VITKA Jurnal Manajemen Pariwisata: Original Research

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

VITKA JMP Volume 01 Nomor 02: 9 – 15 | e-ISSN: 2685-1199 p-ISSN: 2684-7892 ©2019

VITKA Jurnal Manajemen Pariwisata


www.journal.btp.ac.id

Original Research
Attraction, Infrastructure, Facilitation and Hospitality dalam Pengembangan Desa Wisata: Studi kasus
Bono Kelurahan Teluk Meranti, Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan

Attraction, Infrastructure, Facilitation and Hospitality in Tourism Village Development: Case


Study of Bono Teluk Meranti District, Pelalawan Regency
Andri Wibowo
Program studi Manajemen Divisi Kamar, Politeknik Pariwisata Batam,
The Vitka City Complex, Jl. Gajah Mada, Tiban – Batam, Kepulauan Riau 29425, Indonesia

INFO ARTIKEL ABSTRACT

Diterima
The main purpose of this research is, to solve the problems occurred by
: 09/08/19
explaining ways to find out: (1) attraction resources of Teluk Meranti village in
Direvisi : 03/09/19
Bono river area (2) how the Infrastructure development condition of Teluk
Disetujui : 05/11/19
Meranti (3) how the facilities development of Teluk Meranti as a tourism
Tersedia online : 01/12/19
destination (4) how the characteristics of hospitality in supporting tourism
activity. This research used a descriptive analysis approach, in this study the data
Email korespondensi: were collected in the original condition. Researcher as the primary means of
Andreewibowo_pku@yahoo.com
collecting data, by Observation, Focus group discussion, deep interview method
and the sample taken by purposive sampling. Literature and the result of research
will analysis by descriptive, start transforming raw data into a easily
understandable data including preparing, manipulate and present the data become
an information. Then the data interpretation as the principal study. Result in this
reseach are: factor that attraction resources is the main power of tourism activities
in Teluk Meranti village with the unique river Tidal Bore.
Keywords: Tourism development, village tourism, sustainable tourism

1. PENDAHULUAN memperluas dan memeratakan kesempatan


Pariwisata merupakan suatu potensi berusaha dan lapangan kerja, mendorong
besar yang akan berkembang menjadi industri pembangunan daerah, memperkenalkan dan
pariwisata yang melibatkan kepentingan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata
berbagai pihak. Maka program di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah
pengembangan dan pendayagunaan sumber air dan mempererat persahabatan antar
daya dan potensi pariwisata daerah bangsa.
diharapkan dapat memberikan sumbangan Pemerintah telah menetapkan arah
bagi pembangunan ekonomi. Pelaksanaan pembangunan kepariwisataan dengan
pengembangan pariwisata di suatu daerah menerbitkan Peraturan Pemerintah Republik
tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang
Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Rencana Induk Pembangunan kepariwisataan
tentang Kepariwisataan yang menyatakan Nasional Tahun 2010-2025. Dimana
bahwa Penyelenggaraan Kepariwisataan disebutkan pada pasal 2 ayat 6, tujuan
ditujukan untuk meningkatkan pendapatan pembangunan kepariwisataan nasional
nasional dalam rangka meningkatkan adalah: 1) Meningkatkan kualitas dan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,
Wibowo. 2019. VITKA Jurnal Manajemen Pariwisata 01 (02): 9-15

kuantitas Destinasi pariwisata, 2) Salah satu atraksi wisata andalan


Mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata Kabupaten Pelalawan ini adalah atraksi
Indonesia dengan menggunakan media wisata Bono yang berada di sungai Kampar
pemasaran secara efektif, efisien dan Kecamatan Teluk Meranti, Bono merupakan
bertanggung jawab, 3) Mewujudkan Industri fenomena alam yang disebabkan oleh
Pariwisata yang mampu menggerakkan gelombang pasang surut yang bertemu
perekonomian nasional, dan 4) dengan arus Sungai Kampar. Kondisi muara
Mengembangkan Kelembagaan yang berbentuk ’V’ memungkinkan
Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata pertemuan kedua macam arus tersebut, yaitu
yang mampu mensinergikan Pembangunan arus pasang dan arus sungai dari hulu,
Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, dan membangkitkan terbentuknya Bono.
Industri. Gelombang Bono termasuk dalam kategori
Berdasarkan konteks pembangunan Tidal Bore, yaitu fenomena hidrodinamika
berkelanjutan, pariwisata berkelanjutan dapat yang terkait dengan pergerakan massa air
didefinisikan sebagai: pembangunan dimana gelombang pasang menjalar menuju
kepariwisataan yang sesuai dengan kebutuhan ke hulu dengan kekuatan yang besar. Tidak
wisatawan dengan tetap memperhatikan semua muara sungai ataupun teluk bisa
kelestarian (conservation, environmental membangkitkan gelombang pasang seperti
dimention), memberi peluang bagi generasi Bono. Ombak Bono Sungai Kampar memiliki
muda untuk memanfaatkan (economic daya tarik tersendiri khususnya bagi para
dimention) dan mengembangkannya peselancar. Mereka menyebut ombak Bono
berdasarkan tatanan sosial ( social dimention ) “The Seven Ghosts“ karena memiliki 7
yang telah ada. ombak dengan jarak yang rapat dan
Sehubungan dengan hal ini maka membentuk kanal-kanal sempit. Bono mulai
pengembangan desa wisata merupakan suatu dikunjungi wisatawan luar negeri (peselancar)
bentuk pegembangan wilayah desa yang lebih sejak September tahun 2010 yang difasilitasi
cenderung pada penggalian potensi desa oleh River Devender.
dengan memanfaatkan unsur-unsur yang ada Berdasarkan latar belakang di atas,
dalam desa sebagai atribut produk wisata. Desa teluk Meranti adalah desa yang
Kelahiran sebuah kegiatan wisata perdesaan memiliki daya tarik wisata sebagai daerah
sepatutnya memperhatikan, melibatkan, dan tujuan para wisatawan yang ingin menikmati
memberikan peran yang proporsional kepada wisata ombak Bono sungai Kampar. Namun
masyarakat setempat selaku pemilik sah dari sampai saat ini masih terdapat permasalahan-
lingkungan perdesaan. Peran serta masyarakat permasalahan yang dihadapi desa Teluk
baik dusun maupun desa setempat sangat Meranti dalam upaya mewujudkan desa
penting, terkait dengan dasar dan arah wisata dari unsur penggalian potensi sumber
pengembangan desa wisata. daya atraksi wisata, infrastruktur, fasilitas dan
Pengembangan pariwisata melalui hospitality sehingga menjadikan Desa Teluk
konsep desa wisata terdapat potensi dan Meranti belum berkembang sebagaimana
peluang yang sangat besar bagi Kabupaten yang diharapkan menjadi obyek wisata.
Pelalawan Provinsi Riau salah satunya adalah
desa Teluk Meranti. Kabupaten Pelalawan
2. BAHAN DAN METODE
adalah satu kabupaten yang ada di Propinsi
Riau, dengan ibukotanya Pangkalan Kerinci. Teknik pengolahan data yang akan digunakan
Nama Kabupaten Pelalawan diambil dari adalah dengan menggunakan teknik induktif, yaitu
nama kerajaan abad XIV yaitu Kerajaan dari fakta dan peristiwa yang diketahui secara konkrit,
Pelalawan, dengan luas wilayah 12.647,29 kemudian digenerasikan ke dalam suatu kesimpulan
Km2. yang bersifat umum yang didasarkan atas fakta-fakta
yang empiris tentang lokasi penelitian. Analisis data

2
Wibowo. 2019. VITKA Jurnal Manajemen Pariwisata 01 (02): 9-15

dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. perkembangan wisata atau external. Jadi indikator ini
Analisis ini dipergunakan disamping untuk dapat dikelompokkan pada posisi opportunities
mengetahui potensi wisata di Desa Teluk Meranti, (peluang) dan harus tetap dipertahankan karena
menjadi salah salah satu kelebihan atau modal dalam
juga untuk merumuskan model pembangunan wisata
pengembangan desa wisata. Selanjutnya indikator
yang sesuai dengan kondisi Kawasan. ombak bono diberikan penilaian dengan skor 10 pada
kondisi saat ini atau internal dan skor 10 pada potensi
Dalam penelitian ini ditemui adanya perbedaan
perkembangan wisata atau external. Maka indikator
jumlah skala yang digunakan, supaya adanya
ombak bono ini dapat dikelompokkan pada posisi
kesamaan digunakan analisis skala sikap Likert. Skala
Strength (kekuatan). Indikator River surving
Likert ini disebut juga sebagai Summated Rating
mendapatkan penilaian persepsi yang sangat tinggi
Method. Dengan menggunaan Summated Rating
dengan skor 6 pada kondisi saat ini atau internal dan
Method akan ditentukan skor pada pengukuran skala
skor 10 pada potensi perkembangan wisata atau
Linkert, yaitu pemberian skor tertinggi dan terendah
external, maka indikator ini dapat dikelompokkan
dari masing-masing jawaban pertanyaan yang
pada posisi Strength (kekuatan). Indikator river
diajukan kepada responden. Dalam penelitian ini
kayaking memperoleh penilaian persepsi yang tinggi
ditentukan skor terendah sampai tertinggi atau dengan
dengan skor 1 pada kondisi saat ini atau internal dan
menggunakan skala dalam bentuk angka 1 sampai
skor 10 pada potensi perkembangan wisata atau
dengan 10. Semakin baik penilaian responden
external. Jadi indikator ini dapat dikelompokkan pada
terhadap kondisi dan potensi yang ada di desa Teluk
posisi opportunities (peluang). Indikator river boating
Meranti maka semakin besar angka yang didapatkan
memperoleh penilaian persepsi yang tinggi dengan
berdasarkan skala yang telah ditentukan. Untuk
skor 6 pada kondisi saat ini atau internal dan skor 10
memperoleh peringkat berdasarkan pendapat
pada potensi perkembangan wisata atau external.
masyarakat, diajukan 2 kelompok pertanyaan.
Maka indikator ini dapat dikelompokkan pada posisi
Kelompok pertanyaan yang pertama bersifat menilai
Strength (kekuatan). Dan indikator Tidal Bore
kondisi yang sudah ada (internal) dan kelompok
Watching and photography memperoleh penilaian
pertanyaan yang kedua bersifat menilai potensi yang
persepsi yang tinggi dengan skor 8 pada kondisi saat
ada (external) di desa Teluk Meranti untuk
ini atau internal dan skor 10 pada potensi
dikembangkan menjadi desa wisata. Selanjutnya nilai
perkembangan wisata atau external. Jadi indikator ini
setiap responden dijumlah dan dibuat peringkatan
dapat dikelompokkan pada posisi Strength (kekuatan).
berdasarkan analisis SWOT. Dimana indikator yang
menjadi penilaian kondisi saat ini ditempatkan pada 3.2 Infrastructure
kelompok Internal dan penilaian potensi-potensi yang
ada ditempatkan pada kelompok external. Hasil analisis SWOT dan konversi Skala Likert
pengolahan data penelitian yang dipaparkan di atas,
maka dapat kita ketahui bahwa dari variabel
3. HASIL DAN PEMBAHASAN infrastruktur dalam pengembangan desa wisata di
Bagian Desa teluk Meranti adalah desa yang
Desa Teluk Meranti dengan indikator ketersediaan air
memiliki daya tarik wisata sebagai daerah tujuan para bersih memperoleh penilaian persepsi yang sangat
wisatawan yang ingin menikmati wisata ombak Bono rendah dengan skor 1 pada kondisi saat ini atau
sungai Kampar. Namun sampai saat ini masih terdapat internal dan skor 10 pada potensi perkembangan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi desa Teluk wisata atau external. Jadi indikator ini dapat
Meranti dalam upaya mewujudkan desa wisata dari dikelompokkan pada posisi Opportunities (peluang).
unsur penggalian potensi sumber daya atraksi wisata, Indikator sumber energi listrik mendapatkan penilaian
infrastruktur, fasilitas dan hospitality sehingga persepsi dengan skor 5 pada kondisi saat ini atau
menjadikan Desa Teluk Meranti belum berkembang internal dan skor 9 pada potensi perkembangan wisata
sebagaimana yang diharapkan menjadi obyek wisata. atau external, maka indikator ini dapat
dikelompokkan pada posisi opportunities (peluang).
3.1 Attraction Selanjutnya indikator jalan provinsi diberikan
penilaian dengan skor 7 pada kondisi saat ini atau
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan internal dan skor 10 pada potensi perkembangan
analisis SWOT dan konversi Skala Likert, maka dapat wisata atau external, maka indikator ini dapat
kita ketahui bahwa dari variabel atraksi yang menjadi dikelompokkan pada posisi Strength (kekuatan).
produk wisata di Desa Teluk Meranti, indikator Indikator jalan kabupaten diberikan penilaian dengan
sejarah Bono berdasarkan cerita rakyat memperoleh skor 4 pada kondisi saat ini atau internal dan skor 9
penilaian persepsi yang tinggi dengan skor 4 pada pada potensi perkembangan wisata atau external,
kondisi saat ini atau internal dan skor 9 pada potensi maka indikator ini dapat dikelompokkan pada posisi
3
Wibowo. 2019. VITKA Jurnal Manajemen Pariwisata 01 (02): 9-15

opportunities (peluang). Indikator jalan kecamatan ini dapat dikelompokkan pada posisi strength
diberikan penilaian dengan skor 1 pada kondisi saat (kekuatan).
ini atau internal dan skor 10 pada potensi
perkembangan wisata atau external, maka indikator 3.4 Hospitality
ini dapat dikelompokkan pada posisi opportunities
(peluang). Indikator jalan desa diberikan penilaian Sedangkan penilaian indikator-indikator dari
dengan skor 1 pada kondisi saat ini atau internal dan variabel hospitality berdasarkan hasil analisis tabel
skor 10 pada potensi perkembangan wisata atau diatas diketahui bahwa Indikator keamanan dan
external, maka indikator ini dapat dikelompokkan keselamatan diberikan penilaian dengan skor 5 pada
pada posisi opportunities (peluang). Indikator kondisi saat ini atau internal dan skor 10 pada potensi
selanjutnya adalah airport (bandara) yang diberi perkembangan wisata atau external, maka indikator
penilaian dengan skor 7 pada kondisi saat ini atau ini dapat dikelompokkan pada posisi opportunities
internal dan skor 9 pada potensi perkembangan wisata (peluang). Indikator service (pelayanan) diberikan
atau external, maka indikator ini dapat penilaian dengan skor 7 pada kondisi saat ini atau
dikelompokkan pada posisi strength (kekuatan). internal dan skor 9 pada potensi perkembangan wisata
Indikator terminal diberikan penilaian dengan skor 2 atau external, maka indikator ini dapat
pada kondisi saat ini atau internal dan skor 8 pada dikelompokkan pada posisi strength (kekuatan).
potensi perkembangan wisata atau external, maka Indikator harga diberikan penilaian dengan skor 7
indikator ini dapat dikelompokkan pada posisi pada kondisi saat ini atau internal dan skor 8 pada
opportunities (peluang). Indikator dermaga diberikan potensi perkembangan wisata atau external, maka
penilaian dengan skor 3 pada kondisi saat ini atau indikator ini dapat dikelompokkan pada posisi
internal dan skor 8 pada potensi perkembangan wisata strength (kekuatan). Indikator sanitasi diberikan
atau external, maka indikator ini dapat penilaian dengan skor 4 pada kondisi saat ini atau
dikelompokkan pada posisi opportunities (peluang). internal dan skor 9 pada potensi perkembangan wisata
Indikator transportasi umum diberikan penilaian atau external, maka indikator ini dapat
dengan skor 1 pada kondisi saat ini atau internal dan dikelompokkan pada posisi opportunities (peluang).
skor 8 pada potensi perkembangan wisata atau Indikator handicraft diberikan penilaian dengan skor
external, maka indikator ini dapat dikelompokkan 7 pada kondisi saat ini atau internal dan skor 8 pada
pada posisi opportunities (peluang). Indikator potensi perkembangan wisata atau external, maka
pengelolaan sampah diberikan penilaian dengan skor indikator ini dapat dikelompokkan pada posisi
1 pada kondisi saat ini atau internal dan skor 10 pada strength (kekuatan). Indikator makanan diberikan
potensi perkembangan wisata atau external, maka penilaian dengan skor 7 pada kondisi saat ini atau
indikator ini dapat dikelompokkan pada posisi internal dan skor 7 pada potensi perkembangan wisata
opportunities (peluang). Dan indikator drainase atau external, maka indikator ini dapat
diberikan penilaian dengan skor 2 pada kondisi saat dikelompokkan pada posisi strength (kekuatan).
ini atau internal dan skor 9 pada potensi Indikator pendidikan diberikan penilaian dengan skor
perkembangan wisata atau external, maka indikator 5 pada kondisi saat ini atau internal dan skor 8 pada
ini dapat dikelompokkan pada posisi opportunities potensi perkembangan wisata atau external, maka
(peluang). indikator ini dapat dikelompokkan pada posisi
opportunities (peluang). Indikator teknologi diberikan
3.3 Facility penilaian dengan skor 5 pada kondisi saat ini atau
Berdasarkan hasil analisis dari variabel fasilitas di internal dan skor 7 pada potensi perkembangan wisata
atas dapat diketahui bahwa indikator home stay atau atau external, maka indikator ini dapat
rumah penduduk yang disewakan sebagai akomodasi dikelompokkan pada posisi opportunities (peluang)
diberikan penilaian dengan skor 4 pada kondisi saat
ini atau internal dan skor 9 pada potensi
perkembangan wisata atau external, maka indikator 4. KESIMPULAN
ini dapat dikelompokkan pada posisi opportunities Berdasarkan hasil penelitian, observasi dan FGD
(peluang). Indikator hotel diberikan penilaian dengan (Focus Group Discusion) yang telah dilakukan, maka
skor 4 pada kondisi saat ini atau internal dan skor 10
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
pada potensi perkembangan wisata atau external,
maka indikator ini dapat dikelompokkan pada posisi
Desa Teluk Meranti memiliki potensi wisata yang
opportunities (peluang). Indikator rumah makan
diberikan penilaian dengan skor 7 pada kondisi saat sangat besar untuk menjadi sebuah desa wisata
ini atau internal dan skor 8 pada potensi dengan adanya fenomena ombak Bono yang terjadi di
perkembangan wisata atau external, maka indikator Sungai Kampar serta memiliki keunikan tersendiri

4
Wibowo. 2019. VITKA Jurnal Manajemen Pariwisata 01 (02): 9-15

dan nilai historis untuk dapat dijadikan modal utama _______. Pengertian dan Kerangka Dasar
dalam pengembangan sebagai obyek wisata dengan Kepariwisataandalam Dasar-dasar
daya tarik wisata ombak Bono. Kepariwisataan Alam (ed. Chafid Fandeli).
Yogyakarta: Liberty. 1995
Berdasarkan hasil pemaparan penelitian, didapatkan
bahwa di Desa Teluk Meranti terdapat gap atau Inskeep, Edward. Tourism Planning: An Integrated
permasalahan yang dihadapi dalam upaya Sustainable Development. 1991.
mewujudkan desa wisata dari unsur penggalian
potensi sumber daya atraksi wisata, infrastruktur, James. J. Spillane DR. Ekonomi Pariwisata Sejarah
fasilitas dan hospitality sehingga menjadikan Desa dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius. 2002.
Teluk Meranti belum berkembang sebagaimana yang Kusmaryadi dan Endar Sugiarto. Metodologi
diharapkan menjadi obyek wisata.
Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan,
Sumber daya atraksi Desa Teluk Meranti saat ini yang Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2000.
selalu diminati oleh wisatawan adalah olahraga air Manuel Baud-Bovy abd Fred Lawson. Tourism and
yang disebut surfing, karena wisatawan (surfer) tidak Recreation. Boston. Massachusetts. 1997.
hanya sekedar menikmati uniknya berselancar di
sepanjang sungai Kampar ini saja tetapi mereka juga Muljadi A.J. Kepariwisataan Dan Perjalanan.
tertarik pada tantangan tingginya gelombang ombak Jakarta. Pt. Rajagrafindo Persada. Paramita.
sungai. Selain itu Desa Teluk meranti juga memiliki 2009.
potensi sumber daya atraksi lain seperti hutan lindung,
kekhasan flora, fauna dan budaya yang sampai saat ini Pendit, Nyoman S. Ilmu Pariwisata: Sebuah
belum dioptimalkan. Pengantar. Jakarta: Pradya. 1999.

Agar dapat dikembangkan menjadikan desa wisata ______________. Pariwisata, Sebuah Studi, Analisa
yang dapat diunggulkan dan berdaya saing tinggi, dan Informasi. Jakarta: Pradya. 2000.
desa Teluk Meranti tidak dapat sepenuhnya
bergantung pada sumber daya atraksi saja. Perlu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50
adanya elemen-elemen pendukung dan sumber daya Tahun 2011 tentang Rencana Induk
lainnya seperti cukup memadainya fasilitas-fasilitas Pembangunan kepariwisataan Nasional Tahun
yang digunakan oleh wisatawan; baiknya kondisi 2010-2025.
infrastruktur objek wisata, adanya jasa-jasa angkutan
wisata dan umum, tingginya partisipasi masyarakat Raharjana. 2005. Pengembangan Desa Wisata
baik dalam hal keramahtamahan dan kesediaan untuk Berbasis Budaya, Studi Kasus di Desa Wisata
menerima wisatawan yang datang untuk menciptakan
Ketingan, Tesis. Yogyakarta : Fakultas Geografi
kepuasan wisatawan berkunjung ke Teluk Meranti.
UGM.

DAFTAR PUSTAKA Ritchie Brent J. R Dan I. Crouch Geoffrey. The


Ahuja, G.C. dan Pramila Ahuja. How to read Competitive Destination A Sustainable
effectively and efficiently. New Delhi: Sterling Tourism Perspective. Cabi Publishing. 2003.
Publishers.1999.
Sastrayuda, Gumelar. Strategi Pengembangan dan
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (edisi Pengelolaan Resort dan Leisure. Bandung:
revisi ke lima). Jakarta: Rieka Cipta.2008.. Bahan Perkuliahan. 2010.

Clara A. Gunn. Tourism Planning. Crane Russak and Singarimbun, M dan Effendi, S. Metode Penelitian
Company. New York. 1993. Survey. Yogjakarta. LP3ES. 1989.

Fandeli, C. Perencanaan kepariwisataan alam. Smith, Stephen L. J. “The Measurement Of Global


Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Tourism: Old Debates, New Consensus,
Gajah Mada. 2002. And Continuing Challenges” In Lew, Alan A. C.
Michael Hall Dan Allan M. William (Ed). A

5
Wibowo. 2019. VITKA Jurnal Manajemen Pariwisata 01 (02): 9-15

Companion To Tourism. Malden, M. A Usa :


Blackwell Publishing. 2004.

Soekadijo, R.G. Anatomi Pariwisata: Memahami


Pariwisata Sebagai System Lingage. Jakarta.
PT. Gramedia Pustaka Utama. 2000.

Spillane, J. Pariwisata Indonesia (Siasat Ekonomi dan


Rekayasa Kebudayaan). Yogyakarta: Kanisius.
1994.

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke 9.


Bandung: Alfabeta, CV. 2010.

Swarbooke, J. Sustainable Tourism Management.


London: CABI Publishing. 1998.

Swarbroke, Jhon. Development And Managemen Of


Visitor Attractions. Oxford: Butter
Worth-Heinenann. 1996.

Undang-Undang 12 Tahun 2008 tentang


Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang


Kepariwisataan.

Wahab Salah, Prof. Ph. D. Tourism Management.


London. Tourism International Press. 1995.

Yoeti, Oka A, Drs. BA. Perencanaan dan


Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradya
Paramita. 1996.

You might also like