situasi, penyuluhan dilaksanakan untuk memberikan informasi yang berkaitan
dengan edukasi mengenai dampak pestisida berbahaya bagi para petani Kegiatan pengabdian kepada
masyarakat dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi, tanya jawab, serta menggunakan
media lembar materi, presentasi menggunakan media infocus.
Tempat kegiatan pengabdian masyarakat ini adalaha di Desa Layoa, Kec.Gantarangkeke, Kab.
Bantaeng. Peserta dari kegiatan ini adalah warga masyarakat yang sebagian besar penduduknya bekerja
sebagai petani yang jumlahnya sebanyak 75 orang.

Persiapan pelaksanaan meliputi kegiatan sebagai berikut:


1.Persiapan pelaksanan dimulai dengan survei lokasi ke Desa Layoa, Kec. Gantarangkeke,
Kab.Bantaeng.
OBSERVASI 2.Mengirim surat perizinan kegiatan ke Desa Layoa, Kec.Gantarangkeke, Kab.Bantaeng.
3.Persiapan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penyuluhan
4.Menentukan dan mempersiapkan materi yang akan disampaikan dalam kegitan
pengabdian masyarakat

Pelaksanaan meliputi kegiatan sebagai berikut:


1.Penyajian materi penyuluhan mengenai edukasi dampak pestisida berbahaya bagi kepada
peserta penyuluhan.
PELAKSANAAN 2.Menyajikan solusi dan alternatif dalam penanganan dampak pestisida bagi petani
2.Membuka sesi diskusi antara masyarakat yang hadir dengan pemateri.
3.Memberikan umpan balik sebagai evaluasi untuk mengetahui pemahaman warga
terhadap materi penyuluhan yang disampaikan pemateri.

Kegiatan akhir meliputi sebagai berikut:


1.Partisipasi petani dalam pelaksanaan pengabdian masyarakat ini yakni sebagai objek
edukasi atau penyuluhan
KEGIATAN 2Timbulnya kesadaran petani mengenai dampak pestisida yang berbahaya bagi kesehatan
AKHIR 3.Pemeriksaan kesehatan bagi para peserta penyuluhan
4.Luran dalam pengabdian ini adalah tim akan membuat artikel untuk diterbitkan sebagai
jurnal

Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat 406


Prosiding Seminar Nasional Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat 2019 (pp.405-409) 978-602-60766-6-3

Gambar 1. Alur Metode Pelaksanaan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Layoa, Kecamatan Gantarangkeke,
Kabupaten Bantaeng berjalan dengan baik dan lancar. Tim Pengabdian Kepada Masyarakat memberikan
materi berkaitan dengan pengetahuan mengenai edukasi mengenai dampak pestisida berbahaya bagi kesehatan
petani . Materi yang disampaikan disusun berdasarkan data observasi lapangan Selain itu, didasarkan juga
literasi media berupa buku, artikel, dan jurnal yang relevan dengan pengabdian kepada masyarakat ini.
Materi disampaikan melalui presentasi dan penyebaran bahan materi para petani. Pada sesi tanya
jawab, beberapa petani secara bergiliran mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang langsung mendapatkan
jawaban berupa alternatif dan solusi dari pertanyaan yang diajukan. Kemudian, beranjak pada sesi diskusi
antara pemateri dan objek penyuluhan yaitu petani. Diskusi berjalan cukup menarik. Para peserta diskusi aktif
bertanya dan memberikan pendapat mengenai materi yang telah disampaikan.
Masyarakat di Desa Layoa, Kecamatan Gantarangkeke, Kabupaten Bantaeng sebagian besar mata
pencahariannya dengan bercocok tanam padi di sawah. Dua golongan pestisida yang paling banyak digunakan
oleh para petani dalam kegiatan pertanian adalah organopospat dan karbamat, chlorpyrifos (insektisida) dari
golongan organopospat, dan mancozeb (fungisida), dari golongan karbamat.
Berdasarkan hasil survei lapangan menunjukkan bahwa hampir semua petani di Desa Layoa,
Kecamatan Gantarangkeke, Kabupaten Bantaeng mencampurkan lebih dari satu jenis insektisida dan
fungisida dalam sekali penyemprotan. Pencampuran dilakukan untuk menghemat waktu dan tenaga petani,
sehingga diharapkan dalam satu kali penyemprotan dapat membasmi serangga dan jamur. Pada umumnya
petani beranggapan bahwa semakin banyak pestisida yang digunakan maka semakin ampuh membasmi
organisme pengganggu tanaman (OPT).
Tim penyuluhan memaparkan mengenai makanisme Pestisida dapat meracuni manusia yang sedang
berada dekat ataupun yang sedang menggunakan pestisida, dengan berbagai cara kontaminasi, diantaranya :
1. Melalui kulit dengan jalan terkena langsung ataupun melalui pakaian yang terkena pestisida.
2. Melalui pernafasan, hal ini sering kali terjadi pada petani yang langsung menyemprot pestisida atau pada
orang yang berada disekitar tempat penyemprotan.
3. Melalui mulut dengan jalan ketika seseorang meminum air yang telah tercemar atau makan dengan
tangan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah berurusan dengan pestisida.
Pada materi penyuluhan disampaikan pula dampak negatif dari penggunaan pestisida bagi kesehatan
masyarakat yaitu keracunan pestisida pada petani. Tim penyuluhan memaparkan dampak negatif pada saat
melakukan penyemprotan, petani akan terpapar percikan pestisida terutama apabila petani tersebut tidak
menggunakan alat pelindung diri (APD). Petani akan merasakan beberapa gejala keracunan seperti mual,
pusing, lemah, dan keluar air mata secara terus menerus.
Dijelaskan pula pada materi penyuluhan bahwa selain petani, tampak bahwa ada potensi bahaya
kesehatan akibat pajanan pestisida dosis rendah dalam waktu panjang, khususnya pada masyarakat yang
bertempat-tinggal di kawasan pertanian. Anak-anak yang tinggal di kawasan pertanian, mungkin tidak secara
langsung terlibat dalam kegiatan pertanian yang berisiko kontak dengan pestisida, seperti menyampur dan
menyemprotkan pestisida. Namun, kontak melalui residu yang ada di lingkungan, seperti hasil panen, air
maupun tanah menempatkan mereka sebagai populasi yang berisiko mengalami berbagai gangguan kesehatan
akibat pajanan pestisida. Tidak bisa dipungkiri, bahwa untuk menunjang ekonomi keluarga, banyak istri-istri
petani maupun anak yang ikut terlibat dalam kegiatan pertanian, meskipun sebatas pada kegiatan menyiangi
rumput/tanaman pengganggu, memanen, atau menata dan mengikat hasil panen, namun kegiatan-kegiatan
tersebut tetap berisiko terjadinya pajanan, antara lain karena masih adanya residu pestisida pada hasil panen.
Pada saat sesi diskusi menunjukkan bahwa semua petani sudah menggunakan masker, topi, baju
lengan panjang dan celana panjang. Masker yang digunakan petani berupa baju yang dilingkarkan sedemikian
rupa sehingga dapat menutupi hidung. Penggunaan topi adalah sebagai pelindung dari sinar matahari dan
percikan pestisida mengenai mata petani. Dengan demikian petani tidak perlu memakai kaca mata. Sebagian
besar petani tidak pernah menggunakan kaca mata ketika melakukan penyemprotan pestisida karena merasa
risih.
Semua petani menggunakan baju lengan panjang dan juga celana panjang ketika menyemprotkan
pestisida. Baju dan celana tersebut adalah pakaian khusus bagi petani untuk bekerja di sawah. Sebagian besar

Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat 407


Prosiding Seminar Nasional Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat 2019 (pp.405-409) 978-602-60766-6-3

petani selalu menggunakan sepatu ketika menyemprotkan pestisida. Jenis sepatu yang sering digunakan petani
adalah sepatu boot dengan bahan karet atau plastik. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa perilaku
penggunaan APD pada petani sudah cukup baik, namun masih perlu diawasi. Penggunaan APD yang lengkap
dan tertib diharapkan akan menurunkan risiko petani terhadap keracunan pestisida. Paparan keracunan dapat
terjadi karena petani tidak memperhatikan petunjuk tentang cara menggunakan pestisida dan cara penggunaan
alat pelindung diri dan sanitasi dasar.
Pada akhir sesi penyuluhan juga dilakukan evaluasi kepada petani mengenai pemahaman materi
penyuluhan dimana mengharapkan agar kegiatan penyuluhan ini berkelanjutan agar pengetahuan para petani
dapat ditingkatkan.

Gambar 1. Penyuluhan kepada masyarakat Gambar 2. Peserta penyuluhan

Gambar 2. Tim penyuluhan


4. KESIMPULAN
Dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa :
1.Pengetahuan dan pemahaman masyarakat Desa Layoa, Kec.Gantarangkeke, Kab.Bantaeng meningkat
tentang jenis-jenis pestisida yang berbahaya bagi kesehatan manusia

Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat 408


Prosiding Seminar Nasional Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat 2019 (pp.405-409) 978-602-60766-6-3

2.Pengetahuan dan pemahaman masyarakat Desa Layoa, Kec.Gantarangkeke,Kab.Bantaeng meningkat


tentang manfaat penerapan keselamatan kerja dalam penanganan pestisida bagi kesehatan manusia
3.Pengetahuan dan masyarakat Desa Layoa, Kec.Gantarangkeke, Kab.Bantaeng meningkat tentang penyakit
yang ditimbulkan akibat pestisida yang berbahaya bagi kesehatan manusia..

5. DAFTAR PUSTAKA
1.Costa LG. 2008. Toxic effects of pesticides. In: L.J. Casarett & J. Doull, eds. 2008. Toxicology. The basis
cience of poisons. 7th ed. New York: Macmillan Publishing Company: 883-930.
2.World Health Organization (WHO). 2008. Pesticides, children’s health and the environment. WHO Training
Package for the Health Sector, World Health Organization. Available at: http://www.who.int/ceh
[Akses 22-3-2009].
3.Kumar LP, Panneerselvam N. Toxic Effects of Pesticides: A Review on Cytogenetic Biomonitoring Studies.
Medicine and Biology. 2008, 15(2): 46-50.
4.Fantke, P.,Charles, R., Alencastro, L. F., Friedrich, R. (2011). Plant Uptake of Pesticides and Human
Health: Dynamic Modelling of Residue in Wheat and Ingestion Intake. Chemosphere, 85, 1639-
1647.
5. Setiawati, W., Sulastrini, I., Gunaeni, N. (2001). Penerapan Teknologi PHT Pada Tanaman Tomat.
Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran
6. Adriyani, R. (2006). Usaha Pengendalian Pencemaran Lingkungan Akibat Penggunaan Pestisida Pertanian.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, 3(1), 95-10.
7. Weiss B, Amler S, Amler RW. 2004. Pesticides. Pediatrics 113: 1030-1036.
8. Office of Environmental Health Hazard. 2007. Chlorpyrifos Human Data on Developmental and
Reproductive Effects. Available at:
http://oehha.ca.gov/prop65/public_meetings/pdf/Chlorpyrifos_112008b.pdf.
9. Diamanti-Kandarakis E, Bourguignon J, Giudice LC, Hauser R, Prins GS, Soto AM, et al. 2009. Endocrine-
disrupting chemicals. An endocrine society scientific statement. Endocrine Reviews 30(4): 293-342.
10.Crofton KM. 2008. Thyroid disrupting chemicals: mechanisms and mixtures. International Journal of
Andrology 31(2): 209-223.
11. Ardiyanto, A, Karya Tulis Ilmiah Tentang Pestisida, 2015.

6. UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis menyampaikan apresiasi terdalam kepada Direktur Politeknik Kesehatan Muhammmadiyah
Makassar yang telah mendanai kegiatan pengabdian kepada masyarakat 2019. Kepada seluruh civitas
akademika Prodi Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Muhammadiyah Makassar yang telah
berpartisipasi dan memberikan dukungan moril maupun fasilitas selama kegiatan ini dilaksanakan.

Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat 409

You might also like