Persiapan Pensiun Dan Kesiapan Pensiun Dalam Persepsi Pegawai Negeri Dan Pegawai Swasta
Persiapan Pensiun Dan Kesiapan Pensiun Dalam Persepsi Pegawai Negeri Dan Pegawai Swasta
Persiapan Pensiun Dan Kesiapan Pensiun Dalam Persepsi Pegawai Negeri Dan Pegawai Swasta
Lieli Suharti
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
[email protected]
ABSTRACT
Every individual who works will enter the elderly and will eventually face a condition where
they will retire. Retirement is a time when every individual will no longer work because they
have already reached a certain age. Some people feel very happy when retirement arrives, but
for others the pension is regarded as a time of worry.This study aims to determine how the
responses of the employees regarding the enforcement of government rules on the extension of
the retirement age to 58 years. In addition, this study also see the connection between employee
readiness to face retirement with their efforts in preparing financial and non-financial
programs before they retired.
This is a qualitative descriptive study. The data was collected using indepth interview method.
Research was conducted on pre-retirement workers with aged over 50 years, which consist of
5 civil servants and 8 employees whom work in a private sector. The results showed different
responses among the resource persons of civil servants with private employees. Civil servants
prefer to retire at age before the enactment of government regulations on the retirement age,
i.e the pension at age 55 instead of retiring at the age of 58 years. They argued that they would
like to spend more time with their family during their retirement. Instead, the results showed
private employees who work at one of the universities in Central Java, preferred to retire at
the age of 58 years. Associated with the preparation of financial and non-financial preparation,
it was showed that the employees who perform the preparation of financial and nonfinancial
programs before retiring more ready and liked to retire at the age of 55 years. The study also
found that the economic conditions and dependent family members become other reasons of
employees whom expect to retire at the age of 58 years.
PENDAHULUAN
Setiap individu yang bekerja akan memasuki masa lanjut usia pada akhirnya akan
menghadapi suatu kondisi dimana mereka akan memasuki masa-masa pensiun. Pensiun akan
dihadapi oleh setiap individu yang bekerja pada instansi pemerintah maupun swasta. Masa
pensiun atau berhenti dari pekerjaan merupakan suatu tantangan sekaligus kesempatan untuk
melakukan hal-hal baru (Brotoharjo 2007), sehingga sebagian dari individu merasa sangat
bahagia ketika masa pensiun itu tiba. Akan tetapi bagi sebagian lainnya pensiun dianggap
sebagai suatu masa yang mecemaskan, sehingga tidak tahu apa yang akan dilakukannya kelak
apabila dirinya pensiun (Hakim 2007) .
Setiap karyawan perlu melakukan persiapan menghadapi masa pensiun sehingga ketika
saatnya tiba untuk pensiun, karyawan menjadi siap menghadapi pensiun. Menurut Safitri
(2013) kesiapan pensiun merupakan hal penting yang harus dimiliki karyawan demi
keberlangsungan hidup di masa tua setelah pensiun. Lebih lanjut, Willet (2008) (dalam
Larasati, 2011) mendefinisikan kesiapan pensiun sebagai suatu cara mempersiapkan masa
pensiun pekerja sehingga nantinya dapat menjalani masa pensiun dengan baik.
Persiapan finansial menjelang masa pensiun perlu dilakukan oleh setiap individu yang
akan memasuki masa pensiun. Joo dan Pauwels (2002) mengatakan bahwa persiapan finansial
yang dilakukan oleh setiap individu berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup setelah pensiun
nanti. Persiapan finansial bertujuan untuk memenuhi kebutuhan individu ketika memasuki
masa pensiun, karena ketika individu memasuki masa pensiun mereka tidak akan mendapatkan
gaji atau pendapatan sehingga mereka harus mempunyai persiapan finansial untuk mencukupi
kebutuhan hidup masing-masing.
Selain mempersiapkan finansial, setiap individu diharapkan untuk mempersiapkan
persiapan kegiatan pengganti setelah masa pensiun.Penelitian menunjukkan bahwa persiapan
kegiatan pengganti setelah masa pensiun mempengaruhi kesiapan pensiun (Latif dan
Alkhateeb, 2012). Karena dengan adanya kegiatan pengganti, membuka peluang untuk
mendapatkan pendapatan tambahan dan dapat juga dilakukan untuk mengisi waktu luang setiap
individu setelah masa pensiun tiba.
Persiapan lainnya yang harus dipersiapkan oleh setiap individu yang akan memasuki
masa pensiun adalah persiapan mental dari masing- masing individu. Menurut Handayani
(2007) setelah masa pensiun tiba, setiap individu akan merasa sedih dan stress karena tidak
dapat berbuat apa-apa lagi dan tidak dapat mecari pekerjaan sehingga setiap individu perlu
untuk melakukan persiapan mental agar mereka lebih mampu menerima keadaan ketika mereka
pensiun.
Pemerintah mempunyai aturan mengenai batas usia pensiun, dimana setiap individu
yang sudah memasuki batas usia tersebut diwajibkan untuk pensiun. Batas usia pensiun yang
ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 32 tahun 1979
menyatakan bahwa batas usia pensiun bagi Pegawai Negri Sipil adalah 56 tahun. Seiring
dengan berjalannya waktu pemerintah membuat peraturan baru mengenai batas usia pensiun
bagi para PNS. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2013 menyatakan bahwa
batas usia pensiun PNS menjadi 58 tahun. Pada instansi swasta masih memiliki kebijakan yang
berbeda-beda antara satu instansi swasta dengan instansi yang lainnya dalam menentukan
aturan batas usia pensiun bagi pegawainya. Namun sebagian instansi swasta juga telah
memperpanjang batas usia pensiun pegawainya menjadi 58 tahun.
Dengan diberlakukannya peraturan mengenai batas usia pensiun yang baru tentu saja
menimbulkan banyak reaksi. Ada pegawai yang menginginkan pensiun di usia 56 tahun saja
tetapi ada pula pegawai yang merasa sangat senang dengan pemberlakuan aturan baru tersebut.
Para pegawai yang memiliki keinginan untuk pensiun di usia 56 tahun kurang mendukung
peraturan baru mengenai perpanjangan batas usia pensiun. Sebagian pegawai menginginkan
untuk lebih cepat pensiun dikarenakan mereka mempunyai keinginan untuk terlibat dalam
berbagai kegiatan pengganti yang telah disiapkan seperti berwiraswasta, atau bergabung dalam
organisasi politik, atau melakukan pelayanan di organisasi sosial.
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan persoalan penelitian ini sebagai berikut:
1) Bagaimana mengenai perbedaan cara pandang pegawai swasta dan PNS dalam menghadapi
perpanjangan usia pensiun? ; 2) bagaimana persiapan pensiun yang dilakukan oleh pegawai
swasta maupun PNS ?; dan 3) Bagaimana kesiapan PNS dan Pegawai Swasta dalam
menghadapi masa pensiun?.
Tinjauan Pustaka
Pensiun didefinikan Syamsir (2004) sebagai penghargaan tertinggi yang diberikan
kepada setiap PNS yang telah loyal dan mengabdikan diri pada instansinya. Berbeda dengan
pendapat Rosanti dan Krisnansari (2010) yang mengatakan bahwa pensiun merupakan
putusnya hubungan kerja antara karyawan dengan organisasi tempat bekerja pada saat
karyawan sudah mencapai usia tertentu. Pendapat lain menyebutkan pensiun tidak hanya
sekedar berhenti bekerja karena usia tetapi kurang lebih bermakna purnabakti, tugas selesai,
atau berhenti sebagai Sutarto dan Ismulcokro (2008).
Peraturan Pemerintah (PP) No. 32 tahun 1979 menyatakan bahwa batas usia pensiun
bagi Pegawai Negri Sipil adalah 56 tahun. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 19
tahun 2013 menyatakan bahwa batas usia pensiun PNS menjadi 58 tahun.
Persiapan Pensiun
Salah satu kunci keberhasilan menghadapi pensiun adalah dengan melakukan persiapan
pensiun, dimana persiapan tersebut dilakukan ketika masih produktif. Seseorang yang
melakukan persiapan pensiun cenderung lebih sukses karena dapat beradaptasi dengan
perubahan di dalam hidupnya.Persiapan pensiun didefinisikan sebagai upaya investasi yang
dilakukan oleh individu yang masih sementara bekerja demi kesejahteraan hidup di masa
pensiun (Muratore & Earl, 2010).
Persiapan pensiun ditujukan untuk memberikan gambaran karyawan yang akan
pensiun, sehingga mereka dapat merencanakan apa yang ingin mereka kerjakan saat masa
pensiun benar-benar sudah mereka hadapi. Anderson et al (2000), menjelaskan langkah-
langkah yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan masa pensiun diantaranya dengan
mencari informasi dan saran tentang kehidupan pensiun, menyiapkan tabungan serta
merancang rencana pensiun dengan keluarga.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan sumber data adalah PNS yang
bekerja di BKD Salatiga dan Pegawai non- akademik UKSW Salatiga, masing-masing berusia
minimal 50 tahun. Data primer didapatkan melalui wawancara mendalam kepada narasumber
di kedua instansi seperti tertera dalam tabel narasumber berikut :
Tabel 1
Narasumber Penelitian
Jumlah Pegawai berusia
No. Sumber Status Narasumber
minimal 50 tahun
1. Pegawai BKD Salatiga PNS 5 5
2. Pegawai Non Akademik Swasta 80 8
UKSW Salatiga
Sumber : Data Primer (2016)
Dengan demikian jumlah narasumber yang berasal dari PNS mencapai 100% sementara
narasumber swasta mencapai 10 % dari total karyawan berusia 50 tahun keatas yang
dipertimbangkan sebagai usia dalam masa pensiun.
Pemilihan karyawan PNS di unit BKD karena unit tersebut yang mengurus masalah
kepegawaian di kota Salatiga. Peneliti juga melakukan wawancara kepada para pegawai non-
akademik di UKSW Salatiga. Pemilihan karyawan UKSW dilakukan karena UKSW telah
memberlakukan perpanjangan usis pensiun dari usia 55 tahun menjadi 58 tahun sejak tahun
2014.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisia
deskriptif kualitatif. Strategi analisis deskriptif merupakan sebuah upaya analisis induktif
terhadap data penelitian (Bungin, 2010 : 147). Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti
adalah mendapatkan data setiap narasumber yang akan di wawancarai. Setiap narasumber yang
diwawancarai harus menjelaskan latar belakang mereka masing-masing. Setelah mendapatkan
seluruh data dan latar belakang dari setiap narasumber, peneliti akan menginterpretasikan profil
dari masing- masing narasumber yang sudah diwawancarai.
Narasumber pertama akan disingkat NS 1 dan narasumber kedua akan disingkat NS 2
begitu pula seterusnya, dimana dalam setiap pembahasan profile dari setiap narasumber
peneliti tidak akan menyantumkan nama narasumber. Langkah selanjutnya yang dilakukan
peneliti adalah melakukan wawancara mengenai topik permasalahan yang telah dirumuskan
oleh peneliti
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Unit BKD (Badan Kepegawaian Daerah ) kota Salatiga merupakan lembaga
kepegawaian yang ada di wilayah pemerintahan kota Salatiga yang merupakan perkembangan
dari lembaga kepegawaian yang sudah ada sebelumnya. Secara historis Badan Kepegawaian
Daerah muncul sebagai konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah dengan ditetapkannya UU
nomor 22 tahun 1999. BKD Salatiga mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang kepegawaian.
Tabel 2
Profil PNS Unit BKD Salatiga
Karateristik NS 1 NS 2 NS 3 NS 4 NS 5
Jenis Kelamin Laki- Laki Laki-Laki Wanita Laki- Laki Wanita
Usia 54 tahun 54 tahun 56 tahun 54 tahun 54 tahun
Pangkat & Penata Tingkat I Penata Tingkat Penata Tingkat I Penata Tingkat I Pengatur Muda
Golongan Gol. III D 1 Gol. III D Gol. III D Gol. III D Gol. II A
Pekerjaan Kary. Swasta Pegawai BUMD Pensiunan Guru PNS ─
Suami/ Istri
Jumlah 1 ( Kuliah) 1 ( SMA ) ─ 2 ( SMP & ─
Tanggungan SMA)
Anak
Lama Bekerja 30 tahun 30 tahun 31 tahun 31 tahun 30 tahun
Sumber : Data Primer (2016)
Para pegawai di unit BKD kota Salatiga mempunyai latar belakang yang berbeda- beda.
Rata – rata para pegawai tersebut berusia 54 dan 56 tahun. Kebanyakan dari mereka masih
mempunyai anak yang menempuh pendidikan di SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Para
pegawai yang akan memasuki masa pensiun di unit BKD rata- rata sudah bekerja kurang lebih
selama 30 tahun.
Tabel 3
Profile Pegawai Swasta
Karateristik NS 1` NS 2 NS 3 NS 4 NS 5 NS 6 NS 7 NS 8
Jenis Kelamin Laki- Laki – Wanita Laki- Laki Laki – Laki- Laki Laki- Laki-
Laki Laki Laki Laki Laki
Usia 56 tahun 52 tahun 50 tahun 56 tahun 51 tahun 56 tahun 51 56
tahun tahun
Pangkat & III B IV A III B III A II D III C III B III C
Golongan
Pekerjaan Staff Pegawai ─ Pegawai Ibu Guru PNS Pegawa Pegawa
Suami/ Istri Swasta Swasta Swasta Rumah i i
Tangga Swasta Swasta
Jumlah 2 anak 2 anak ─ 3 anak 2 anak 3 anak 1 anak ─
Tanggungan ( SD & ( Kuliah (Kuliah ) ( (Kuliah, (
Anak SMA) & SMA ) Kuliah& SMA 7 Kuliah)
SMA) SMP)
Lama Bekerja 31 tahun 21 tahun 20 tahun 30 tahun 25 28 tahun 26 37
tahun tahun tahun
Sumber : Data Primer (2016)
Para pegawai swasta yang akan memasuki masa pensiun rata-rata berada pada usia 50
tahun sampai 56 tahun. Mereka sudah bekerja lebih dari 20 tahun, bahkan ada yang sudah
bekerja selama 37 tahun. Pegawai swasta tersebut masih memiliki tanggungan anak yang
menempuh pendidikan di SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Kebanyakan dari mereka
mempunyai istri yang bekerja sebagai pegawai di perusahaan swasta.
Pegawai swasta yang akan memasuki masa pensiun kebanyakan belum melakukan
persiapan finansial, sehingga dengan diberlakukannya pertambahan usia pensiun saat ini
sangatlah menguntungkan bagi mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan narasumber
berikut ini :
“Belum ada tabungan”.(NS 1)
“Ga ada persiapan, ya kalau sudah selesai ya sudah kanada uang pensiun”.(NS2)
“Ndak ik, wes mengalir saja, kan sudah dapet pensiun”.(NS 3)
“Belum ada, masih di angan-angan.Malah mau menikmati pensiun saja.Ya ngalir saja”.( NS 4)
“Menurut keyakinan saya hidup itu sudah ada yang ngatur.Mungkin ada yang mempersiapkan kalo saya
belum mempersiapkan tabungan ya mengalir sajalah”.(NS 5)
“Belum ada, ga ada persiapan tabungan”.(NS 6)
“Ya ada tabungan tersendiri, semacam asuransi”.(NS 7)
“Ya mengalir saja, selama ini uang untuk menyekolahkan anak, biaya macem-macem. Kalau sisa ya
disimpen, kalo ada pengeluaran ya dikeluarkan.Pokoknya mengalir sajalah”.(NS 8)
Persiapan finansial yang dilakukan oleh setiap pegawai yang akan memasuki masa
pensiun berguna agar mereka mempunyai tabungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
mereka selama masa pensiun. Terdapat perbedaan antara PNS dan pegawai swasta dimana PNS
melakukan persiapan finansial terutama bagi mereka yang masih memiliki tanggungan
sedangkan rata-rata pegawai swasta belum melakukan persiapan finansial. Hal tersebut dapat
terjadi karena pegawai swasta cenderung lebih santai ketika memasuki masa pensiun. Dari
pernyataan yang diucapkan para pegawai swasta yang diwawancara menunjukkan bahwa
mereka lebih santai dan hanya ingin menikmati masa pensiun mereka dengan uang pensiun
yang sudah diberikan oleh instansi tempat mereka bekerja. Sedangkan kebanyakan dari PNS
yang diwawancara menyebutkan, bahwa mereka sudah melakukan persiapan finansial
meskipun hanya dalam bentuk tabungan saja.
Persiapan kegiatan pengganti yang perlu direncanakan oleh setiap pegawai yang akan
memasuki masa pensiun berguna untuk mengisi waktu luang mereka setelah masa pensiun tiba.
Tetapi dari kelima narasumber yang diwawancarai oleh peneliti, hanya ada dua narasumber
yang sudah mempersiapkan kegiatan pengganti berupa usaha sampingan. Sedangkan yang
lainnya hanya ingin menikmati hidup. Kegiatan yang ingin mereka lakukan hanya ingin
menikmati masa pensiun mereka dengan berkumpul bersama keluarga, jalan-jalan, merawat
cucu dan mengikuti kegiatan keagamaan. Hal ini terlihat dari hasil wawancara berikut ini :
“Belum ada rencana untuk membuat usaha atau kegiatan pengganti, ya hanya mau menikmati hidup
saja paling mau ikut kegiatan sosual saja, sama mau momong cucu. Mau jalan-jalan, senang-senang,
mau bebas menikmati hidup”.(NS 1)
“ Ya itu, paling menjalankan usaha koperasi kecil-kecilan selebihnya saya hanya ingin menikmati hidup
saja”. (NS 2)
“Ya saya hanya mau menikmati masa pensiun saya dengan kegiatan-kegiatan positive.Ya paling ikut
kegiatan keagamaan dan momong cucu”.(NS 3)
“Kalau saat ini belum ada persiapan tapi maunya sih nanti punya usaha jual beras”.(NS 4)
“Gak ah, saya mau menikmati pensiun saja, mau ke tempat anak. Ya mau menikmati hidup, paling ya
sama anak-anak dan cucu’. (NS 5)
Tabel 7
Persiapan Kegiatan Pengganti Pegawai Swasta
NS 1 NS 2 NS 3 NS 4 NS 5 NS 6 NS 7 NS 8
Ada / Ada Belum Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Belum Ada Ada
Bentuk Jual Air Jabatan Kursus Keg. Mengajar Kegiatan Merawat
Kesehatan Fungsional Kuliner Sosial dan Sosial dan Cucu
dan Akademik Bisnis Pekerja
Pelayanan dan Jual Beli Seni
Gereja Kenaikan Rumah
Pangkat
Dosen
Sumber : Data Primer (2016)
Setiap pegawai swasta yang akan memasuki masa pensiun, ada yang sudah
mempersiapkan kegiatan pengganti dan ada juga yang belum mempersiapkan. Persiapan
kegiatan pengganti bertujuan untuk agar setiap pegawai yang akan pensiun dapat mengisi
waktu kosong mereka. Selain untuk mengisi waktu kosong, persiapan kegiatan pengganti juga
dimaksudkan agar setiap pegawai mempunyai usaha sampingan, dimana usaha tersebut dapat
menjadi salah satu cara untuk memperoleh pemasukan ketika mereka sudah pensiun nanti.
Kegiatan pengganti yang sudah disiapkan oleh pegawai swasta berupa usaha, hobi dan kegiatan
sosial maupun spiritual, yang diketahui dalam wawancara berikut :
“Ya sudah ada usaha dari sekarang jual air kesehatan”. (NS 1)
“ Kalau sekarang belum terpikirkan tapi pasti nanti ada, tapi adanya dalam bentuk apa saya juga ga
tau”. (NS 2)
“Kalau sampingan ya ada, mengerjakan jabatan fungsional akademik sama kenaikan pangkat dosen”.
(NS 3)
“Belum, mengalir aja saya.Maunya sih ikut kursus dulu. Ya rencana awal sih mau ikut kursus
kuliner,karna hobi masak“. (NS 4)
“Kalau itu memang belum ada, kalau kegiatan sosial sudah sejak lama saya lakukan”.(NS 5)
“Saya kan sudah ngajar sama saya kan sudah bisnis jual beli rumah”.(NS 6)
“Saya rencana jadi pekerja seni batu akik karna dari kecil sudah suka dan semua sudah saya persiapkan
semua disamping kegiatan sosial jadi relawan”.(NS 7)
“Kalau saya spontanitas, belum ada rencana tapi yang terpenting saya mau momong cucu”.(NS 8)
Persiapan kegiatan pengganti setelah pensiun dirasa perlu dilakukan oleh setiap
pegawai yang akan memasuki masa pensiun. Kegiatan pengganti yang akan dilakukan oleh
setiap pegawai yang sudah memasuki masa pensiun dapat berupa kegiatan sosial dan kegiatan
ekonomi atau berwiraswasta. Setiap PNS yang diwawancarai, rata-rata mengatakan bahwa
ketika pensiun nanti mereka hanya ingin menikmati masa pensiun mereka dengan keluarga.
Meskipun ada PNS yang mengatakan bahwa mereka ingin membuka usaha sampingan tetapi
pada dasarnya mereka lebih menginginkan jika pada saat mereka pensiun nanti, mereka akan
bersenang senang dan menikmati hidup dengan keluarga mereka masing-masing. Sedangkan
kebanyakan dari pegawai swasta melakukan persiapan kegiatan pengganti setelah pensiun
nanti. Kegiatan pengganti yang dilakukan bukan hanya sebagai sumber penghasilan tetapi
bertujuan untuk mengembangkan hobi mereka masing-masing.
Persiapan Mental atau Fisik
Tabel 8
Persiapan Mental atau Fisik PNS
NS 1 NS 2 NS 3 NS 4 NS 5
Ada/ Tidak Ada Ada Ada Ada Ada
Bentuk Pola Hidup Pola Hidup Pola Hidup Pola Hidup Pola Hidup
Sehat dan Beli Sehat Sehat Sehat Sehat dan Askes
Suplemen
Kesehatan
Pegawai PNS BKD Salatiga rata-rata melakukan persiapan mental dan fisik dengan
cara melakukan pemeliharaan kesehatan sedini mungkin. Pemeliharaan yang dilakukan adalah
dengan menjalankan pola hidup sehat. Dengan kondisi fisik yang sehat terdapat jiwa yang
bahagia. Bagi para PNS BKD dengan menjalankan pola hidup sehat sudah sangat membantu
mereka mempersiapkan mental dan fisik menjelang pensiun tiba. Hal tersebut terlihat dari
penjelasan narasumber berikut ini :
“Kalau untuk persiapan mental dan fisik palingan ya menjaga pola hidup sehat dan membeli suplemen
untuk menjaga daya tahan tubuh saja.Tidak ada anggaran khusus asuransi kesehatan”.( NS 1)
“Ya yang paling utama menurut saya mempersiapkan mental dengan menata hati agar dapat menerima
keadaan yang baru, dan yang paling penting buat saya ya menjaga pola hidup agar tetap sehat”.(NS 2)
“Ya paling gitu saja mbak, menjaga pola hidup sehat,pola makan di atur, olah raga teratur dan cukup
tidurnya”.(NS 3)
“Pola hidup aja yangdijaga dari sekarang mbak, ga ada asuransi khusus”.(NS 4)
“Ya memang sejak dini saya menjaga pola hidup sehat. Kalau untuk kesehatan ya PNS punya
askes”.(NS 5)
Tabel 9
Persiapan Mental atau Fisik Pegawai Swasta
NS 1 NS 2 NS 3 NS 4 NS 5 NS 6 NS 7 NS 8
Ada/ Tidak Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Bentuk Pola Pola Pola Pola Hidup Pola BPJS Pola Hidup Pola Hidup
Hidup Hidup Hidup Sehat dan Hidup Sehat Sehat
Sehat Sehat Sehat dan BPJS Sehat
BPJS
Sumber : Data Primer 2016
Setiap pegawai swasta yang akan memasuki masa pensiun sudah mulai memperhatikan
dan menjaga kondisi fisik agar tetap sehat. Hal yang mereka lakukan adalah dengan menjaga
pola hidup sehat, disamping itu kebanyakan dari mereka sudah mengikuti asuransi BPJS.
Asuransi BPJS merupakan asuransi pemerintah yang banyak diikuti oleh instansi atau
perusahaan. Dengan menjaga pola hidup sehat dan memiliki asuransi BPJS, para pegawai
swasta merasa sudah cukup memiliki persiapan mental dan fisik menjelang masa pensiun,
berikut pernyataan narasumber :
“Ya asuransi setelah pensiun, belum ada sih tapi nanti kan discover. Setelah pensiun tetep discover. (NS
1)
“Ya menjaga pola makan, sudah tau batasan-batasan apa yang boleh dimakan. Menjaga fisik dari
sekarang”.(NS 2)
“ Ya pola hidup sehat, kan sekarang ada BPJS”. (NS 3)
“ Asuransi kesehatan ya paling BPJS itu, sudah lama menjalani pola hidup sehat”. (NS 4)
“ Menjaga pola hidup sehat saja dari sekarang” (NS 5)
“ Kan sudah ada BPJS dari universitas,kalau pola hidup sehat ya belum saya lakukan”. (NS 6)
“ Ya paling yang saya lakukan itu meditasi, kalau senam itu kan pasti rutin saya lakukan”. (NS 7)
“ Ya sudah mulai di atur gitu kan, sudah mendekati pensiun, usia sudah tua kan memang harus menjaga
pola hidup”. (NS 8)
Persiapan mental dan fisik merupakan persiapan yang harus dilakukan oleh setiap pegawai,
karena para pegawai yang akan memasuki masa pensiun harus dapat beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi dan harus melakukan pemeliharaan kesehatan fisik. Hal tersebut harus
dilakukan agar para pegawai lebih siap menerima keadaan mereka masing-masing. Persiapan
mental dan fisik yang rata- rata dilakukan oleh setiap PNS dan pegawai swasta adalah dengan
menjaga pola hidup sehat. Pola hidup sehat merupakan persiapan fisik yang paling banyak
dilakukan ketika seorang akan memasuki masa pensiun. Selain melakukan pola hidup sehat,
para pegawai swasta juga sudah memiliki asuransi BPJS yang diberikan oleh instansi.
Kesiapan Pensiun PNS
Tabel 10
Kesiapan Pensiun PNS
NS 1 NS 2 NS 3 NS 4 NS 5
Siap / Tidak Siap Siap Siap Siap Siap
Siap
Para PNS merasa bahwa dengan adanya pemberlakuan perpanjangan batas usia pensiun
sangat memberatkan bagi mereka. Para PNS sudah sudah merasa lelah dalam bekerja. Tekanan
kerja yang tinggi membuat para PNS merasa usia 56 tahun merupakan usia yang sudah cukup
sesuai untuk pensiun. Hal tersebut dapat terlihat dari penyataan narasumber berikut ini :
“Ya kalo bapak sebenarnya lebih siap dan lebih ingin pensiun di usia 56 tahun saja. Kalo diumur 58
tahun bapak rasa sudah terlalu tua”.(NS 1)
“Saya rasa saya lebih siap pensiun di usia 56 tahun, karena usia segitu sudah cukup ideal untuk
pensiun.Jangan terlalu lama kita bekerja nanti generasi muda malah ga dapet kerja”.(NS 2)
“Kalo ibu sih lebih siap pensiun di usia 56 saja. Ibu sudah ingin istirahat rasanya”.(NS 3)
“ Kalo bapak ditanya sih, pensiun di usia 56 ya siap, disuruh pensiun di usia 58 ya lebih siap lagi”. (NS
4)
“ Ibu sih rasanya lebih siap pensiun di umur 56 tahun aja. Ga usah ditambah-tambah lagi maunya”.(NS
5)
Pada dasarnya para PNS merasa lebih siap secara mental untuk pensiun di usia 56 tahun.
Mereka sudah merasa lelah dan jenuh dalam bekerja. Tekanan yang tinggi dalam pekerjaan
membuat para PNS merasa lebih ingin untuk cepat pensiun. Mereka sudah menginginkan untuk
cepat pensiun agar mereka dapat menikmati masa pensiun mereka dengan lebih santai.,
terutama bagi mereka yang sudah tidak memiliki tanggungan pendidikan anak. Sehingga
dengan diberlakukannya perpanjangan batas usia pensiun dirasa memberatkan bagi mereka.
Kesiapan Pensiun Pegawai Swasta
Tabel 11
Tabel Kesiapan Pensiun Pegawai Swasta
NS 1 NS 2 NS 3 NS 4 NS 5 NS 6 NS 7 NS 8
Siap / Belum Belum Belum Belum Belum Belum Siap Belum
Belum Siap Siap Siap Siap Siap Siap Siap
Siap
Para pegawai swasta merasa belum cukup siap secara mental jika harus pensiun di usia
56 tahun. Mereka masih mempunyai tanggungan pendidikan anak sehingga dengan
diberlakukannya perpanjangan batas usia pensiun sangat menguntungkan bagi mereka. Hal
tersebut tersirat dari pernyataan narasumber berikut ini :
“ Ya saya rasa saya belum siap pensiun di usia 56 tahun. Aturan baru ini sangat menguntungkan bagi
saya”.(NS 1)
“ Saya kalo mau dibilang siap ya belum siap sih mbak, saya masih belum punya persiapan yang cukup
buat pensiun”. (NS 2)
“Gimana ya bilangnya, saya senang dengan adanya peraturan baru itu. Kalo mau dibilang siap apa gak
ya saya belum cukup siap kalo mesti pensiun di umur 56”. (NS 3)
“ Jujur sih mbak saya belum siap aja kalo harus pensiun di umur 56 itu, anak saya masih pada kuliah
mbak jadi masih butuh biaya”. (NS 4)
“ Bapak ngomong jujur aja ya mbak, kalo disuruh pensiun di umur 56 tahun ya belom siap aja. Bapak
masih ada tanggungan anak yang sekolah sama kuliah”.(NS 5)
“ Bapak rasa bapak belum cukup siap mental ya mbak untuk pensiun di usia segitu, keperluan bapak
masih banyak mbak, anak-anak masih ada yang sekolah, ada yang masih kuliah juga”. (NS 6)
“ Kalo menurut saya sih mbak, kesiapan secara mental itu lebih penting. Saya sih pensiun di umur 56
ya siap tapi kalo disuruh pensiun di umur 58 ya siap”.(NS 7)
“ Ya jujur aja mbak kalo pensiun kan disini cuma dapet sedikit, kalo ada perpanjangan gini kan jadi
enak saya masih bisa dapet gaji penuh. Kalo saya jujur aja belom siap sih mbak untuk pensiun”.(NS 8)
Para pegawai swasta belum cukup siap secara mental jika harus pensiun di usia 56
tahun. Hal tersebut dikarenakan para pegawai tersebut masih memiliki tanggungan pendidikan
anak yang masih bersekolah dan kuliah. Dengan diberlakukannya aturan baru tersebut sangat
menguntungkan bagi mereka. Para pegawai swasta tersebut masih membutuhkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan mereka dan untuk membayar tanggungan pendidikan anak
mereka. Mereka mengakui bahwa jika pensiun nanti, jaminan uang pensiun yang diberikan
oleh instansi tempat mereka bekerja tergolong rendah. Sehingga karena hal tersebut para
pegawai swasta masih memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan berawal dari berlakunya peraturan perpanjangan batas usia
pensiun. Bagi PNS, batas usia pensiun yang berlaku saat ini adalah 58 tahun. Peraturan tersebut
tidak hanya berlaku bagi PNS saja, perpanjangan batas usia pensiun juga berlaku bagi pegawai
di instansi swasta. Banyak tanggapan yang bermunculan mengenai perpanjangan batas usia
pensiun tersebut. Tanggapan dari para PNS menunjukkan bahwa mereka lebih menginginkan
untuk pensiun di usia 56 tahun saja. Mereka merasa tidak perlu khawatir jika harus pensiun di
usia 56 tahun. Hal tersebut dapat terjadi karena mereka sudah cukup melakukan persiapan
menjelang masa pensiun tiba. Persiapan yang dilakukan oleh para PNS berupa persiapan
finansial, persiapan kegiatan pengganti dan persiapan mental maupun fisik. Persiapan tersebut
dilakukan dengan cukup baik oleh para PNS karena pada dasarnya ketika memasuki masa
pensiun nanti, para PNS tidak ingin terlalu memaksakan keadaan mereka. Oleh karena itu
mereka sendiri memiliki prinsip untuk mengalir saja dalam menghadapi hidup. Tidak ada rasa
khawatir yang dihadapi oleh PNS jika harus pensiun di usia 56 tahun, selain karena sudah
mendapatkan uang pensiun dari pemerintah, mereka juga mempunyai pasangan yang masih
bekerja. Hal lain yang menjadi alasan para PNS untuk lebih cepat pensiun karena mereka sudah
tidak memiliki tanggungan pendidikan anak. Hal tersebut yang mendorong para PNS untuk
lebih siap dan ingin lebih cepat pensiun
Jawaban yang berbeda datang dari pegawai yang akan memasuki masa pensiun di
instansi swasta. Pegawai swasta yang akan memasuki masa pensiun belum melakukan
persiapan yang cukup sehingga dengan diberlakukannya aturan perpanjangan batas usia
pensiun sangat menguntungkan bagi mereka, terutama bagi pegawai yang masih memiliki
tanggungan pendidikan anak. Ada pula pegawai yang sudah tidak memiliki tanggungan lagi
dan masih senang jika harus bekerja. Para pegawai tersebut masih memiliki motivasi yang
tinggi dalam bekerja. Bagi mereka bekerja bukan hanya sebagai kewajiban tetapi merupakan
satu bentuk pelayanan kepada Tuhan. Suasana kerja yang nyaman merupakan alasan mengapa
para pegawai swasta lebih senang bekerja. Pegawai swasta tersebut dirasa belum siap jika harus
pensiun di usia 56 tahun, sehingga dengan diberlakukannya perpanjangan batas usia pensiun
sangat menguntungkan bagi mereka.
Kesiapan pensiun pegawai tidak hanya tergantung dari masing-masing individu tetapi
juga dari instansi tempat pegawai bekerja. Para PNS merasa lebih siap pensiun karena mereka
merasa bahwa jaminan pensiun yang diberikan oleh pemerintah cukup untuk memenuhi
kebutuhan mereka, disamping itu mereka lebih menginginkan untuk pensiun di usia 56 tahun
karena mereka sudah tidak memiliki tanggungan lagi dan mereka sudah merasa lelah jika harus
bekerja sampai pada usia 58 tahun. Hal berbeda terjadi pada pegawai swasta yang merasa
menginginkan pensiun di usia 58 tahun karena mereka masih mempunyai tanggungan
pendidikan anak yang menjadi tanggung jawab mereka sebagai orang tua. Sehingga dengan
adanya aturan baru tersebut, mereka masih dapat bekerja dan memperoleh penghasilan sampai
pada usia 58 tahun.
Pensiun merupakan hal yang akan dialami oleh setiap pegawai yang bekerja. Setiap
pegawai yang akan memasuki masa pensiun sebaiknya melakukan persiapan menjelang masa
pensiun. Persiapan merupakan hal yang sebaiknya dilakukan oleh setiap pegawai yang akan
memasuki masa pensiun. Dengan melakukan persiapan pensiun maka diharapkan setiap
pegawai akan merasa lebih siap secara finansial, serta fisik maupun mental. Para pegawai yang
merasa lebih siap pensiun akan memiliki keinginan pensiun di usia 56 tahun tetapi bagi para
pegawai yang belum merasa siap untuk pensiun, perpanjangan batas usia pensiun dirasa sangat
menguntungkan bagi mereka karena mereka masih dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan
mereka masing-masing.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di unit BKD Salatiga dan UKSW Salatiga
tentang tanggapan pegawai mengenai perpanjangan batas usia pensiun, maka beberapa
kesimpulan yang dapat diambil adalah : 1) Rata- rata para PNS sudah melakukan persiapan
menjelang masa pensiun, sehingga dengan diberlakukannya perpanjangan batas usia pensiun
dirasa memberatkan bagi para PNS. 2) Pegawai swasta belum melakukan persiapan pensiun
dengan baik. Hal itu yang menjadi salah satu alasan mengapa mereka masih ingin bekerja dan
enggan untuk pensiun di usia 56 tahun. 3) PNS merasa kurang setuju dengan pemberlakuan
perpanjangan batas usia pensiun yang baru. Mereka lebih menginginkan pensiun di usia 56
tahun saja karena mereka sudah ingin beristirahat dan menikmati masa pensiun mereka
bersama keluarga. 4) Pegawai Swasta merasa lebih setuju dengan pemberlakuan perpanjangan
batas usia pensiun yang baru. Hal itu didorong oleh keberadaan motivasi yang tinggi dalam
bekerja, selain kenyataan mengenai tanggungan pendidikan anak. 5) PNS sudah merasa lebih
siap secara finansial, fisik maupun mental jika harus pensiun di usia 56 tahun. Mereka
memiliki prinsip untuk mengalir saja dalam menghadapi hidup sehingga mereka tidak khawatir
jika harus pensiun di usia 56 tahun. 6) Para pegawai swasta belum merasa siap jika harus
pensiun di usia 56 tahun. Mereka sangat senang dengan adanya pemberlakuan perpanjangan
BUP yang baru.
Setiap pegawai yang bekerja pasti akan mengalami masa pensiun dimana ketika mereka
sudah berada pada usia tertentu dan diharuskan untuk berhenti bekerja. Pensiun merupakan hal
yang akan dijalani oleh setiap pegawai. Para pegawai yang akan memasuki masa pensiun
diharapkan untuk melakukan persiapan terlebuh dahulu agar ketika mereka lebih siap secara
finansial, fisik maupun mental ketika masa pensiun tiba. Tetapi bagi beberapa pegawai merasa
bahwa mereka tidak perlu melakukan persiapan karena mereka mempunyai prinsip mengalir
saja dalam menghadapi hidup. Sehingga ketika pensiun itu tiba, mereka hanya perlu menikmati
masa pensiun tersebut.
Para PNS merasa sudah lebih siap jika harus pensiun di usia 56 tahun karena ketika
mereka pensiun, mereka akan mendapatkan uang pensiun yang tergolong cukup untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan para pegawa swasta merasa belum cukup siap karena
pada dasarnya mereka masih membutuhkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan mereka
terutama kebutuhan untuk pendidikan anak. Hal tersebut yang mendasari para pegawai masih
ingin bekerja sampai pada usia 58 tahun. Dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa PNS lebih
siap pensiun karena jaminan pensiun yang diberikan oleh pemerintah cukup untuk memenuhi
kebutuhan para pensiunan. Idealnya, hal yang sama juga diberlakukan bagi para pegawai
swasta dimana setiap instansi atau perusahaan swasta harus mempersiapkan jaminan pensiun
yang memadai bagi para pegawai yang akan memasuki masa pensiun. Dengan memberikan
persiapan pensiun yang memadai maka para pegawai swasta tidak akan perlu merasa khawatir
akan kesejahteraannya di masa pensiun mendatang.
Terkait pelaksanaan persiapan kegiatan pengganti dalam masa pensiun didapatkan hal
itu tidak selalu berupa kegiatan yang dilakukan dengan pihak-pihak luar, dengan melakukan
kegiatan seperti merawat keluarga, cucu, bergabung dalam organisasi keagamaan, serta
melakukan hobi atau kesenangan lainnya termasuk dalam kegiatan pengganti yang secara tidak
langsung dapat dipersiapkan.
Keterbatasan di dalam penelitian ini adalah penelitian ini merupakan penelitian awal
sehingga penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk semua instansi swasta lainnya
karena penelitian ini dilakukan pada tingkat instansi pendidikan. Saran untuk penelitian
selanjutnya sebaiknya penelitian ini dilakukan pada jenis instansi swasta yang berbeda. Dan
sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dilakukan penelitian kuantitatif untuk mengetahui
apakah ada unsur-unsur lain yang berpengaruh terhadap kesiapan pensiun pegawai. Unsur-
unsur lain seperti struktur kelembagaan, iklim kerja, jumlah tanggungan anak dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, M., Li, Y., Bechhofer, F., McCrone, D., Stewart,R. (2000). Sooner ratherthan
later?Younger and middle-aged adults preparing for retirement. Aging and Society, 20,
445-466.
Brotoharjo, Soeparno. (2007). Muda Berkarya Tua Bahagia. Andi Offset, Yogyakarta.
Bungin, Burhan. ( 2010). Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group, Jakarta.
Donaldson, T., Earl, J, K.,Muratore, A, M. (2010). Extending the integrated model
Of retirement adjustment: Incorporating mastery and retirement planning. Journal of
Vocational Behavior, 77,: 279-289.
Hakim, S, N. (2007). Perencanaan dan Persiapan Menghadapi Masa Pensiun. Warta, Vol. 10,:
96-109.
Hamdani, H.M. (2012). Kesiapan Mental-Spiritual dalam Menghadapi Masa Pensiun.
Diklat.Badan Kepegawaian Daerah Kota Salatiga.
Handayani, Y. ( 2007). Post Power Syndrome pada Pegawai Negeri Sipil yang Mengalami
Masa Pensiun. Fakultas Psikologi Universitas Gunadharma.
Joo, So-Hyun, Pauwels, Vanda W (2002). Factors Affecting Workers' Retirement Confidence:
A Gender Perspective. Financial Counseling and Planning, Vol.8.
Latif, D, A., Alkhateeb, F, M. (2012). Pharmacy faculty retirement at colleges and of pharmacy
in the united states and canada. American Journal of Pharmaceuntical Education, 76, :
1-6.
Larasati, K. (2011). Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dan Religiusitas dengan
Kesiapan menghadapi Pensiun Pada Karyawan P.T PLN (Persero) Distribusi Bali.
Fakultas Psikologi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Moorthy, M.K. Chelilah, T.D., Siem. C.S., & Teng, W.Y. (2012). A Study of The Retirement
Planning Behaviour of Worker in Malaysia. International Journal of Economic &
Management Sciences. Vol 1: 54 – 72.
Muratore, A, M., Earl, J, K. (2010). Predicting retirement preparation through the design of a
new measure. Australian Psychologist, 45 (2), 98-111.
Paidi.(2013). Strategi Persiapan Masa Pensiun Bagi Karyawan .E-Journal WIDYA
Ekonomika, Volume 1 Nomor 1.
Petkoska, J., Earl, J, K. (2009). Understanding the Influence of Demographic and
Psychological Variables on Retirement Planning. Psychology and Aging, Vol. 24,:238-
245.
Putra, I. (2006). Faktor-Faktor Pendorong dan Penghalang Pensiun Dini Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di Sumatera Barat. JurnaI Demokrasi, Vol. V No.1.
Republik Indonesia.2013. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2013
tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1979 Tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
http://produkhukum.kemenag.go.id/downloads/22edd9265b1863ecc4d2babe48baf9f8.pdf
Diakses Tanggal 5 Juli 2014
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.32 tahun 1979 Tentang
Pemberhentian Pegawai Negri Sipil.
http://www.sdm.depkeu.go.id/doc/PP%2032%201979.pdf Diakses tanggal 5 Juli 2014
Rosanti, T, I., Krisnansari, D. (2010). Kejadian Depresi Pada Pegawai Menjelang Pensiun,
Studi Pada Kepala Desa di Lima Kecamatan, Kabupaten Demak. Jurnal Keperawatan
Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.1.
Ross, D, G, L. (2009). Measuring Financial Preparation for Retirement : A New Scale Using
Australian Evidance. Finacial Services Review, 18: 381-399
Safitri, R,B. (2013). Kesiapan menghadapi pensiun ditinjau dari Peran Gender Karyawan.
ISSN-2301-8267, Vol.01 No.02.
Sari, D, E., Kuncoro, J. (2006). Kecemasan dalam menghadapi Masa Pensiun ditinjau dari
Dukungan Sosial pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Jurnal Psikologi Proyeksi,Vol.
1, No. 1.
Sofro, Z.M. (2013). Usia Boleh Tua, Bugar Tetap Terjaga. Diklat.Badan Kepegawaian Daerah
Kota Salatiga.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sutarto, J. Tito dan C. Ismul Cokro. (2008). Pensiun Bukan Akhir Segalanya: Cara Cerdas
Menyiasati Masa Pensiun. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Syamsir. (2009). Kajian tentang Kesiapan PNS Sumatera Barat dalam Menghadapi Masa
Pensiun. Jurnal Demokrasi, Vol.VIII No.1.