Pengawasan Anak Jalanan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

PENGAWASAN TERHADAP PENANGANAN ANAK JALANAN OLEH DINAS

SOSIAL, PEMUDA DAN OLAHRAGA DI KOTA SEMARANG


Oleh:
Aprianna Marselina Sinabutar, Endang Larasati Setianingsih
Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Prof.H.Soedarto, S.H, Tembalang Semarang Kotak Pos. 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email [email protected]

ABSTRACT

The mandate in The 1945 Constitution of Republic Indonesia article 34 is that impoverished
people and abandoned children shall be taken care by the State. The State ensure the life
sustainibility of all of the people without any exception. The local government with its principle
of autonomy determine and manage its own needs, including the government of Semarang City.
The realization of the mandate in The 1945 Constitution of Republic Indonesia is the Social,
Youth, and Sports Board of Semarang City. This board’s duty is executing the governement’s
affairs in socials matters including the abandoned children. The Social, Youth, and Sports Board
needs to do formulating policies as the reference in excecution of duties, coordinating with
related parties, coaching, providing facilities, and the most important thing is controlling the
surveillance carried. Therefore, this research aims to understand and describe controlling
process of abandoned children handling by the Social, Youth, and Sports Board of Semarang
City. This research used descriptive qualitative method. The data sources are taken from
informants, occurences in field, and the documents from the Social, Youth, and Sports Board of
Semarang City. The data collection techniques include interview, documentation, and
observation.. The results showed that: the achievement of these treatment programs can not be
run with the maximum. Therefore in need of cooperation among relevant agencies and openness
to one another and do not apply egos.

Keywords : Controlling, Street Children, coorporate


PENDAHULUAN bimbingan dan perlindungan orang tua,
A. LATAR BELAKANG mendapatkan pendidikan yang layak,
Jumlah penduduk Indonesia yang selalu melakukan sosialisasi dengan teman sebaya.
meningkat, tidak selalu didukung dengan Namun pada kenyataannya, hal ini tidak
tingkat pemerataan perekonomian yang baik. sesuai dan masih terdapat perlakuan yang
Hal ini akan menimbulkan berbagai masalah menyimpang terhadap anak-anak, misalnya
yang dapat dilihat dengan kasat mata saja menelantarkan anak dan
misalnya tingkat kesejahteraan yang rendah mempekerjakan anak dijalanan.
dibidang sosial. Tingkat perekonomian yang
rendah akan memberikan dampak negatif Di Indonesia sebagai salah satu
bagi anak yang secara terpaksa akan ikut negara berkembang tidak luput dari
serta membantu dalam pemenuhan keberadaan anak jalanan. Kehadiran mereka
kehidupan sehari-hari. Seorang anak yang dijalanan diperkirakan telah terlihat sejak
seharusnya mendapatkan kasih sayang, tahun 1997-an yang mulai terlihat di Jakarta,
Bandung dan Yogyakarta. Kemudian
menyusul di kota Medan, Semarang, Malang tahun 2016 ini di Kementrian Sosial yang
dan Surabaya. Jumlah anak jalanan tercatat sekitar 4,1 juta jiwa. Menteri Sosial
senantiasa mengalami peningkatan. Khofifah Indah Paraswansa menyebutkan
Peningkatan yang pesat terjadi ketika krisis jumlah anak jalanan meningkat 100%
moneter yang yang dimulai sejak dibandingkan tahun 2015. (Jawa Pos, 29
pertengahan tahun 1997 yang tidak kunjung Maret 2016
membaik memunculkan krisis ekonomi.
(Shalahuddin:2004) Kota Semarang merupakan salah
satu kota mentropolitan di Indonesia dan
Pada masa krisis, diperkirakan adalah ibukota provinsi Jawa Tengah. Kota
jumlah anak jalanan di Indonesia meningkat metropolitan tentunya banyak menimbulkan
sekitar 400%. Hal ini sebagai mana perubahan dalam berbagai kehidupan
dinyatakan oleh Endang Kusuma Inten masyarakatnya. Peningkatan jumlah
Soeweno selaku Menteri Sosial pada masa penduduk menjadikan kota Semarang
itu yang memberikan perkiraan dengan sebagai kota yang ramai penduduk, dengan
mengacu pada peningkatan jumlah anak berbagai macam mata pencaharian dan
jalanan di Jakarta (Kompas, 4 Desember tingkat kesejahteraan yang berbeda serta
1998, dalam Shalahuddin, 2004:2). Pada berdampak pada kesenjangan ekonomi.
tahun 1999, menurut survey yang dilakukan Sebagai salah satu kota besar di Indonesia
oleh Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat tidak luput dari keberadaan anak jalanan.
(PKPM) Atmajaya, Depertemen Sosial dan Turunnya anak kejalanan bukan tanpa sebab,
Asian Development Bank di 12 kota melainkan di pengaruhi berbagai faktor
mencatat ada 39,861 anak jalanan. Farid dan seperti kemiskinan, keretakan keluarga,
Adidananta (2002) menyatakan bahwa orang tua yang tidak memahami kebutuhan
apabila hasil survey ini dijadikan dasar anaknya, pengaruh teman sebaya, tidak ada
untuk membuat dugaan atas jumlah anak tempat bermain, di paksa orang tua dan
jalanan di seluruh Indonesia, maka bahkan bahkan adanya kemauan dari anak itu
kelipatan tiga dari hasil pencacahan tersebut sendiri. Dari beberapa faktor yang ada,
sekitar 120.000 anak dan hingga faktor kemiskinan keluarga merupakan
sekarangpun keberadaan anak jalanan di faktor yang mempengaruhi paling banyak.
Indonesia selalu mengalami peningkatan. Pengaruh ini diperkirakan sekitar 83,33%
(Shalahuddin 2004:3). Di tahun 2002, (Bappeda.semarang.go.id). Seorang anak
berdasarkan hasil Susenas (Survei Sosial yang lahir dari keluarga miskin tentu akan
Ekonomi Nasional) yang diselenggarakan kesulitan dalam mengakses pendidikan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) & Pusat karena keterbatasan biaya yang dimiliki.
Data dan Informasi (Pusdatin) Kementrial Pendidikan yang rendah tersebut akan
Sosial tercatat sebanyak 94,674 anak jalanan menyulitkan dalam persaingan untuk
di Indonesia. Terjadi peningkatan 64% anak mencari pekerjaan karena rendahnya sumber
jalanan dari 2002–2008 atau peningkatan daya manusia. Jikalau pun mereka bekerja
rata-rata sekitar 10.6% per tahun. Dengan mereka hanya akan mendapatkan upah yang
menggunakan asumsi terjadi peningkatan sedikit. Dan akhirnya anak-anaknya akan
10.6% per tahun untuk angka anak jalanan, disuruh bekerja untuk memenuhi kebutuhan
maka di akhir 2015 diperkirakan terdapat sehari-hari mereka. Anak yang turun ke
300.000 anak jalanan di Indonesia (estimasi jalanan akan melakukan pekerjaan apapun
dengan pendekatan yang sangat konservatif). untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
(Data Science Indonesia, 2 Agustus 2015). Adapun pekerjaan yang biasa dilakukan
Peningkatan jumlah anak jalanan untuk yaitu: mengamen, mengemis, menyemir
sepatu, menjual Koran, pemulung, tukang mengembangkan jaminan sosial dan
parkir, dan lain lain. Dari kegiatan yang bertanggung jawab menyediakan fasilitas
dilakukan oleh anak jalanan kegiatan yang pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
mendominasi adalah mengamen (44,68%), umum.” Pernyataan tersebut mempunyai arti
mengemis (14,23%), dan menjual Koran bahwa pemerintah bertanggung jawab
(10,99%). (Dinsospora kota Semarang). terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak
terlantar, termasuk anak jalanan. Tanggung
Kehadiran anak jalanan di Semarang jawab pemerintah untuk mewujudkan
umumnya memang tidak dihargai kesejahteraan anak ini memerlukan
masyarakat, sebagian masyarakat dukungan kelembagaan dan peraturan
menganggap mereka sebagai sampah perundang-undangan yang dapat menjamin
masyarakat. Anak jalanan ini biasanya pelaksanaannya. Dalam Undang-Undang
melakukan pekerjaan yang tidak jelas, tidak No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
ada tujuan hidupnya, cenderung melakukan Anak di bentuk agar dapat melaksanakan
seks bebas dan pemakaian narkoba, fungsi tersebut. Peraturan ini mempunyai
berpakaian kusam, selalu mengalami tujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-
perpindahan tempat tinggal dari satu daerah hak anak agar dapat hidup, tumbuh,
ke daerah lainnya, kadang melakukan berkembang, dan berpartisipasi, secara
tindakan kriminal seperti menodong, optimal sesuai dengan harkat dan martabat
menjambret dan mencopet, serta yang kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dilakukan hanya mendapatkan uang untuk dari kekerasan dan diskriminasi. Hak-hak
makan hari itu saja. (Herlina Astri, 2014: yang seharusnya diterima oleh seorang anak
146). Berdasarkan penuturan Sudibiyo tersebut belum dapat terpenuhi, sehingga
(Kepala Seksi Operasi Eksekusi Satpol PP) anak memilih untuk hidup maupun
Keberadaan anak jalanan di kota Semarang melakukan aktivitas di jalanan. (Pratiwi
umumnya terlihat di sekitaran segitiga emas Wijayanti 2010:6)
yaitu daerah Tugu Muda, Simpang Lima dan Dalam penanganan anak jalanan di
Gajah Mada (wawancara 2/3/2017), selain kota Semarang telah memiliki dasar hukum
itu terlihat juga di sekitaran Kota Lama, yaitu dengan di bentuknya Perda No.5 tahun
lampu merah Sampangan, lampu merah 2014 tentang penanganan anak jalanan,
Gayamsari, lampu merah Pedurungan, gelandangan dan pengemis di kota
lampu merah ADA Banyumanik, dan di Semarang. Namun perda yang sudah ada
sekitaran Tembalang. (Puji Endah, 2013:3- belum memiliki perwal sebagai juknis yang
4). sah dalam melakukan penanganan anak
jalanan. Oleh sebab itu yang untuk
Undang-undang dasar Negara
melakukan penanganan selama ini masih di
Republik Indonesia tahun 1945 yang
dasarkan pada Undang-Undang No.23 tahun
merupakan landasan konstitusional tertinggi,
2002 tentang Perlindungan Anak. Dinas
mengamanatkan dalam pembukaan undang-
Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota
undang dasar Negara Republik Indonesia
Semarang bukannya tanpa usaha dalam
alinea ke-4 tertuang tujuan negara yang akan
penanganan anak jalanan di Kota Semarang.
dicapai oleh semua rakyat Indonesia yang
salah satunya yaitu memajukan
kesejahteraan umum, yang secara lebih jelas Dalam Perda No.5 tahun 2014 tentang
diatur dalam UUD Negara RI dalam pasal penanganan anak jalanan, gelandangan dan
34 yang berbunyi “fakir miskin dan anak- pengemis di kota Semarang bahwa
anak terlantar dipelihara oleh negara, pemerintah bertanggung jawab dan wajib
melaksanakan pengawasan terhadap Program ini disesuaikan dari visi dan misi
penanganan anak jalanan tersebut dengan walikota Semarang yaitu Semarang bebas
cara ikut terjun langsung kelapangan untuk kemiskinan dan pengangguran dapat
melaksanakan kegiatan razia maupun terpenuhi. Dalam hal ini peneliti tertarik
berkunjung ke rumah singgah untuk melihat untuk mengidentikasi mengenai pengawasan
perkembangan keberadaan anak jalanan di yang dilakukan oleh Dinas, Pemuda dan
lapangan serta peningkatan terhadap anak Olahraga kota Semarang dalam menangani
yang di bina oleh rumah singgah. keberadaan anak jalanan ini, seperti yang
Pelaksanaan kegiatan razia/patrol yang diketahui pengawasan diperlukan agar
dilakukan oleh Dinas Sosial, Pemuda dan program atau rencana yang telah disusun
Olahraga serta dibantu oleh pihak keamanan dapat berjalan dengan baik hingga mencapai
yang dilakukan seharusnya dapat tujuan yang telah disepakati bersama.
menimbulkan efek jera terhadap anak
jalanan untuk turun ke jalan, namun pada Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
kenyataannya data masih menunjukkan tertarik untuk mengadakan penelitian
bahwa keberadaan anak jalanan di kota dengan judul “Pengawasan Terhadap
Semarang masih mengalami peningkatan Penanganan Anak Jalanan Oleh Dinas
dan bukan malah berkurang. Adapun jumlah Sosial, Pemuda dan Olahraga di Kota
aanak jalanan di kota semarang yaitu : Semarang “
Jumlah peningkatannya yaitu pada tahun
2012 sebanyak 270 orang, tahun 2013
B. TUJUAN
sebanyak 350 orang, tahun 2014 sebanyak
Tujuan penelitian mengenai
400 orang, dan tahun 2015 sebanyak 458
Pengawasan terhadap Penanganan Anak
orang. (Lakip Dinsospora Kota Semarang)
Jalanan oleh Dinas Sosial, Pemuda Dan
Dari data yang ada terlihat bahwa pada
Olahraga di Kota Semarang adalah: Untuk
tahun 2015 terjadi peningkatan tertinggi
mendeskripsikan mengenai Pengawasan
yaitu sebanyak 458 orang. Melihat
yang dilakukan oleh Dinas Sosial Pemuda
peningkatan jumlah anak jalanan yang
dan Olahraga dalam penanganan anak
berada di RPSA maupun yang berada di
jalanan di kota Semarang
jalanan memperlihatkan bahwa fungsi
pemerintah masih kurang maksimal
C. TEORI
khususnya fungsi pengawasan dalam
C. 1. Pengawasan
menangani keberadaan anak jalanan tersebut.
Menurut T.Hani Handoko2009:359
Selama ini pembinaan dan pelatihan
pengawasan adalah pengawasan adalah
memang sudah berjalan, yaitu adanya
suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan-
pelatihan perbengkelan, pendidikan karakter,
tujuan organisasi dan manajemen tercapai.
pelatihan pertukangan, kursus menjahit,
Robert J. Mockler (dalam Handoko
kursus salon dan berbagai kegiatan lainnya,
2009:360) mengatakan Pengawasan adalah
namun kegiatan tersebut di nilai belum
suatu usaha sistematik untuk menetapkan
efektif karena masih saja anak yang mau
standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan
turun kejalanan. Oleh sebab itu
perencanaan, merancang sistem informasi
diperlukannya pengawasan dalam hal
umpan balik, membandingkan kegiatan
penanganan dengan program dari bidang
nyata dengan standar yang telah ditetapkan
PMKS yaitu program Semarang bebas
sebelumnya, menekan dan mengukur
pengemis, gelandangan, orang terlantar,
penyimpangn-penyimpangan, serta
wanita tuna susila dan anak jalanan.
mengambil tindakan koreksi yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua menghabiskan sebagian besar waktunya
sumber daya perusahaan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari
dengan cara yang lebih efektif dan efisien di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau
dalam pencapain tujuan-tujuan perusahaan. berkeliaran di jalan dan tempat-tempat
Robbin (Zainal Mukarom, 2015:156) umum lainnya. Anak jalanan mempunyai
menyatakan bahwa pengawasan merupakan ciri-ciri, berusia antara 5 sampai dengan 18
suatu proses aktivitas yang sangat mendasar tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran
sehingga membutuhkan seorang manajer di jalanan, penampilannya kebanyakan
untuk menjalankan tugas dan pekerjaan kusam dan pakaian tidak terurus,
organisasi. mobilitasnya tinggi. Shalahuddin 2004:14,
Dari defisini para ahli diatas, mengkategorikan anak jalanan berdasarkan
pengawasan merupakan hal yang mengarah hubungan mereka dengan keluarganya
pada proses pelaksanaan dari suatu program sebagai berikut:
yang telah di susun sebelumnya.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi a. Children on the street adalah anak-anak
yang dilakukan oleh pemerintah untuk yang mempuyai kegiatan ekonomi di
mengendalikan dan mengetahui sejauh mana jalan yang masih memiliki hubungan
program yang telah disusun dapat di dengan keluarga. Ada dua kelompok anak
jalankan serta memastikan tujuan dari dalam kategori ini, yaitu: 1) anak-anak
organisasi tersebut dapat di capai dengan yang tinggal bersama orang tuanya dan
maksimal. senantiasa pulang setiap hari, dan 2)
Robert J.Mocklar,1972 (dalam anak-anak yang melakukan kegiatan
T.Hani Handoko, 2009:360) pengawasan itu ekonomi dan tinggal dijalan namun masih
penting dilakukan untuk: 1. Perubahan mempertahankan hubungan dengan
Lingkungan, 2. Peningkatan Kompleksitas keluarga dengan cara pulang balik secara
Organisasi, 3. Kesalahan-kesalahan, 4. berkala ataupun dengan jadwal yang tidak
Kebutuhan pemimpin untuk mendelegasikan rutin.
kewenangannya. b. Children of the street adalah anak yang
Muftam 2006:86 mengatakan bahwa menghabiskan seluruh atau sebahagian
pelaksanaan pengawasan minimal harus besar waktunya di jalanan yang tidak
melalui 4tahap berikut yaitu: 1. Penetapan memiliki atau memutuskan hubungan
standar, 2. Pelaksanaan pengawasan, 3. dengan orangtuanya/ keluarganya lagi.
Pembandingan standar dengan pelaksanaan, c. Children in the street atau children from
4. Pengambilan tindakan koreksi bila di the families of the street adalah anak-anak
perlukan. yang menghabiskan seluruh waktunya di
C.2 Anak Jalanan jalanan yang berasal dari keluarga yang
C.2.1 Pengertian Anak Jalanan hidup di jalanan

Undang-Undang No.23 tahun 2002 C.2.2 Hak-hak Anak


tentang perlindungan anak, menyatakan Dalam konvensi hak anak tahun1989
bahwa anak adalah “seseorang yang belum yang disetujui oleh PBB seorang anak
berusia 18 tahun, termasuk dalam memiliki hak-hak yang dibagi kedalam 5
kandungan sang ibu”. Dalam hal ini yang cluster yaitu:
dimaksud adalah seorang laki-lak dan
1. Hak dan kebebasan sipil.
perempuan yang belum dewasa atau belum
2. Hak atas lingkungan keluarga.
menikah. Departemen Sosial RI (2005: 5),
3. Hak atas kesehatan dan kesejahteraan.
Anak jalanan adalah anak yang
4. Hak atas waktu luang, pendidikan dan dikembangkan menjadi INS/97/001 (BKSN,
kegiatan budaya. 2000:9, dalam Dwi Astuti, 2004:50)
5. Hak atas perlindungan khusus. diantaranya:
Sedangkan dalam Undang-Undang No 4 1. Model Rumah Singgah
tahun 1979 tentang kesejahteraan anak Rumah singgah adalah suatu wahana
menjabarkan mengenai hak-hak anak yang dipersiapkan sebagai perantara
sebagai berikut: antara anak jalanan dengan pihak-pihak
yang akan membantu mereka. Rumah
 Anak berhak atas kesejahteraan, singgah merupakan proses informal yang
perawatan, asuhan dan bimbingan memberikan suasana resosialisasi
berdasarkan kasih sayang baik dalam kepada anak jalanan terhadap sistem
keluarganya maupun di dalam asuhan nilai dan norma yang berlaku di
khusus untuk tumbuh dan berkembang masyarakat setempat. Rumah singgah
dengan wajar. adalah tahapan awal bagi seorang anak
 Anak berhak atas pelayanan untuk untuk memperoleh pelayanan
mengembangkan kemampuan dan selanjutnya, oleh karena itu penting
kehidupan sosialnya, sesuai dengan kiranya menciptakan suasana nyaman,
kebudayaan dan kepribadian bangsa, tertib dan menyenangkan bagi anak
untuk menjadi warganegara yang baik jalanan.
dan berguna.
 Anak berhak atas pemeliharaan dan Ada beberapa fungsi rumah singgah,
perlidungan, baik semasa dalam diantaranya sebagai berikut:
kandungan maupun sesudah dilahirkan.
 Anak berhak atas perlindungan terhadap a) Tempat pertemuan pekerja sosial dengan
lingkungan hidup yang dapat anak jalanan
membahayakan atau menghambat b) Tempat mengkaji kebutuhan anak dan
pertumbuhan dan perkembangannya masalah yang dihadapi untuk mencari
dengan wajar. solusi pemecahannya
c) Perantara antara anak jalanan dengan
Dalam pelaksanaannya hak-hak anak ini orang keluarga
memiliki 4 prinsip dasar yang terkandung d) Perlindungan anak dari kekerasan dan
dalam konvensi hak-hak anak, yaitu: penyalahgunaan
e) Pusat informasi tentang anak jalanan
1. Non diskriminatif. f) Jalur masuk pelayanan sosial
2. Kepentingan yang terbaik bagi g) Tempat pengenalan nilai dan norma
anak. sosial pada anak jalanan
3. Hak untuk hidupa.
4. Penghargaan terhadap pendapat 2. Mobil Sahabat Anak
anak. Mobil sahabat anak adalah sebuah unit
mobil keliling yang dimaksudkan untuk
C.2.3. Model Pennaganan Anak Jalanan
mengunjungi dan memberikan
Model pembinaan terhadap anak pelayanan kepada anak jalanan di
jalanan selama ini yang diterapkan pada tempat-tempat mereka berkumpul atau
program pemerintah kerjasama dengan berada di jalanan. Adapun Tujuan dari
UNDP mulai tahun 1995 hingga sekarang pelayanan ini adalah sebagai berikut:
melalui proyek ISN/94/007 yang kemudian
a) Memberikan pelayanan penjangkauan Undang N0.32 Tahun 2002 tentang
yang mudah dan cepat Perlindungan Anak, karena Perda No.5
b) Memberikan pendampingan dan Tahun 2014 tentang Penanganan anak
pelayanan sosial yang dibutuhkan jalanan, Gelandangan dan pengemis belum
c) Memberikan pelayanan rujukan memiliki perda sebagai petunjuk peksana
3. Model Boarding House Atau sehingga SOP yang di gunakan Tidak Jelas.
Pemondokan Pelaku pengawasan yaitu dilakukan oleh
Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota
Boarding house adalah suatu wahana Semarang di bantu oleh Satpol PP.
pelayanan lanjutan bagi anak jalanan yang pengawasan yang dilakukan oleh Dinas
bertujuan untuk; (1) mempertahankan sikap Sosial, Pemuda dan Olahraga kota Semarang
dan prilaku positif, (2) memberikan di lakukan minimal 3-5 kali dalam sebulan.
kesempatan kepada anak jalanan untuk Anggaran yang dikeluarkan untuk satu
memperoleh pelayanan lanjutan dalam orang anak masih sangat kurang dan
rangka penuntasan masalah mereka, dan (3) pelaksanaan pengawasan tersebut dinilai
mempercepat proses kemandirian anak masih kurang. Sedangkan sarana/prasaran
jalanan. Seperti halnya tempat yang sempit, fasilitas
dalam melakukan pembinaan seperti
D. METODE
minimnya alat-alat untuk membina
Metode yang digunakan dalam
keterampilan anak dalam hal pertukangan,
penelitian ini adalah metode kualitatif-
menjahit ataupun melakukan recycle,
deskriptif. Untuk mendapatkan narasumber
sehingga dalam melakukan pembinaan
yang tepat dan sesuai tujuan, teknik
terhadap anak hanya dilakukan dengan
pengambilan sampel pada penelitian ini
sarana dan fasilitas yang tersedia saja.
menggunakan sistem purposive sample.
Sehingga anak kesulitan untuk
Pengumpulan data dilakukan dengan
menyesuaikan dengan minat dan bakat anak.
meggunakan teknik wawancara,
dokumentasi, studi pustaka dan observasi. Pengukuran pelaksanaan kegiatann
PEMBAHASAN pengawasan dapat dilihat berdasarkan
A. HASIL PENELITIAN bentuk pelaporan kegiatan pengawasan.
1. Penentapan Standar Pengawasan ditujukan untuk pertanggung
Penentuan standar dalam hal ini berkaitan jawaban, pengawasan, penyusunan rencana
dengan perencanaan pemilihan atau kebutuhan, evaluasi, dan sebagai bahan
penetapan tujuan, memilih starategi, pengambilan keputusan. (LAN RI, 2005:
kebijakan, proyek, program, prosedur, 282). Setiap pelaksanaan suatu kegiatan
metode, sistem, anggaran dan standart wajib membuat bukti pertanggung jawaban
lainnya yang dibutuhkan untuk mencapai yang dituangkan dalam bentuk pelaporan.
tujuan. (T.Hani handoko, 2009:23). Dalam melaksanakan pengawasan ini
pelaporan yang dilakukan yaitu pelaporan
Penentuan standar yang di lakukan oleh
lisan maupun tulisan. Dalam pengawasan ini
Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota
pelaporan yang dilakukan didasarkan pada
Semarang yaitu bertujuan untuk memantau
objektivitas data dan harus akurat yaitu hasil
keberadaan anak dijalanan serta membuat
foto digital di lapangan. Menurut T.Hani
anak jera untuk turun ke jalan. Sasaran
Handoko, 2009: 373) untuk menjadi sebuat
dalam pengawasan ini adalah semua anak
pengawasan yang efektif harus memiliki
jalanan Kota Semarang. Regulasi yang
kriteria salah satunya yaitu akurat. Informasi
digunakan masih berdasar pada Undang-
tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat.
Perlawanan yang yang dihadapi petugas dilakukannya perubahan standar,
dapat berupa anak yang liar dan tidak suka memperbaiki pelaksanaan, atau keduanya
dengan pembinaan yang diadakan di RSPA. dilakukan secara bersamaan. (T.Hani
Keluhan yang dialami keluhan yang dialami Handoko, 2009: 365. Hasil evaluasi yang
oleh para anak jalanan adalah mereka dilakukan menjadi umpan balik program
mengeluh akan adanya operasi razia ini yang memerlukan perbaikan, kebutuhan
karena dengan razia ini mereka tidak dapat para anak jalanan yang belum terpenuhi,
hidup bebas dijalanan. Selain itu mereka kemampuan personil dalam melaksanakan
turun kejalanan hanya untuk menghidupi program, serta dampak program terhadap
diri maupun keluarga nya, mereka perubahan perilaku, peningkatan mutu
melakukan hal tersebut karena dengan jalan pelayanan panti dan juga peningkatan
turun kejalanan merupakan jalan termudah kualitas diri seperti keterampilan anak
dan tidak mengeluarkan modal yang banyak. jalanan.
Keadaan yang sering di jumpai dijalanan
yaitu ada banyak nya modus yang dilakukan Cara melakukan tindakan koreksi
oleh anak jalanan ini yang meresahkan yang dilakukan oleh Dinas sosial Pemuda
masyarakat. dan Olahraga kota Semarang rapar
koordinasi dengan pimpinan dan juga
Perbandingan standar dengan melakukan sosialisasi dalam rangka
pelaksanaan pengawasan Evaluasi penanganan anak jalanan ini yang diadakan
merupakan rangkayan kegiatan di rumah singgah-rumah singgah. Rapat
membandingkan realisasi, masukan (input), koordinasi ditujukan agar dalam organisasi
keluaran (output), dan hasil (outcome) yang kompleks dan besar, serta kehidupan
terhadapa rencana dan standar.( PP RI No 39 modern, karena dalam berbagai kegiatan
Tahun 2006). Evaluasi ini dilakukan untuk untuk satu tujuan, atau yang berlainan tujuan,
melihat apakah pengawasan yang dilakukan selalu ada hal-hal yang saling berkaitan.
sudah efektif dan sudah berhasil berdasarkan Koordinasi dilakukan untuk mewujudkan
sasaran dan indikator kinerja yang sudah keserasian dan keterpaduan berbagai
terdapat di RENSTRA Dinas Sosial, kegiatan intern atau lemabaga–lembaga
Pemuda dan Olahraga Kota Semarang. masyarakat melalui komunikasi dan dialog
antar berbagai individu dan institusi ataupun
Keberhasilan pelaksanaan program yang dengan menggunakan system manajemen
telah dicapai oleh Dinas Sosial, Pemuda dan dengan tegnologi informasi. (LAN RI, 2005:
Olahraga Kota Semarang sudah mencapai 52).
75%. Dalam melakukan evaluasi Dinas
Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Tindak lanjut dari penyimpangan
Semarang yaitu melakukan rapat koordinasi pengawasan ini adalah anak yang tertangkap
dengan dinas terkait, sedangkan untuk dari hasil operasi razia kemudian akan
RPSA yaitu dengan melakukan ujian/ test dibawa ke Panti Among Jiwo. Jika seorang
terhadap pembinaaan yang dilakukan dan anak berasal dari daerah luar Kota
untuk anak yang masih sekolah yaitu dengan Semarang maka akan segera dipulangkan
melihat nilai laporan hasil belajarnya. kerumahnya sedangkan anak yang memang
berasal dari wilayah Semarang akan berikan
Tindakan koreksi dapat diambil ke RSPA yang dekat dengak lingkungan ia
apabila hasil analisis menunjukkan perlunya tinggal. Di RSPA ini anak nantinya akan
tindakan koreksi. Tindakan koreksi dapat didik, diberikan keterampilan. Keterampilan
diambil dalam berbagi bentuk. Misalnya yang diberikan biasanya keterampilan
bengkel dasar karena usaha inilah yang untuk RPSA yaitu mengadakan evaluasi
dirasa tidak menyusahkan anak jalanan terhadap anak binaannya. Dalam
pelaksanaan pengawasan ini pemerintah
Hubungan koordinasi antar lembaga Kota Semarang sudah menunjukkan angka
sangat berperan aktif dalam penanganan perolehan 75%.
anak jalanan ini. Kordinasi yang dilakukan Tindakan koreksi merupakan tahap
yaitu dengan pihak Dinas Koperasi dan akhir dan paling penting dalam pelaksanaan
UMKM, Dinas Kesehatan, Dinas pengawasan. Dalam melakukan tindakan
Pendidikan, Kementrian agama, dan pihal koreksi Dinas Sosial mengadakan rapat
swasta. Meskipun sudah dilakukan koordinasi dan sosialisasi ke pada
kerjasama namun kadang keterbukaan satu masyarakat. Selain itu diharapkan hubungan
sama lain masih sangat sulit dan lebih antar lembaga dapat saling terbuka dan tidak
mempertahankan ego masing-masing. mempertahankan ego sektoral masing-
masing.
PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Berdasarkan hasil penelitian yang sudah
dilakukan peneliti terkait pengawasan dilakukan, dengan memperhatikan fenomena
terhadap penanganan anak jalanan yang dalam Pengawasan terhadap Penanganan
dilakukan oleh Dinas Sosial, Pemuda Dan Anak jalanan di Kota Semarang, peneliti
Olahraga di kota Semarang dapat di memberikan rekomendasi sebagai berikut:
simpulkan bahwa pelaksanaan pengawasan a. Diharapkan perda yang sudah ada
dalam penanganan anak jalanan di kota segera di buat perwal nya sebagai
Semarang sudah berjalan dengan baik aturan petunjuk pelaksana agar
meskipun belum memperlihatkan hasil yang perda tersebut dapat di
memuaskan. Dalam melaksanakan proses implementasikan serta di buat
pengawasan ini dilakukan empat tahap yang menjadi SOP pengawasan yang
terdiri dari penetapan standar, pengukuran jelas dan dapat di pertanggung
pengawasan, pembandingan standar dengan jawabkan dalam penanganan anak
pelaksanaan pengawasan, serta pengambilan jalanan di Kota Semarang.
tindakan koreksi. b. Meningkatkan frekuensi
Dalam penentapan standar tujuan yang pengawasan melalui operasi razia
dan sasaran yang ingin dicapai telah di harus dilaksanakan setiap hari serta
jabarkan dengan baik dan mudah untuk di melibatkan seluruh masyarakat
pahami namun untuk penentapan regulasi Kota Semarang.
pengawasan, anggaran, sarana/prasarana, c. Melakukan prediksi anggaran serta
pelaku pengawasan dan frekuensi meningkatkan anggaran guna
pengawasan masih perlu di perbaiki agar melakukan pelaksanaan operasi
pengawasan dapat dilakukan dengan baik. dan pemerataan pembinaan anak
dan juga orang tua anak jalanan.
Pengukuran pelaksanaan pengawasan d. Diharapkan adanya perbaikan
yang didasarkan pada laporan atau bukti dari maupun penambahan sarana
kegiatan di lapangan. Dalam melakukan prasarana seperti fasilitas pelatihan
perbandingan standar dan kegiatan dan tempat perlindungan anak
pengawasan dilakukan dengan mengadakan dimana di tempat ini anak akan
rapat koordinasi antar dinas, sedangkan dididik dan bina berdasarkan minat
dan bakatnya agar menghindari Sugiyono, 2007. Metode Penelitian
anak untuk turun kejalanan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
e. Meningkatkan sumber daya Dan R&D. Bandung: Alfabeta
manusia baik secara kualitas
maupun kuantitas agar pelaksanaan Supartono, 2004. “Bacaan Dasar
pengawasan dalam penanganan Pendamping Anak Jalanan”,
anak jalanan ini dapat berjalan Semarang: Yayasan Setara.
dengan maksimal.
Syafii, Inu Kencana. 2003. Ilmu
f. Meningkatkan kinerja antar
Administrasi Publik. : Rineka Cipta.
stakeholder dan keterbukaan pihak
satu sama lain dan tidak Sutabri, Tata. 2012. Konsep Dasar
menerapkan ego masing-masing Informasi. Yogyakarta: Andi
agar pengawasan dalam
penanganan anak jalanan ini dapat T.Hani Handoko,
dilakukan dengan maksimal. Manajemen .2009.Yogyakarta: BPFE.

DAFTAR PUSTAKA T.Keban, Prof Yeremias. 2015. 6 Dimensi


Buku: strategis Administrasi Public,
Yogyakarta: gava media
Al-Amin, Mufham.2006.Manajemen
Pengawasan, Ciputat: Kalam Indonesia Wiludjeng, Sri Sp.2007, Pengantar
Manajemen., Yogyakarta: Graha Ilmu
Mukarom, Zainal.2015.Manajemen
PelayananPublik, Bandung: CV Wursanto, Ig.2005, Dasar-Dasar Ilmu
PustakaSetia. Organisasi, Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Partanto, dkk,Tanpa Tahun.Kamus Ilmiah Skripsi dan Jurnal


Populer, Surabaya:Penerbit Arloka
Astri, Herlina. 2014. Kehidupan Anak
Pasolong, Herbani.2013. Teori Administrasi Jalanan Di Indonesia: Faktor
Publik, Bandung: Alfabeta. CV. Penyebab, Tatanan Hidup Dan
Kerentanan Berperilaku
Praswoto, Andi.2012.Metode Penelitian Menyimpang. Jakarta: Pusat
Kualitatif Dalam Presfektif Pengkajian, Pengolahan Data Dan
Rancangan Penelitian, Jogyakarta: Informasi Sekretariat Jendral DPR
Ar-Ruzz Media. RI. Vol 5, No 2, Desember 2014
Shalahuddin, Odi.2004. Dibawah Bayang- Astutik S.Ag, Dwi.2004.Pengembanan
Bayang Ancaman. Semarang: Model Pembinaan Anak Jalanan
Yayasan Setara. Melalui Rumah Singgah di jawa
Timur. Tesis (online), Pasca
Siagian, Sondang P.2002. Fungsi-Fungsi
Sarjana.Unair:Surabaya
Manajerial, Jakarta: PT.Bumi Aksara.
http://www.damandiri.or.id/file/dwia
Siagian, Sondang P.2009. Administrasi stutiunairbab2.pdf
Pembangunan, Konsep, Dimensi
Endah,Puji.2013. Penanganan Anak Jalanan
Dan Strateginya, Jakarta:
Di Rumah Perlindungan Sosial Anak
BumiAksara Pelangi Oleh Dinas Sosial,Pemuda
Dan Olahraga Kota Depertemen Pendidikan Indonesia. 2008.
Semarang.Skripsi (Online), Fakultas Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Ilmu Sosial, Unnes:Semarang. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
http://lib.unnes.ac.id/18508/1/330140
9091.pdf Badan Kesejahteraan Sosial Nasional.2002.
Anak Jalanan Di Indonesia:
Hardiansyah, Ahmad Syarif.2016.Kebijakan permasalahan Dan Penanganannya.
Penanggulangan Kemiskinan Kota Badan Kesejahteraan Sosial Nasional.
Semarang Melalui Kartu Identitas Jakarta
Miskin.Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial Instruksi Presiden No 1 Tahun 1989
dan Ilmu Politik, Undip:Semarang. Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat
Purnama, Yoga. 2012.Strategi Konvensi hak-hak anak 1989
Pemberdayaan Anak Jalanan Pada
Dinas Sosial, Pemuda Dan Olahraga Lembaga Administrasi Negara Republik
Kota Semarang.Skripsi, Fakultas Indonesia.2005.Sankri, Jakarta: LAN
Ilmu Sosial Ilmu RI
Politik,Undip:Semarang Pemerintah Kota Semarang, Rencana
Wulandari, Fransisca Retno.2010. Landasan Strategi (RENSTRA) Kota
Konseptual Perencanaan dan Semarang Tahun 2015-2019
Perancangan Rumah Singgah Anak
Perda No.5 Tahun 2014 tentang Penanganan
Jalanan di Yogyakarta. Skripsi
Anak Jalanan, Gelandangan Dan
(online), Fakultas Teknik,
Pengemis Di Kota Semarang
Universitas Atmajaya: Yogyakarta.
http://e-journal.uajy.ac.id/2383/ PP RI No 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian Dan Evaluasi
Wijayanti,Pratiwi.2010.Aspirasi Hidup Anak
Pelaksanaan rencana Pembangunan.
jalanan Semarang.Skripsi pada Fakultas
Psikologi Undip semarang. UU RI No. 12 Tahun 2011 Tentang
http://eprints.undip.ac.id/10961/ Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan.
Sumber Dokumen:
Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang
Departemen Sosial RI, Petunjuk
Perlindungan Anak
Pelaksanaan Pelayanan Sosial Anak
Jalanan, Direktorat Jenderal Website
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Direktorat Bina Pelayanan Sosial Dispendukcapil kota semarang.go.id
Anak, 2005
Dinsospora Kota Semarang
Depertemen Sosial RI, 2001. Direktorat
Kesejahteraan Anak Dan Usia Bappeda.semarang.go.id
Lanjut.Jakarta http://www.kemsos.go.id/
Depertemen Sosial RI 2005. Petunjuk Teknis http://semarangkotabps.go.id
Pelayanan Sosial Anak
Jalanan.Departemen Sosial Republik http://simgakin.semarangkota.go.id/2016/we
Indonesia. Jakarta. bsite
http://www.jawapos.com/read/2016/03/29/2 Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan
2330/jumlah-anak-jalanan- Publik: Berbasis Dynamic Policy
meningkat-jadi-41-juta/1, di unduh Analisys. Yogyakarta: Gava Media.
Kamis, 29 Oktober 2016 J. Moleong M.A, Prof. Dr. Lexy.
Metodologi Penelitian Kualitatif
http://datascience.or.id/2015/08/02/pembina (edisi revisi). 2007. Bandung:
an-anak-jalanan-keberadaan-rumah- PT. Remaja Rosdakary
singgah-adakah-upaya-agar- Keban, Yeremias T. 2008. Enam Dimensi
pembinaan-yang-menyeluruh/, Stategis Administrasi Publik Konsep,
diunduh Rabu, 28 Oktober 2016 Teori, dan Isu. Yogyakarta: Gava
Media.
http://news.okezone.com/read/2013/10/25/5
Kusumanegara, Solahuddin. 2010. Model
12/886843/jumlah-pengemis-dan-
dan Aktor dalam Proses Kebijakan
anak-jalanan-di-semarang-meningkat,
Publik. Yogyakarta: Gava Media.
diunduh Kamis, 29 Oktober 2016
Kusumasari, Bevaola. 2014. Manajemen
http://berita.suaramerdeka.com/jumlah- Bencana dan Kapabilitas Pemerintah
anak-jalanan-aktif-tembus-350/, Lokal. Yogyakarta: Gava Media.
Diunduh Sabtu, 25 April 2015 Nugroho, Riant, Public Policy. 2014.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
http://www.jawapos.com/read/2016/03/29/2 Pasolong Harbani. 2013. Teori Administrasi
2330/jumlah-anak-jalanan- Publik. Bandung: Alfabeta.
meningkat-jadi-41-juta/1, Di Unduh l Prastowo Andi. Metode Penelitian Kualitatif
Kamis, 29 Oktober 2016 dalam Prespektif Rancangan
Penelitian. 2012. Jogjakarta: AR-
http://datascience.or.id/2015/08/02/pembina RUZZ MEDIA
an-anak-jalanan-keberadaan-rumah- Purnomo, Hadi dan Ronny Sugiantoro.
singgah-adakah-upaya-agar- Manajemen Bencana Respon dan
pembinaan-yang-menyeluruh/, Tindakan terhadap Bencana. 2010.
Diunduh Rabu, 28 Oktober 2016 Yogyakarta: MedPress
http://news.okezone.com/read/2013/10/25/5 Subarsono. Analisis Kebijakan Publik:
12/886843/jumlah-pengemis-dan- Konsep, Teori, dan Aplikasi. 2013.
anak-jalanan-di-semarang Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kamis, 29 Oktober 2015 Sugiharto, R, Nurjanah, Dede Kuswanda,
Siswanto BP dan Adikoesoemo. 2013.
http://kbbi.web.id/akurat, diunduh Senin, 23 Manajemen Bencana. Bandung:
Januari 2017,Pukul 12:07 Alfabeta.
Sugiyono, Prof. Dr. Metode Penelitian
https://rebanas.com/kamus/kbbi-edisi- Kuantitatif Kualitatif dan R&D. 2009.
iii/keluhan, diunduh Senin, 23 Bandung: Alfabeta
Januari 2017, Pukul 13:49. Suwitri, Sri. 2009. Konsep Dasar Kebijakan
Publik. Semarang: Badan Penertbit
http://kbbi.web.id/anak, Diakses Selasa, 7
Universitas Diponegoro.
Maret 2017, pukul 18:41
Syafiie, Inu Kencana. 2006. Ilmu
Agustino, Leo. 2012. Dasar-dasar kebijakan Administrasi Publik. Jakarta: Rineke
publik. Bandung: Alpabeta. Cipta.
Tahir, Arifin. 2014. Kebijakan Publik dan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13
Transparasi Penyelenggaraan tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah. Bandung: Penanggulangan Bencana di Kota Semarang
Alfabeta.
Wahab, Solichin Abdul. 2012. Analisis
kebijaksanaan: dari formulasi ke
implementasi kebijaksanaan negara.
Jakarta: Bumi Aksara.
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik:
Teori, Proses dan Studi Kasus.
Jakarta: PT. Buku Seru.

Sumber Dokumen:
Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun
2012 Tentang Pedoman Umum
Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
Data Indeks Risiko Bencana Indonesia
Tahun 2013

You might also like