Fikih Kontemporer Bahasa Lokal

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Fikih Kontemporer Bahasa Lokal

Samidi, halaman 245-256

FIKIH KONTEMPORER BAHASA LOKAL


(Studi Kitab al-Hikmah Karya KH. Ahmad Syakir Lasem)

Contemporer Fiqh in Local Languange


(A Study of al-Hikmah by KH.Ahmad Syakir Lasem)

Samidi

Peneliti Balai Litbang Agama Semarang Abstract


e-mail: [email protected]
This article is a summary of research to of KH. Ahmad Shakir’s thought from Lasem
Naskah diterima: 18 September 2015 Rembang. One of his thoughts is the Book of al-Hikmah which used Pegon and
Naskah diseleksi: 6 November 2015 Javanese Language. The used of language in the book shows the value of Javanese
Naskah direvisi: 8 November 2015
scholars locality in spreading Islam thought based on society faced. In addition,
Naskah disetujui penulis:
28 November 2015 the book is arranged based on the request of the society, surrounding communities
(Lasem-Rembang), which is still relatively less knowledge of Islamic law, especially
the problem of Taharah (purification). Therefore, the examples are given in the book
show about daily problem of Lasem society. Historical approach is used to reveal
the biography of the author, his social and cultural background, while analyzing the
data the author uses descriptive analytical method. The result of these studies show
that scholars thought of Java has been developed. Some Islamic legal issues related
to medical science or modern medical discussed in Book of al - Hikmah. Discussion
about the mole -made (such as tattoos ) , using a wig (made of human hair, animal, or
synthetic), blood transfusion, alcohol with various types and legal, bank breastfeeding
(breast milk), all covered by the rules of fiqh and medical considerations for today’s
modern society .
Keyword: the book of al-Hikmah, kontemporer, fikih

Abstrak
Artikel ini merupakan ringkasan hasil penelitian terhadap pemikiran KH. Ahmad
Syakir dari Lasem Kabupaten Rembang. Salah satu buah pemikiran beliau adalah
Kitab al-Hikmah yang menggunakan aksara Pegon dan bahasa Jawa Krama Madya.
Penggunaan aksara dan bahasa tersebut menunjukkan nilai lokalitas ulama Jawa
dalam mendakwahkan ajaran Islam sesuai dengan masyarakat yang dihadapinya.
Selain itu, kitab tersebut disusun berdasarkan permintaan umat, masyarakat sekitar
(Lasem-Rembang) yang masih tergolong awam tentang hukum Islam, khususnya
masalah taharah (bersuci). Oleh sebab itu, dalam kitab tersebut contoh-contoh
yang diberikan adalah masalah sehari-hari yang dihadapi masyarakat Lasem dan
sekitarnya. Pendekatan sejarah digunakan untuk mengungkap biografi penulis
kitab dan latar sosial budayanya, sedangkan untuk menganalisis data penulis
menggunakan metode deskriptif analitis. Adapun hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan pemikiran ulama Jawa yang sudah maju. Beberapa persoalan
hukum Islam yang berkaitan dengan ilmu kedokteran atau medis modern dibahas
dalam Kitab al-Hikmah. Pembahasan mengenai tahi lalat buatan (seperti tato),
menggunakan rambut palsu (terbuat dari rambut manusia, binatang, atau sintetis),
transfusi darah, alkohol dengan berbagai macam jenis dan hukumnya, bank ASI (air
susu ibu), semua dibahas berdasarkan kaidah fikih dan pertimbangan-pertimbangan
medis bagi masyarakat modern sekarang ini.
Kata kunci: Kitab al-Hikmah, lokalitas, kontemporer, fikih

245
Jurnal SMaRT Volume 01 Nomor 02 Desember 2015

PENDAHULUAN Di antara ulama-ulama Nusantara yang telah


melahirkan karya-karya monumental adalah
Kitab-kitab karya ulama Timur Tengah
Syeh Arsyad al- Banjari, Syeh Abdussamad al-
telah lama menjadi sumber rujukan dan materi Palimbani, Syeh Yasin al-Padani, Syeh Nawawi
pokok untuk belajar tentang ke-Islaman. Pondok al-bantani, Syeh Mahfudz al-Turmusi, Syeh Ihsan
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam Jampes, dan Syeh Soleh Darat al-Samarani.
telah memberi andil yang cukup besar dalam Karya-karya ulama tersebut memberi kontribusi
menyiarkan kitab-kitab tersebut. Hal ini dapat besar dalam sejarah perkembangan Islam di
dipahami, bahwa Islam hadir ke bumi Nusantara Nusantara, yang membawa citra harum bangsa
dan kemudian menjadi besar serta membumi di mata dunia. Karya-karya beliau sampai saat ini
karena pondok pesantren tersebut, bukan masih dapat dibaca, bahkan telah menjadi bahan
karena kekuasaan atau politik, meskipun tidak kajian dan rujukan umat Islam dunia.
menafikan hal tersebut. Sementara di satu sisi,
Sebenarnya masih banyak lagi ulama
karya-karya ulama Nusantara masih banyak yang
Nusantara yang menghasilkan karya atau kitab,
berceceran di berbagai belahan bumi Nusantara, meskipun tidak sepopuler ulama-ulama tersebut.
masih banyak yang belum terekspose, belum Penulis menemukan salah satu ulama karismatik
diketahui oleh umat Islam pada umumnya, di daerah Lasem Kabupaten Rembang, yaitu
dan lebih didominasi karya-karya ulama Timur KH. Ahmad Syakir (1920- 1991). Beliau adalah
Tengah (Samidi, 2009: 3). putra dan penerus perjuangan Mbah Ma’shum
Pengkajian kitab-kitab karya ulama Ahmad (w 1972), ulama legendaris yang menjadi
Timur Tengah yang kemudian lebih dikenal rujukan dan panutan masyarakat dan para kiai
dengan sebutan kitab kuning, melalui lembaga di wilayah Rembang dan sekitarnya. Sebagai
pendidikan pondok pesantren merupakan penerus tokoh besar di wilayah Rembang yang
media transformasi keilmuan dari ulama-ulama juga termasuk pendahulu Nahdlatul Ulama,
klasik kepada generasi berikutnya. Oleh sebab KH. Ahmad Syakir melanjutkan perjuangan dan
kiprah ayahandanya tersebut. Mengasuh pondok
itu dari pemikiran-pemikiran ulama terdahulu
pesantren dan “mewakafkan diri” untuk melayani
seringkali memberikan inspirasi bagi para santri
umat (Mustofa Bisri dalam Thomafi, 2007: vii-
dalam bertindak dan berpikir. Berawal dari basik
viii).
pendidikan pesantren inilah yang kemudian
melahirkan ulama-ulama nusantara. Di antara Aktivitas dan pengabdiannya kepada umat
sekian banyak ulama nusantara ada yang dikenal sangat menyita waktu KH. Ahmad Syakir, sehingga
oleh masyarakat atau generasi berikutnya tidak banyak karya yang dihasilkan. Meskipun
melalui peninggalan-peninggalannya, baik itu demikian ada beberapa karya beliau yang masih
berupa bangunan pondok, kitab, perjuangan, dapat terselamatkan, di antaranya adalah Kitab al-
atau bahkan cerita-cerita kekeramatannya. Hikmah yang menjadi fokus penelitian ini. Kitab
al-Hikmah ditulis pada tahun 1973, berisi tentang
Kitab sebagai salah satu jenis warisan para masalah fikih. Kitab tersebut terdiri dari 4 juz, juz
ulama atau intelektual muslim nusantara pada pertama membahas tentang masalah Thaharah,
saat ini sedang mendapat perhatian yang intens juz kedua membahas khusus tentang masalah haid,
dari pemerintah. Melalui Kementerian Agama, juz ketiga membahas tentang masalah salat, dan
pemerintah berupaya untuk menyelamatkan juz keempat membahas masalah zakat. Keempat
karya-karya ulama Nusantara, dengan kitab tersebut ditulis dengan aksara Pegon dan
menggulirkan program tahqiq, yaitu gerakan menggunakan bahasa Jawa Krama Madya. Pada
pengumpulan dan penyelamatan karya-karya kajian ini yang dibahas hanya pada juz I, yaitu
ulama dan intelektual Nusantara. kitab tentang Thaharah.

246
Fikih Kontemporer Bahasa Lokal
Samidi, halaman 245-256

Kitab al-Hikmah ini penulis anggap penting METODE PENELITIAN


untuk dikaji karena beberapa alasan, yaitu kitab
1. Jenis Penelitian
tersebut masih diajarkan di pondok pesantren
dan memiliki nuansa lokalitas pemikiran ulama Penelitian ini merupakan kajian pustaka
Jawa. Nilai-nilai lokalitas kitab tersebut terlihat (library research) dengan menggunakan
dengan menggunakan aksara Pegon dan bahasa paradigma kualitatif. Oleh karena itu,
Jawa Krama Madya. Penggunaan aksara dan pengumpulan data dilakukan dengan cara
bahasa tersebut menunjukkan nilai lokalitas mengumpulkan literatur, membaca, dan
ulama Jawa dalam mendakwahkan ajaran Islam mengkajinya. Penelitian kualitatif yang dimaksud
sesuai dengan masyarakat yang dihadapinya. untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
Selain itu, kitab tersebut disusun berdasarkan di mana analisis data bersifat induktif, dan hasil
permintaan umat, masyarakat sekitar (Lasem- penelitiannya lebih menekankan pada makna,
Rembang) yang masih tergolong awam tentang bukan pada generalisasi (Sugiyono, 2005: 1).
hukum Islam, khususnya masalah Thaharah 2. Sumber Data
(bersuci).
Data utama penelitian ini adalah Kitab al-
Hal yang lebih menarik untuk dikaji adalah Hikmah karya KH. Ahmad Syakir dari Lasem
permasalahan fikih kontemporer pada era Kabupaten Rembang. Kitab tersebut pada
modern sebagaimana sudah dibahas dalam kitab mulanya ditulis tangan langsung oleh KH. Ahmad
tersebut. Masalah-masalah fikih kontemporer Syakir pada tahun 1973. Pada saat penelitian
tersebut tidak ditemukan hukum dan ini dilakukan, kitab tersebut sudah dicetak
pembahasannya dalam kitab-kitab fikih klasik. pada tahun 1983, diperbanyak dan diajarkan di
Di antara permasalahan fikih kontemporer yang beberapa pondok pesantren di Lasem.
dibahas dalam Kitab al-Hikmah yaitu: masalah
tahi lalat buatan yang cara pembuatannya sama Data sekunder penelitian berupa kitab atau
seperti tato; menggunakan rambut palsu yang karya lain dari KH. Ahmad Syakir serta berbagai
terbuat dari rambut manusia, binatang, atau literatur yang berkaitan dengan penelitian.
rambut sintetis; transfusi darah; alkohol dengan Khususnya kitab-kitab fikih yang berkaitan
berbagai macam jenis dan hukumnya; bank ASI dengan berbagai pembahasan dalam data primer.
(air susu ibu) yang dikelola oleh pihak rumah 3. Analisis Data
sakit.
Analisis data menurut Lexy J. Moleong
Kitab al-Hikmah yang menjadi fokus adalah proses mengatur urutan data,
pembahasan dalam kajian ini dianggap penting mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori
karena menunjukkan sikap arif seorang ulama dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
Jawa yang peduli terhadap masyarakatnya dan dapat dirumuskan sebagai hipotesis kerja
dalam menghadapi perkembangan zaman. (Moleong, 1995: 112). Kajian ini menggunakan
Permasalahan-permasalahan modern yang pendekatan sejarah untuk mengungkapkan
belum ditemukan atau dibahas dalam kitab-kitab latar belakang penulis dan penulisan Kitab
fikih klasik disajikan dalam Kitab al-Hikmah al-Hikmah. Pendekatan sejarah berorientasi
ini. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini adalah pemahaman atau penafsiran terhadap fakta
untuk mengungkapkan: 1) bagaimana sosio sejarah, menyajikan gambaran tentang unsur-
historis penulisan Kitab al-Hikmah; dan 2) unsur intelektual penulis kitab. Kitab al-Hikmah
bagaimanakah pemikiran KH. Ahmad Syakir merupakan cerminan intelektual Jawa yang
dalam membahas masalah fikih kontemporer memiliki kearifan dalam menyikapi persoalan
dalam Kitab al-Hikmah. yang ada di masyarakat.

247
Jurnal SMaRT Volume 01 Nomor 02 Desember 2015

Pendekatan lain yang digunakan dalam diasuh oleh putra KH. Ahmad Syakir, yaitu KH.
penelitian ini adalah pendekatan fikih. Melalui Muhammad Zaim. Di pondok ini pula ditemukan
pendekatan ini akan didapatkan bagaimana Kitab al-Hikmah karya KH. Ahmad Syakir. Kitab
hukum atau syariat Islam mengenai berbagai yang menjadi salah satu bahan ajar untuk para
persoalan fikih yang dibahas dalam Kitab al- santrinya.
Hikmah. Menurut Daymon dan Holloway (2008: Kecamatan Lasem sebagian besar
397), analisis merupakan aktifitas memadukan masyarakatnya beragama Islam. Disana terdapat
pendapat-pendapat orang lain dengan pendapat 31 masjid, 130 mushalla, 17 pondok pesantren, 11
peneliti sesuai dengan keseluruhan data yang gereja Kristen, 12 Gereja Katholik dan 3 Wihara.
bersumber dari data primer maupun sekunder, Sejak dahulu kota kecamatan ini terkenal sebagai
sebagai proses interpretasi yang kemudian Kota Santri. Peninggalan pesantren-pesantren
menghasilkan makna-makna baru. tua di kota ini dapat kita rekam jejaknya hingga
Kitab al- Hikmah ditulis dengan sekarang. Banyak ulama-ulama karismatik
menggunakan bahasa Jawa Krama Madya dan yang wafat di kota tersebut, misalnya Sayid
aksara Pegon, sehingga untuk mengungkap Abdurrahman Basyaiban atau yang lebih dikenal
produk hukum Islam yang terkandung di dengan Mbah Sambu. Kyai karismatik lain
dalamnya penulis menganalisis isinya secara yang makamnya berada di Lasem seperti KH.
deskriptif analitis. Deskriptif analitis ini Baidhowi, KH. Khalil, KH. Maksum, KH. Masduki
menggunakan metode komparatif, di mana dll. Sebagian makam tokoh masyarakat Lasem
penulis mendeskripsikan beberapa hukum Islam ini dapat dijumpai di utara Masjid Jami’ Lasem.
yang ada dalam kitab al-Hikmah dengan berpijak Maka tidak berlebihan jika Lasem berjuluk
pada teks. Kemudian dikomparasikan dengan sebagai kota santri, mengingat banyaknya ulama,
beberapa kitab-kitab fikih lainnya sehingga Pondok Pesantren dan jumlah santri yang belajar
agama Islam di kota ini.
dengan mudah dapat diidentifikasi tipologi
hukum Islam (khususnya fikih) yang melandasi Di Kota Lasem inilah KH. Ahmad Syakir
pemikiran penulis kitab tersebut. lahir dan dibesarkan oleh orang tuanya, yaitu
KH. Ma’shum dan Hj. Nuriyah. Mbah Ma’shum
adalah pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Al-Hidayat. Pondok Pesantren tersebut dibangun
A. Sosio Historis Penulisan Kitab al tahun 1916 di desa Soditan Kecamatan Lasem
Hikmah Kabupaten Rembang. Sistem Pendidikan yang
Lasem adalah sebuah kecamatan di ada di Pondok Pesantren Al-Hidayat semasa
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Indonesia. hidup KH. Ma’shum menganut pendidikan
Di Kabupaten Rembang, Lasem merupakan salafi, yaitu khusus mengkaji ilmu-ilmu agama
kota terbesar kedua setelah kota Rembang. yang bersumber dari kitab kuning (klasik).
Lasem dikenal juga sebagai “Tiongkok kecil” Sistem tersebut masih berlanjut sampai KH.
karena merupakan kota awal pendaratan Ma’shum meninggal (1972), digantikan oleh
orang Tionghoa di tanah Jawa dan terdapat putra ketiganya, KH. Ahmad Syakir. Sementara
perkampungan Tionghoa yang sangat banyak. itu putra sulungnya, KH. Ali Ma’shum diambil
Hal ini sampai sekarang masih dapat disaksikan menantu oleh KH. Munawir Krapyak Yogyakarta
dengan keberadaan orang-orang Tionghoa yang untuk melanjutkan kepemimpinan pondok
bermukim di sekitar Kauman. Kampung di pesantren juga.
mana berdiri juga Pondok Pesantren Kauman Pengasuhan KH. Ahmad Syakir inilah
di Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang, Pondok Pesantren al-Hidayat mengalami situasi
tepatnya tanggal 27 Ramadhan 1424 H atau 21 dan kondisi yang berbeda. Jika kehidupan
November 2003. Pondok Pesantren Kauman ini KH. Ma’shum masih dalam alam penjajahan,

248
Fikih Kontemporer Bahasa Lokal
Samidi, halaman 245-256

maka zaman KH. Ahmad Syakir sudah di masyarakat Lasem yang sedang dihadapi KH.
alam kemerdekaan. Selain itu, perkembangan Ahmad Syakir lebih banyak yang awam daripada
teknologi dan informasi juga sudah mulai yang pandai membaca kitab kuning (gundul).
masuk. Informasi tentang perkembangan Tujuan penulisan kitab tersebut adalah
zaman pun juga merambah dunia pesantren, sebagai berikut (Syakir, 1983: 1) : 1) Melaksanakan
khususnya di wilayah Lasem. Beberapa hukum permintaan rekan-rekan untuk para anak
yang telah ditetapkan dalam fikih klasik, tidak didik dan sanak familinya yang masih sangat
dapat lagi diterapkan di zaman yang modern. membutuhkan keterangan-keterangan tentang
Seperti persoalan yang berhubungan dengan masalah thaharah. Terlebih masalah yang
kebutuhan kesehatan masyarakat, seringkali berkaitan dengan haid secara lebih jelas, dan
ada pertimbangan ilmu kedokteran atau medis dapat dihayati dalam hati. 2) Tujuan yang kedua
yang digunakan sebagai upaya penyembuhan semoga Risalah al-Hikmah tersebut menjadi
terhadap suatu penyakit. Namun, hal tersebut amal jariyah, juga bermanfaat bagi umat Islam.
tidak pernah dilakukan oleh para ulama ahli fikih
B. Kitab al- Hikmah: Fikih Kontemporer
(fuqaha) klasik. Pertimbangan-pertimbangan
Bahasa Lokal
medis tersebut merupakan kebutuhan untuk
Kitab al-Hikmah karya KH. Ahmad Syakir
sehat manusia di era modern, seperti adanya
membahas permasalahan kontemporer yang
transplantasi organ tubuh manusia. Jika organ
tidak dibahas di dalam kitab-kitab klasik. Di
tubuh yang didonorkan berasal dari binatang
antara permasalahan kontemporer yang dibahas
atau sesuatu yang haram, maka hal tersebut
dalam Kitab al-Hikmah yaitu: masalah tahi lalat
menjadi pembahasan tersendiri dalam ilmu fikih.
buatan, menggunakan rambut palsu, transfusi
Kondisi seperti inilah yang dihadapi oleh KH.
darah, alkohol, bank susu, dan donor mata.
Ahmad Syakir.
1. Tahi lalat (andeng-andeng) buatan
KH. Ahmad Syakir melanjutkan metode
mengajar ayahnya, menggunakan sistem salaf. Tahi lalat buatan dilakukan dengan
Namun zaman yang semakin maju, menuntut menggunakan alat coblosan jarum, bagian tubuh
masyarakat dan juga para santri mengikuti yang akan dipasangi tahi lalat dicoblos dengan
perkembangan zaman. Sehingga hal-hal yang jarum sampai mengeluarkan darah kemudian
berkaitan dengan fikih atau hukum Islam juga dilumuri dengan tinta atau pewarna sejenisnya.
semakin kompleks. Permasalahan-permasalahn Tinta yang masuk kedalam kulit kemudian
modern tidak ditemukan dalam kitab fikih didiamkan sesaat agar kering dan menyatu, pada
klasik. Permasalahan hukum yang disebabkan akhirnya tinta tersebut mengering dan menyatu
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan daging, mirip tahi lalat sungguhan.
menuntut para ulama untuk melakukan ijtihad. Pembahasan tentang masalah tahi lalat
Oleh sebab itu, untuk menjawab problema yang (andeng-andeng) buatan ini diungkapkan oleh
sedang dihadapi masyarakat modern (khususnya KH. Ahmad Syakir dalam Kitab al-Hikmah
masyarakat Lasem) maka ditulislah Kitab al- sebagai berikut :
Hikmah. “Masang andeng-andeng saking getih ingkang
Kitab al-Hikmah ditulis pada tahun 1973 oleh cara pamasanganipun inggih punika wau alat
KH. Ahmad Syakir dan dicetak oleh ahli warisnya coblosan jarum. Sahingga medal getih delumuk,
pada tahun 1983. Kitab tersebut menggunakan lajeng dipun wur-wuri nila utawi sesaminipun,
aksara Pegon dan Bahasa Jawa Krama Madya. dipun seranteaken sahingga kanthil kaliyan
Penggunaan aksara Pegon dan Bahasa Jawa daging. Wondene hukum masangipun sampun
tersebut dimaksudkan untuk memudahkan katetepaken hukum haram. Awit sampun kalebet
masyarakat dalam membaca. Sengaja tidak Talathuhu bin najasah (anggulawentah najis)…
ditulis dalam bahasa Arab, karena dipandang (Syakir, 1983: 29).

249
Jurnal SMaRT Volume 01 Nomor 02 Desember 2015

Artinya : menghilangkan darah. Kecuali dari keterangan-


Memasang tahi lalat dari darah yang cara keterangan tersebut juga terdapat dalil nash dari
pembuatannya yaitu dengan menggunakan Rasulullah Saw, annahu qaala : La’anallahu
coblosan jarum. Sehingga mengeluarkan tetesan al washilata wa al mastu shilata wa al
darah, kemudian ditaburi Nila atau sejenisnya, waasyimata wa al mustausyimata” (al hadits).
didiamkan sesaat sampai menyatu dengan daging. Jadi jika melihat perintah tersebut menunjukkan
Maka hukum pemasangan tahi lalat tersebut bahwa yang dihukumi haram itu tidak hanya
adalah haram. Karena sudah termasuk merawat orang memasang, tetapi juga orang yang
sesuatu yang najis. dipasangi termasuk haram (mal’un). Jadi tetap
wajib dihilangkan, tetapi jika darurat sampai
Berdasarkan apa yang diuraikan oleh KH. diperbolehkannya tayamum, seperti membuat
Ahmad Syakir dalam Kitab al-Hikmah tersebut, sakit yang lama sembuhnya, maka hukumnya
tidak wajib untuk menghilangkan tahi lalat (tato)
bahwa proses pembuatan tahi lalat (andeng-
tersebut.
andeng) sama seperti pembuatan tato. Banyak
ulama yang berpendapat bahwa pembuatan Dengan demikian hukum memasang tahi
tato pada bagian tubuh manapun adalah lalat buatan itu sama seperti hukum tato, yaitu
haram, karena termasuk mengubah ciptaan haram. Wajib bagi orang-orang yang memasang
Allah Swt. Ada juga yang mengharamkan tato tahi lalat buatan atau tato untuk dihilangkan.
karena perbuatan tersebut merupakan adat atau Tetapi jika proses menghilangkan tato atau
kebiasaan orang-orang kafir. tahi lalat tersebut menimbulkan sakit yang
susah (lama) sembuhnya, maka orang tersebut
Tahi lalat buatan yang proses pembuatannya
diperbolehkan untuk tidak dihilangkan, karena
sama seperti pembuatan tato ini diharamkan
termasuk darurat.
karena berkaitan dengan thaharah (bersuci).
Orang yang bersuci itu anggota tubuhnya harus 2. Rambut Palsu.
dapat dibasuh dengan air, jangan sampai ada Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa
sesuatu yang menghalangi masuknya air ke kulit. salah satu cara menciptakan keindahan adalah
Sementara itu tahi lalat atau tato menghalangi dengan berhias, termasuk menghias rambut.
sampainya air ke kulit, selain itu kulit yang ditato Pada trend masa kini apabila seorang wanita
sudah bercampur antara tinta dan darah. Hal ini ingin tampil cantik dengan rambut panjang,
sebagaimana dijelaskan oleh KH. Ahmad Syakir mereka sudah tidak membutuhkan lagi waktu
dalam Kitab al-Hikmah : yang lama untuk memanjangkannya. Hal yang
Lan saksampunipun kapasang menawi bade perlu mereka lakukan hanyalah dengan cara
sesuci (masuh rahi) kumedah ngicali wau getih. menyambung rambut (cemara, hair extension)
Tuwin kejawi sangking katerangan-katerangan
kasebat ugi sampun wonten dalil nash sangking maupun memasang rambut palsu (wig).
Rasulullah SAW, annahu qaala : La’anallahu al Adapun bahan pembuatan rambut palsu
washilata wa al mastu shilata wa al waasyimata
wa al mustausyimata” (al hadits). tersebut, ada yang terbuat dari rambut manusia,
rambut binatang, serat nanas, benang atau
Dados ningali dawuh punika nedahaken
bilih ingkang dipun hukumi haram punika sintetis. Pada umumnya bahan pembuatan
boten namung ingkang masang, nanging ugi rambut palsu baik itu wig atau hair extension,
ingkang dipun pasangi inggih kalebet haram kebanyakan berasal dari potongan rambut
(mal’un). Dados tetep wajib ngicali, nanging manusia. Umumnya rambut-rambut tersebut
menawi ngutusaken darurat ingkang ngantos
menangaken tayamum, kadosta warase radi didapat salon melalui jalan jual beli dengan para
dangu-matsalan, mangka hukume boten wajib pengumpul rambut. Bahan-bahan pembuatan
ngicali.(Syakir, 1983: 29-30) rambut palsu ini dijelaskan oleh KH. Ahmad
Artinya : Syakir dalam Kitab al-Hikmah sebagai berikut :
Dan sesudah terpasangnya (tahi lalat) maka “Nyubal rambut (ndamel Cemara) punika
jika akan bersuci (membasuh wajah) harus wonten kalane mawi sami rambut manungsa,

250
Fikih Kontemporer Bahasa Lokal
Samidi, halaman 245-256

lan wonten ingkang mawi rambut hayawan, lan rambut itu merupakan bagian tubuh manusia
wonten ingkang mawi serat nanas utawi mawi yang juga mulia, sebagaimana mulianya manusia
benang utawi sintetis lan sesamine”(Syakir,
1983: 30).
itu sendiri. Oleh sebab itu manusia juga harus
memperlakukan rambut tersebut sebagaimana
Artinya:
mestinya, jika berpisah dari badan berhak
Sambungan rambut (cemara) itu ada yang terbuat
untuk dikuburkan. Apalagi jika menurut hukum
dari rambut manusia, ada yang dari rambut
binatang, ada yang terbuat dari serat nanas, dari syar’i, bahwa rambut bagi wanita itu termasuk
benang atau sintetis lainnya. aurat. Hukum pemakaian wig/cemara/sanggul
yang terbuat dari rambut manusia oleh kaum
Hukum pemakaian rambut palsu oleh para
perempuan adalah haram mutlak, dengan alasan-
wanita menurut KH. Ahmad Syakir sebagaimana
alasan tersebut (Syakir, 1983:30).
dijelaskan dalam Kitab al-Hikmah ada 3 (tiga),
yaitu : Hukum Jaiz (boleh) memakai rambut palsu
1. Haram mutlak (wig, sanggul, cemara) bagi wanita, jika rambut
palsu tersebut bukan dari rambut manusia.
2. Jaiz (boleh) tetapi harus mendapat izin dari
Hukum jaiz ini pun masih dibedakan menjadi 2,
suami
yaitu ada yang harus seizin suami ada yang tidak
3. Jaiz (boleh) tanpa harus izin suami harus minta izin suami lebih dahulu. Pemaikaian
Ketiga hukum tersebut diuraikan dalam kitab wig, sanggul, atau cemara harus mendapat
al Hikmah : izin suami jika bahan pembuatannya berasal
“Lajeng masalah hukum : (1) menawi subalan dari rambut atau bulu binatang. Sedangkan
wau mawi sesamine rambut manungsa, mangka pemakaian rambut palsu yang tidak berasal dari
hukumipun mutlaq haram, senahosa saking rambut manusia dan binatang, seperti benang
rambutipun piyambak, tuwin senahosa sampun
dipun izini jaleripun. (2) Menawi subalan
atau sintetis, maka bagi wanita diperbolehkan
sangking rambut/ bulu ingkang suci sangking memakainya tanpa minta izin dari suaminya
hayawan mangka hukume Jawaz, nanging lebih dahulu.
syaratipun kedah jaleripun idzin. (3) Menawi
subalan mawi barang napa kemawon ingkang 3. Transfusi darah
saklintune rambute bani Adam lan saklintune Transfusi darah (blood transfusion)
hayawan, waton suci mangka hukumipun jawaz
merupakan solusi bagi penyembuhan organ tubuh
tanpa nyuwun idzin jaleripun (Syakir, 1983: 30).
tersebut karena penyembuhan/pengobatan
Artinya : dengan prosedur medis biasa tidak ada harapan
Kemudian masalah hukum: (1) jika sambungan kesembuhannya. Transfusi darah dimaksudkan
(rambut) itu berasal dari rambut manusia juga, adalah untuk menolong manusia yang
maka hukumnya haram mutlak, meskipun dari
rambutnya sendiri dan sudah mendapat izin dari sedang membutuhkan dalam menyelamatkan
suaminya. (2) jika sambungan rambut tersebut jiwanya melalui pemindahan darah. Dengan
berasal dari rambut atau bulu binatang yang suci, demikian yang dipindahkan adalah barang
maka hukumnya adalah Jawaz (boleh), tetapi najis (darah). Hukum asal dalam pengobatan,
syaratnya harus mendapat izin dari suaminya. (3)
jika sambungan rambut itu berasal dari barang hendaknya dengan menggunakan sesuatu yang
apa saja selain rambut manusia dan binatang, diperbolehkan menurut syari’at. Namun, jika
asalkan suci, maka hukumnya Jawaz (boleh) tidak ada cara lain untuk menambahkan daya
tanpa harus minta izin suaminya. tahan dan mengobati orang sakit kecuali dengan
Pemikiran KH. Ahmad Syakir ini jelas dan darah orang lain (transfusi), dan ini menjadi satu-
terperinci, bahwa adanya wanita memakai satunya usaha menyelamatkan orang sakit atau
rambut palsu (wig, cemara, sanggul) itu lemah. Para ahli memiliki dugaan kuat bahwa
diharamkan, jika wig atau cemara tersebut dibuat ini akan memberikan manfaat bagi pasien, maka
dari rambut manusia. Dengan alasan, bahwa dalam kondisi seperti ini diperbolehkan untuk

251
Jurnal SMaRT Volume 01 Nomor 02 Desember 2015

mengobati dengan darah orang lain. Berdasarkan untuk senyawa organik apa pun yang memiliki
firman Allah Swt: gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan karbon, yang ia sendiri terikat pada atom
bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang hidrogen dan/atau atom karbon lain. Dilihat dari
(yang ketika disembelih) disebut (nama) selain gugus fungsinya ini, alkohol memiliki banyak
Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang ia tidak meginginkannya golongan. Golongan yang paling sederhana
dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada adalah metanol  dan etanol.
dosa baginya” [Q.S. Al-Baqarah: 173].
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol
Dalam melakukan transfusi darah itu, murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah
tidak dipersyaratkan adanya kesamaan agama/ sejenis cairan yang mudah menguap (volatile),
kepercayaan antara donor (pemberi) maupun mudah terbakar (flammable), tak berwarna
resipien (penerima). Semua dilakukan untuk (colorless), memiliki wangi yang khas dan
menolong dan menghormati harkat dan martabat merupakan alkohol yang paling sering digunakan
manusia. Dengan demikian, hukum transfusi dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini
darah menurut Islam adalah boleh, karena tidak merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan
adanya hadis atau ayat yang jelas dan tegas pada minuman beralkohol dan termometer
melarangnya. Pendapat tersebut sebagaimana modern.
yang dikemukakan oleh KH. Ahmad Syakir dalam
KH. Ahmad Syakir yang hidup dalam
Kitab al-Hikmah, sebagai berikut:
lingkungan masyarakat santri menjadi panutan
“Transfusi (nglebetaken darahipun tiyang sanes
dan rujukan umat Islam. Sehingga dituntut
dateng badanipun) punika menawi miturut
hukum boten wenang. Awit getih punika untuk memberikan penjelasan atau pemahaman
hukumipun najis, senahosa getihipun tiyang kepada umatnya agar tidak tidak bingung dalam
Islam utawi kafir, kedhik utawi kathah punika memakai produk-produk modern. Berkaitan
hukumipun haram kalebetaken. Nanging
dengan permasalah tersebut, masalah yang
rehning (blood transfusion) punika pengobatan,
senahosa ngangge barang najis, yen pancen dihadapi adalah bagaimana hukum pemakaian
dokter nganggep perlu punika hukumipun minyak atau parfum yang mengandung alkohol,
wenang. Kejawi khusus barang najis ingkang dan bagaimana hukum pengobatan yang
rupi arak tulen mangka hukumipun haram
menggunakan alkohol ?
(lighaladha tahrimiha)” (Syakir, 1983: 31).
Artinya : Kegelisahan KH. Ahmad Syakir ini nampak
dalam Kitab al Hikmah, yang diuraikannya
Transfusi, memasukkan darah orang lain ke dalam
tubuhnya, secara hukum itu tidak boleh. Karena sebagai berikut:
darah itu hukumnya najis, meskipun darahnya Alkohol punika hukumipun ikhtilaf antawise
orang Islam atau orang kafir, sedikit atau banyak pemanggihe para ulama kita. Setengahe wonten
itu hukumnya haram dimasukkan. Tetapi karena ingkang mastani najis, jalaran alkohol punika
transfusi darah (blood transfusion) itu sebagai sebangsa khomrowi ingkang mendemi. Lan
pengobatan, meskipun menggunakan barang wonten ingkang mastani boten najis, awit
najis, jika dokter atau secara medis itu sangat alkohol punika boten mendemi. Namung sifate
diperlukan maka hukumnya jaiz (boleh). Kecuali mejahi sami kaliyan racun. Lajeng ingkang
khusus barang najis yang berupa arak murni, mastani najis keranten sampun dados arak,
maka hukumnya haram (lighaladha tahrimiha). punika ugi maringi hukum dateng masalahipun
4. Alkohol tabib ingkang mawi kecampuran alkohol
sekedar namung kangge islah dateng lisah
Alkohol sering dipakai untuk menyebut wangi hukumipun ma’fu. Insya Allah. (Syakir,
etanol, yang juga disebut grain alkohol; dan 1983: 31)
kadang untuk minuman yang mengandung Artinya :
alkohol (minuman beralkohol). Dalam ilmu Alkohol itu hukumnya ikhtilaf (berbeda-beda)
kimia, alkohol adalah istilah yang lebih umum di antara pendapat para ulama kita. Sebagian

252
Fikih Kontemporer Bahasa Lokal
Samidi, halaman 245-256

ada yang mengatakan najis, karena alkohol itu 5. Bank ASI (Air Susu Ibu)
termasuk khomr yang memabukkan. Ada juga
sebagian yang berpendapat tidak najis, karena Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
alkohol itu tidak memabukkan. Tetapi sifatnya ternyata juga mempengaruhi keberadaan ASI.
mematikan seperti racun. Kemudian yang Ada kalanya para ibu yang setelah melahirkan
mengatakan najis itu karena sudah menjadi arak,
tidak mau memberikan ASI kepada bayinya,
demikian juga dengan hukum yang berkaitan
dengan pengobatan yang dilakukan oleh Tabib dengan alasan untuk menjaga keindahan
yang menggunakan alkohol secukupnya yang payudaranya. Ada juga yang memang karena
dicampur dengan minyak wangi, hukumnya alasan medis seorang ibu tidak boleh memberikan
adalah ma’fu.
air susunya kepada sang bayi, sehingga
Berdasarkan uraian Kitab al-Hikmah dibutuhkan ASI pengganti. Penggantian ASI
tersebut, Nampak bahwa KH. Ahmad Syakir juga bagi sang bayi tersebut jika hanya dengan susu
tidak mengetahui secara rinci tentang hakikat formula tidak menjadi masalah, tetapi jika harus
alkohol itu sendiri. Sehingga tidak menerangkan mengkonsumsi ASI dari ibu lain itu yang menjadi
secara detail, mana alkohol yang termasuk masalah, menimbulkan hukum tersendiri dalam
halal dan mana alkohol yang haram. Meskipun Islam, yaitu radha’. Radha’ adalah seorang bayi
demikian, beliau tetap mengemukakan adanya yang menghisap punting payudara seorang
perbedaan pendapat para ulama, tentang hukum perempuan pada waktu tertentu, yang dalam
alkohol itu sendiri. Satu hal yang dianggap hukum Islam menimbulkan adanya saudara
sepersusuan dengan anak-anak lain yang
halalnya alkohol oleh KH. Ahmad Syakir adalah
menyusu pada ibu tersebut.
penggunaan alkohol dalam minyak wangi.
Penggunaan minyak wangi ini sudah menjadi Alasan medis ini yang menjadi pertimbangan
kebiasaan para santri, ketika mereka hendak para pakar kesehatan dalam memberikan solusi
salat atau mengaji. Pemakaian minyak wangi bagi penyusuan para bayi, dengan mendirikan
dalam ajaran Islam adalah sunah yang sangat Bank ASI. Penampungan ASI dari para pendonor
dianjurkan oleh Nabi. Winyak wangi sudah sudah banyak dilakukan oleh pihak rumah sakit
menjadi kebutuhan para santri dan umat Islam di Indonesia, guna membantu kelangsungan
pada umumnya, untuk mengikuti sunnah nabi. hidup bayi yang tidak memperoleh ASI dari
ibunya. Donor ASI biasanya digunakan untuk
Selain itu, ada juga permasalahan yang bayi prematur, bayi dan anak sakit (gagal ginjal
dihadapi oleh kaumnya yang berkenaan dengan kronik, penyakit metabolik, alergi). Penampungan
pengobatan. Ada sebagian orang yang berobat ASI oleh pihak rumah sakit ini pun mendapat
kepada seorang tabib, kemudian sang tabib tersebut perhatian dari KH. Ahmad Syakir, sebagaimana
memberikan minyak wangi yang bercampur diungkapkannya dalam Kitab al-Hikmah:
alkohol sebagai media penyembuhannya. Minyak “Susu utawa puwan ingkang saking para
wangi tersebut juga digunakan untuk keperluan panyumbang-panyumbang ingkang
kakempalaken wonten ing rumah sakit kangge
lain (sebagai media) dalam memberikan bantuan
inumanipun para anak-anak ingkang dipun
kepada para umat yang membutuhkannya. rawat wonten ngriku, punika ugi saget netepaken
Menurut KH. Ahmad Syakir dalam Kitab al- Radha’ah ingkang anjalari mahram, nanging
Hikmah, bahwa pemakaian minyak wangi yang kumedah netepi syarat-syaratipun radha’ah”.
Inggih punika :
bercampur alkohol itu dibolehkan (ma’fu) (al- 1. Tiyang estri ingkang anggadahi puwan
Hikmah, h.31). Alkohol yang dicampur minyak kumedah gesang.
wangi yang digunakan untuk parfum dan media 2. Tiyang ingkang anggadahi puwan kumedah
ingkang sampun umur sangang tahun
pengobatan adalah jenis etanol, bukan termasuk sapanginggil (qamariyah).
alkohol yang memabukkan (khamr), sehingga 3. Tiyangipun estri ingkang anggadahi puwan
boleh digunakan oleh umat Islam. kumedah nyata (boten majhulat).

253
Jurnal SMaRT Volume 01 Nomor 02 Desember 2015

4. Lare ingkang dipun paring nginum kumedah atau dengan cara al-wujur (menuangkannya
dereng umur kalih tahun. langsung ke tenggorakannya) dengan dot atau
5. Kumedah gangsal susunan, saking kapisahe
susu kaping gangsal (Syakir, 1983: 32). botol, atau dengan cara yang lain.
Artinya : Sementara itu, KH. Ahmad Syakir hanya
“Susu atau Puwan yang berasal dari para menjelaskan teknik menyusu secara langsung.
penyumbang (pendonor) yang dikumpulkan oleh Pokok pembahasan dalam Kitab al-Hikmah
pihak rumah sakit untuk minum para bayi yang
dijelaskan bahwa, adanya beberapa syarat bagi
dirawat di sana, dapat menimbulkan Radha’ah
yang menyebabkan mahram. Tetapi juga harus wanita yang menyusui dan bayi yang menyusu.
memenuhi syarat-syarat radha’ah, yaitu : Bagi wanita yang menyusui itu masih dalam
1. Wanita yang menyusui masih dalam keadaan keadaan hidup, sudah berusia minimal 9 tahun,
hidup dan jelas identitas dirinya. Sedangkan bayi
2. Wanita yang menyusui sudah harus berusia 9
tahun atau lebih yang menyusu berusia maksimal 2 tahun, dan
3. Wanita yang menyusui harus jelas (identitas meminum susu dari punting payudara sang ibu
dirinya) minimal 5 kali susuan.
4. Anak yang diberi ASI harus belum berusia 2
tahun Syarat pertama bagi wanita yang menyusui
5. Harus 5 (lima) kali susuan, dari pisahnya susu adalah masih hidup, hal ini dimaksudkan bahwa
selama 5 kali teknik menyusui di sini adalah secara langsung.
Berdasarkan uraian tersebut, maka KH. Bayi secara langsung menghisap susu dari
Ahmad Syakir tidak mempermasalahkan adanya punting payudara sang ibu, tidak menggunakan
Bank ASI, dengan kata lain boleh. Pendapat ini botol atau alat lain. Selain itu, sang ibu juga harus
senada dengan apa yang diungkapkan oleh guru jelas identitas dirinya. Hal ini dimaksudkan untuk
besar PTIQ yang juga salah satu ketua MUI pusat, mengetahui keluarga sang ibu, apakah dia juga
Prof. Dr. Ali Mustafa Ya’kub, MA, dalam seminar mempunyai anak-anak lain yang sepersusuan,
“Gizi Buruk, Perspektif Medis dan Syariah entah itu anak kandung atau anak orang lain.
Islam tentang ASI, Ibu persusuan, Bank ASI”, Ibu dan saudara-saudara sepersusuan menjadi
yang diadakan Layanan Kesehatan Cuma-cuma mahram, orang yang haram dinikahi.
Dompet Dhuafa (LKC-DD) berkerjasama dengan Batasan usia minimal 9 tahun bagi seorang
Pos Sehat Masjid Raya Pondok Indah, pada hari ibu menyusui, merupakan batasan usia minimal
Kamis 2 Juni 2011 yang lalu. Menurut Ali Mustafa yang ditetapkan oleh Imam Syafi’i dalam
Ya’kub, “tidak ada salahnya mendirikan Bank menetapkan batasan usia minimal wanita haid.
ASI dan Donor ASI sepanjang itu dibutuhkan Hal ini menjadi wajar, karena KH. Ahmad Syakir
untuk kelangsungan hidup anak manusia”. seorang tokoh NU, yang juga mengikuti mazab
Donor dan Bank ASI tidak menjadi Syafi’i. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam
permasalahan, namun justru yang menimbulkan kitab al-Hikmah, yang mengutip dari kitab al-
masalah adalah setelahnya, yaitu teknik Mizani al-Sya’rani: Juz II, hal:127:
menyusui dan adanya menjadi mahram. Para “maa nashihu: wa ma’a qaulu Syafi’i wa ahmad
inna tahrima yata’alaqa billubani al makhluutha
ulama berbeda pendapat tentang tata cara
bi al syarabi wa al tha’ami, idza saqiyahu al
menyusu yang bisa mengharamkan. Mayoritas mauludu khamsa marratan sawa a kaana al
ulama mengatakan bahwa yang penting adalah lubbanu mustahlikan au ghaliban… “ (Syakir,
sampainya air susu tersebut ke dalam perut bayi, 1983: 27)
sehingga membentuk daging dan tulang, baik Batasan usia maksimal bayi yang menyusu
dengan cara menghisap puting payudara dari ini pun juga terdapat perbedaan di antara para
perempuan langsung, ataupun dengan cara as ulama. Sebagian besar ulama mengatakan batasan
su’uth (memasukkan susu ke lubang hidungnya), usia bayi menyusu yang bisa menyebabkan

254
Fikih Kontemporer Bahasa Lokal
Samidi, halaman 245-256

kemahraman, adalah jika seorang bayi berumur DAFTAR PUSTAKA


dua tahun ke bawah. Dalilnya adalah firman
Anwar, Syamsul. 2007. Studi Hukum Islam
Allah swt: “Para ibu hendaklah menyusukan
Kontemporer. Yogyakarta: RM Books.
anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Bruinessen, Martin van. 1995. Kitab Kuning
“ (QS. Al Baqarah: 233) Pesantren dan Tarekat: Tradisi Tradisi
Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.
Pendapat KH. Ahmad Syakir tentang bayi
yang menyusu berusia maksimal 2 tahun, dan Daymon, Christine dan Immi Holloway. 2008.
meminum susu dari punting payudara sang Metode-metode Riset Kualitatif. Yogyakarta:
ibu minimal 5 kali susuan. Pendapat tersebut Bentang.
sebagaimana yang diungkapkan oleh Yusuf Departmen Agama. 1982. Al-Qur’an dan
Qardawi (2004: 23-24), bahwa bayi yang Terjemahannya. Jakarta: Proyek Pengadaan
meminum 5 kali susu dari ibu menyebabkan Kitab Suci Al-Qur’an Dept. Agama RI.
menjadi mahramnya si anak dengan keluarga Dhofier, Zamakhsari. 1982. Tradisi Pesantren:
si ibu susu, artinya anak mereka tidak boleh Studi tentang Pandangan Hidup Kyai.
menikah. Masalah menyusu langsung dan tidak Jakarta: LP3ES.
langsung, itu hanya masalah teknik mengeluarkan
Fuad, Mas’ud. 2005. Hukum Islam Indonesia:
susu saja, hukumnya sama (Hasan, 1995: 43).
dari Nalar Partisipatoris Hingga
Emansipatoris. Yogyakarta: LKiS.

PENUTUP Hasan, M. Ali. 1995. Masail Fiqhiyah Al Haditsah


Pada Masalah-Masalah Kontemporer
Beberapa produk hukum yang berasal Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafindo
dari fikih klasik, tidak dapat lagi diterapkan di Persada.
zaman yang modern. Seperti persoalan yang
Mahjuddin. 2010. Masailul Fiqhiyah (Berbagai
berhubungan dengan kebutuhan kesehatan
Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa
masyarakat, seringkali ada pertimbangan Ilmu
Kini), cet. Ke-8. Jakarta: Kalam Mulia.
Kedokteran atau medis yang digunakan sebagai
upaya penyembuhan terhadap suatu penyakit. Moleong, Lexy J. 1995. Metodologi Penelitian
Namun hal tersebut tidak ditemukan dalam kitab- Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
kitab fikih klasik. Pertimbangan-pertimbangan Qardhawi, Yusuf. 2004. Ijtihad Kontemporer
medis tersebut merupakan kebutuhan untuk Kode Etik dan Berbagai Penyimpangan,
sehat manusia di era modern, seperti adanya Jakarta:Restu Ilahi.
transplantasi organ tubuh manusia.
Samidi. 2009. Kajian Kitab Karya Ulama Lokal
Kitab al-Hikmah karya KH. Ahmad Syakir Nusa Tenggara Barat. Semarang: Balai
ditulis tangan pada tahun 1973 dan dicetak ulang Litbang Agama Semarang.
pada tahun 1983. Kitab tersebut tergolong kitab Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian
fikih yang cukup representatif, memuat berbagai Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
persoalan fikih atau hukum Islam kontemporer
Syakir, Ahmad. 1983. Al Hikmah fi Wiqayatil
dengan bahasa lokal. Melalui penelitian ini,
Ummah an al Dhulumat. Rembang: Ponpes
peneliti berharap akan semakin banyak animo
Kauman.
masyarakat akademik untuk mengkaji karya-
karya ulama Indonesia. Karya-karya ulama Thomafi, Luthfi. 2007. Mbah Ma’shum Lasem
Indonesia masih banyak yang belum terpublikasi, (The Authorized Biography of KH. Ma’shum
bahkan belum tersentuh oleh dunia akademis. Ahmad). Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

255

You might also like