Pharmacon Hubungan Komunikasi Interpersonal Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum Tindakan Pencabutan Gigi Di RSGM FK Unsrat

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No.

4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL


DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN SEBELUM TINDAKAN
PENCABUTAN GIGI DI RSGM FK UNSRAT

Rooroh Fenesia Mariska1), Hendri Opod2), Bernat S.P. Hutagalung1)


1)
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran UNSRAT Manado, 95115
2)
Fakultas Kedokteran UNSRAT Manado, 95115
1)
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

In dental care, interpersonal communication is essential for fostering a good relationship


operator-patient. The good interpersonal communication can control the patient’s anxiety during
treatment. Tooth extraction is an action in dentistry that can cause anxiety. Anxiety generated during
tooth extraction action can be caused by several factors , among: the patient fears by the tools for
tooth extractions and the fear of pain that will be feel. The purpose of this research is to determine the
relationship between interpersonal communication operator-patient with patient’s anxiety before
tooth extraction at RSGM FK UNSRAT. This research is a analytic descriptive research using cross
sectional study with sample using a total sampling and held on Department of Oral Surgery RSGM
FK UNSRAT in June-July 2016. The research is done by assessing the interpersonal operator-patient
using questionnaires and measured the anxiety level of patients before tooth extraction using
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Analysis of bivariate data were analyze using Chi-square test
in SPSS application. The results of data analysis using alternative test Kolmogorov-Smirnov by
demonstrating the value p = 0,00 (0,00<0,05) which states that there is a significant relationship
between interpersonal communication operator-patient with the patient’s anxiety before tooth
extraction at RSGM FK UNSRAT.

Keywords: Interpersonal Communication, Anxiety, Tooth Extraction

ABSTRAK

Dalam pelayanan kesehatan gigi, komunikasi interpersonal berperan penting untuk membina
hubungan yang baik antara operator-pasien. Komunikasi interpersonal yang baik dapat mengontrol
kecemasan pasien pada saat perawatan. Pencabutan gigi merupakan tindakan dalam kedokteran gigi
yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan yang ditimbulkan pada saat tindakan pencabutan
gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: ketakutan pasien akan alat-alat pencabutan
gigi dan ketakutan terhadap nyeri yang akan dirasakan pada saat pencabutan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara komunikasi interpersonal operator-pasien dengan tingkat
kecemasan pasien sebelum tindakan pencabutan gigi di RSGM FK UNSRAT. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan cross sectional study dengan
pengambilan sampel menggunakan total sampling dan dilakukan di departemen Bedah Mulut RSGM
FK UNSRAT pada bulan Juni-Juli 2016. Penelitian ini dilakukan dengan menilai komunikasi
interpersonal operator-pasien menggunakan kuesioner dan mengukur tingkat kecemasan pasien
sebelum tindakan pencabutan gigi menggunakan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Analisis
data bivariat dianalisis dengan menggunakan uji alternatif Kolmogorov-Smirnov dalam program
SPSS. Hasil analisis data menggunakan uji alternatif Kolmogorov-smirnov dengan menunjukkan
nilai p = 0,00 (0,00 < 0,05) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
komunikasi interpersonal operator-pasien dengan tingkat kecemasan pasien sebelum tindakan
pencabutan gigi di RSGM FK UNSRAT.

Kata kunci: Komunikasi Interpersonal, Tingkat Kecemasan, Pencabutan Gigi

33
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN
Pertukaran pesan dimana saat kita maka pasien akan merasakan kecemasan
berkomunikasi, kita menyampaikan, (Shukla dkk, 2010).
mengalihkan dan menerima pesan. Bentuk- Kecemasan merupakan suatu kondisi
bentuk komunikasi yaitu komunikasi yang sangat umum saat seseorang
intrapersonal, komunikasi interpersonal, berkunjung ke dokter gigi. Kecemasan
kelompok kecil, komunikasi publik dan merupakan rasa khawatir, takut yang bisa
komunikasi massa. Salah satu bentuk disebabkan oleh hal-hal tertentu atau bahkan
komunikasi ialah komunikasi interpersonal. tidak jelas penyebabnya (Gunarsa, 2006).
Komunikasi interpersonal merupakan kecemasan dapat bermanifestasi dengan
komunikasi yang terjadi antara dua orang berbagai cara, baik perubahan ekspresi,
atau lebih, bisa secara verbal dan nonverbal. peningkatan tekanan darah maupun
Di dunia kedokteran, komunikasi perubahan denyut nadi (Pontoh, 2015).
interpersonal menjadi salah satu unsur yang Kecemasan pada prosedur pencabutan gigi
paling penting dalam hubungan antara sering disebabkan oleh ketakutan antara
dokter dengan pasien. Dalam Standar benda-benda tajam seperti jarum suntik,
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) elevator (bean) dan tang cabut (Sembel,
tertera dengan jelas bahwa seorang dokter 2014).
harus mampu untuk berkomunikasi secara Masalah yang serius akan terjadi apabila
efektif dengan pasiennya. Saat dokter operator tidak dapat menurunkan tingkat
mampu untuk menggali dan bertukar kecemasan pasien sebelum prosedur
informasi dengan pasiennya, maka akan pencabutan gigi karena membuat pasien
timbul rasa percaya dari pasien kepada tidak dapat bekerjasama dengan operator
dokter. Komunikasi interpersonal yang dan menghambat keseluruhan prosedur
efektif juga dapat membantu dokter pencabutan gigi (Tangkere, 2013). Ini
menggali informasi dari pasien sehingga merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh
dokter dapat mendiagnosis penyakit pasien mahasiswa klinik selaku operator di Rumah
secara baik dan memberi obat yang tepat Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) FK UNSRAT
bagi pasien (Nugroho, 2009). mengingat mereka merupakan dokter gigi
Data Majelis Kehormatan Disiplin muda dan kelak akan menjadi dokter gigi.
Kedokteran Indonesia (MKDKI) tahun Berdasarkan uraian di atas, peneliti
1998-2006 terdapat Sembilan kasus tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan
pengaduan terhadap profesi dokter dan yang Komunikasi Interpersonal Operator-Pasien
sering menjadi kasus sengketa yaitu dengan Tingkat Kecemasan Pasien sebelum
lemahnya komunikasi antara dokter dengan Tindakan Pencabutan Gigi di RSGM FK
pasien (Anonim, 2012). Pada tahap inilah UNSRAT”.
komunikasi interpersonal memegang peran BAHAN DAN METODE
penting. Komunikasi yang baik antara Penelitian ini merupakan penelitian
dokter dengan pasien menunjukkan kondisi deskriptif analitik dengan rancangan cross
emosional yang stabil (Shukla dkk, 2010). sectional. Penelitian ini dilaksanakan di
Sebaliknya, jika komunikasi interpersonal RSGM FK UNSRAT pada bulan Juni-Juli
tidak dilakukan dengan optimal oleh dokter, 2016. Pengambilan sampel menggunakan

34
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

total sampling dengan mengambil semua sampel berjumlah 110 orang dan yang
pasien yang menerima tindakan pencabutan memenuhi kriteria inklusi serta telah
gigi di Departemen Bedah Mulut RSGM mengisi lembar persetujuan menjadi subyek
FK UNSRAT. penelitian berjumlah 50 orang.
Pasien diminta untuk mengisi lembar
persetujuan menjadi subyek penelitian 1. Analisis Univariat
(informed consent) yang telah disediakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
oleh peneliti. Pasien diajak berkomunikasi sebanyak 41 (82,0%) responden
secara interpersonal oleh operator yang akan menyatakan komunikasi interpersonal
melakukan tindakan pencabutan gigi sambil operator-pasien efektif (tabel 1).
mengisi rekam medik bagian bedah mulut.
Setelah operator selesai berbicara dengan Tabel 1. Hasil Penilaian Komunikasi
pasien, peneliti meminta pasien untuk Interpersonal Operator-Pasien
mengisi kuesioner komunikasi interpersonal.
Kuesioner komunikasi interpersonal berisi 9 Komunikasi n %

item yang disusun berdasarkan 5 indikator, Interpersonal


yaitu: Keterbukaan, Empati, Dukungan,
Efektif 41 82,0
Kepositifan dan Kesamaan (Thoha, 1959).
Untuk jawaban ya diberi nilai dua dan Tidak Efektif 9 18,0
jawabn tidak diberi nilai 1. Nilai mean ( x )
Total 50 100
untuk komunikasi interpersonal adalah 16.
Dinyatakan efektif apabila total skor pasien Untuk tingkat kecemasan,
lebih dari 16 dan dinyatakan tidak efektif responden yang mengalami tingkat
apabila total skor pasien kurang dari 16. kecemasan ringan sebanyak 40 (80,0%).
Setelah itu, peneliti mewawancarai pasien Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan
untuk pengisian kuesioner HARS (Hamilton dengan responden yang mengalami tingkat
Anxiety Rating Scale). HARS berisi 14 item kecemasan sedang dan ringan di mana
dengan nilai 0 (tidak ada gejala) – 4 (gejala masing-masing hanya berjumlah 8 (16,0%)
berat sekali). Total skor hasil penilaian dan 2 (4,0%) responden (tabel 2).
dibagi menjadi 3 yaitu, <17 merupakan
kecemasan ringan, 18-24 merupakan Tabel 2. Karakteristik Responden
kecemasan sedang dan >25 merupakan berdasarkan Tingkat Kecemasan seblum
Tindakan Pencabutan Gigi
kecemasan berat. Pasien diserahkan kembali
kepada operator untuk tindakan pencabutan Tingkat Kecemasan n %

gigi.
Ringan 40 80,0
Uji hipotesis menggunakan uji alternatif
Kolmogorov-smirnov dengan nilai p = 0,05 Sedang 8 16,0
yang diolah dalam program SPSS.
Berat 2 4,0
HASIL PENELITIAN
Total 50 100
Penelitian ini dilakukan di Departemen
Bedah Mulut RSGM FK UNSRAT. Total

35
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

Tabel. 3 Karakteristik Tingkat Kecemasan Pasien berdasarkan Jenis Kelamin


Tingkat Kecemasan

Jenis Kelamin Ringan Sedang Berat Total

n % n % n % n %

Laki-laki 22 91,7 2 8,3 0 0 24 48,0

Perempuan 18 69,2 6 23,0 2 7,6 26 52,0

Total 40 80,0 8 16,0 2,0 4,0 50 100

Berdasarkan jenis kelamin, responden dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 2


perempuan lebih banyak mengalami tingkat (8,3%) responden yang mengalami tingkat
kecemasan yaitu sebanyak yang mengalami kecemasan sedang dan tidak ada yang
tingkat kecemasan sedang dan 2 (7,6%) mengalami tingkat kecemasan berat (tabel
yang mengalami tingkat kecemasan berat 3.)

Tabel 4. Karakteristik tingkat kecemasan berdasarkan usia


Tingkat Kecemasan

Usia (tahun) Ringan Sedang Berat Total

n % n % n % n %

16-25 10 55,5 7 38,8 1 5,5 18 36,0

26-35 6 75,0 1 12,5 1 12,5 8 16,0

36-45 10 100 0 0 0 0 10 20,0

46-55 9 100 0 0 0 0 9 18,0

56-65 5 100 0 0 0 0 5 10,0

Total 40 80,0 8 16,0 2 4,0 50 100

Berdasarkan usia, kelompok usia kelompok usia yang paling banyak


yang paling banyak mengalami tingkat mengalami tingkat kecemasan ringan ialah
kecemasan yaitu usia 16-25 tahun di mana usia 36-45 yaitu sebanyak 10 (25%)
sebanyak 7 (38,8%) responden yang responden, diikuti dengan usia 46-65 tahun
mengalami tingkat kecemasan sedang dan 1 sebanyak 9 (22,5%) responden dan usia 56-
(5,5%) responden mengalami tingkat 65 tahun sebanyak 5 (12,5%) responden
kecemasan berat. Pada usia 36-45 tahun, (tabel 4).
tidak ada yang mengalami kecemsasan
sedang maupun berat. Sementara itu,

36
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

2. Analisis Bivariat kecemasan ringan yaitu sebanyak 39


Komunikasi interpersonal yang (95,1%) responden (tabel 5).
efektif menunjukkan lebih banyak
responden yang mengalami tingkat

Tabel 5. Hubungan antara Komunikasi Interpersonal dengan Tingkat Kecemasan Pasien


sebelum Tindakan Pencabutan Gigi

Tingkat Kecemasan

Komunikasi Ringan Sedang Berat Total p

Interpersonal
n % n % n % n %

Efektif 39 95,1 2 4,8 0 0 41 81,0

Tidak Efektif 1 11,1 6 66,7 2 22,2 9 18,0 0,00

Total 40 80,00 8 16,00 2 4,00 50 100

Hasil uji hipotesis menggunakan uji rekam medik di bagian OM (Oral Medicine)
alternatif Kolmogorov-Smirnov yang diolah pasien dibawa ke bagian bedah mulut untuk
dalam program SPSS mendapatkan nilai p = menerima tindakan pencabutan gigi. Pasien
0,00, lebih besar dari nilai p = 0,05. Artinya, diminta untuk duduk di dental unit lalu
Ha diterima dan Ho ditolak. diajak berkomunikasi secara interpersonal
oleh operator sebelum menerima tindakan
PEMBAHASAN pencabutan gigi.
Dalam penelitian ini difokuskan pada 82% Responden yang menyatakan
pembahasan mengenai hasil pengujian bahwa komunikasi interpersonal operator
hipotesis yaitu menyangkut hubungan efektif mengatakan bahwa operator
komunikasi interpersonal-operator-pasien (mahasiswa klinik) telah memberi kualitas
dengan tingkat kecemasan pasien sebelum komunikasi interpersonal yang baik terhadap
tindakan pencabutan gigi di RSGM FK pasien yang ditanganinya dengan memenuhi
UNSRAT. Pada hasil pengujian hipotesis 5 indikator komunikasi interpersonal
didapatkan nilai p sebesar 0,00 (p > 0,05) (Thoha, 1959). Operator menyambut pasien
sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya yang datang untuk melakukan tindakan
terdapat hubungan yang signifikan antara pencabutan dengan ramah, sehingga
komunikasi interpersonal operator-pasien membuat pasien merasa nyaman. Sementara
dengan tingkat kecemasan pasien sebelum 18% responden lainnya memiliki berbagai
tindakan pencabutan gigi di RSGM FK alasan sehingga mereka menyatakan
UNSRAT. komunikasi interpersonal tidak efektif.
Di RSGM FK UNSRAT, operator mulai Beberapa pasien yang menyatakan
berkomunikasi dengan pasien saat pasien komunikasi interpersonal tidak efektif
tiba di ruang tunggu. Setelah pasien mengisi adalah pasien umum yang tidak memiliki
hubungan keluarga atau kerabat dengan

37
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

operator, sehingga pasien merasa kurang mampu mengontrol rasa takut mereka.
nyaman. Namun, hal tersebut bukan menjadi Dijelaskan oleh Tomb pada Buku Saku
tolak ukur untuk tingkat keefektifan dari Psikiatrinya bahwa semakin tinggi usia,
komunikasi interpersonal operator terhadap semakin baik tingkat kematangan emosi
pasiennya. Beberapa pasien lain menyatakan seseorang dalam menghadapi persoalan
bahwa karakteristik dari operator yang (Tomb, 2004).
kurang bersahabat saat pasien berada di Secara keseluruhan dapat dinyatakan
dental unit membuat pasien tidak nyaman. bahwa telah operator berusaha untuk
Setelah diajak berkomunikasi secara membina hubungan komunikasi
interpersonal oleh operator, pasien yang interpersonal yang baik dengan pasien
mengalami tingkat kecemasan ringan lebih sehingga lebih banyak pasien yang
dominan dari pasien yang mengalami mengalami tingkat kecemasan ringan
tingkat kecemasan sedang maupun berat dibandingkan dengan pasien yang
Tabel 3 menunjukkan bahwa perempuan mengalami tingkat kecemasan sedang
lebih banyak mengalami tingkat kecemasan maupun berat.
dibandingkan dengan laki-laki. Hasil ini
terjadi juga pada penelitian Sghaireen pada KESIMPULAN
tahun 2013 yang menyatakan perempuan 1. Komunikasi interpersonal yang
lebih tinggi kecemasannya dibandingkan dilakukan oleh operator terhadap pasien
oleh laki-laki (Sghaireen dkk, 2013). Hal sebelum tindakan pencabutan gigi
tersebut dijelaskan dalam penelitian mendapat hasil yang efektif.
sebelumnya yang dilakukan oleh Holtzman 2. Pasien yang mengalami kecemasan
dan Lidell pada tahun 1997 yang ringan lebih dominan dibandingkan
menyatakan bahwa laki-laki memiliki dengan yang mengalami kecemasan
kondisi emosional yang lebih stabil sedang maupun berat.
dibandingkan dengan perempuan (Holtzman 3. Terdapat hubungan yang signifikan
dkk, 1997; Lidell &Locker, 1997). antara komunikasi interpersonal
Tabel 4 menunjukkan bahwa responden operator-pasien dengan tingkat
yang berusia 16-25 tahun lebih mengalami kecemasan pasien sebelum tindakan
tingkat kecemsasan dibandingkan dengan pencabutan gigi di RSGM FK UNSRAT.
responden yang berusia 26-65 tahun. Hal ini didapat dari hasil analisis uji
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh alternatif Kolmogorov-Smirnov dengan
Bergdahl pada tahun 2003 dan Doerr pada hasil p = 0,00 lebih kecil dari nilai
tahun 1998 menyatakan hal yang sama yaitu problabiliti yaitu 0,05.
pasien yang muda yang berusia 16-25 tahun
lebih banyak mengalami kecemasan dengan SARAN
yang dewasa berusia 26-65 tahun (Bergdahl 1. Menjadi bahan pertimbangan bagi
& Bergdahl, 2003; Doerr, 1998). Pasien operator untuk meningkatkan kualitas
yang berusia muda lebih menunjukkan komunikasi interpersonal terhadap
ketakutan mereka terhadap alat-alat pasien dengan cara memberikan
pencabutan gigi, terutama alat anestesi, Senyum, Salam dan Sapa (3S) kepada
sementara pasien yang berusia dewasa lebih pasien.

38
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya


untuk menganalisis hubungan Pontoh BI. 2015. Hubungan Tingkat
komunikasi interpersonal terhadap Kecemasan dengan Perubahan Denyut
tingkat kepuasan pasien setelah Nadi pada Pasien Ekstraksi Gigi di
pencabutan gigi untuk penelitian yang Puskesmas Tuminting Manado. Jurnal
selanjutnya. e-Gigi (eG);3:14.

DAFTAR PUSTAKA Sembel M. 2014. Gambaran Tingkat


Anonim. 2012. Konsil Kedokteran Kepuasan Pasien terhadap Perawatan
Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Gigi dan Mulut di Puskesmas Bahu.
Indonesia Edisi 2. Jakarta: Konsil Jurnal e-Gigi (eG);2
Kedokteran Indonesia.h. 8-9.
Sghaireen Mohd G., Zwiri A. M., Alzoubi I.
Bergdahl M, Bergdahl J. 2003. A., et al.2013. Anxiety due to Dental
Temperament and Character Treatment and Procedures among
Personality Dimensions in Patients University Students and its
with Dental Anxiety. European Correlation with Their Gender and
Journal of Oral Sciences;2:93-8 Field of Study.Hindawi Publishing
Corporation International Journal of
Doerr P A, Lang W P, Nyquist L V, et al. Denstistry:1-5.
1998. Factors Associated with Dental
Anxiety. Journal of the American Shukla AK, Yadav VS, Katury N. 2010.
Dental Association;129:111-9. Doctor Patient Communication: An
Important but Often Ignored Aspect in
Gunarsa SD. 2006. Psikologi Perawatan, Clinical Medicine. Journal Indian
Cetakan ke-5. Jakarta: BPK Gunung Academy of Clinical Medicine;11:208-
Mulia.h. 27. 9.

Holtzman J, Berg R, Mann J, et al. 1997. Tangkere H. 2013. Gambaran Kecemasan


The relationship of age and gender to Pasien saat Menjalani Prosedur
fear and anxiety response to dental Ekstraksi Gigi sambil Mendengarkan
care. Spec Care Dentist;17:82-7. Musik Mozart di Puskesmas. Jurnal e-
Gigi (eG);1:70-1.
Lidell A, Locker D. 1997. Gender and age
differences in attitudes to dental pain Thoha M. 2003. Perilaku Organisasi:
and dental control. Community Dent Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi
Oral Epidemiol;25:314-8. 1. Jakarta: Grafindo.

Nugroho AW. 2009. Komunikasi Tomb DA. 2004. Buku Saku Psikiatri.
Interpersonal antara Perawat dan Jakarta: EGC.
Pasien.[skripsi]. Surakarta;
Universitas Sebelas Maret.

39

You might also like