0% found this document useful (0 votes)
33 views12 pages

Gizi Indonesia: The Analysis of Factors Causing Liquid Diet Waste of Patient Class 2 and 3 at A Building

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 12

Gizi Indon 2020, 43(2):97-108

GIZI INDONESIA
Journal of The Indonesian Nutrition Association
p-ISSN: 0436-0265 e-ISSN: 2528-5874

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB SISA MAKANAN CAIR PASIEN KELAS 2 DAN 3 DI


GEDUNG A RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA TAHUN 2019

The Analysis of Factors Causing Liquid Diet Waste of Patient Class 2 and 3 at A Building
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019

Abidah Syauqiyatullah1, Irfanny Z. Anwar1, Ferina Darmarini2, Ahmad Syauqy3


1Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta 2
2 Intalasi Gizi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
3 Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

E-mail: [email protected]

Diterima: 07-08-2019 Direvisi: 07-08-2020 Disetujui terbit: 05-09-2020

ABSTRACT

Plate waste is one of the indicators of minimum standard nutrition service at a hospital. Several studies at
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta showed that plate waste which higher than the standard still
existed. Nevertheless, no research has been done to clarify factors causing a liquid diet. This research
aims for finding out the analysis of factors causing liquid diet waste of patient classes 2 and 3 at A
Building RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. It was conducted in April 2019 using a cross-sectional
design and accidental sampling. The liquid diet waste was acquired by the food weighing method. A
questionnaire was used to collect data. The result showed that the liquid diet waste in category >20%
reached 88,7 percent. The results of statistical analysis explained that there were no significant relations
between gender, age, education, information and education of nutrition, patient’s clinical obstacles, and
food and diet obstacles with liquid diet waste. However, there were tendencies to leave liquid diet on male
patients, patients with the age of ≥35 years old, patients with higher education degrees, patients who did
not receive information and education of nutrition, and patients with other obstacles. Therefore, the
hospital and nutrition installation need to evaluate the acceptability of a liquid diet so it can increase
patients’ intake of a liquid diet.

Keywords: liquid diet waste, information and education of nutrition, patients

ABSTRAK

Sisa makanan merupakan salah satu indikator standar pelayanan minimal gizi rumah sakit. Dari beberapa
penelitian di RSUPN Dr. Cipto Mangkusumo Jakarta, masih terdapat sisa makanan yang melebihi standar
pelayanan minimal gizi rumah sakit tetapi penelitian mengenai sisa makanan cair belum pernah dilakukan
sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor penyebab sisa makanan cair pasien
kelas 2 dan 3 di Gedung A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian dilakukan pada bulan April 2019
dengan desain cross-sectional dan metode pemilihan sampel accidental sampling. Pemberian kuesioner
kepada pasien dilakukan untuk mengetahui pemberian informasi dan edukasi gizi dan kendala yang
dihadapi pasien dalam mengonsumsi makanan cair sedangkan data sisa makanan diperoleh dengan cara
penimbangan. Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa distribusi frekuensi sisa makanan cair
dalam kategori tidak terpenuhi (>20%) mencapai 88,7 persen. Sisa makanan cair diketahui tidak memiliki
hubungan yang signifikan terhadap jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan, dan pemberian
informasi dan edukasi gizi, kendala klinis dan kendala makanan dan menu yang dihadapi pasien. Namun,
terdapat kecenderungan lebih banyak terjadinya sisa makanan cair pada pasien berjenis kelamin laki-laki,
pasien berumur ≥35 tahun, pasien dengan tingkat pendidikan minimal SMA, pasien yang tidak diberikan
informasi dan edukasi gizi, dan pasien dengan kendala lain-lain. Oleh karena itu, pihak rumah sakit
khususnya instalasi gizi, perlu mengevaluasi lebih lanjut kepuasan pasien terhadap makanan cair
sehingga dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan asupan makanan cair.

Kata kunci: sisa makanan cair, informasi dan edukasi gizi, pasien

Doi: 10.36457/gizindo.v43i2.472
www.persagi.org/ejournal/index.php/Gizi_Indon
www.persagi.org/ejournal/index.php/Gizi_Indon
97
Gizi Indon 2020, 43(2):97-108 Analisis faktor-faktor penyebab sisa makanan ... Abidah S., dkk.

PENDAHULUAN porsi makanan rumah sakit kemudian dikalikan


100 persen.
Beberapa penelitian yang dilakukan di

P
elayanan Gizi Rumah Sakit sebagai rumah sakit (RS) di Indonesia menunjukkan data
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang bervariasi dalam konteks sisa makanan.
yang menyeluruh di rumah sakit Penelitian di RS Prirngadi Medan oleh Elsa
merupakan salah satu upaya dalam rangka Sembiring pada tahun 2014 didapatkan data sisa
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan makanan biasa sebesar 32,92 persen.6 Di RSUD
bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin, pada
jalan di rumah sakit. Dikatakan bermutu jika tahun 2014 Salman dkk., menemukan rata-rata
memenuhi 3 komponen mutu pelayanan gizi, sisa makanan pasien bersisa banyak (>25%)
yaitu: 1.) pengawasan dan pengendalian mutu pada jenis makanan lauk nabati sebesar 55,6
dalam menjamin produk yang dihasilkan aman, persen dan lauk hewani sebesar 51,1 persen.7
2.) menjamin kepuasan konsumen, dan 3.) Sedangkan, dalam penelitian yang dilakukan
assessment yang berkualitas. Hal ini sejalan oleh Yahya Nashua pada tahun 2018 di RS
dengan indikator Standar Pelayanan Gizi Bhakti Asih Brebes, sisa makanan lauk nabati
sebagai Standar Pelayanan Minimal Rumah sebesar 39,61 persen.8 Sisa makanan paling
Sakit meliputi ketepatan waktu pemberian banyak pada makan siang pasien Diabetes
makanan kepada pasien (100 %), sisa makanan Mellitus di RSI Klaten tahun 2007 adalah pada
yang tidak dihabiskan oleh pasien (≤ 20 %) dan makanan pokok sebesar 86,21 persen.9
tidak ada kesalahan pemberian diet (100 %).1 Penelitian dengan metode quasi eksperimen
Mutu pelayanan rumah sakit yang belum oleh Anna Ngatmira di RSUPN Dr. Cipto
terlaksana dengan maksimal akan berpengaruh Mangunkusumo pada tahun 2013 didapatkan
kurang baik terhadap mutu makanan yang bahwa sisa makanan biasa terbesar
disajikan. Akibatnya pasien meninggalkan disumbangkan dari makanan pokok (41,52%
banyak sisa makanannya.2 Sisa makanan pada kelompok kontrol dan 32,87% pada
merupakan jumlah makanan yang masih kelompok perlakuan).10 Berbagai faktor seperti
tertinggal di alat hidang ketika pasien selesai faktor internal, eksternal, dan lingkungan
makan.3 Sisa makanan dipengaruhi oleh faktor menyebabkan terjadinya sisa makanan dalam
internal, eksternal dan lingkungan pasien.3 porsi besar. Faktor internal pasien didominasi
Faktor internal termasuk dalam faktor yang oleh kondisi fisik, kebiasaan makan, dan
berasal dari dalam diri pasien sendiri, seperti perbedaan jenis kelamin. Faktor eksternal
keadaan psikis, fisik, dan kebiasaan makan. pasien didominasi oleh rasa makanan,
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari penampilan makanan, dan kurangnya variasi
luar diri pasien, meliputi penampilan makanan makanan. Faktor lingkungan yang didominasi
dan rasa makanan. Faktor terakhir, yaitu faktor oleh peranan keluarga yang memberi-kan
lingkungan, termasuk jadwal/waktu pemberian makanan luar rumah sakit, membantu dan
makanan, makanan dari luar rumah sakit, alat memberi motivasi pasien.11
makan dan keramahan penyaji/pramusaji Meskipun demikian, penelitian tentang sisa
makanan.4 makanan cair masih jarang dilakukan. Makanan
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit di cair adalah makanan berkonsistensi cair hingga
bidang gizi yang diatur dalam Menteri kental yang diberikan kepada pasien yang
Kesehatan Republik Indonesia Nomor mengalami ganguan mengunyah, menelan, dan
129/Menkes/SK/II/2008 menyebutkan bahwa mencernakan makanan karena menurunnya
sisa makanan masih bisa ditoleransi apabila kesadaran, suhu tinggi, rasa mual, muntah,
memenuhi standar sebesar ≤20 persen.5 pasca pendarahan saluran cerna, serta pra dan
Berbagai metode untuk menghitung sisa pascabedah. Makanan dapat diberikan secara
makanan banyak digunakan tetapi metode oral atau peroral. Menurut konsistensinya,
penimbangan makanan merupakan metode terdapat tiga jenis makanan cair, yaitu makanan
paling tepat untuk memperkirakan makanan dan cair jernih, makanan cair penuh, dan makanan
atau asupan zat gizi untuk individu.4 Presentase cair kental.12
sisa makanan dihitung dengan cara Pemilihan lokasi penelitian di RSUPN
membandingkan sisa makanan dengan standar Cipto Mangunkusumo didasarkan atas observasi

98
Gizi Indon 2020, 43(2):97-108 Analisis faktor-faktor penyebab sisa makanan ... Abidah S., dkk.

Dietisien RSUPN Cipto Mangunkusumo yang Pengumpulan data dibantu oleh


menunjukkan hasil bahwa banyak sisa makanan enumerator yang terdiri dari 9 orang mahasiswa
cair di Unit Rawat Inap Gedung A yang belum Jurusan Gizi Poltekkes Jakarta II yang dibagi
diketahui penyebabnya. Selain itu, belum pernah menjadi dua kelompok, yaitu enumerator
dilakukan penelitian mengenai sisa makanan penimbang dan enumerator pewawancara.
cair pada pasien kelas 2 dan 3 di Unit Rawat Enumerator penimbang bertugas memisahkan
Inap Terpadu Gedung A. botol makanan cair yang bersisa, menimbang
Perumusan masalah dalam penelitian ini sisa makanan cair, dan melakukan pencatatan
adalah mencari tahu faktor-faktor penyebab sisa dan dokumentasi. Enumerator pewawancara
makanan cair pasien kelas 2 dan 3 di Gedung A bertugas mengunjungi pasien, membacakan
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini informed consent, melakukan wawancara
bertujuan untuk menganalisis faktori-faktor dengan menggunakan kuesioner mengenai
penyebab terjadinya sisa makanan cair pasien edukasi dan konseling gizi dan kendala yang
kelas 2 dan 3 di Gedung A di RSUPN Dr Cipto dihadapi pasien dalam mengonsumsi makanan
Mangunkusumo. Adapun manfaat dari penelitian cair, serta melakukan pencatatan dari rekam
ini bagi rumah sakit adalah sebagai masukan medik pasien. Sebelumnya, telah dilakukan
dan informasi dalam pemecahan masalah yang diskusi dan penyamaan persepsi antara peneliti
berkaitan dengan penyebab sisa makanan cair. dan enumerator tentang cara pengambilan data.
Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk Wawancara dilakukan pada hari pertama subjek
meningkatkan kualitas penyelenggaraan dipilih. Pengambilan data sisa makanan
makanan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dilakukan setiap kali selesai pemberian
sebagai bagian dari pelayanan gizi di rumah makanan cair selama 4 hari berturut-turut.
sakit. Variable bebas berupa data primer yang
meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan,
METODE PENELITIAN departemen perawatan, pemberian informasi
dan edukasi gizi, serta kendala yang dihadapi
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup pasien. Variable terikat adalah sisa makanan
gizi institusi. Penelitian kuantitatif dengan cair yang diperoleh dengan cara penimbangan.
metode deskriptif-analitik dan rancangan cross- Pengolahan dan analisis data
sectional. Populasi adalah pasien berumur 18 menggunakan program aplikasi komputer.
tahun ke atas yang dirawat inap di kelas 2 dan 3 Analisis univariat dilakukan untuk melihat
di Gedung A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo gambaran karakteristik subjek (jenis kelamin,
dan menerima diet makanan cair dengan jumlah umur, tingkat pendidikan, dan departemen
total populasi 71 orang yang terdiri dari 30 laki- perawatan) sisa makanan cair, jalur pemberian
laki dan 41 perempuan. Responden tertua makanan cair, jenis sisa makanan cair,
berumur 77 tahun. pemberian informasi dan edukasi gizi, serta
Pengambilan sampel dalam penelitian ini kendala yang dihadapi pasien. Analisis bivariat
menggunakan teknik accidental sampling yang menggunakan uji Chi-square dan apabila tidak
dibatasi dalam waktu 4 hari karena dalam terpenuhi digunakan uji Fisher’s Exact dengan
jangka waktu tersebut jumlah responden sudah tingkat kepercayaan 95% dan nilai p<0,05. Data
memenuhi, yaitu 71 orang. Sampel diperoleh disajikan dalam bentuk tabel.
dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi, Kategori jenis kelamin dibagi menjadi laki-
yaitu pasien kelas 2 dan 3 yang dirawat di laki dan perempuan. Kategori umur dibagi
Gedung A dengan umur minimal 18 tahun yang menjadi dua, yaitu <35 tahun dan ≥35 tahun.
menerima makanan cair melalui jalur oral dan Tingkat pendidikan dibagi menjadi dua kategori,
NGT lalu menyisakan makanan cair untuk Dasar (<SMA) dan Lanjut (≥SMA). Departemen
pertama kali selama waktu pengambilan data perawatan dibagi menjadi lima departemen,
dan komunikatif. Kriteria eksklusi adalah pasien yaitu Departemen Obsgin dan Kebidanan,
kelas 2 dan 3 di Gedung A yang mengundurkan Departemen Bedah, Departemen Stroke dan
diri selama penelitian berlangsung. Didapatkan Kulit Kelamin, Departemen Penyakit Dalam, dan
71 responden yang terdiri dari 30 laki-laki dan Departemen Geriatri. Sisa makanan cair
41 perempuan yang memenuhi kriteria inklusi terkategori rendah apabila mencapai ≤20
selama 4 hari penelitian. persen, terkategori tinggi apabila >20 persen.

99
Gizi Indon 2020, 43(2):97-108 Analisis faktor-faktor penyebab sisa makanan ... Abidah S., dkk.

Jenis sisa makanan dibagi menjadi enam subjek penelitian menggunakan informed
kategori, Low Lactose Milk (LLM), Blenderize, consent dengan dijamin kerahasiaannya dan
Cair DM, Cair TPS, Cair Jernih, dan Cair hanya digunakan untuk keperluan ilmiah.
Komersil. Jalur pemberian makanan cair dibagi
menjadi oral dan selang. Pemberian informasi
HASIL
dan edukasi gizi terkategori diberikan apabila
pasien dan/atau pihak keluarga merasa pernah
mendapat pemberian informasi dan edukasi gizi Karakteristik subjek disajikan dalam Tabel
dan terkategori tidak diberikan apabila merasa 1. Hasil pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
tidak pernah mendapat. Kendala klinis yang sebagian besar pasien berjenis kelamin
merupakan masalah yang berhubungan dengan perempuan, umur ≥35 tahun, memiliki tingkat
keadaan fisik dan klinis pasien terkategori pendidikan minimal SMA. Distribusi kelas
banyak apabila memiliki ≥2 kendala dan perawatan sebagian besar terdapat di bagian
terkategori sedikit apabila memiliki <2 kendala. Penyakit Dalam. Sisa makanan cair, jenis sisa,
Kendala makanan dan menu yang memiliki dan jalur pemberian makanan cair disajikan
pengertian masalah pada hidangan yang dalam Tabel 2.
disajikan yang dirasakan pasien terkategori ada Dari Tabel 2 diketahui bahwa sebagian
apabila subjek memiliki kendala makanan dan besar subjek (88.7%) menyisakan makanan cair
menu dan terkategori tidak ada apabila tidak dalam kategori sisa makanan tinggi (>20%).
memiliki kendala makanan dan menu. Kendala Jenis makanan cair yang sebagian besar
lain-lain dengan arti masalah lainnya yang disisakan adalah jenis Formula Rumah Sakit,
dihadapi pasien terkategori ada apabila subjek Low Lactose Milk (LLM) (47,9%) dan makanan
memiliki kendala lain-lain dan terkategori tidak cair yang paling sedikit disisakan adalah
ada apabila tidak memiliki kendala lain-lain. makanan cair komersil (4,2%). Jalur pemberian
Penelitian ini telah mendapat persetujuan makanan sebagian besar menggunakan jalur
dari komisi etik Fakultas Kedokteran Universitas oral (71,8%). Pemberian informasi dan edukasi
Indonesia No. 0905/UN2.FI/ETIK/2018. Semua gizi dan kendala yang dihadapi subjek disajikan
informasi dan data yang dikumpulkan dari dalam Tabel 3.

Tabel 1
Karakteristik Pasien Kelas 2 dan 3

Jumlah
Karakteristik
n %
Jenis kelamin
Laki-laki 30 42,3
Perempuan 41 57,7
Umur
<35 tahun 16 22,6
≥35 tahun 55 77,4

Tingkat Pendidikan
Dasar (<SMA) 22 30,9
Lanjut (≥SMA) 49 69,1
Departemen Perawatan
Obsgin dan Onkologi 8 11,3
Bedah 12 16,9
Stroke dan Kulit Kelamin 13 18,3
Penyakit Dalam 24 33,8
Geriatri 14 19,7

100
Gizi Indon 2020, 43(2):97-108 Analisis faktor-faktor penyebab sisa makanan ... Abidah S., dkk.

Tabel 2.
Sisa Makanan Cair, Jenis Sisa Makanan Cair, dan Jalur Pemberian Subjek

Jumlah
Variabel
N %
Sisa Makanan
Rendah (≤20%) 8 11,3
Tinggi (>20%) 63 88,7
Jenis Sisa Makanan
Low Lactose Milk (LLM) 34 47,9
Blenderize 10 14,1
Cair DM 8 11,3
Cair TPS 4 5,6
Cair Jernih 12 16,9
Cair Komersil 3 4,2
Jalur Pemberian Makanan Cair
Oral 51 71,8
Selang 20 28,2

Tabel 3
Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi dan Kendala yang Dihadapi Subjek

Jumlah
Variabel
n %
Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi
Diberikan 51 71,8
Tidak diberikan 20 28,2
Kendala yang Dihadapi Pasien
Kendala klinis 56 78,9
Kendala makanan dan menu 4 5,6
Kendala lainnya 11 15,5

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa gizi, kendala yang dihadapi pasien tehadap sisa
subjek yang menerima informasi dan edukasi makanan cair. Dari Tabel 4 dapat diketahui
gizi sebesar 71,8 persen dan subjek yang tidak bahwa proporsi sisa makanan kategori tinggi
menerima informasi dan edukasi gizi sebanyak (>20%) lebih banyak terjadi pada subjek yang
28,2 persen. Oleh karena itu, dapat dikatakan berjenis kelamin laki-laki (93,3%), subjek yang
bahwa sebagian besar subjek menerima berusia ≥35 tahun (89,1%), subjek yang
informasi dan edukasi gizi. Kendala yang memiliki pendidikan lanjut (89,8%), subjek yang
dihadapi pasien dalam mengonsumsi makanan di rawat di departemen stroke (100%), subjek
cair disajikan dalam Tabel 6. yang tidak menerima informasi dan edukasi gizi
Tabel 3 didapatkan bahwa terdapat tiga (90%), subjek dengan kendala lain-lain,(100%).
jenis kendala yang dihadapi pasien dalam Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat
mengonsumsi makanan cair. Kendala terbesar hubungan secara statistik antara variabel bebas
yang dihadapi pasien merupakan kendala klinis. dengan variable terikat. Namun dapat
Sementara Tabel 4 menyajikan gambaran diidentifikasi adanya kecenderungan sisa
karakteristik, pemberian informasi dan edukasi makanan.

101
Gizi Indon 2020, 43(2):97-108 Analisis faktor-faktor penyebab sisa makanan ... Abidah S., dkk.

Tabel 4
Gambaran Karakteristik, Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi, Kendala yang Dihadapi Pasien
tehadap Sisa Makanan Cair

Sisa Makanan
Kategori Rendah Tinggi p OR
n % n %
Jenis kelamin
- Laki-laki 2 6,7 28 93,3 0,435 0,40
- Perempuan 6 14,6 35 85,7
Umur
- <35 tahun 2 12,5 14 87,5 1,000 1,10
- ≥35 tahun 6 10,9 49 89,1
Tingkat Pendidikan
- Dasar (<SMA) 3 13,6 19 86,4 0,690 1,38
- Lanjut (≥SMA) 5 10,2 44 89,8
Departemen Perawatan
- Obgyn dan Onkologi 2 25,0 6 75,0
- Bedah 3 25,0 9 75,0
- Stroke 0 0,0 13 100,0
- Penyakit Dalam 1 4,3 23 95,8
- Geriatri 2 14,3 12 85,7
Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi
- Diberikan 6 11,8 45 88,2 0,599 1,20
- Tidak diberikan 2 10,0 18 90,0
Kendala yang Dihadapi Pasien
- Kendala Klinis 7 12,5 49 87,5
- Kendala Menu dan Makanan 1 25,0 3 75,0
- Kendala Lain-lain 0 0,0 11 100,0

Kendala klinis
- Jumlah kendala sedikit (<2) 5 9,1 50 90,9
0,074 4,60
- Jumlah kendala banyak (≥2) 3 18,7 13 81,3
Kendala Makanan dan Menu
- Ada 1 25,0 3 75,0
0,300 1,13
- Tidak ada 6 9,0 61 91,0
Kendala Lain-lain
- Ada 0 0,0 11 100,0
- Tidak ada 7 11,7 53 88,3

BAHASAN Namun, kondisi khusus yang memengaruhi


nafsu makan pasien perempuan juga ditemukan
Karakteristik subjek sehingga jenis kelamin dapat menjadi faktor
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa yang memengaruhi pilihan jenis makanan.13
jenis kelamin subjek sebagian besar adalah
perempuan. Dari total 71 responden, terdapat Penggolongan umur dengan batas 35
57,7 persen responden perempuan. tahun didasarkan pada penelitian terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian Tanuwijaya dkk., yang menggunakan pengelompokkan umur
pada tahun 2018 di RS Universitas yang serupa14 dengan hasil yang didapatkan
Muhammadiyah Malang, perbedaan jenis sebagian besar subjek berumur ≥35 tahun.
kelamin memengaruhi tindakan pasien tidak Proporsi yang lebih besar ini berhubungan juga
secara langsung dalam menyisakan makanan.11 dengan keadaan fisik pasien yang berhubungan

102
Gizi Indon 2020, 43(2):97-108 Analisis faktor-faktor penyebab sisa makanan ... Abidah S., dkk.

erat dengan keinginan serta kemampuan pasien TPS atau makanan cair tanpa susu yang
dalam mengkonsumsi makanan.4 terbuat dari kacang hijau untuk pasien yang
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian tidak tahan protein susu12 juga termasuk dalam
besar subjek memiliki pendidikan lanjut. Formula Rumah Sakit. Makanan cair formula
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem komersil berada pada urutan terendah pada
Pendidikan Nasional, tingkat pendidikan subjek jenis makanan cair yang bersisa. Makanan cair
ini termasuk dalam jenjang pendidikan formal formula komersil yang bersisa adalah
menengah (SMA dan/atau sederajat) dan tinggi Diabetasol, Peptisol, dan Proten. Jumlah
(Diploma/Sarjana/Magister).15 makanan cair yang bersisa ini berhubungan
Penggolongan karakteristik departemen dengan jumlah pemberian makanan cair karena
perawatan didasarkan pada penggolongan yang makanan cair LLM lebih banyak diberikan.
digunakan di Gedung A. Dari Tabel 1 dapat Berdasarkan jalur pemberian makanan
diketahui bahwa sebagian besar subjek dirawat cair, sebagian besar subjek mendapat makanan
di Departemen Penyakit Dalam (33,8%). cair melalui oral sehingga pasien dapat
Departemen Perawatan Obsgin dan Onkologi meminum sendiri makanan cair. Oleh karena
memiliki jumlah subjek paling sedikit, yaitu 11,3 itu, pasien memiliki kebebasan yang lebih
persen. dibanding pasien yang menggunakan jalur
selang untuk mengonsumsi makanan cairnya.
Sisa makanan, jenis sisa makanan, dan jalur Sedangkan pada pasien yang menggunakan
pemberian jalur pemberian selang harus mengandalkan
Berdasarkan Tabel 2, sisa makanan cair bantuan orang lain untuk mengonsumsi
dalam kategori tinggi (>20%) mencapai 88,7 makanan cair. Walaupun tidak ada masalah
persen. Sisa makanan adalah jumlah makanan dengan rasa dan aroma,tetapi masih terdapat
yang tidak habis dikonsumsi setelah makanan sisa makanan cair pada jalur pemberian lewat
disajikan(16). Sisa makanan yang tidak selang. Kemungkinan hal ini disebabkan karena
termakan oleh pasien memiliki standar sebesar faktor eksternal, antara lain ketelatenan dalam
≤20% yang dijadikan sebagai salah satu dari pemberian makanan dan kesabaran pasien
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit di
bidang gizi yang diatur dalam Menteri Pemberian informasi dan edukasi gizi dan
Kesehatan Republik Indonesia No. kendala yang dihadapi pasien
129/Menkes/SK/II/2008(5). Dari Tabel 3, diketahui bahwa sebagian
Nafsu makan menjadi faktor utamanya, besar subjek menerima informasi dan edukasi
tetapi faktor lain yang menyebabkan terjadinya gizi dari dietisien. Meskipun demikian, masih
sisa makanan juga ada, seperti faktor yang terdapat subjek yang mengaku belum mendapat
berasal dari luar pasien atau faktor eksternal informasi dan edukasi gizi.
dan faktor yang berasal dari dalam pasien atau Pemberian informasi kesehatan adalah
faktor internal.4 Terdapat dua jenis makanan usaha atau kegiatan yang dilakukan dalam
cair yang digunakan, yaitu Formula Rumah rangka memberikan informasi kesehatan
Sakit dan Formula Komersial. Formula Rumah terhadap masalah kesehatan pasien yang
Sakit memiliki berbagai macam indikasi belum diketahui oleh pasien dan keluarganya,
pemberian yang disesuaikan dengan indikasi sedangkan hal tersebut perlu diketahui untuk
penyakitnya.12 Formula Rumah Sakit rendah membantu dan mendukung penatalaksanaan
laktosa atau dinamakan Low Lactose Milk (LLM) medis serta melibatkan pasien dan keluarga
merupakan jenis makanan cair yang memiliki dalam penatalaksanaan pelayanan kesehatan
kandungan laktosa yang rendah yang ditujukan di rumah sakit.17
untuk pasien yang tidak tahan terhadap laktosa Pemberian informasi dan edukasi gizi
(lactose intolerant)12 sehingga relative aman merupakan bagian dari pelayanan gizi rawat
untuk diberikan kepada pasien. Formula Rumah inap.1 Informasi dan edukasi gizi yang
Sakit lainnya, yaitu Cair Jernih dan Blenderize ditanyakan dalam penelitian ini adalah persepsi
termasuk dalam kategori tiga makanan cair pasien atau pendamping terhadap dietisien
yang sebagian besar bersisa. Makanan Cair DM dalam memberikan informasi dan edukasi
atau makanan cair yang dikhususkan untuk terkait penjelasan rencana asuhan gizi yang
penderita Diabetes Mellitus dan makanan cair dilakukan seperti makanan yang diberikan di

103
Gizi Indon 2020, 43(2):97-108 Analisis faktor-faktor penyebab sisa makanan ... Abidah S., dkk.

rumah sakit, penjelasan akan pentingnya Hubungan Sisa Makanan Cair dengan
makanan tersebut, dan lainnya. Pemberian Karakteristik, Pemberian Informasi, dan
informasi dan edukasi gizi tidak terbatas Edukasi Gizi, Kendala yang Dihadapi Pasien
diberikan oleh dietisien tetapi juga oleh perawat Dari Tabel 4 diketahui bahwa subjek yang
dan dokter. menyisakan makanan cair dalam kategori tinggi
(>20%) sebagian besar berjenis kelamin laki-
Berdasarkan kendala yang dihadapi
laki. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
pasien dalam mengonsumsi makanan cair,
Usdeka Muliani di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek,
kendala klinis menempati tempat teratas disusul
Provinsi Lampung tahun 2011 bahwa jenis
oleh kendala lainnya dan kendala makanan dan
kelamin laki-laki lebih banyak menyisakan
menu. Kendala klinis termasuk dalam faktor
makanan saring dalam kategori sisa kurang
internal dan kendala makanan dan menu serta
baik.18 Nilai p diperoleh sebesar 0,435 sehingga
kendala lain-lain termasuk dalam faktor
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
eksternal. Kendala klinis yang ditemukan antara
yang signifikan antara jenis kelamin pasien
lain, rasa begah, kenyang, mual, diare,
dengan sisa makanan cair pasien. Dari nilai OR
kembung, ganti diet, muntah, sakit perut, dan
sebesar 0,4 dapat dikatakan pasien laki-laki
tidak bisa minum banyak. Kendala klinis, seperti
berpeluang menyisakan makanan cair 0,4 kali
mual, dapat dipengaruhi juga oleh obat yang
dibandingkan dengan pasien perempuan. Hal
dikonsumsi. Selain itu, keadaan dan kebiasaan
ini serupa dengan hasil penelitian Yasya
subjek seperti tidak bisa minum banyak juga
Nashua pada tahun 2018 di RS Bhakti Asih
turut memengaruhi. Pergantian diet termasuk
Brebes yang menemukan bahwa tidak terdapat
dalam kendala klinis karena berhubungan
hubungan antara sisa makanan biasa
dengan modifikasi tekstur diet yang mengikuti
berdasarkan jenis kelamin.8 Pernyataan
keadaan pasien. Kendala diare dialami oleh
tersebut juga didukung dalam penelitian Putri
pasien yang menggunakan selang NGT dan
Ronitawati pada tahun 2017 di RSUD Koja,
diduga terjadi karena tidak cocok dengan
Jakarta mengenai diet biasa dan lunak.19 Jika
formula makanan cair yang diberikan.
dibandingkan dengan sisa makana saring,
Dalam kategori kendala menu dan
penelitian Usdeka Muliani di RSUD Dr. H. Abdul
makanan, subjek menyatakan bahwa makanan
Moeloek tahun 2011 mengungkapkan hal yang
cair tidak dihabiskan karena tidak menyukai
sama.18 Demikian juga dalam penelitian Lestari
makanan cair yang diberikan. Pasien tidak
dkk., di RS Holistik tahun 2016 yang hanya
menyukai pilihan makanan cair yang diberikan
khusus membahas sisa makanan pokok.20
sehingga memengaruhi terjadinya sisa
Berdasarkan kelompok umur, dapat dilihat
makanan cair. Penggantian cara pemberian
bahwa subjek yang menyisakan makanan cair
makanan cair secara oral ke pemberian lewat
dalam kategori tidak terpenuhi sebagian besar
selang dapat dilakukan setelah ada instruksi
berumur ≥35 tahun (89,1%). Beberapa
dokter
penelitian lainnya juga membuktikan bahwa
Kendala lain yang ditemukan adalah lupa kelompok umur yang lebih tua cenderung
dan ketiduran. Selain itu, perlu adanya banyak menyisakan makanannya, antara lain
peningkatan peran dietisien dalam memberikan penelitian di RS Djatiroto Lumajang pada tahun
edukasi kepada anggota keluarga terkait 2015 tentang sisa makanan lunak dan biasa,
preskripsi diet yang diberikan antara lain, jenis kategori umur 50-64 tahun mendominasi sisa
makanan cair yang diberikan, volume makanan makanan yang lebih banyak.21 Hasil yang sama
cair dalam sekali pemberian, dan frekuensi juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan
pemberiannya. Kendala lain makanan cair oleh Wirasamadi, et al. di RSUP Sanglah
bersisa adalah pasien telah tidur saat makanan Denpasar tahun 2015 mengenai sisa makanan
cair datang, khususnya pada pemberian biasa.22 Khairun Nida et al. dalam penelitian
makanan cair pukul 21.00 WIB dan saat pasien tentang sisa makanan biasa di RS Jiwa
terbangun makanan cair sudah mencapai batas Sambang Lihum yang membagi kelompok umur
kadaluarsanya sehingga tidak dapat dikonsumsi menjadi <35 tahun dan ≥35 tahun,
lagi. Seorang pasien juga lupa untuk meminum menunjukkan bahwa kelompok umur ≥35 tahun
makanan cair sehingga makanan cair bersisa. memiliki sisa lebih tinggi.14

104
Gizi Indon 2020, 43(2):97-108 Analisis faktor-faktor penyebab sisa makanan ... Abidah S., dkk.

Nilai p diketahui lebih besar dari 0,05 dewasa/orang tua pendamping/penunggu


sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada pasien anak selama dirawat atau sebelum
hubungan yang signifikan antara umur dan sisa pulang. Hasil analisis statistik menunjukkan
makanan cair. Hal sejalan juga dengan tidak ada hubungan antara pemberian edukasi
penelitian Putri Ronitawati, dkk, di RSUD Koja dan informasi gizi dengan sisa makanan cair.
Jakarta Utara yang menemukan hubungan yang Diperoleh nilai OR 1,2 yang menunjukkan
tidak signifikan antara umur dan sisa makanan pasien yang tidak diberikan informasi dan
biasa dan lunak.19 Dalam penelitian Ariefuddin edukasi gizi berpeluang 1,2 kali untuk
dkk., di RSUD Gunung Jati Cirebon mengenai menyisakan makanan cair dibandingkan pasien
sisa makanan lunak pada tahun 2009 yang menerima informasi dan edukasi gizi. Hal
disebutkan juga bahwa tidak adanya ini bertolak belakang dengan penelitian di RSI
hubungan.23 Penelitian oleh Lestari dkk., di RS Klaten pada pasien diabetes melitus yang
Holistik tahun 2016 mengungkapkan hal yang menerima makanan biasa yang menunjukkan
sama mengenai sisa makanan pokok.20 bahwa terdapat perubahan sisa makan siang
Demikian juga dalam penelitian Usdeka Muliani sebelum dan sesudah mendapat konseling gizi.9
yang berfokus pada sisa makanan saring di Hal tersebut dapat terjadi karena jenis subjek
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek tahun 2011.18 Nilai pada penelitian di RSI Klaten lebih homogen
OR yang diperoleh adalah 1,1 yang berarti yang hanya mencakup pasien dengan diagnose
pasien yang berumur ≥35 tahun berpeluang 1,1 penyakit Diabetes Mellitus, sedangkan dalam
kali untuk menyisakan makanan cair penelitian ini subjek memiliki beragam diagnosa
dibandingkan pasien yang berumur <35 tahun penyakit.
Jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, Dari kendala yang dihadapi subjek dapat
diketahui bahwa kejadian sisa makanan cair diketahui bahwa subjek yang menyisakan sisa
tinggi atau lebih dari standar (>20%) sebagian makanan cair dalam kategori tidak terpenuhi
besar dilakukan oleh subjek dengan pendidikan sebagian besar menghadapi kendala lain-lain
terakhir minimal SMA (89,8%) dibandingkan (100%). Kendala lain-lain termasuk pemberian
dengan subjek dengan pendidikan terakhir di makanan cair dibatasi oleh keluarga, lupa,
bawah SMA. Dari hasil hitung statistik ataupun ketiduran. Pada variable kendala klinis,
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara diidentifikasi bahwa subjek yang menyisakan
tingkat pendidikan dan sisa makanan cair. makanan cair dalam kategori tinggi sebagian
Diperolehnya nilai OR sebesar 1,38 sehingga besar memiliki kendala klinis yang sedikit.
dapat dikatakan bahwa pasien yang Kendala klinis yang sedikit ditentukan
berpendidikan lebih rendah dari SMA berdasarkan jumlah kendala klinis yang
berpeluang menyisakan makanan cair 1,4 kali dihadapi oleh pasien <2 kendala. Kendala klinis
dibandingkan pasien yang berpendidikan yang ditemukan antara lain, rasa begah,
minimal SMA. Hasil penelitian ini di tunjang oleh kenyang, mual, diare, kembung, ganti diet,
beberapa hasil penelitian lain. Penelitian yang muntah, sakit perut, dan tidak bisa minum
dilakukan Indah Yulianti di Gresik mengenai banyak. Hasil uji statistik menunjukkan tidak
sisa makanan biasa, lunak, dan saring pada ada hubungan antara kendala klinis dengan
tahun 2013 yang menemukan bahwa tidak sisa makanan cair. Hal ini bertolak belakang
terdapat hubungan yang signifikan antara sisa dengan penelitian Tanuwijaya dkk., tahun 2018
makanan dengan tingkat pendidikan.24 di RS Muhammadiyah Malang tentang sisa
Penelitian di RS Bhakti Asih Brebes oleh Yasya makanan biasa dan lunak yang menyatakan
Nashua tahun 2018 mengenai sisa makanan bahwa faktor internal pasien yang dominan
biasa juga berpendapat demikian.8 Demikian memengaruhi pasien menyisakan makanan di
juga dengan hasil penelitian Nida dkk., di RSJ rumah sakit salah satunya adalah kondisi fisik.11
Sambang Lihum tahun 2011 yang juga berfokus Perbedaan itu dapat terjadi karena adanya
pada sisa makan biasa.14 perbedaan metode yang dilakukan, yaitu
Subjek yang menyisakan makanan cair pendekatan kualitatif dengan metode
kategori tinggi sebagian besar tidak diberikan wawancara mendalam yang semi terstruktur
informasi dan edukasi gizi. Pemberian edukasi dengan jumlah subjek sebanyak 6 orang pada
dan informasi gizi merupakan bagian dari penelitian tersebut. Nilai Odd Rasio sebesar 4,6
intervensi gizi yang diberikan kepada pasien artinya pasien dengan kendala klinis banyak

105
Gizi Indon 2020, 43(2):97-108 Analisis faktor-faktor penyebab sisa makanan ... Abidah S., dkk.

(≥2 kendala) berpeluang 4,6 kali untuk mulas, dan perubahan diet. Meskipun tidak
menyisakan makanan cair dibandingkan pasien ditemukan hubungan yang signifikan antara
dengan kendala klinis yang sedikit (<2 kendala). variable bebas dan terikat, didapatkan
Pada peneltian yang dilakukan oleh Candradewi kecenderungan terjadinya sisa makanan cair
dkk., di RS Sanglah25, masih ada responden tinggi (>20%) pada pasien berjenis kelamin laki-
yang menyisakan makanan cair karena laki, pasien berumur ≥35 tahun, pasien dengan
mengalami gangguan pencernaan seperti mual tingkat pendidikan minimal SMA, pasien yang
dan muntah yang bisa menyebabkan tidak diberikan informasi dan edukasi gizi, dan
kehilangan nafsu makan dan tidak mampu pasien dengan kendala lain-lain.
menghabiskan makanannya.
Dari 4 subjek penelitian, terdapat 3 subjek Saran
(75%) yang memiliki kendala makanan dan Disarankan untuk dilakukan penelitian
menu. Hasil analisis statistik disimpulkan lanjutan tentang kepuasan pasien terhadap
bahwa kendala makanan dan menu tidak makanan cair yang diberikan sebagai upaya
memiliki hubungan yang signifikan dengan sisa untuk meningkatkan asupan makanan cair.
makanan cair. Temuan tersebut sejalan dengan
penelitian di Surakarta yang menyatakan bahwa UCAPAN TERIMA KASIH
tidak ada hubungan antara cita rasa makanan
dengan sisa makanan di rumah sakit.26
Demikian halnya dengan penelitian Aula di RS Terima kasih kepada Instalasi Gizi RSUPN
Haji Jakarta mengenai sisa makanan biasa dan Dr. Cipto Mangunkusumo, khususnya
lunak yang menunjukkan cita rasa tidak Pelayanan Gizi Gedung A, atas bimbingan dan
mempengaruhi terjadinya sisa makanan pada dukungannya dalam penelitian ini.
pasien.27 Penelitian tentang sisa makanan
saring oleh Usdeka Muliani di RSUD Dr. H. RUJUKAN
Abdul Moeloek tahun 2011 mengemukakan hal
serupa.18 Cita rasa makanan termasuk dalam 1. Kementerian Kesehatan Republik
masalah makanan dan menu yang dimiliki oleh Indonesia R. Pedoman Pelayanan Gizi
4 orang pasien yang menyatakan bahwa Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian
makanan cair bersisa karena mereka tidak Kesehatan RI; 2013. 163 p.
menyukai rasa makanan cair yang diberikan
yang dalam hal ini termasuk dalam mutu 2. Almatsier S. Persepsi Pasien terhadap
makanan. Nilai Odd Rasio, sebesar 1,13 Makanan di Rumah Sakit. J Gizi
sehingga dapat dikatakan pasien yang memiliki Indones. 1992;2:87–96.
kendala makanan dan menu berpeluang 1,13 3. Bulson H, Pickering J, Henderson A,
kali untuk menyisakan makanan cair. Shape N. Managing NHSS Food Waste.
Keterbatasan penelitian adalah tidak Scotland; 2012.
dilakukannya analisis multivariat untuk melihat
variabel mana yang paling berkontribusi 4. Moehyi. Penyelenggaraan Makanan
terhadap sisa makanan. Selain itu hasil Institusi dan Jasa Boga. Jakarta:
penelitian tentang sisa makanan cair masih Bhatara; 1992.
sangat jarang ditemukan. 5. Kementrian Kesehatan RI R. Menteri
Kesehatan RI No.
SIMPULAN DAN SARAN 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit. In
2008.
Simpulan
Sisa makanan cair di RSUPN Dr. Cipto 6. Sembiring E. Faktor-faktor yang
Mangunkusumo yang termasuk dalam kategori Berhubungan dengan Adanya Sisa
tinggi (>20%). Sisa makanan cair disebabkan Makanan Biasa pada Pasien Rawat
oleh jenis penyakit, seperti stroke dan penyakit Inap di Kelas III RS Pringadi Medan.
dalam, kendala klinis seperti mual, muntah, Universitas Sumatera Utara; 2014.
diare, kembung, kenyang, kurang nafsu makan, 7. Salman Y, Saputri R, Ridha MR. Faktor-

106
Gizi Indon 2020, 43(2):97-108 Analisis faktor-faktor penyebab sisa makanan ... Abidah S., dkk.

Faktor Yang Berhubungan Karawaci. Tangerang: RS Sari Asih


denganTerjadinya Sisa Makanan Karawaci;
Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah
18. Muliani U. Faktor-Faktor yang
Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch.
Berhubunga dengan Sisa Makanan
Ansari Saleh Banjarmasin. JurkessiaJ.
Saring Pasien Rawat Inap. J
2014;IV(6):1–6.
Keperawatan. 2013;IX(1):31–6.
8. Nashua Y. Analisis Hubungan
19. Ronitawati P, Puspita M, Citra K, Gizi
Kepuasan Pasien Rawat Inap dengan
PS, Kesehatan FI, Unggul UE, et al.
Sisa Makanan dan Biayanya di RS
Faktor-faktor yang Berhubungan
Bhakti Asih Brebes Tahun 2018. Institut
dengan Sisa Makanan di RSU Daerah
Pertanian Bogor; 2018.
Koja Jakarta Utara Tahun 2017. Heal
9. Silawati ET. Efektivitas Konseling Gizi Sci Growth J. 2017;3(1):57–76.
terhadap Perubahan Sisa Makan Siang
20. Lestari YN, Torina DT, Gizi SI, Tinggi S,
Pada Pasien Diabeter Mellitus Rawat
Kesehatan I, Purwakarta H, et al.
Inap di RSI Klaten. Universitas
Hubungan Perubahan Standar Porsi
Muhammadiyah Surakarta; 2017.
Makan dengan Sisa Makanan Pasien
10. Ngatmira A. Penetapan standar porsi Rumah Sakit Holistik Tahun 2016. J
diet berdasarkan sisa makanan pasien Gizi Indones. 2017;40(1):1–8.
bedah di RSUPN DR
21. Dewi LS. Faktor-faktor yang
Ciptomangunkusumo tahun 2013 = The
Berhubungan dengan Sisa Makanan
determination of standard diet portions
pada Pasien Rawat Inap di Rumah
based on surgery patients waste plate
Sakit Djtiroto Lumajang. Universitas
DR Ciptomangunkusumo National
Jember; 2015.
Center General Hospital in 2013.
Universitas Indonesia; 2013. 22. Wirasamadi NLP, Adhi KT, Weta IW,
Wirasamadi NLP, Adhi KT, Weta IW, et
11. Tanuwijaya LK, Sembiring LG, Dini CY.
al. Analisis Sisa Makanan Pasien Rawat
Sisa Makanan Pasien Rawat Inap:
Inap di RSUP Sanglah Denpasar
Analisis Kualitatif. Indones J Hum Nutr.
Provinsi Bali. Public Heal Prev Med.
2018;5(1):51–61.
2015;3(1):88–95.
12. Almatsier S. Penuntun Diet. Jakarta:
23. Ariefuddin MA, Kuntjoro T,
Gramedia Pustaka Utama; 2004.
Prawiningdyah Y. Analisis Sisa
13. Wansink B, Cheney M, Chan N. Makanan Lunak Rumah Sakit pada
Exploring Comfort Food Preferences Penyelenggaraan Makanan dengan
Across Age and Gender. Physiol Behav. Sistem Outsourcing di RSUD Gunung
2003;79(4):39–47. Jati Cirebon. J Gizi Klin Indones.
2009;5(3):133–42.
14. Nida K, Efendi R, Norhasanah. Faktor-
faktor yang Berhubungan dengan Sisa 24. Yulianti I. Sisa Makanan dan Kepuasan
Makanan Pasien Rawat Inap di Rumah pada Pasien Rawat Inap Kelas III di
Sakit Jiwa Sambang Lihum. Jurkessia. Rumah Sakit Swasta Gresik Jawa
2011;2(1):1–8. Timur. Bogor Agricultural University.
Intitut Pertanian Bogor; 2013.
15. Nasional USP. Undang-Undang RI No.
20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan 25. Candradewi A, Masitah R, Sulityadewi
Nasional. 2003. N. Hubungan Ketepatan Waktu
Konsumsi terhadap Sisa Makanan Cair
16. Williams PG, Walton K. Plate waste in
Penuh Pasien Dewasa di RSUP
hospitals and strategies for change.
Sanglah Denpasar. Semin Ilm Nas
Univ Wollongong. 2011;6(6).
Teknol Sains, dan Hum. 2019;2.
17. Penulis T. Panduan Pemberian
26. Nafies DA. Hubungan Cita Rasa
Informasi dan Edukasi di RS Sari Asih
Makanan dan Konsumsi Makanan dari

107
Gizi Indon 2020, 43(2):97-108 Analisis faktor-faktor penyebab sisa makanan ... Abidah S., dkk.

Luar RS dengan Sisa Makanan Biasa Berhubungan Dengan Terjadinya Sisa


pada Pasien di RS Orthopedi Prof. DR. Makanan Pada Pasien Rawat Inap Di
R. Soeharso Surakarta. Universitas Rumah Sakit Haji Jakarta. repository.
Muhammadiiyah Surakarta; 2016. uinjkt.ac.id. Universitas Islam Negeri
Jakarta; 2011.
27. Aula L. Faktor-Faktor Yang

108

You might also like