Pengaruh Debu Vulkanik Pada Erupsi Gunung Berapi Diy Terhadap Kesehatan Paru

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Vol. 2 No.

1 Februari 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

PENGARUH DEBU VULKANIK PADA ERUPSI


GUNUNG BERAPI DIY TERHADAP KESEHATAN
PARU
Tri Agus Yuarsa
Universitas Banten Jaya

[email protected]

Abstract: Indonesia is one of the countries in the world that has many volcanoes.
Volcanoes are found throughout the world. But the location of the best known volcano is
the volcano which is located along the pacific ring of fire. Volcanic eruptions can have
adverse effects on local wildlife and humans. Volcanic ash is often referred to as volcanic
sand or falling pyroclastic material is a volcanic material that is sprayed into the air when
an eruption occurs, which consists of large to fine-sized rocks. Volcanic dust that has just
fallen has a layer of acid that can cause irritation to the lungs, eyes and skin. This
literature review will discuss how the effects of volcanic dust on lung health. The method
used is a journal review. Volcanic dust is composed of fine rock fragments, minerals and
glass, hard, coarse, corrosive and insoluble in water. The recommended limit for people
to breathe in volcanic dust with silica concentrations is not more than 50 mikrograms /
m3. Respiratory symptoms due to inhalation of volcanic dust depend on factors such as
concentration of suspended particles in the air, proportion of particles inhaled, length of
exposure, meteorological conditions, and individual factors. Health effects that occur in
exposure to volcanic dust can be acute such as asthma, bronchitis and in chronic silicosis.
Keywords: influence of volcanic dust, lung health

abstrak: Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai banyak
gunung berapi. Gunung berapi terdapat di seluruh dunia. Tetapi lokasi gunung berapi
yang paling dikenal adalah gunung berapi yang berada disepanjang busur cincin api
pasifik (pacific ring of fire). Letusan gunung berapi dapat berakibat buruk pada
margasatwa lokal dan juga manusia.Abu vulkanik sering disebut juga pasir vulkanik atau
jatuhan piroklastik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara
saat terjadi letusan, yang terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus.
Debu vulkanik yang baru saja jatuh memiliki kandungan lapisan asam yang dapat
menyebabkan iritasi pada paru, mata dan kulit. Tinjauan pustaka ini akan membahas
bagaimana dampak debu vulkanik terhadap kesehatan paru. Metode yang digunakan
adalah review jurnal. Debu vulkanik tersusun dari fragmen batuan halus, mineral dan
kaca, debu yang keras, kasar, korosif dan tidak larut dalam air. Batas yang
direkomendasikan bagi masyarakat untuk menghirup debu vulkanik dengan konsentrasi
silika yang tidak lebih dari 50 mikrograms/m3.Gejala pernapasan akibat menghirup debu
vulkanik tergantung pada faktor-faktor seperti konsentrasi partikel tersuspensi di udara,
proporsi partikel yang terhirup, lama pajanan, kondisi meteorologi, dan faktor
individu.Efek kesehatan yang terjadi pada pajanan debu vulkanik bisa secara akut seperti
asma,bronchitis dan secara kronik yaitu silikosis.
Kata kunci: pengaruh debu vulkanik,erupsi gunung, kesehatan paru

51
Vol. 2 No. 1 Februari 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai banyak


gunung berapi. Gunung berapi atau gunung api adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair
atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material
yang dikeluarkan pada saat meletus. istilah gunung api ini juga dipakai untuk
menamai fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud
volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es biasanya terjadi di daerah yang
mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat dilihat di
daerah Kuwu, Grobogan, Jawa tengah.

Gunung berapi terdapat di seluruh dunia. Tetapi lokasi gunung berapi yang
paling dikenal adalah gunung berapi yang berada disepanjang busur cincin api
pasifik (Pacific ring of fire). Busur cincin api pasifik merupakan garis
bergeseknya antara dua lempengan tektonik. Apabila gunung berapi meletus,
magma yang terkandung di dalam kamar magma dibawah gunung berapi keluar
sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung
berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti aliran lava, letusan gunung berapi,
aliran lumpur, abu, kebakaran hutan, gas beracun, gelombang tsunami dan gempa
bumi. Letusan gunung berapi dapat berakibat buruk pada margasatwa lokal dan
juga manusia.

Abu vulkanik sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik
adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi
letusan, yang terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus.
Bebatuan yang berukuran besar (bongkah – kerikil) biasanya jatuh disekitar
kawah sampai radius 5 -7 km dari kawah, dan yang berukuran halus (debu) dapat
jatuh pada jarak ratusan kilometer bahkan ribuan kilometer dari kawah karena
dapat terpengaruh oleh adanya hembusan angin. Debu vulkanik adalah partikel
halus batuan vulkanik diameter kurang dari 2 mikrometer. Debu vulkanik yang
baru saja jatuh memiliki kandungan lapisan asam yang dapat menyebabkan iritasi

52
Vol. 2 No. 1 Februari 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

pada paru, mata dan kulit. Tinjauan pustaka ini akan membahas bagaimana
dampak debu vulkanik terhadap kesehatan paru.

Debu vulkanik terbentuk selama letusan gunung berapi. Debu vulkanik


tersusun dari fragmen batuan halus, mineral dan kaca, debu yang keras, kasar,
agak korosif dan tidak larut dalam air. Masyarakat biasanya mengkhawatirkan
tentang efek dari hujan debu vulkanik ini. Pertanyaan biasanya muncul mengenai
isi dan kandungan debu vulkanik terutama tentang mineral kuarsa, kristobalit atau
tridimit. Ini adalah kristal silika bebas yang diketahui menyebabkan silikosis,
penyakit paru yang berpotensi menimbulkan kematian dan biasanya ditemukan di
tambang bawah tanah dan pekerja tambang terbuka dengan pajanan udara yang
disertai dengan debu silika konsentrasi tinggi selama jangka waktu yang lama.
Batas aman yang diperbolehkan bagi masyarakat untuk menghirup debu vulkanik
adalah konsentrasi silika yang tidak melebihi 50 mikrogram/m3. Partikel debu
kecil bisa ditiup oleh angin selama ribuan kilometer jauhnya dari gunung berapi,
tergantung pada kecepatan angin dan jenis letusan. Debu vulkanik yang terdiri
dari partikel halus batuan vulkanik yang terfragmentasi tersebut kemudian dapat
menyebar. Debu berwarna dari abu-abu terang sampai hitam dan bervariasi dalam
konsistensi dari grit sampai bubuk halus. Hujan debu dapat menghalangi sinar
matahari, mengurangi visibilitas dan dapat menyebabkan keadaan gelap gulita di
siang hari. Hal ini juga dapat menimbulkan guntur dan kilat yang terjadi karena
adanya gesekan antara partikel halus di udara.

Debu vulkanik merupakan debu halus yang ukurannya kurang dari 10


mikron. halusnya, sehingga sangat mudah tertiup angin akan terbang bersama
angin. Debu vulkanik merupakan material yang ringan yang mengandung silika.
Silika jika dilihat dengan mikroskop, bentuknya sangat tajam gambar 4.
memperlihatkan berbagai macam ukuran dari silika. kalau masuk ke paru tidak
akan larut sehingga bisa menimbulkan penyakit silikosis. Jika debu vulkanik
terkena mata maka bisa menimbulkan iritasi. Seperti diketahui debu vukanik yang
dikeluarkan oleh gunung berapi mengandung banyak unsur gas kimia, seperti
hidrogen sulfida (H2S), karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), gas

53
Vol. 2 No. 1 Februari 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

ammoniak (NH3), dan sulfur dioksida (SO2). Unsur-unsur tersebut sangat toksik
pada tubuh manusia pada umumnya.

gambar 1. Berbagai ukuran silika

PATOFISIOLOGI PADA PARU.

Partikel yang ada diudara akan kita hirup dan tubuh memiliki mekanisme
sendiri untuk melawan partikel yang kita hirup. Partikel yang kita hirup akan di
keluarkan atau mencoba melawan efek yang merugikan yang diakibatkan oleh
partikel itu,termasuk disini partikel yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi
berupa silika bebas. Silika bebas akan berinteraksi dengan paru. Paru terdiri 40
jenis sel masing- masing mempunyai tugas sendiri secara khusus. Sel epitel jalan
napas akan mengeluarkan partikel yang masuk ke jalan napas, sedangkan
fibroblast bertanggung jawab membuat kolagen. Kedua sel tersebut adalah target

54
Vol. 2 No. 1 Februari 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

sel mineralinduced penyakit sel dari sistem kekebalan tubuh yaitu makrofag yang
akan melawan setiap partikel atau benda asing yang masuk kedalam paru.

Partikel yang masuk akan terperangkap oleh lendir yang dihasilkan oleh
sel epitel yang ada di dinding jalan napas, dengan gerakan silia yang ada di
dinding jalan napas partikel tersebut akan dikeluarkan sampai tenggorokan
dengan mekanisme batuk atau ditelan. Partikel yang dapat menembus wilayah
tersebut akan terespirasi dengan ukuran partikel kurang dari 4 pM. Partikel
tersebut akan dilawan oleh makrofag secara fagositosis dalam upaya
membersihkan paru.

Makrofag yang tidak mampu melawan partikel silika bebas, akan terjadi
peradangan yang kronik dan terjadi abnormal produksi kolagen oleh fobroblast
sehingga terjadi pembentukan nodul fibrosis dan akhirnya terjadi silikosis.
Perubahan inti sel di paru bisa bereaksi dengan lipid sel menyebabkan peroksidasi
lipid (oksidatif penurunan asam lemak tak jenuh ganda ) menyebabkan generasi
lebih lanjut radikal. Radikal juga dapat bereaksi langsung dengan DNA,
menyebabkan kerusakan untai
sebagai radikal mengekstrak elektron dari DNA . Kedua proses akhirnya dapat
menghasilkan mutasi sel dan kanker

EFEK DEBU VULKANIK PADA KESEHATAN PARU


Dalam letusan partikel debu bisa berukuran sangat halus sehingga debu
bisa masuk jauh ke dalam paru. Dengan pajanan yang tinggi, individu yang sehat
akan mengalami rasa tidak nyaman di dada dengan peningkatan batuk dan iritasi.
Gejala pernapasan akibat menghirup debu vulkanik tergantung pada faktor:

1. konsentrasi partikel tersuspensi di udara,


2. proporsi partikel yang terhirup
3. lama pajanan
4. kondisi meteorologi
5. faktor individu

55
Vol. 2 No. 1 Februari 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

METODE

Metode yang digunakan adalah review jurnal ( tinjauan pustaka) dengan


menggali data dan informasi yang dikumpulkan dari beberapa sumber. Sumber-
sumber data informasi tersebut meliputi artikel dalam jurnal Internasional maupun
Nasional, dan laporan hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut atlas Tropische Van Nederland lembar 21 (1938) terletak pada


posisi geografi 7 derajad 32.5' Lintang Selatan dan 110 derajad 26.5' Bujur Timur.
Dengan ketinggian 2914 m diatas permukaan air laut. Berada pada titik
persilangan sesar transversal perbatasan DIY dan Jawa Tengah serta sesar
Longitudinal lintas Jawa. Meletus lebih dari 37 kali, terbesar pada tahun 1972
yang menewaskan 3000 jiwa. Meletus pada tanggal 22 November 1994, dengan
korban tewas lebih dari 50 orang. Pada 26 Oktober 2010 Gunung Merapi meletus,
yang terletak di Kab. Magelang, Klaten dan Boyolali (Jateng) dan Sleman (DIY)
pada tanggal 30 Oktober 2010 terjadi erupsi ke dua, tanggal 5 November 2010
terjadi erupsi lanjutan yang lebih besar daripada erupsi pertama dan ke dua
dengan radius luncuran awan panas semakin jauh.tanggall 30 November 2010 dan
4 Januari 2011 terjadi bencana banjir lahar dingin.

Meletusnya Gunung Merapi, saat ini di Yogyakarta dan Magelang serta


kota-kota yang berada di sekitar lereng Merapi mendapatkan dampak dari letusan
berupa debu vulkanik. Untuk daerah yang terlalu dekat bahkan sampai
menimbulkan hujan kerikil. lima dampak kesehatan akibat letusan Gunung
Merapi:

1. Luka bakar dengan berbagai derajat keparahannya.


2. Cedera dan penyakit langsung akibat batu, kerikil, larva dan partikel
letusan lainnya.
3. Paparan abu vulkanik yang mengandung sejumlah zat berbahaya seperti
Sulfur Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida

56
Vol. 2 No. 1 Februari 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

(NO2), serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate
atau Particulate Matter).
4. Memperparah penyakit yang sudah lama diderita.
5. Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu atau licin, jatuh karena panik,
serta makanan terkontaminasi.

EFEK AKUT PADA PERNAPASAN

Gejala pernapasan akut yang terjadi setelah letusan gunung berapi yang
mengeluarkan Partikel debu halus akan mengiritasi saluran napas dan
menyebabkan kesulitan bernapas terutama pada orang yang sudah memiliki
masalah paru misalnya asma, bronkhitis. Ashfalls dkk, tidak melihat adanya
hubungan yang signifikan peningkatan serangan asma dan terjadinya kematian
setelah letusan gunung berapi. Individu yang telah mempunyai riwayat sakit
asma sebelumnya sangat berisiko untuk terjadinya perburukan setelah hujan debu
vulkanik.

ASMA

Debu vulkanik merupakan salah satu pencetus terjadinya serangan asma.


Debu halus dapat menyebabkan lapisan saluran pernapasan menghasilkan lebih
banyak sekresi yang dapat membuat orang batuk dan bernapas lebih berat.
Penderita asma, khususnya anak-anak, dapat menderita serangan batuk dan sesak
dada.
Beberapa orang yang tidak pernah menderita asma dapat mengalami gejala seperti
asma setelah hujan debu, khususnya jika mereka yang terlalu lama melakukan
kegiatan di luar ruangan. Namun, beberapa ahli menyatakan, abu vulkanik
sebenarnya tidak memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan masyarakat. Abu
vulkanik yang berasal dari tempat yang jauh, memiliki efek minimal bagi
kesehatan. Para ahli itu mengatakan, abu vulkanik tidak lebih berbahaya
dibanding dengan asap rokok dan polusi. Disarankan untuk memakai masker jika
hendak berpergian ke luar rumah.

57
Vol. 2 No. 1 Februari 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

BRONKHITIS

Debu vulkanik dapat menyebabkan penyakit bronkitis akut selama


beberapa hari dengan gejala seperti batuk kering, produksi dahak berlebih, mengi
dan sesak napas.
Timbulnya penyakit bronkhitis tergantung dari kondisi kesehatan dari individu
dan faktor lingkungan. data penyakit yang terjadi didaerah pengungsi gunung
merapi Yogyakarta menempatkan infeksi saluran napas atas diurutan nomor
satu,seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Penyakit di Propinsi DIY dan Jawa tengah.

Penyakit Persentase

ISPA 39,05

Diare 16,57

Kulit/gatal 8,88

Myalgia 7,69

Cepalgia 7,10

Luka 6,51

Gigi stomatitis 4,14

Conjungtivitis 3,55

Hypertensi 3,55

Gastritis 2,96

58
Vol. 2 No. 1 Februari 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

Sumber. The respiratory health hazard of volcanic ash

EFEK KRONIK PADA PERNAPASAN

Salah satu masalah kesehatan pascabencana letusan gunung berapi adalah


penyakit pada pada saluran pernapasan. Tebaran debu vulkanik bisa menyebabkan
iritasi, hipersensitivitas dan infeksi pada saluran pernapasan.
Debu yang dapat mengancam kesehatan adalah yang mengandung silika. Debu
vulkanik memang mengandung silika, meskipun terdapat pula pada batu granit,
batu pasir, sebagian batubara dan biji logam. Dalam jangka panjang, seseorang
yang terpapar debu silika bebas dapat menderita silikosis. 11,12

SILIKOSIS

Silikosis (Silicosis) adalah suatu penyakit saluran pernafasan akibat


menghirup debu silika, yang menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan
paru pada paru. Terdapat 3 jenis silikosis:

1. Silikosis kronis simplek, terjadi akibat pemaparan sejumlah kecil debu


silika dalam jangka panjang (lebih dari 20 tahun).
Nodul-nodul peradangan kronis dan jaringan parut akibat silika terbentuk
di paru-paru dan kelenjar getah bening dada.
2. Silikosis akselerata, terjadi setelah terpapar oleh sejumlah silika yang
lebih banyak selama waktu yang lebih pendek (4-8 tahun).
Peradangan, pembentukan jaringan parut dan gejala-gejalanya terjadi lebih
cepat.

Silikosis akut terjadi akibat pemaparan silikosis dalam jumlah yang sangat
besar, dalam waktu yang lebih pendek. Paru-paru sangat meradang dan terisi
oleh cairan, sehingga timbul sesak nafas yang hebat dan kadar oksigen darah
yang rendah. Pada silikosis simplek dan akselerata bisa terjadi fibrosif masif
progresif.

59
Vol. 2 No. 1 Februari 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

Fibrosis ini terjadi akibat pembentukan jaringan parut dan menyebabkan


kerusakan pada struktur paru yang normal.

Biasanya gejala timbul setelah pemaparan selama 20-30 tahun. Tetapi


pada peledakan pasir, pembuatan terowogan dan pembuatan alat pengampelas
sabun, dimana kadar silika yang dihasilkan sangat tinggi, gejala dapat timbul
dalam waktu kurang dari 10 tahun. Bila terhirup, serbuk silika masuk ke paru-
paru dan sel pembersih (misalnya makrofag) akan mencernanya. Enzim yang
dihasilkan oleh sel pembersih menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada
paru-paru. Pada awalnya, daerah parut ini hanya merupakan bungkahan bulat
yang tipis (silikosis noduler simplek). Akhirnya, mereka bergabung menjadi
massa yang besar (silikosis konglomerata). Daerah parut ini tidak dapat
mengalirkan oksigen ke dalam darah secara normal. Paru menjadi kurang lentur
dan penderita mengalami gangguan pernapasan.

Penderita silikosis noduler simpel tidak memiliki masalah pernapasan,


tetapi mereka bisa menderita batuk berdahak karena saluran pernapasannya
mengalami iritasi (bronkitis). Silikosis konglomerata bisa menyebabkan batuk
berdahak dan sesak napas. Mula-mula sesak napas hanya terjadi pada saat
melakukan aktivitas, tapi akhirnya sesak timbul bahkan pada saat beristirahat.
Keluhan pernapasan bisa memburuk dalam waktu 2-5 tahun setelah penderita
berhenti bekerja. Kerusakan di paru-paru bisa mengenai jantung dan
menyebabkan gagal jantung yang bisa berakibat fatal. Jika terpapar oleh
organisme penyebab tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis, penderita
silikosis mempunyai resiko 3 kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis,
gambar 5. memperlihatkan hasil radiologi pada penderita yang terpapar silika
bebas.

60
Vol. 2 No. 1 Februari 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

Gambar 2. Foto toraks penderita silikosis

PEMBAHASAN

PENCEGAHAN PAJANAN DEBU VULKANIK

Apa yang harus dilakukan untuk melindungi diri terhadap pengaruh debu
vuklkanik setelah terjadi letusan gunung berapi, ada beberapa dasar tindakan
pencegahan :

1. Tutup jendela, pintu, dan perapian / tungku kayu dan meminimalkan


penggunaan pemanas udara dan AC untuk mencegah abu dan gas di dalam
rumah.
2. Gunakan masker N-95 di luar ruangan atau saat membersihkan debu
dalam ruangan, jika masker N-95 tidak tersedia, gunakan masker biasa
sebagai alternatif.
3. Pakailah kacamata di luar ruangan, atau saat membersihkan debu didapat
dalam ruangan.
4. Menjaga kulit kita tertutup untuk menghindari iritasi dari kontak dengan
debu
5. Hindari mengemudi.
6. Hindari minum air yang telah terdapat debu di dalamnya.

61
Vol. 2 No. 1 Februari 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

7. Basahi / percikan air sebelum bersih-bersih untuk menghindari


berterbangannya
partikulat.
8. Perhatikan peringatan, dan mematuhi instruksi dari otoritas lokal
(misalnya dinas kesehatan setempat, pejabat akan menginformasikan
kepada masyarakat kapan waktu yang aman untuk pergi luar, mengemudi,
pengguna air minum, dll).
9. Mencari bantuan medis jika ganguan kesehatan.
Masalah Kesehatan anak, anak lebih rentan terhadap efek dari debu
vulkanik. Orangtua harus waspada dan melakukan beberapa tindakan pencegahan
meliputi:
1. Jauhkan anak-anak dari udara luar (masuk ke dalam ruangan)
2. Jika terpaksa pergi ke luar, anak-anak harus memakai masker.
3. Jangan biarkan bermain di tumpukan debu dan debu.
4. Jauhkan anak-anak dari bahaya efek tidak langsung seperti bahaya kecelakaan

UPAYA PENGURANGAN DAMPAK

Risiko negatif dari abu vulkanik yang sudah terdeposisi dapat


diminimalkan dengan memanfaatkan abu tersebut menjadi bahan yang berguna.
Pasir dan abu vulkanik yang mengadung silika dan besi merupakan pasir kualitas
terbaik dapat dijadikan campuran bahan bangunan berupa bahan beton dan bata
ringan. Demikian juga kandungan kimia dari abu vulkanik juga berguna untuk
memperkaya unsur hara tanah sehingga dapat dijadikan pupuk. Manfaat lainnya
adalah sebagai penjernih air. Pola silika pada abu vulkanik yang berujung runcing
membuat kemampuan pasir menyerap partikel yang tidak diinginkan jauh lebih
baik ketimbang pasir biasa. Peran pemerintah dalam mengenali tanda-tanda
bencana perlu diperkuat agar dapat memberikan pengarahan kepada masyarakat
dalam evakuasi. BNPB dan BPBD selaku lembaga yang berfungsi dalam
perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi serta pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
diharapkan dapat bertindak secara cepat, tepat, efektif dan efisien dalam

62
Vol. 2 No. 1 Februari 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

meminimalisasi risiko bencana. Koordinasi dengan lembaga terkait terutama


Dinas Kesehatan sangat diperlukan untuk mengurangi dampak kesehatan yang
dialami masyarakat. Demikian juga, koordinasi dengan lembaga lainnya seperti Badan
Lingkungan Hidup, Palang Merah Indonesia serta LSM diperlukan untuk penanganan
dampak yang lebih lanjut.

KESIMPULAN

1. Debu vulkanik tersusun dari fragmen batuan halus, mineral dan kaca, debu
yang keras, kasar, korosif dan tidak larut dalam air.
2. Debu vulkanik merupakan material yang ringan yang mengandung silika.
jika dilihat dengan mikroskop, bentuknya sangat tajam. masuk ke dalam
paru tidak akan larut sehingga bisa menimbulkan penyakit silikosis
3. Batas yang direkomendasikan bagi masyarakat untuk menghirup debu
vulkanik dengan konsentrasi silika yang tidak lebih dari 50
mikrograms/m3.
4. Gejala pernapasan akibat menghirup debu vulkanik tergantung pada
faktor-faktor seperti konsentrasi partikel tersuspensi di udara, proporsi
partikel yang terhirup, lama pajanan, kondisi meteorologi, dan faktor
individu.
5. Efek kesehatan yang terjadi pada pajanan debu vulkanik bisa secara akut
seperti asma,bronchitis dan secara kronik yaitu silikosis.
6. Setiap orang harus menghindari pajanan dari debu vulkanik dengan
memakai masker yang efektif saat berada di luar untuk mengurangi
inhalasi partikel debu. Pasien dengan kondisi penyakit penyerta
sebelumnya antara lain bronkitis kronis dan asma harus melakukan
tindakan pencegahan lebih khusus untuk menghindari pajanan partikel
debu.

63
Vol. 2 No. 1 Februari 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY, Merapi,PIPKRA 2011 http://volcanoes.usgs.gov/ash/health
Anih SS, Dampak Negatif Abu
Karlen Jackson, Mandsegar Richard,
Vulkanik Terhadap
Jay C, Health effect
Lingkungan dan Kesehatan:
associated with volcanic
INFO Singkat Kesejahteraan
eruption, Bull Volcanol
Sosial. Vol. VI, No.
2006;5:1-10.
04/II/P3DI/2014
Sonia B, Bernstein R, Health effect
Anna Hensell, Clive Oppenheimer,
of volcanoes : An approach
Health hazard from volcanic
to evaluating the health
gases : A Systemic review
effects of an environmental
literature, Archive of
hazard, AJPH 1986;76:1-2
environmental health
The health hazards of volcanic ash,
2004;59:628-39
A Guide for the public,
Baxter P.J, Preventive health
Academic press, Sydney;
measures in volcanic
2003
eruptions, American journal
Volacnic ash : Effect and mitigation
of public health 1986;76;84-
strategies
90
Volcanic Ash: Effects & Mitigation
Benton David, Health hazard of
Strategies. USGS. Available
volcanic gases, Lancet 1990;1:1-2
at:
Claire JH, Peter JB, The respiratory
http://volcanoes.usgs.gov/ash
health hazard of volcanic ash
/health/index.html
: A Review for volcanic risk
Yano E, Maedo Kazuho, Healh
mitigation, Bull volcanol
effect of volcanic ash : A
2005;10:1-24
repeat study, Journal environ
Hanssel AL, Respiratory effects of
2003;45:45-6
volcanic emissions, Occup
environ med 2003;60:529-30

64

You might also like