Konsep Diri Remaja Difabel Di Sekolah Inklusi Pekanbaru (Studi Kasus Pada SMPN 31 Pekanbaru) Oleh: Nirma Redisa Pembimbing: Dr. Welly Wirman, S.IP, M.Si

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

KONSEP DIRI REMAJA DIFABEL DI SEKOLAH INKLUSI PEKANBARU

(STUDI KASUS PADA SMPN 31 PEKANBARU)

Oleh : Nirma Redisa


E-mail : nirmaredisa@gmail.com
Pembimbing : Dr. Welly Wirman, S.IP, M.Si
Konsentrasi Manajemen Komunikasi - Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya, Jl. H.R. Soebrantas Km 12,5 Simp. Baru, Pekanbaru 28293
Telp/Fax. 0761-63277
Telp/Fax. 0761-53277

Abstract
In general, diffable students will study at special school, but now there is innovation
which called inclusive school. Through inclusive school, teenager student can study at public
school and interaction with students that has a normal physical and mental. The condition of
difable make acceptance from their friends diverse, some people accept them in a good way
and be friends with them, but there are some people bullying their deficiency. Good or bad the
communication from their environment, will affect teenagers difable self concept. The main
purpose of this research is to determined and understand the perceptual components, the
conceptual components, the attitude components and communication experience of diffable
teenagers in SMPN 31 Pekanbaru.
This research used qualitative research method with phenomenology. Subject in this
research were three people. Technique to collect data was through observation, interview, and
documentation. This research used data validation technique through the extend of
participation and triangulation.
The result of this research explained that diffable teenagers in SMPN 31 had diverse
self concept. In the perceptual component, the positive side were their physical looks normal,
showed neat and beatifull appearance and thinking that they were pretty and had ideal body.
While negative side were they felt different from their friends. Then the conceptual components,
teenager had positive self concept were confident, independent, be responsible, diligent and
polite. The negative side were shy, lazy, unconfident, and spoiled. In the attitude component
the positive side were diffable teenager able to socialize, friendly and easy to interact. But the
alienated and distinguished feeling were the negative side. And then diffable teenager had a
pleasure communication experience was like had happy and proudly feeling, be accepted,
given attention and motivation. But also they had a bad communication experience was like
insulted, be damned and their friends taken forcibly their money at school.

Keywords : self concept, teenager, diffable, inclusive school

PENDAHULUAN
Setiap manusia berkeinginan untuk secara fisik ataupun mental. Seseorang
memiliki tubuh yang lengkap dan yang memiliki kecacatan dan
sempurna. Pada kenyataannya, tidak semua ketidaknormalan bentuk tubuh dinamakan
manusia dianugerahi anggota tubuh yang difabel. Difabel adalah istilah yang meliputi
lengkap alias cacat. Kecacatan tersebut gangguan, keterbatasan aktivitas, dan
dapat dialami sejak lahir ataupun dapat pembatasan partisipasi. Para penyandang
terjadi karena kecelakaan, hal ini difabel memiliki gangguan dan masalah
mengakibatkan cacatnya tubuh seseorang pada fungsi tubuh atau strukturnya,

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 1


sehingga ia mengalami kesulitan dalam Namun pada kenyataannya, kekurangan
melaksanakan tugas atau tindakan. yang dimiliki siswa difabel membuat
Kehilangan atau ketidaknormalan yang mereka mengalami hal yang tidak
terjadi pada difabel dapat bersifat fisiologis, menyenangkan. Mereka seringkali di-bully
psikologis, maupun kelainan struktur atau baik secara verbal maupun nonverbal.
fungsi Penulis menemukan beberapa kasus
anatomis(https://ijds.ub.ac.id/index.php/ijd bullying yang dialami siswa difabel di
s/article/view/6. diakses pada 27 Oktober sekolah umum. Kasus yang pertama terjadi
2018) di kota Banyuwangi. Siswa difabel
Pada umumnya siswa difabel akan bernama Renaldi sering kali diolok-olok
disekolahkan di sekolah luar biasa, dimana oleh kakak kelasnya karena kondisi tubuh
sekolah tersebut memang dikhususkan Renaldi yang tidak sempurna. Renaldi
untuk anak-anak yang memiliki kecacatan akhirnya melawan dan terjadilah
mental dan fisik. Namun, saat ini sudah ada perkelahian pada 17 Maret lalu. Saat
inovasi baru dalam dunia pendidikan itulah, terjadi pengeroyokan terhadap
Indonesia, yaitu sekolah inklusi. Sekolah Renaldi. Bahkan, Renaldi sempat dipukul
ini merupakan sekolah umum, namun di bagian kepalanya dengan gagang
menerima para siswa difabel. Artinya di pengambil sampah hingga terluka parah.
sekolah tersebut menyediakan ruang untuk (https://www.medcom.id/nasional/daerah/e
siswa-siwa difabel bisa belajar dan N4nLD2k-seorang-anak-berkebutuhan-
berinteraksi dengan siswa-siswa yang khusus-dikeroyok-7-temannya-hingga-
normal. luka-parah diakses pada 9 Januari 2019).
Siswa difabel yang bersekolah di Pada saat mengunjungi sekolah
sekolah umum, akan menghadapi reaksi Inklusi di Pekanbaru pada Maret 2019 ,
yang beragam, sebab mereka berada di penulis juga menemukan kasus bully yang
lingkungan siswa yang normal. Apakah terjadi di Pekanbaru. Seperti yang dialami
teman-teman di sekolah menerima kondisi Cintami Ananda, siswi tunagrahita dari
siswa difabel dengan baik atau tidak. SMPN 31 Pekanbaru. Sebagai penyandang
Bentuk-bentuk komunikasi dari lingkungan tunagrahita Nanda sering dimaki dan
siswa difabel akan mempengaruhi dirinya dikata-katai “Anjing” oleh teman
konsep dirinya. sekolahnya, bahkan mereka memberi gelar
Konsep diri adalah pandangan dan “Kepala Galon” kepadanya karena kepala
perasaan kita tentang diri kita. Persepsi Nanda yang terlihat agak besar. Selain itu,
tentang diri ini boleh bersifat psikologi, Nanda juga sering diperas oleh teman
social dan fisis. (Rakhmat, 2005:99). Dapat sekolahnya sehingga uang jajannya habis.
dikatakan bahwa konsep diri ini meliputi Berdasarkan kasus-kasus di atas,
perasaan dan pemikiran kita tentang diri dapat kita lihat bahwa siswa difabel yang
kita sendiri. Meliputi kemampuan, karakter mengenyam pendidikan di sekolah inklusi
diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan memiliki tantangan tersendiri. Pada
penampilan diri. Bagaimana lingkungan dasarnya sekolah inklusi ini bertujuan
menerima kondisi seorang difabel, maka memberikan kesempatan bagi siswa-siswa
hal tersebut berpengaruh terhadap cara difabel untuk dapat memperoleh layanan
bersosial dan berinteraksi siswa difabel pendidikan yang sama dengan siswa
tersebut. Siswa difabel yang hidup dalam reguler. Pendidikan inklusi merupakan
lingkungan yang baik, dapat penggabungan penyelenggaraan
mengembangkan kepribadiannya dengan pendidikan luar biasa dengan pendidikan
baik begitupula sebaliknya. Jika difabel reguler dalam satu sistem pendidikan yang
merasa lingkungan menerima segala dipersatukan. Dalam pelaksanaan
kondisi yang dimiliki maka ia akan tumbuh pendidikan inklusi, semua siswa
dengan pribadi yang baik dan positif. memperoleh dukungan yang sama dalam

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 2


proses pembelajaran di kelas. untuk melakukan penelitian dengan judul
(http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/upl “Konsep Diri Remaja Difabel di Sekolah
oadDir/isi_14D0F106-F4EE-486B-A74F- Inklusi Pekanbaru (Studi Kasus pada
84A191B4AD25_.pdf di akses pada 12 SMPN 31 Pekanbaru )”.
November 2018).
Pada tahun 2017 Walikota Pekanbaru TINJAUAN PUSTAKA
telah mengeluarkan surat keputusan Konsep Diri
mengenai penetapan sekolah-sekolah Menurut William D.Brooks konsep
penyelenggara pendidikan inklusi di diri didefinisikan sebagai “those physical,
Pekanbaru. Terdapat 24 sekolah dasar dan social, and psychological perceptions of
13 sekolah menengah yang ditetapkan ourselves that we have derived from
sebagai sekolah inklusi. Pada tahun 2018 experiences and our interaction with others
hingga 2019 ini ada 10 orang anak difabel ”. Singkatnya, konsep diri adalah
di sekolah inklusi tingkat SMP dan SMA. pandangan dan perasaan kita tentang diri
Penulis menemukan fakta bahwa di SMPN kita sebagai hasil dari hubungan dengan
31 Pekanbaru, memiliki siswa difabel orang lain. Persepsi ini boleh bersifat
terbanyak se kota Pekanbaru. Terdapat psikologis, sosial, dan fisik (Jalaluddin,
siswa tunagrahita dua orang dan tunadaksa 2005:99).
satu orang. Akhirnya penulis memutuskan Konsep diri dapat di definisikan
melakukan penelitian di SMPN 31 secara umum sebagai keyakinan,
Pekanbaru. Data siswa difabel di sekolah pandangan atau penilaian seseorang
inklusi Pekanbaru dapat dilihat pada tabel terhadap dirinya. Definisi yang lebih
di bawah ini: perinci lagi adalah sebagai pengetahuan
dan keyakinan yang dimiliki individu
Data siswa difabel di sekolah Inklusi tentang karakteristik dan ciri-ciri
Pekanbaru pribadinya. Dapat dikatakan bahwa konsep
No Nama Jenis Jumlah diri ini meliputi perasaan dan pemikiran
Sekolah Difabel kita tentang diri kita sendiri. Meliputi
1 SMPN 31 Tunagrahita 3 kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan
Pekanbaru dan hidup, kebutuhan dan penampilan diri.
tunadaksa Wiliam H. Fitss (dalam Agustiani,
2 SMPN 37 Tumagrahita 1 2006:138) mengemukakan bahwa konsep
Pekanbaru diri aspek penting dalam diri seseorang,
3 SMPN 23 Tunadaksa 1 karena konsep diri merupakan kerangka
Pekanbaru acuan (frame of reference) dalam
4 SMPN 5 Tunagrahita 1 berinteraksi dengan lingkungan. Konsep
Pekanbaru diri juga berpengaruh kuat dalam tingkah
5 SMP IT Tunagrahita 1 laku seseorang. Dengan mengetahui konsep
Abdurrab diri seseorang, maka akan lebih mudah
6 SMP Tunawicara 1 meramalkan dan memahami tingkah laku
YLPI orang tersebut karena merupakan sebuah
7 SMK Tunarungu 1 penilaian.
Telkom William D. Brooks dan Phlip Emmert
8 SMAN 4 Tunanetra 1 menjelaskan dan mengidentifikasi tanda-
Pekanbaru tanda sesseorang memiliki konsep diri yang
positif atau konsep diri yang negatif
Sumber: olahan penulis, 2019 (Jalaluddin, 2005:105). Adapun tanda
Berdasarkan latar belakang di atas orang memiliki konsep diri negatif :
dan kasus-kasus siswa difabel yang terjadi Pertama, ia peka terhadap kritik. Orang ini
di sekolah Inklusi, maka penulis tertarik sangat tidak tahan kritik yang diterimanya,

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 3


dan mudah marah atau naik pitam. Kedua, sekarang dan prospeknya dimasa depan,
orang yang memiliki konsep diri negatif, kehormatan, rasa harga diri, rasa
responsif sekali terhada pujian. Ketiga, kebanggaan, rasa malu dan pandangan
memiliki sikap yang hiperkritis. Ia selalu diri yang dimiliki.
mengeluh, mencela, atau meremehkan
apapun dari siapapun. Keempat, cenderung Remaja
merasa tidak disenangi orang lain. Kelima, Masa remaja disebut pula sebagai
orang yang memiliki konsep diri negatif, penghubung antara masa kanak-kanak dan
bersikap pesimis terhadap kompetisi. masa dewasa. Pada periode ini terjadi
Sebaliknya, orang yang memiliki perubahan-perubahan besar dan esensial
konsep diri positif ditandai dengan mengenai kematangan fungsi-fungsi
beberapa hal, pertama dia yakin akan rohaniah dan jasmaniah, terutaman fungsi
kemampuannya mengatasi masalah. seksual. Rentang usia seseorang dikatakan
Kedua, dia merasa setara dengan orang lain, remaja adalah kisaran usia dari 13 sampai
ketiga dia menerima pujian tanpa rasa 21 tahun, dengan pembagian pubertas
malu. Keempat, dia menyadari, bahwa antara 13 sampai 15 tahun dan fase pubertas
setiap orang mempunyai berbagai perasaan, antara 16 sampai 19 tahun.
keinginan dan perilaku yang tidak World Health Organization (WHO)
seluruhnya disetujui masyarakat. Kelima, mendefinisikan remaja dalam (Sarlito
mampu memperbaiki dirinya Wirawan Sarwono, 2006:7) adalah suatu
masa ketika:
Komponen Konsep Diri a. Individu berkembang dari saat pertama
Hurlock (1974) mengatakan bahwa kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
konsep diri memiliki tiga komponen utama, sekundernya sampai saat ia mencapai
yaitu dalam : kematangan seksual. Individu
a. Komponen Perseptual, disebut juga mengalami perkembangan psikologi dan
sebagai konsep diri fisik (physical self pola identifikasi dari kanak-kanak
concept), yaitu image seseorang menjadi dewasa.
mengenai penampilan fisiknya dan b. Terjadi peralihan dari ketergantungan
kesan yang ditampilkan pada orang lain. sosial-ekonomi yang penuh kepada
b. Komponen Konseptual, disebut juga keadaan yang relative lebih mandiri.
sebagai konsep diri psikis c. Fase remaja merupakan fase
(psyichological self concept), yaitu perkembangan yang tengah berada pada
konsep seseorang mengenai masa amat potensial, baik dilihat dari
karakteristik khusus yang dimiliki, baik aspek kognitif, emosi, maupun fisik.
kemampuan dan ketidakmampuannya, Perkembangan intelektual yang terus-
latar belakang serta masa depannya. menerus menyebabkan remaja mencapai
Tersusun dari beberapa kualitas tahap berfikir operasional formal. Tahap
penyesuaian diri, seperti kejujuran, ini memungkinkan remaja mampu
percaya diri, kemandirian, pendirian berpikir secara lebih abstrak, menguji
yang teguh dan kebalikan dari sifat-sifat hipotesis, dan mempertimbangkan apa
terebut. saja peluang yang ada padanya daripasa
c. Komponen sikap, disebut juga dengan sekadar melihat apa adanya.
komponen attitudinal adalah konsep diri Kemampuan intelektual seperti ini yang
yang termasuk aspek sosial di karenakan membedakan fase remaja dari fase
komponen sikap adalah perasaan- sebelumnya. (Ali Mohammad dan
perasaan seseorang terhadap dirinya Mohammad Asrori, 2016:10)
sendiri, sikap terhadap statusnya
Difabel Sebenarnya pengertian difabel telah
ditetapkan dalam undang-undang yang

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 4


berlaku.Menurut undang- undang No 4 5. individu yang mempunyai tingkah laku
tahun 1997 tentang penyandang cacat. menyimpang/berkelainan, tidak
Difabel adalah setiap orang yang memiliki sikap, melakukan
mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, pelanggaran terhadap peraturan dan
yang dapat mengganggu atau merupakan norma-norma sosial
rintangan dan hambatan baginya untuk
melakukan aktivitas secara selayaknya, Sekolah Inklusi
yang terdiri dari (a) penyandang cacat fisik, Perkembangan pendidikan anak
(b) penyandang cacat mental, dan (c) berkebutuhan khusus semakin
penyandang cacat fisik dan mental. berkembang. Pada awalnya kita mengenal
WHO yang sering menjadi acuan istilah Sekolah Luar Biasa (SLB) yaitu
banyak Negara telah mengelompokkan tiga sekolah khusus yang disediakan untuk
pengertian difabel, yaitu :impairment, anak-anak berkebutuhan khusus. Secara
disability and handicap (Barnes and tidak sadar sistem pendidikan SLB telah
Mercer, 1996). Impairment memiliki arti membangun tembok eksklusifisme bagi
dalam kontek kesehatan adalah suatu anak yang berkebutuhan khsusus. Tembok
kondisi abnormal fisiologis, psikologis atau tersebut telah menghambat proses
struktur fungsi anatomi. Sedangkan sosialisasi antara anak berkebutuhan
disability memiliki arti keterbatasan dalam khusus dengan anak-anak pada umumnya.
melakukan fungsi atau aktivitas yang Akibatnya dalam interaksi sosial di
menurut ukuran orang normal biasa masyarakat, kelompok berkebutuhan
dilakukan. Disability dapat dikatakan khusus merasa tidak menjadi bagian dari
sebagai dampak dari impairment. Handicap masyarkat pada umumnya. Oleh karena
sendiri menurut WHO memiliki arti itulah muncul sistem pendidikan Inklusi.
sebagai kerugian yang dialami seseorang Sekolah Inklusi merupakan salah satu
yang disebabkan oleh impairment atau bentuk pemerataan dan bentuk perwujudan
disability yang membatasi seseorang dalam pendidikan tanpa diskriminasi, dimana
memenuhi perannya sebagai orang normal anak berkebutuhan khusus dan anak-anak
bergantung pada usia, jenis kelamin, faktor pada umumnya dapat memperoleh
budaya dan sosial yang dimiliki difabel pendidikan yang sama. Kerjasama dari
tersebut berbagai pihak baik dari pemerintah,
(https://ijds.ub.ac.id/index.php/ijds/article/ sekolah dan masyarakat sangat
view/6. diakses pada 27 Oktober 2018). berpengaruh terhadap pelaksanaannya.
Terdapat beberapa jenis difabel yaitu: Sekolah inklusi ialah sekolah yang
1. Tunagrahita, berkelainan mental meletakkan semua murid di satu kelas, baik
subnormal, terbelakang mental, lemah yang memiliki kebutuhan khusus maupun
ingatan, feblemeinded, mental regular (Stainback dalam Mudjito, 2012).
subnormal.
2. Tunadaksa, kesulitan mengoptimalkan Pengalaman Komunikasi
fungsi anggota tubuh dan akibatnya Pengalaman merupakan sesuatu yang
kemampuan untuk melakukan gerakan- dialami.Melalui pengalaman, individu
gerakan tubuh tertentu mengalami memiliki pengetahuan. Hal ini sesuai
penurunan. dengan pernyataan bahwa All objects of
3. Tunanetra, merupakan kondisi knowledge must conform to experience
seseorang yang mengalami kecacatan (Moustakas dalam Wirman, 2002:52).
pada penglihatan Pengetahuan melandasi kesadaran yang
4. Tunarungu, organ telinga yang membentuk pemaknaan. Pemaknaan dan
mengalami kerusakan sehingga kesadaran inilah yang mendorong individu
menganggu fungsi pendengaran untuk melakukan tindakan atau perilaku
tertentu dengan merujuk pada behavior is

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 5


an experiences of consciousness that kemunculan suatu objek, peristiwa atau
bestows meaning through spontaneous kondisi dalam persepsi seorang individu.
activity (Schutz dalam Wirman, 2012:52). Fenomenologi menggunakan pengalaman
Setiap peristiwa yang dialami akan menjadi langsung sebagai cara untuk memahami
sebuah pengalaman bagi individu. dunia. Fenomenologi menjadikan
Pengalaman yang diperoleh mengandung pengalaman sebenarnya sebagai data utama
suatu informasi atau pesan tertentu. dalam memahami realitas. Apa yang dapat
Informasi ini akan diolah menjadi diketahui seseorang adalah apa yang
pengetahuan. Dengan demikian berbagai dialaminya. (Morissan, 2013:39).
peristiwa yang dialami dapat menambah Tugas utama fenomenologi adalah
pengetahuan individu. untuk mengkonstruksi dunia kehidupan
Pengalaman atau fenomena yang manusia “sebenarnya” dalam bentuk yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah mereka sendiri alami.Realitas dunia
pengalaman atas fenomena komunikasi. tersebut bersifat intersubjektif dalam arti
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai “a bahwa anggota masyarakat berbagi
systematic process in which individual persepsi dasar mengenai dunia yang
interact with and though symbols to create mereka internalisasikan melalui sosialisasi
and interpret meaning” (Wood dalam dan melakukan interaksi atau komunikasi
Wirman, 2012:53). Artinya komunikasi (Kuswarno, 2009:110).
merujuk pada suatu proses yang bersifat
sistematik diantara individu yang Teori Interaksi Simbolik
berinteraksi melalui simbol tertentu untuk Teori interaksionisme simbolik
menghasilkan dan menginterpretasikan didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan
makna. hubungannya dengan masyarakat. Orang
Pengalaman komunikasi pada masa tergerak untuk bertindak berdasarkan
lalu dapat mempengaruhi bagaimana makna yang diberikannya pada orang,
pendapat mereka di masa depan dalam benda, dan peristiwa. Makna-makna ini
menentukan tujuan maupun mengambil diciptakan dalam bahasa, yang digunakan
keputusan. Individu membentuk makna orang baik untuk berkomunikasi, dengan
melalui proses komunikasi karena makna orang lain maupun dengan dirinya sendiri,
tidak bersifat intrinsik terhadap apapun.. atau pikiran pribadinya. Bahasa
Bahkan tujuan dari interaksi adalah untuk memungkinkan orang untuk
menciptakan makna yang sama. Tanpa mengembangkan perasaan mengenai diri
makna komunikasi akan menjadi sangat untuk berinteraksi dengan orang lainnya
sulit, bahkan mungkin komunikasi tidak dalam seluruh komunitas (West-Turner,
dapat terjadi. Definisi kita mengenai 2009:98).
realitas dan respon kita terhadap sebuah Interaksi simbolik berasumsi bahwa
realitas merupakan hasil dari proses manusia dapat mengerti berbagai hal
interaksi dengan belajar dari pengalaman. Persepsi
sosial(http://journal.unpad.ac.id/jkk/article/ seseorang selalu diterjemahkan dalam
view/10437 di akses pada 14 Januari 2019). simbol-simbol. Sebuah makna dipelajari
melalui interaksi di antara orang-orang
Fenomenologi makna tersebut muncul karena adanya
Tradisi fenomenologi memfokuskan pertukaran simbol-simbol dalam kelompok
perhatiannya terhadap pengalaman sadar sosial. (Kuswarno, 2009:114).
seorang individu. Fenomenologi Menurut LaRossan dan Reitzes dalam
memberikan penekanan sangat kuat pada Wesr-Turner (2008,101) tema kedua dari
persepsi dan interpretasi dari pengalaman interaksi simbolik berfokus pada konsep
subjektif manusia. Kata fenomenologi diri. Dimana, pada tema interaksi simbplik
berasal dari kata phenomenon yang berarti ini menekankan pada pengembangan

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 6


konsep diri melalui individu tersebut secara remaja difabel melihat dan
aktif, didasarkan pada interaksi sosial mempersepsikan penampilannya.
dengan orang lainnya. Tema ini memiliki Berdasarkan hasil wawancara
dua asumsi tambahan, pertama yaitu dengan informan, penulis menemukan
individu mengembangkan konsep diri konsep diri yang berbeda antara remaja
melalui interaksi dengan orang lain. Kedua, tunagrahita dan remaja tunadaksa. Remaja
konsep diri membentuk motif yang penting tunagrahita pertama yaitu Nanda. Dia
untuk perilaku. menilai fisiknya normal, menilai dirinya
lumayan cantik, kulit putih dan tubuh yang
METODE PENELITIAN tidak gemuk. Nada juga selalu bergaya dan
Penelitian ini menggunakan metode berdandan ketika akan pergi keluar, seperti
penelitian kualitatif dengan pendekatan memakai aksesoris untuk terlihat cantik.
deskriptif. Waktu pelaksanaan penelitian Namun ia akan mudah sakit jika makan
pada bulan Oktober 2018 hingga Juni 2019. tidak teratur.
Adapun tempat yang menjadi lokasi Remaja tunagrahita yang kedua
penelitian adalah SMPN 31 Pekanbaru adalah Fani, dalam kehidupan sehari-
yang beralamat di jalan Bencah Basung, harinya Fani selalu menggunakan jilbab
Sail, kecamatan Tenayan Raya, kota ketika keluar rumah dan memilih pakaian
Pekanbaru. Alasan peneliti memilih lokasi yang rapi, hal tersebut dilakukan agar
ini karena sekolah ini adalah sekolah penampilannya terlihat baik. Fani menilai
inklusi yang memiliki siswa difabel dirinya lumayan manis jika tersenyum.
terbanyak se kota Pekanbaru. Subjek Sedangkan remaja difabel yang
penelitian terdiri atas 3 orang informan memiliki konsep diri negatif adalah remaja
utama dan 10 orang informan pendukung penyandang tunadaksa yang bernama Aji.
yang dipilih menggunakan teknik Secara fisik tentunya remaja tunadaksa ini
purposive. berbeda, dia memiliki kelainan di kaki,
Pengumpulan data dilakukan telapak kakinya berukuran lebih besar yaitu
menggunkan teknik wawancara, observasi sizenya 48 dan jalannya juga pincang.
dan dokumentasi. Peneliti melakukan Sehingga dia menilai dirinya berbeda
wawancara mendalam dengan informan dengan teman-teman di sekolah. Ia
utama dan informan pendukung. Selain itu, memandang kekurangan fisiknya sebagai
penulis juga melakukan observasi dengan hal yang sempat memalukan dan membuat
mengamati kegiatan informan di sekolah tidak percaya diri. Karena dia bersekolah di
dan saat wawancara sedang berlangsung. sekolah umum maka ia melihat teman-
Peneliti menggunakan teknik analisis data teman sekolahnya memiliki bentuk tubuh
model Milles dan Huberman dengan teknik yang sempurna, sehingga dia merasa
keabsahan data menggunakan berbeda.
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan
pengamatan dan triangulasi. Komponen Konseptual
Komponen Konseptual, disebut juga
HASIL DAN PEMBAHASAN. sebagai konsep diri psikis (psyichological
Konsep Diri Remaja Difabel di Sekolah self concept), yaitu konsep seseorang
Inklusi Pekanbaru (Studi Kasus pada mengenai karakteristik khusus yang
SMPN 31 Pekanbaru) dimiliki, baik kemampuan dan
ketidakmampuannya, latar belakang serta
Komponen Perseptual masa depannya. Tersusun dari beberapa
Komponen perseptual yang dimaksud kualitas penyesuaian diri, seperti kejujuran,
adalah bagaimana seorang individu percaya diri, kemandirian, pendirian yang
memandang dan menilai dirinya. Dalam teguh dan kebalikan dari sifat-sifat terebut.
penelitian adalah bagaimana seorang

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 7


Berdasarkan hasil wawancara dengan memiliki tanggung jawab untuk membantu
ketiga informan, konsep diri yang dimiliki beberapa pekerjaan rumah sesuai dengan
informan pertama adalah negatif. Nanda kemampuan yang ia miliki.
memiliki karakter tidak percaya diri dan
manja. Sebenarnya ia memiliki bakat di Komponen Sikap
bidang seni seperti menyanyi, tetapi ia tidak Komponen sikap, disebut juga dengan
berani menunjukkan kemampuannya itu di komponen attitudinal adalah konsep diri
sekolah. Ia hanya pernah nampil di pesta yang termasuk aspek sosial di karenakan
pernikahan sepupunya saja. Saat di sekolah komponen sikap adalah perasaan-perasaan
Nanda tidak berani untuk maju ke depan seseorang terhadap dirinya sendiri, sikap
kelas karena ia merasa malu dan tidak terhadap statusnya sekarang dan
memiliki kepercayaan diri. Selain itu, prospeknya dimasa depan, kehormatan,
Nanda yang terlahir sebagai anak bungsu rasa harga diri, rasa kebanggaan, rasa malu
dan satu-satunya perempuan membuat ia dan pandangan diri yang dimiliki.
menjadi manja. Keluarga selalu berusaha Hasil observasi dan wawancara
mewujudkan keinginannya. peneliti, menunjukkan Nanda memiliki
Informan kedua yaitu Fani konsep diri yang negatif. Nanda yang
merupakan remaja tunagrahita, Fani dilihat memiliki kekurangan mental dan terbata-
dari persepi psikolgisnya memiliki konsep bata ketika berbicara membuat banyak
diri yang negatif. Adapun karakter Fani teman di sekolahnya yang tidak ingin
yang mengacu pada konsep diri negatif berteman dan mengobrol. Serta teman-
ialah, pemalu, pendiam dan pemalas. Disaat teman di sekolah mengganggap Nanda
pertama peneliti menemuinya suara Fani tidak normal sehingga mereka tidak
sangat kecil dan sering menutup wajah menyapanya. Hal itu membuat dia menilai
ketika mengobrol serta tidak mau teman-temannya tidak ingin bertmean dan
berdekatan dengan peneliti. Ketika diajak membuat Nanda menjadi sulit berbaur.
berfoto dia akan menutup seluruh wajahnya Nanda hanya mengbrol dengan orang-
atau bersembunyi, bahkan ketika akan orang tertentu saja, menurutnya teman yang
bersalaman dengan teman peneliti dia tidak baik dan dia merasa nyaman hanya dengan
mau dan terus menghindar sambil tertawa dua orang saja. Ketika ada yang menyapa
malu. Selain itu, Fani juga terkenal anak duluan, baru dia akan membalas menyapa.
yang malas untuk urusan belajar. Orangtua Selain memiliki teman yang sedikit di
Fani selalu khawatir ketika akan kenaikan sekolah. Nandapun di rumah hanya sendiri,
kelas karena anaknya yang jarang sekolah dia tidak memiliki teman-teman seusianya
dan malas belajar di rumah. Guru-guru juga untuk berinteraksi kecuali jika saudaranya
sempat mengeluh karena Fani mengabaikan datang, itupun hanya sesekali. Hal tersebut
tugas yang diberikan. membuat dia merasa terasingkan. Dia
Sedangkan untuk konsep diri yang terlihat sering menyendiri dan tidak berbaur
positif dimiliki remaja tunadaksa. Aji dengan teman di sekolah.
sempat tidak percaya diri dan malu. Berada Konsep diri negatif juga dimiliki
dilingkungan sekolah umum, membuat Aji informan kedua yang bernama Fani. Fani
merasa berbeda dengan teman-teman yang dianggap aneh dan bodoh oleh teman
sekolahnya yang memiliki bentuk tubuh di sekolah, selalu dikucilkan dan dijauhkan.
yang sempurna. Namun, lama kelamaan Aji Sedikit sekali yang mau berinteraksi
merasa bahwa temanya tidak dengan Fani, hal itu membuat Fani
mengindahkan kekurangannya itu, teman- terasingkan dan menjadi orang yang
teman menerima dan mau berteman dengan tertutup.
Aji. Aji juga dikenal sebagai anak yang Berbeda dengan Aji, ia memiliki
sopan dan rajin di sekolah. Meskipun konsep diri positif dalam komponen sikap.
memiliki kekurangan fisik, Aji masih Aji diterima oleh lingkungannya, teman

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 8


sekolah dan lingkungan rumah. Aji yang
terkenal ramah membuat banyak teman Tabel Penilaian Konsep Diri
menyukainya, Aji selalu bergerombolan Nama Perseptual Konseptual Sikap Hasil
Nanda Positif Negatif Negatif Negatif
ketika keluar dari kelas dan sering Fani Positif Negatif Negatif Negatif
berkomunikasi dengan teman-temannya. Aji Negatif Positif Positif Negatif
Aji juga ikut kegiatan di mesji dekat Sumber: olahan penulis, 2019
rumahnya dan berbaur dengan masyarakat
sekitar. Berdasarkan tabel di atas terlihat jelas
Hasil dari komponen konsep diri konsep diri dari masing-masing remaja
informan dapat dilihat pada tabel di bawah difabel. Hasil dari konsep dirinya beragam,
ini. untuk informan pertama yaitu remaja
Tabel Komponen Konsep Diri tunagrahita cenderung negatif, karena dari
Nama Komponen Komponen Komponen ketiga komponen hanya komponen
Perseptual Konseptual Sikap perseptualnya saja yang positif. Kemudian
Nanda Lumayan Manja dan Sulit informan kedua yang juga remaja
canik, kulit tidak bergaul tunagrahita, konsep dirinya cenderung
putih, tubuh percaya dan negatif karena hanya komponen
tidak diri merasa perseptualnya saja yang positif. Informan
gemuk, dijauhi terakhir yaitu remaja tunadaksa memiliki
namun jika teman konsep diri positif, komponen
makan perseptualnya negatif, komponen sikapnya
tidak teratur positif dan komponen konseptualnya
akan sakit positif.
Fani Badan Fani Fani Fani
normal, pendiam, merasa Pengalaman Komunikasi
kulit putih, malas terasingka Pengalaman komunikasi
pakai jilbab belajar, dan n, menyenangkan adalah peristiwa
biar cantik, pemalu tertutupda komunikasi yang dialami seseorang
senyum n sulit menghasil perasaan dihargai, merasa
manis tetapi bergaul diterima, senang dan bangga dan merasa
sering diperhatikan lebih oleh orang terdekat.
demam. Pengalaman komunikasi yang terjalin
Aji Aji tinggi, Aji Aji antara seseorang dengan Significant
wajah percaya ramah Others, mempengaruhi dirinya. Ada yang
lumayan diri, tidak dan paling berpengaruh, yaitu orang-orang
oke, jarang bergantun mudah yang paling dekat dengan diri kita. George
sakit, tapi g pada berbaur Herbert Mead (1934) menyebut mereka
kaki orang, significant others– orang lain yang sangat
pincang membantu penting. Pada penelitian ini remaja difabel
dan telapak pekerjaanr semuanya pernah mengalami pengalaman
kaki besar. umah dan komunikasi yang menyenangkan dari
sopan. significant others mereka. Segala bentuk
Sumber: olahan penulis, 2019 pujian, nasihat dan motivasi menjadi
Berdasarkan hasil wawancara dan dukungan dan menumbuhkan rasa
observasi dapat dilihat pula dalam tabel di semangat dalam diri remaja difabel untuk
atas bahwa konsep diri masing-masing menjalani kehidupan dan memiliki impian
informan berdasarkan komponen konsep untuk dicapai. Mereka diberi semangat
diri itu berbeda. Penulis memasukkan untuk sekolah dan diberi nasihat agar
penilaian dari konsep diri itu pada tabel di memiliki mimpi dan berusaha
bawah ini. mewujudkannya. Orangtua juga

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 9


mengapresiasi dengan menunjukkan rasa Pengalaman
Pengalaman
bangga terhadap kegiatan positif yang komunikasi
Nama komunikasi
dijalani anak mereka. Sehingga remaja tidak
menyenangkan
difabel merasa bahwa diri mereka berharga menyenangkan
dengan adanya pengalaman komunikasi Nanda Nanda Nanda diejek
yang menyenangkan ini. diperhatikan “kepala galon”,
Nanda remaja tunagrahita lebih oleh diejek “autis”,
mengalami bully secara verbal dan keluarga, dikatai
nonverbal. Nanda sering dihina “kepala terutama ”Anjing” dan
galon” karena bentuk kepalanya sedikit Mamayang diteriaki “lelet
besar, dimaki dengan kata “anjing”, dan selalu menjadi kali kau
dibentak ketika ia terbata-bata dalam tempat curhat ngomong!”.
bicara. Bahkan ia sering dikatai “autis”. Nanda. Nanda pernah
Tentunya hal itu membuat Nanda menjadi Mendapat dikompasoleh
sedih, dia bahkan sempat menangis. Bukan motivasi dari teman sekolah.
hanya itu, Nanda bahkan diperas oleh abang dan
teman sekolahnya, mereka meminta dengan kakak untuk
paksa uang jajannya. Pengalaman itu semangat
membuat Nanda menjadi takut dan hanya sekolah.
mau berinteraksi dengan orang tertentu Fani Fani diberi Fani sering
saja, lebih tepatnya dia hanya memiliki dua motivasi dan diejek “Fani
orang teman yang dianggapnya baik dan nasihat dari bodoh”,
membuat dia merasa aman dan nyaman. orangtua untuk “longor” dan
Tindakan bullying juga dialami Fani. jadi anak yang Fani pernah
Remaja tunagrahita ini memang sulit dalam rajin dan dikompas oleh
menerima pelajaran dan jarang ke sekolah, meyakinkan teman sekolah.
oleh karena itu ia diberi gelar “Fani Fani bahwa
Bodoh”. Seperti halnya Nanda, Fani juga Fani bisa.
pernah mengalami dimintai urang secara Aji Orangtua Waktu SD Aji
paksa, saat Fani tidak memberi uang memuji nilai dikatai “si
tersebut, temannya akan mengatai Fani sekolah, dan pincang”
sambil membentak “dasar pelit kau!”. Fani sering
menjadi merasa sedih dan gelisah dengan memberikan
pengalaman komunikasi yang tidak semangat agar
menyenangkan tersebut. Fani pun memilih Aji memiliki
hanya berinteraksi dengan orang-orang cita-cita dan
tertentu saja di sekolah. menjadi orang
Aji mengalami bully saat ia SD saja. yang sukses.
Saat itu Aji diberi gelar “si pincang” karena
kaki Aji yang cacat. Ketika diejek seperti Sumber: olahan penulis, 2019
itu Aji merasa malu, tidak percaya diri dan
marah dengan kondisi yang ia alami
tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dan PENUTUP
pembahasan yang telah peneliti jelaskan Kesimpulan
maka model dari pengalaman komunikasi Berdasarkan hasil penelitian, penulis
remaja difabel di SMPN 31 Pekanbaru menarik beberapa kesimpulan, yaitu:
dikonstruksikan seperti gambar di bawah 1. Dalam penelitian ini ditemukan
ini. remaja difabel yang memiliki konsep
diri positif pada komponen perseptual
Tabel Pengalaman Komunikasi yaitu, mereka merasa bahwa fisik

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 10


mereka normal dan terlihat sehat- Saran
sehat saja. Bahkan remaja difabel Berdasarkan hasil penelitian ini,
tersebut merasa dirinya cantik, adapun saran-saran yang dapat penulis
kulitnya putih dan tubuhnya bagus. berikan adalah :
Serta, mereka ingin menunjukkan 1. Saran untuk identifikasi pertama
penampilan yang rapi dan bagus yaitu, remaja difabel tidak boleh
dengan cara berdandan dan memilih merasa berbeda dengan orang lain,
pakaina yang baik. Adapun remaja harus mampu menunjukkan
difabel yang memiliki konsep diri kelebihan secara fisik yang dimiliki
negatif karena mereka merasa dan berusaha menjaga penampilan
berbeda dengan orang-orang normal yang rapi.
lainnya. 2. Saran untuk identifikasi kedua yaitu,
2. Pada komponen konseptual, konsep remaja difabel haruslah berusaha
diri positif yang dimiliki remaja menjadi pribadi yang lebih baik dan
difabel dalam penelitian ini adalah memiliki karakter-karakter yang
karakter mandiri, percaya diri, rajin, positif.
sopan dan memiliki rasa bertanggung 3. Saran untuk identifikasi ketiga yaitu,
jawab. Lalu untuk konsep diri remaja difabel hendaknya menerima
negatifnya dapat dilihat dari remaja keadannya sehingga tidak merasa
difabel yang memilkikarakter tidak malu ketika berbaur dengan remaja
percaya diri,pemalu, pesimis, normal lainnya. Hal tersebut akan
pemalas dan pendiam. membuat remaja difabel mampu
3. Peneliti mengkategorikan remaja bersosialisasi dengan siapapun.
difabel yang memiliki konsep diri 4. Saran untuk identifikasi keempat
positif pada komponen sikap adalah yaitu, untuk siapapun yang memiliki
ramah, suka menolong, bersosialisasi teman atau keluarga difabel harus
dengan masyarakat dan mudah menyampaikan pesan-pesan
berbaur. Sedangkan untuk kategori komunikasi yang baik, yang mampu
konsep diri negatif remaja difabel membuat remaja difabel merasa
tersebut yaitu perasaan terasingkan diterima dan diperhatikan. Jangan
dan dikucilkanserta perasaan takut pernah melakukan bully secara
direndahkan. verbal maupun nonverbal karena
4. Pengalaman komunikasi yang akan berdampak tidak baik pada
dialami remaja difabel terbagi atas perkembangan konsep diri
pengalaman komunikasi yang seseorang.
menyenangkan dan pengalaman
komunikasi tidak menyenangkan. Daftar Pustaka
Pada penelitian ini, pengalaman Agustiani, H. 2006. Psikologi
komunikasi menyenangkan yang Perkembangan Pendekatan Ekologi
dialami remaja difabel berupa Kaitannya dengan Konsep Diri.
perasaan senang dan bangga, merasa Bandung : Refika Aditama.
diperhatikan, merasa diterima Ahmadi, Abu, dkk. 2002. Psikologi
dilingkungan dan diberikan motivasi Sosial.Jakarta : PT Rineka Cipta.
serta nasihat dari keluarga. Untuk Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad.
pengalaman komunikasi yang tidak 2016. Psikologi
menyenangkan yang mereka alami Remaja:Perkembangan Peserta
yaitu, dihina, diberi gelar atas Didik. Jakarta : PT Bumi Aksara.
kecacatan mereka, dimaki dan Efendi, Mohammad. 2008. Pengantar
diminta uang secara paksa. Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Jakarta : Bumi Aksara.

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 11


Fakhrul, Zikri. 2015. Teori-Teori Stevani Virlia. 2015. Penerimaan Diri
Komunikasi (Teori Komunikasi pada Penyandang Tunadaksa.
dalam Perspektif Penelitian Fakultas Psikologi. Universitas
Kualitatif). Bogor : Ghalia Indonesia. Bunda Mulia Jakarta.
Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak
(psikologi perkembangan). Bandung : Sumber Lain :
Mandar Maju. Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor 713
Kriyanto,Rachmat. 2012. Tehnik Praktis Tahun 2017 Tentang Penetapan
Riset Komunikasi : Di sertai Sekolah Penyelenggara Pendidikan
Contoh Praktid Riset Media, Public Inklusif Kota Pekanbaru
Relations, Advertising, Komunikasi Republik Indonesia.Undang- undang No 4
Organisasi. Kencana : Jakarta. tahun 1997 tentang penyandang cacat.
Moleong, Lexy J.2005. Metodologi Jakarta
Penelitian Kualitatif. Remaja Republik Indonesia. 2016. Gambaran
Rosdakarya: Bandung. Sekolah Inklusif di Indonesia.
Morissan. 2009. Teori Kementerian Pendidikan dan
Komunikasi(tentang Komunikator, Kebudayaan, Pusat Data dan Statistik
Pesan, Percakapan, dan Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Hubungan). Bogor : Ghalia
Indonesia. Jurnal :
−−−−−−. 2013. Teori Mahardika, A.C. 2014. Memahami
Komunikasi:Individu Hingga Pengalaman Komunikasi Keluarga
Massa.Jakarta : Kencana Prenada dalam Memberikan Dukungan
Media Group. Terhadap Anggota Keluarganya yang
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Didakwa Melakukan Pelanggaran
Komunikasi. Bandung : PT Remaja Hukum.Jurnal Pengalaman
Rosdakarya. Komunikasi.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2006. Sugionodkk. 2014.Klasterisasi Mahasiswa
Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Difabel Indonesia Berdasarkan
Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi Background Histories dan Studying
Penelitian. Yogyakarta : Performance. Indonesian Journal Of
PUSTAKABARUPRESS Disabillity Studies, 1(1) 20-26.
Sutoyo, Anwar.2014. Pemahaman Wirman, Welly. 2012. Pengalaman
Individu Observasi, Checklist, Komunikasi Dan Konsep Diri
Interviu, Kuesioner, Sosiometri. Perempuan Gemuk, journal of
Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Dielectics, vol 2, No.1.Bandung:
Syam, Nina. 2012. Psikologi Sosial Pascasarjana Unpad.
Sebagai Akar Ilmu Komunikasi.
Bandung : Simbiosa Rekatama
Media.
West, Richard dan Lynn H. Turmer.
2008. Pengantar Teori
Komunikasi:Analisis dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Humanika.

Skripsi :
Rifqi Ramadhan Pratama. 2015. Resistensi
Siswa Difabel Terhadap Perilaku
Bullying.Program Studi Sosiologi.
Universitas Airlangga Surabaya.

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 12

You might also like