Penilaian Kelayakan Usaha Mikro Dengan Kredit Skoring Dan Pengaruhnya Terhadap Pembiayaan Bermasalah Best Practice Lembaga Keuangan Di Indonesia
Penilaian Kelayakan Usaha Mikro Dengan Kredit Skoring Dan Pengaruhnya Terhadap Pembiayaan Bermasalah Best Practice Lembaga Keuangan Di Indonesia
Penilaian Kelayakan Usaha Mikro Dengan Kredit Skoring Dan Pengaruhnya Terhadap Pembiayaan Bermasalah Best Practice Lembaga Keuangan Di Indonesia
ABSTRACT
A credit score is a number representing the creditworthiness of a person, the likelihood that person will pay his or her
debts. Lenders, such as banks and other financial institution companies, use credit scores to evaluate the potential risk
posed by lending money to consumers. Credit scoring model designed by bank and finacial institution, is used to
evaluate micro and small enterprise to receive credit. Scoring calculations are typically made based on characters,
payment record, frequency of payments, amount of debts, credit charge-offs and as amount of credit cards held. A
certain weight is assigned to each factor considered in the model’s formula, and a credit score is assigned based on
the evaluation. Feasible scores generally range from 70 the poor end to 85 on the top end. Ideally, a high credit score
can reward potential customer with lowered interest rates for loans and with more favorable term lengths for loans. A
low credit score can make customer ineligible for those low rates and more favorable terms. Indeed, a low score can
be considered enough of a credit risk that a future employer, or even utility company, may make a negative decision
regarding your potential employment or receipt of services on. Bank and finansial institution should rate their potensial
micro and small enterprise based on eligibility of their condition. On the other hand, there is different consequence in
the riel practices. Micro and small enterprise haven’t paid their installment or non performing loan eventhough they
good in scoring rate.
Key words : financial institution, micro and small enterprises, credit portfolio
ABSTRAK
Skoring kredit adalah angka yang mewakili kelayakan kredit seseorang, kemungkinan bahwa orang akan membayar
utangnya. Lender, seperti bank dan perusahaan lembaga keuangan lainnya, menggunakan nilai kredit untuk mengevaluasi
potensi risiko yang ditimbulkan oleh meminjamkan uang kepada konsumen. Model credit scoring yang dirancang oleh
Bank dan lembaga finacial, digunakan untuk mengevaluasi usaha mikro dan kecil untuk menerima kredit. Skoring
perhitungan biasanya dibuat berdasarkan karakter, catatan pembayaran, frekuensi pembayaran, jumlah utang, kredit
biaya-off dan sebagai jumlah kartu kredit yang dimiliki. Sebuah berat tertentu ditugaskan untuk setiap faktor yang
dipertimbangkan dalam rumus model, dan skor kredit diberikan berdasarkan evaluasi. Skor Kelayakan umumnya berkisar
dari 70 akhir miskin untuk 85 di ujung atas. Idealnya, nilai kredit yang tinggi dapat hadiah pelanggan potensial dengan
tingkat bunga diturunkan untuk pinjaman dan dengan panjang istilah yang lebih menguntungkan untuk pinjaman. Nilai
kredit yang rendah dapat membuat pelanggan tidak memenuhi syarat bagi mereka tingkat rendah dan persyaratan yang
lebih menguntungkan. Memang, skor rendah dapat dianggap cukup dari risiko kredit bahwa majikan masa depan, atau
bahkan perusahaan utilitas, dapat membuat keputusan negatif mengenai pekerjaan potensial Anda atau penerimaan
layanan pada. Bank dan institusi finansial harus menilai usaha mikro dan kecil potensial mereka berdasarkan kelayakan
kondisi mereka. Di sisi lain, ada konsekuensi yang berbeda dalam praktek riel. Mikro dan usaha kecil belum membayar
angsuran atau non performing loan walaupun mereka baik di tingkat penilaian.
Kata kunci : lembaga keuangan, usaha mikro dan kecil, portofolio kredit
1
2 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 3, Nomor 1, Juli 2014, hlm. 1 - 12
sahaan pada umumnya dalam manajemen piu- memperketat standar kredit yang diterapkan
tang adalah kebijakan kredit, persyaratan kredit berarti sedikit kredit yang diberikan, maka
dan teknik collection atau pengumpulan kredit. kerugian piutang akan semakin sedikit atau
semakin kecil jumlahnya.
1. Kebijakan Kredit (Credit Policy): Meru-
Volume penjualan kredit: Apabila
pakan pedoman yang ditetapkan peru-
perusahaan memperlunak standar kredit
sahaan dalam menentukan apakah ke-
(penjualan kredit diberikan kepada hampir
pada seorang langganan akan diberikan
semua pelanggan), maka volume penjualan
kredit. Jika diberikan berapa banyak atau
meningkat. Apabila perusahaan memperketat
berapa jumlahnya. Kebijakan kredit ter-
standar kredit (penjualan kredit diberikan
diri dari standar kredit dan analisa kredit.
kepada pelanggan yang terpilih saja), maka
Standar Kredit; adalah kualitas
volume penjualan menurun.
minimum untuk menentukan apakah pemohon
Analisis Kredit atau Penilaian
kredit layak atau tidak oleh suatu perusahaan
Resiko Kredit: Setelah mengumpulkan
(Van Horne: 372). Standar kredit terkait dengan
informasi kredit, lembaga keuangan atau bank
kriteria minimum yang harus dipenuhi oleh
harus membuat analisis kredit atas pemohon.
seorang pelanggan sebelum diberikan kredit.
Dalam praktek, informasi penagihan dan
Faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan
analisis di awal kredit akan berhubungan
atau dipertimbangkan apabila perusahaan akan
erat (Salvatore: 386). Jika berdasarkan pada
merubah standar kredit adalah pengaruhnya
informasi kredit awal sejumlah besar kredit
terhadap biaya administrasi, investasi piutang,
tampak berisiko, analis kredit akan berusaha
kerugian piutang dan volume penjualan
untuk mendapat informasi lebih jauh. Dengan
kredit.
demikian analisis kredit merupakan suatu
Biaya administrasi piutang: Apabila
kegiatan untuk menentukan pelanggan yang
perusahaan memperlunak standar kredit yang
dapat diberikan kredit dan seberapa besar
diterapkan berarti banyak kredit yang diberikan,
jumlah kreditnya kepada masing-masing calon
maka tugas-tugas yang berhubungan dengan
debitur. Analisis kredit ini dapat dilakukan
pencatatan piutang akan semakin banyak atau
dengan memperhatikan “5 C of Credit”, yaitu
semakin besar jumlahnya. Sebaliknya, apabila
Character, Capacity, Capital, Collateral,
perusahaan memperketat standar kredit yang
Condition of economic. Faktor-faktor yang
diterapkan berarti sedikit kredit yang diberikan,
mempengaruhi besar kecilnya investasi
maka tugas-tugas yang berhubungan dengan
dalam piutang antara lain volume penjualan
pencatatan piutang akan semakin sedikit atau
kredit, syarat pembayaran, ketentuan
semakin kecil jumlahnya.
tentang pembatasan kredit, kebijakan dalam
Investasi piutang: Apabila perusahaan
pengumpulan piutang, kebiasaan membayar
memperlunak standar kredit (penjualan kredit
dari para langganan. Langkah-langkah untuk
diberikan kepada hampir semua pelanggan)
memperkecil resiko kredit adalah menentukan
dengan harapan volume penjualan meningkat,
besarnya resiko yang akan ditanggung
akan memperbesar atau meningkatkan rata-
oleh perusahaan, menyelidiki kemampuan
rata piutang. Apabila perusahaan memperketat
kreditur untuk memenuhi kewajibannya,
standar kredit (penjualan kredit diberikan
kepada langganan yang terpilih saja) akan
2. Persyaratan Kredit (Credit Term):
mengakibatkan volume penjualan menurun,
Persyaratan kredit menspesifikasikan
akan memperkecil atau menurunkan rata-rata
lamanya waktu kredit yang diberikan kepada
piutang.
debitur (Van Horne: 375). Periode kredit
Kerugian piutang: Apabila perusahaan
(credit period) adalah cara lain yang dapat
memperlunak standar kredit yang diterapkan
memungkinkan perusahaan meningkatkan
berarti banyak kredit yang diberikan, maka
permintaan atas produk. Persyaratan kredit
kerugian piutang akan semakin banyak atau
merupakan termin pembayaran yang
semakin besar jumlahnya. Apabila perusahaan
disyaratkan kepada para langganan yang
4 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 3, Nomor 1, Juli 2014, hlm. 1 - 12
membeli secara kredit. Persyaratan kredit salah bentuk standar kredit dan analisanya
yang sering diberikan pada perusahaan secara untuk menentukan kelayakan atau eligibilitas
umum adalah pemberian potongan tunai (cash suatu calon nasabah (atau dalam penelitian
discount), periode potongan tunai (discount ini adalah usaha mikro dan kecil) yang layak
period), periode kredit (credit period). dibiayai. Pembiayaan kepada debitur yang
tidak layak dipastikan dapat menimbulkan
3. Kebijakan dan prosedur penagihan kredit bermasalah. Disamping itu, hasil analisa
(Collection Policy): credit skoring yang layak secara formal tidak
Perusahaan menentukan kebijakan menjamin tidak adanya kredit bermasalah.
penagihan keseluruhannya dengan Kualitas penilaian dalam skoring akan
menggabungkan berbagai prosedur penagihan menentukan kelayakan dan pada akhirnya
yang diterapkan (Van Horne: 379). Prosedur- menentukan kredit bermasalah atau tidak.
prosedur ini meliputi berbagai hal seperti surat, Kualitas hasil berupa informasi ‘kelayakan’
faks, panggilan telepon, kunjungan pribadi dan ditentukan oleh proses yang diterapkan
tindakan hukum. Salah satu variabel kebijakan pada saat implementasi skoring. Kualitas
utama adalah jumlah uang yang dikeluarkan proses skoring ditentukan oleh kualitas
untuk prosedur penagihan. Semakin besar staf pelaksana dan juga kualitas skoring itu
upaya penagihan yang dilakukan (sehingga sendiri sebagai suatu tools kebijakan kredit.
berdampak pada peningkatan biaya), maka Sesuai dengan Undang-Undang Nomor
proporsi piutang yang tidak tertagih akan 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
semakin rendah. Semakin pendek periode rata- dan Menengah (UMKM), Usaha Mikro adalah
rata penagihan, maka proporsi piutang tidak usaha produktif milik orang perorangan dan/
tertagih juga semakin kecil (Van Horne: 379). atau badan usaha perorangan yang memenuhi
Kebijakan kredit, persyaratan kredit dan kriteria Usaha Mikro. Usaha Kecil adalah usaha
kebijakan penagihan secara umum berlaku pada ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
perusahaan dagang, jasa maupun manufaktur. dilakukan oleh orang perorangan atau badan
Pada perusahaan yang berbentuk bank atau usaha yang bukan merupakan perusahaan
lembaga keuangan yang bisnis utamanya atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
adalah pemberian kredit (konvensional) atau dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
fasilitas pembiayaan (syariah), pengaturan maupun tidak langsung dari usaha menengah
terkait piutang tersebut tersebut lebih ketat atau usaha besar yang memenuhi kriteria
lagi. Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Usaha Kecil. Usaha Menengah adalah usaha
Keuangan adalah pihak yang mengawasi ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dan menerbitkan regulasi terkait bisnis dan dilakukan oleh orang perseorangan atau
operasional bank dan lembaga keuangan. badan usaha yang bukan merupakan anak
Pengaturan ini dilakukan mengingat perusahaan atau cabang perusahaan yang
dana yang dijadikan kredit atau pembiayaan dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
berasal dari dana masyarakat sehingga langsung maupun tidak langsung dengan
perlu ada perlindungan dan pengawasan. Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah
Bank Indonesia dan OJK berwenang kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
untuk menetapkan persyaratan suatu bank sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
dikatakan sehat. Bila tidak memenuhi
persyaratan itu maka bank tersebut akan
dibekukan operasinya bahkan bisa ditutup.
Bank harus memiliki kebijakan kredit
berdasarkan kebijakan risiko bank. Kebijkan
kredit dalam bantuk standar kredit dan analisis
kredit ditujukan untuk menjamin bahwa dana
yang disalurkan aman dan menghasilkan
keuntungan bagi bank. Skoring sistem adalaha
Penilaian Kelayakan Usaha Mikro Dengan Kredit Skoring Dan Pengaruhnya Terhadap Pembiayaan Bermasalah
Best Practice Lembaga Keuangan Di Indonesia 5
tidak sesuai namun tools skoring memasukkan debitur), status tempat tinggal 35% (35 debitur),
sebagai faktor penilaian. Keempat hal ini lama usaha 43% (43 debitur), jumlah tanggungan
terjadi karena jawaban yang diberikan oleh 15% (15 debitur) dan status perkawinan 8% (8
staf bersifat RTR atau rawan tidak riil. Kondisi debitur). Sedangkan informasi yang cenderung
ini mengharuskan staf untuk lebih kompeten dinilai lebih adalah besarnya pendapatan 75%
lagi guna membaca situasi calon debitur. (75 debitur) dan reputasi 60% (60 orang).
Dari sampel sebanyak 100 debitur Kebanyakan informasi memerlukan judgment
bermasalah sebesar 25% merupakan kesalahan yang tinggi dan dilain pihak tidak terlalu
kombinasi saat menanyakan domisili, lama berpengaruh pada skor keseluruhan. Perbedaan
usaha, kebenaran surat keterangan usaha dan informasi di lapangan dengan informasi awal
track record pembiayaan bermasalah. 30% yang diperoleh menunjukkan jika kegagalan
kesalahan terkait tidak riilnya kombinasi menggali informasi telah menyebabkan
informasi lokasi usaha, keterangan usaha dan pembiayaan atau kredit diberikan kepada
track record pembiayaan bermasalah. Sebesar debitur yang tidak tepat atau debitur yang
25% kesalahan mengungkat kevalidan surat dibawah standar kelayakan yang ditetapkan.
keterangan usaha dan track record pembiayaan
bermasalah sebelumnya. Dan, sebesar Terpenuhi persyaratan prospek usaha
20% merupakan kesalahan mengungkap Dari sebelas unsur aspek prospek usaha,
kombinasi informasi lainnya. Beberapa terdapat 3 informasi yang RTR yaitu jumlah
kesalahan saling merupakan kombinasi. Bila tenaga kerja, jarak lokasi usaha dan jumlah
lama usaha di lokasi usaha kurang dari satu pesaing di industri yang sama. Kombinasi ketiga
tahun maka diperkirakan surat keterangan informasi ini menunjukkan kesalahan sebesar
usaha tidak riil. Disamping itu track record 40% atau 40 orang debitur. Sedangkan informasi
usaha juga rawan tidak tergali dengan benar. CDL untuk kombinasi kondisi tempat usaha,
pengelolaan keuangan, ketersediaan bahan
Terpenuhi persyaratan kualitas debitur baku, jumlah pemasok barang, trend omset
Dari sebelas unsur karakter atau dan trend net profit secara kombinasi terjadi
kualitas debitur terdapat 2 unsur yang kurang di 57% atau 57 debitur dari total sampel 100.
relevan. Hal ini mengakibatkan benar tidaknya Jumlah tenaga kerja sering tidak pernah
informasi yang diperoleh tidak berpengaruh ada data secara formal di debitur. Debitur
signifikan terhadap kualitas kelayakan usaha. juga tidak memiliki pembukuan terkait bukti
Dua unsur ini adalah pendidikan terakhir pembayaran upah secara permanen. Jarak
dan usia. Sebanyak 6 unsur yang berstatus lokasi merupakan informasi yang paling sering
RTR (Rawan Tidak Riil) dan dua unsur dilanggar sehingga merupakan Rawan Tidak
berstatus CDL (Cenderung Dinilai Lebih). Riil. Pengukuran jarak debitur dengan lokasi
Informasi RTR meliputi jumlah tanggungan, kantor lembaga keuangan penyalur sering
status perkawinan, lama usaha di tempat terabaikan. Jarak yang terlalu jauh menimbulkan
terakhir, status tempat tinggal saat ini, harta kesulitan saat menagih maupun kunjungan
benda yang dimiliki, track record pinjaman usaha. Jumlah pesaing di lokasi debitur juga
yang dimiliki. Informasi CDL meliputi sering tidak riil. Hal ini disebabkan staf
besarnya pendapatan tambahan dan reputasi. sering ada kebingungan. Bila pesaing sedikit
Berdasarkan data 100 debitur dia merasa industri yang dibiayai tidak baik.
bermasalah, mereka memiliki kondisi yang Sebaliknya bila pesaing banyak dianggapnya
berbeda dengan saat awal dinilai. Perbedaan debitur rawan tutup. Keragu-raguan jumlah
ini sebenarnya merupakan kesalahan sekaligus pesaing ini memberikan kontribusi cukup
kelemahan staf saat menggali informasi signifikan pada saat verifikasi lapangan.
kelayakan debitur. Jumlah kesalahan/ Unsur kondisi tempat usaha sering
ketidakmampuan mengungkap track record dinilai dengan ‘akses ke lokasi yang sangat baik’
pinjaman adalah 37% dari total sampel atau 37 dan bangunan permanen. Padahal pada waktu
debitur, informasi harta yang dimiliki 41% (41 verifikasi lapangan akses lokasi hanya bisa
10 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 3, Nomor 1, Juli 2014, hlm. 1 - 12
dilewati satu mobil bahkan kondisi jalan yang biaya dan jumlah pendapatan dibesarkan.
buruk. Bangunan kurang permanen atau karena Penurunan dan peningkatan informasi biaya
tidak selesai dibangun 100% namun dinilai atau pendapatan ini tidak memerlukan banyak
seperti bangunan permanen yang sudah full. bukti/dokumen sehingga angka yang disajikan
Pengelolaan keuangan cenderung sangat relatif atau rentan. Dari 100 sampel
sudah ada pembukuan secara baik, padahal debitur penelitian, diperioleh 59% atau 59
kebanyakan debitur bermasalah tidak debitur perhitungan repaymen capacity tidak
mempunyai pembukuan standar yang ada unsur akurat sehingga cenderung dinilai lebih.
rugi laba dan neraca untuk sebagai laporan yang Perhitungan operating margin dilakukan
rutin. Pembukuan hanya sekedar keluar masuk dengan cara menghitung besarnya omset
uang kas namun tidak ditemui pada semua dikurangi harga pokok dan overhead. Hasil
debitur yang menjadi sampel. Ketersediaan perhitungan yang diperoleh kemudian dibagi
bahan baku sering dinilai tersedia setiap saat, dengan omset. Apabila hasilnya adalah diatas
padahal dalam kenyataannya terdapat bulan 25% maka merupakan debitur yang paling
tertentu yang sulit diperoleh. Jumlah pemasok layak dari sisi operating margin. Kelamahan
barang sering dinilai lebih dari satu. Padahal yang mendasar dari informasi yang disajikan
pemasok dalam kenyataannya hanya supplier adalalah ketidakakuratan informasi omset,
yang dikenal oleh calon debitur. Debitur harga pokok dan juga overhead. Ketiga
cenderung tidak berinteraksi dengan pemasok informasi ini sulit diverfikasi karena ketiadaan
yang tidak dikenalnya. Meskipun pemasok bukti tertulis yang dapat diperiksa. Semuanya
jumlahnya lebih dari satu namun debitur hanya tergantung judgmen dari staf penilai. Namun
cenderung bertransaksi dengan satu pemasok. dalam prakteknya apabila debitur sudah
Tren omset dan tren profit cenderung mengalami kesulitan membayar atau macet.
dinilai baik atau lebih tinggi dari perhitungan. Kondisi di awal penilaian kelayakan sulit
Sebenarnya prosentase kenaikan tren omset untuk ditemukan karena semuanya sudah
dan profit tidak terlalu signifikan bagi kredit berubah dan tidak terdapat informasi atau data
mikro. Yang lebih penting adalah bahwa yang dapat disajikan dari debitur. Dari 100
omset dan profit mengalami peningkatan atau sampel debitur penelitian, diperoleh 52% atau
tidak terjadi penurunan atau stagnan dalam 52 debitur perhitungan operating profitnya
beberapa bulan terakhir. Penggalian informasi tidak akurat sehingga cenderung dinilai lebih.
prospek usaha ada yang kurang berpengaruh
signifikan terhadap kondisi usaha namun staf Terpenuhi persyaratan jaminan
melakukan berbagai upaya lebih. Namun disisi Bank dan lembaga keuangan penyalur
lain ada informasi yang semestinya harus pembiayaan atau kredit mikro masih
dipastikan namun staf hanya melakukannya mempersyaratkan jaminan dalam proses
dengan cara yang kurang berkualitas. persetujuan kredit. Meskipun kapasitas
debitur (aspek lainnya) memenuhi syarat
Terpenuhi persyaratan keuangan kelayakan, namun tidak disetujui kreditnya
Unsur repayment capasity dihitung apabila tidak memiliki jaminan yang cukup.
dengan cara membagi antara total angsuran Dari sampel 100 debitur bermasalah,
dengan total penghasilan atau laba usaha. terdapat 35% atau 35 debitur yang jaminannya
Skoring menganggap terbaik jika persentase bermasalah. Dalam arti tidak laku dijual
angsuran tersebut kuranga dari 25%. Unit dengan harga layak untuk menutup outstanding
sering memilih ini dalam penilaiannya sehingga debitur. Kesalahan penilaian dilakukan berupa
kualitas keuangan debitur baik. Namun, proses mark nilai pasar jaminan di atas harga pasar
penghitungannya kurang tepat. Jumlah atau yang wajar, letak jaminan yang tidak strategis
nilai penghasilan debitur atau laba usaha sering namun dikatakan baik, jaminan bermasalah
tidak tepat dalam penghitungannya. Bila yang karena diakui banyak orang atau riwayat
dijadikan ukuran adalah laba usaha, perhitungan tanah bermasalah tanpa diketahui di awal
yang sering dinilai rendah adalah jumlah penilaian. Kesulitan eksekusi jaminan juga
Penilaian Kelayakan Usaha Mikro Dengan Kredit Skoring Dan Pengaruhnya Terhadap Pembiayaan Bermasalah
Best Practice Lembaga Keuangan Di Indonesia 11
disebabkan karena pemilik atau debitur validnya informasi mengenai karakter debitu
kabur sehingga tidak bisa dijual secara dan juga persyarata utama. Debitur kabur
sukarela, paksa maupun melalui lelang. terutama karena alamat domisili tidak tetap atau
Staf berusaha untuk menggolkan sering berpindah atau tidak merupakan alamat
persyaratan jaminan ini karena telah sebenarnya. Debitur kabur juga disebabkan
yakin bahwa usaha yang dibiayai layak. karena merasa terlalu banyak hutang dan
Namun pada saat usaha bermasalah juga karena merasa telah memberikan data
ternyata jaminan pun sulit untuk dijual. jaminan yang tidak benar. Secara lebih lengkap
Secara keseluruhan aspek penilaian tabel 3 di bawah ini menjelaskan hubungan
bila dikaitkan dengan kondisi debitur saat antara kredit atau pembiayaan bermasalah
menunggak, terdapat hubungan sebab akibat sebagai akibat tidak akuratnya penilaian
yang jelas. Debitur bermasalah kondisi terakhir kelayakan yang dilakukan di awal proses.
kabur, kemungkinan besar disebabkan tidak
Tabel 4. Keterkaitan Debitur Bermasalah dengan Kualitas Analisa Kredit
Kondisi Keterangan Kondisi Penyebab
Tidak membayar angsuran -Alamat domisili bukan merupakan Informasi yang dijadikan penilaian
dan kabur alamat sebenarnya. kelayakan rawan tidak riil (RTR) pada
-Banyak dicari karena tanggungan Kualitas debitur RTR, Prospek usaha,
hutang. Kemampuan keuangan dan
-Jaminan sulit dijual (tidak marketable). Jaminan
Tidak membayar angsuran Selalu ingkar janji untuk memenuhi ke- Informasi yang dijadikan penilaian
karena bed character wajibannya kelayakan rawan tidak riil (RTR)
khususnya karakter atau kualitas debitur
Tidak membayar angsuran -Tidak mengetahui liku-liku bidang Informasi yang dijadikan penilaian
karena usaha bangkrut ala- usaha yang dilakukan kelayakan rawan tidak riil (RTR)
san tertipu -Tidak kompeten dan tidak berpengalaman khususnya dalam hal pengalaman usaha
usaha atau prospek usaha.
Tidak membayar angsuran Terlalu banyak hutang akibat over Informasi yang dijadikan penilaian
karena kesulitan keuangan finance kelayakan rawan tidak riil (RTR)
khususnya dalam hal prospek usaha dan
Cenderung dinilai lebih (CDN) terkait
kapasitas keuangan debitur.
Tidak membayar angsuran Bahan baku dari usaha yang dibiayai sulit Informasi yang dijadikan penilaian
karena bangkrut akibat ke- diperoleh dan hanya dikuasai beberapa kelayakan rawan tidak riil (RTR)
sulitan bahan baku orang. khususnya dalam hal pengalaman usaha
atau prospek usaha.
Tidak membayar angsuran Skala ekonomi usaha tidak efisien dan Informasi yang dijadikan penilaian
karena bangkrut akibat ka- kurang berpengalaman kelayakan rawan tidak riil (RTR)
lah bersaing khususnya dalam hal pengalaman usaha
atau prospek usaha.
Kontribusi ketidaksempurnaan tool berpengaruh. Pertanyaan dalam skoring juga
skoring yang sering terjadi adalah pengung- terkadang kurang mendalam, sehingga infor-
kapan atau penggalian informasi yang me- masi yang baik namun diberikan skor yang av-
merlukan upaya besar namun dampaknya erage padahal dapat ditingkatkan dengan sub
kurang relevan dengan keputusan kredit seg- pertanyaan yang lebih rinci. Dampak skoring
men mikro. Kevalidan atau tidak suatu infor- sistem yang kurang akurat untuk menentukan
masi tersebut kurang relevan dengan keputu- kelayakan atau eligibilitas usaha dan dampak-
san yang akan diambil. Disamping itu, praktek nya terhadap profitabilitas bank atau lembaga
skoring saat ini cenderung memberikan bobot keuangan non bank perlu dilakukan penelitian
antar aspek yang statis. Mestinya skoring se- lebih lanjut.
lalu dinamis disesuaikan dengan perkemban-
gan bidang usaha atau kondisi ekonomi yang
12 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 3, Nomor 1, Juli 2014, hlm. 1 - 12