Inokulasi Rhizobium Pada Kedelai
Inokulasi Rhizobium Pada Kedelai
Inokulasi Rhizobium Pada Kedelai
1)
Mahasiswa Program Doktor Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada & Dosen Fakultas
Pertanian Universitas PGRI Yogyakarta. 2,3,4)Dosen Universitas Gadjah Mada
ABSTRACT
25
AGROTROP, VOL. 2, NO. 1 (2012)
dilepas. Terakhir ada lima varietas yang dilepas pupuk nitrogen anorganik. Kebutuhan tanaman
yaitu Bromo, Argomulyo dan Burangrang yang kedelai akan unsur hara nitrogen sangat tinggi
mempunyai ukuran biji besar serta Kawi dan sehingga adanya sumber nitrogen yang murah akan
Leuser yang mempunyai ukuran biji kecil. Varietas membantu mengurangi biaya produksi. Pada
kedelai yang banyak dibudidayakan oleh petani tanaman kedelai untuk menghasilkan 1 kg biji,
antara lain adalah Wilis, Orba, Galunggung, tanaman menyerap 70-80 gram nitrogen dari
Selamet, Sumbing, Singgalang, Kipas Putih, dalam tanah sehingga jika hasil panen 1,5 ton/ha
Dempo, Kerinci, Merbabu, Guntur, Lokon, Tidar, maka akan menyerap 105-120 nitrogen dari dalam
Raung, Rinjani, Petek, Tambora, Lampobatang, tanah. Adanya inokulasi Rhizobium yang efektif,
Anjasmoro, Mahameru, Cikuray, Argomulyo. 50-75 % total kebutuhan nitrogen dapat dipenuhi
Disamping itu sejak tahun 2001 dikembangkan dari fiksasi oleh Rhizobium (Pasaribu, 1989).
kedelai hitam Malika, dimana pada tahun 2006 Fiksasi N2 terjadi karena adanya hubungan
kedelai Malika tersebut sudah sebagai varietas simbiosis antara tanaman tingkat tinggi dengan
unggul nasional. Badan Litbang Pertanian pada bakteri prokariotik diazotrop yaitu bakteri yang
tahun 2001 – 2003 telah melepas varietas unggul dapat menambat molekul gas nitrogen yang ada
kedelai yang adaptif pada lahan kering masam di dalam udara (MacDicken, 1994). Organisme
Sumatera dan Kalimantan yaitu varietas diazotrop ini menghasilkan enzim nitrogenase yang
Tanggamus, Sibayak, Nanti, Ratai dan Seulawah berperanan sebagai katalisator dalam peruraian gas
yang mempunyai potensi hasil 2 ton/ha (Anonim, nitrogen dan mereduksi menjadi NH3+.
2004). Ada beberapa bakteri yang dapat memfiksasi
Kedelai merupakan salah satu tanaman N2, tetapi dalam pertanian, Rhizobium merupakan
leguminosae yang dapat bersimbiosis dengan bakteri yang paling penting dalam fiksasi nitrogen
bakteri diazotrop untuk memfiksasi N2. Tanaman (Thomas, et al., 1997). Rhizobia penyebab
kedelai dapat bersimbiosis dengan bakteri terbentuknya bintil akar pada akar tanaman legum.
penambat nitrogen Rhizobium, Bradyrhizobium Tanpa tanaman legum rhizobia tidak dapat
dan Azorhizobium. Fiksasi nitrogen simbiotik memfiksasi nitrogen, sebaliknya tanpa rhizobia
penting pada pertanian berkelanjutan untuk tanaman legum juga tidak dapat memfiksasi
mengurangi kebutuhan pupuk dan menjaga nitrogen. Nitrogen difiksasi di nodul dan hanya
kelestarian lingkungan. Besarnya nitrogen terfiksasi terjadi jika ada hubungan simbiotik antara bakteri
sangat tergantung pada tanaman inang, dengan tanaman legum.
mikrosimbion dan lingkungan. Besarnya nilai RE Simbiosis antara rhizobia dengan akar
(Relative efficiency of N2 fixation) ditentukan tanaman legum akan menghasilkan organ
oleh umur tanaman dan kondisi lingkungan. RE penambat nitrogen yaitu bintil akar. Pada bintil akar
merupakan parameter untuk menilai produksi H2 terdapat sel-sel yang agak membesar berisi
oleh nitrogenase dimana RE = 1 – H2/C2H2 bakteroid dan diantaranya terdapat sel-sel yang
reduksi. Nilai RE tanaman yang tumbuh tanpa lebih kecil dan lebih banyak mengandung pati.
dikombinasikan dengan nitrogen akan menurun Perkembangan bintil akar mulai terjadi pada saat
selama fase vegetatif pertumbuhan dan meningkat sel korteks akar terangsang membelah secara
setelah pembungaan (Edie, 1982). mitotik membentuk calon bintil dan diikuti oleh
Inokulasi Rhizobium pada tanaman kedelai masuknya bakteri Rhizobium kedalam sel-sel
sudah lama dikenal sebagai salah satu pupuk tersebut. Umumnya bintil akar terbentuk 5-6 hari
hayati. Inokulasi Rhizobium diharapkan dapat setelah inokulasi, sedangkan fiksasi nitrogen terjadi
memenuhi kebutuhan nitrogen pada tanaman 8-15 hari setelah inokulasi. Struktur bintil akar
kedelai sehingga dapat mengurangi kebutuhan ditentukan oleh tanaman inang. Pada bintil akar
26
Purwaningsih at.al: Tanggapan Tanaman Kedelai terhadap Inokulasi
determinate, daerah meristematik tidak jelas, hasil tertinggi dibandingkan dengan simbiosis antara
bentuk bulat, misalnya pada tanaman kedelai. Bintil kultivar dan isolat yang lain.
akar indeterminate ditandai dengan daerah
meristimatik yang jelas, ukuran panjang meningkat BAHAN DAN METODE
selama pertumbuhan, misalnya pada clover. Bintil Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
akar yang efektif memfiksasi N2 berwarna merah respon tanaman kedelai terhadap inokulasi
karena mengandung leghemoglobin. Bintil akar rhizobium ini dilakukan di kebun percobaan
tetap aktif selama 50–60 hari, setelah itu akan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada yang
mengalami senescen. Pada saat senescen bakteroid terletak di Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa
dan leghemoglobin akan mengalami degradasi Yogyakarta. Bahan penelitian yang digunakan
sehingga bintil akar berwarna hijau atau coklat. adalah benih kedelai kultivar unggul dan kultivar
Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan letak bintil lokal sebanyak 16 kultivar, Legin (inokulan bakteri
akar pada tanaman ditentukan oleh tanaman inang rhizobium), pupuk urea, SP-36, KCl, polibag hitam
(Dierolf, et al., 2001). ukuran 30 x 20 cm, pestisida, gas etilen dan karbit
Tanaman tingkat tinggi yang mampu untuk membuat gas asetilen.
bersimbiosis dengan bakteri diazotrop untuk Penelitian ini merupakan percobaan pot.
memfiksasi N 2 udara terutama adalah dari Tanah diayak dan disterilkan dalam autoclove pada
golongan leguminosae. Jenis tanaman dapat suhu 120 oC selama dua jam, kemudian
bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen dimasukkan dalam polibag berukuran 30 x 20 cm.
Rhizobium, Bradyrhizobium dan Azorhizobium. Jenis tanah yang digunakan dalam penelitian ini
Ada lebih 115 genera dari famili leguminosae adalah tanah regusol. Berat tanah yang dimasukkan
diketahui bersimbiosis dengan bakteri penambat kedalam polibag adalah delapan kilogram. Pupuk
nitrogen (MacDicken, 1994). Pada masing-masing urea diberikan dengan dosis 25 kg/ha (0,07 g per
jenis legum mempunyai variasi genetik berbeda- polibag), KCl 75 kg/ha (0,2 g per polibag) dan
beda dalam membentuk simbiosis dengan galur SP-36 100 kg/ha (0,27 g per polibag). Benih
Rhizobium tertentu. Galur Rhizobium juga diinokulasi dengan legin 15 g/kg benih. Tiap
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda polibag ditanami empat benih tetapi hanya
dalam menginfeksi tanaman inang. Beberapa galur disisakan dua tanaman sehat untuk diteliti.
dapat menginfeksi satu tanaman inang tetapi Percobaan pot ini merupakan percobaan faktorial
terdapat juga galur yang dapat bersimbiosis lebih yang terdiri atas dua faktor yang disusun dalam
dari satu jenis tanaman legum. rancangan acak lengkap (RAL) dan diulang
Penelitian untuk mengetahui adaptasi serta sebanyak tiga kali. Adapun kedua faktor tersebut
respon berbagai varietas kedelai terhadap kondisi adalah:
lingkungan dan teknologi budidaya kedelai telah Faktor pertama adalah kultivar kedelai,
banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh meliputi 12 kultivar unggul terdiri atas: Anjasmara,
Harun dan Ammar (2001) bertujuan untuk menguji Ijen, Malabar, Sibayak, Seulawah, Sinabung, Wilis,
respon berbagai kultivar kedelai yaitu Selamet, Tanggamus, Surya, Gepak kuning, Galunggung,
Sumbing, Singgalang, Tidar, Wilis dan Kipas Putih Argomulyo dan empat kultivar lokal terdiri atas :
terhadap inokulasi isolat Bradyrhizobium Grobogan, Garut, Baluran, Petek. Faktor kedua
japonicum strain Hup+ pada tanah masam. Hasil adalah inokulasi Rhizobium, terdiri atas dua aras
penelitian menunjukkan bahwa simbiosis antara yaitu: tanpa diinokulasi legin dan diinokulasi legin.
kultivar Selamet dengan B. japonicum strain Hup+ Pengamatan dilakukan terhadap lima tanaman
asal isolat RIF 6 menunjukkan pertumbuhan dan sampel untuk masing-masing kombinasi perlakuan.
27
AGROTROP, VOL. 2, NO. 1 (2012)
Tabel 1. Hasil analisis korelasi jumlah bintil, bobot kering bintil, aktivitas nitrogenase, bobot N tajuk
dan bobot kering biji.
Jumlah Bobot kering Aktivitas Bobot N Bobot biji
bintil bintil nitrogenase tajuk kering
Jumlah bintil 1 0,65** -0,18 ns 0,25* 0,21*
Bobot kering bintil 1 -0,18 ns 0,37** -0,05 ns
Nitrogenase 1 -0,19 ns -0,13 ns
Bobot N tajuk 1 -0,009 ns
Bobot biji kering 1
Keterangan : ns (tidak berbeda nyata), *(berbeda nyata pada taraf nyata 5%), **(berbeda nyata pada
taraf 1%).
28
Purwaningsih at.al: Tanggapan Tanaman Kedelai terhadap Inokulasi
Tabel 2. Rata-rata jumlah bintil, bobot kering bintil , bobot N tajuk , aktivitas nitrogenase bobot kering
bintil/jam dan bobot biji kering pada berbagai kultivar dan inokulasi rhizobium.
29
AGROTROP, VOL. 2, NO. 1 (2012)
Tabel 3. Selisih rata-rata jumlah bintil, bobot kering bintil, bobot N tajuk, aktivitas nitrogenase dan
bobot biji kering pada berbagai kultivar kedelai akibat perlakuan inokulasi rhizobium.
Rata-rata hasil inokulasi - rata-rata tanpa inokulasi
Jumlah Bobot kering Bobot Aktivitas Bobot biji
Kultivar bintil bintil N Tajuk Nitrogenase kering
Anjasmara 44,27 0,02 -0,03 -0,21 2,66
Ijen 11,00 0,03 0,22 0,11 -0,30
Malabar 24,94 0,12 0,51 -0,84 1,37
Sibayak 38,27 0,29 -0,12 -0,01 4,35
Seulawah 16,46 0,09 -0,63 -0,32 1,54
Sinabung 17,33 0,03 -0,01 0,07 -0,63
Wilis 17,14 0,03 0,27 -0,05 -1,14
Tanggamus 27,54 0,21 0,20 -0,06 -7,95
Surya 36,07 0,13 0,19 -0,46 7,14
Gepak Kuning 36,47 0,09 -0,02 -0,24 3,86
Galunggung 47,33 0,09 0,64 0,12 1,39
Argomulyo 43,54 0,10 0,03 -0,18 4,38
Grobogan 18,00 0,03 0,16 -0,57 -0,68
Garut 11,26 0,04 0,57 -0,35 0,02
Baluran 33,40 0,07 0,63 0,47 5,97
Petek 19,40 0,04 0,36 0,01 4,53
Skor Interval kelas
1 11 – 18,269 0,020 – 0,069 (-0,630) - (-0,380) -0,84 - (-0,580) (-8,000) - (-4,980)
2 18,270 – 25,529 0,070 – 0,119 (-0,379) - (-0,120) -0,579 - (-0,320) (-4,979) - (-1,960)
3 25,530 – 32,799 0,120 – 0,169 (-0,119) – 0,129 -0,319 - (-0,060) (-1,959) – 1,049
4 32,800 – 40,059 0,170 – 0,219 0,130 – 0,389 -0,059 - 0,190 1,050 – 4,069
5 40,060 – 47,329 0,220 – 0,269 0,390 – 0,639 0,200 - 0,0459 4,070 – 7,089
6 47,330 – 54,599 0,270 – 0,319 0,640 – 0,889 0,460 - 0,719 7,090 – 10,109
Pada penelitian ini kultivar kedelai yang diuji Untuk memilih dan menentukan kultivar
dikelompokkan menjadi empat dengan criteria dengan kriteria seperti tersebut diatas maka data
sebagai berikut : hasil penelitian seperti yang tersaji pada Tabel 2.
1. Inokulasi rhizobium menyebabkan fikasai dicari perubahan yang terjadi (peningkatan atau
nitrogen meningkat dan hasil biji meningkat. penurunan) akibat inokulasi rhizobium terhadap
2. Inokulasi rhizobium menyebabkan fikasasi variabel-variabel yang diamati.
nitrogen meningkat tetapi tidak diiukti dengan Untuk menentukan kriteria kultivar yang
peningkatan hasil biji. memberikan respon positip dan respon negatip
3. Inokulasi rhizobium tidak meningkatkan fiksasi maka data hasil penelitian sebagaimana tercantum
nitrogen tetapi meningkatkan hasil biji. pada Tabel 2. dicari perubahan yang terjadi
4. Inokulasi rhizobium tidak meningkatkan fiksasi (peningkatan atau penurunan akibat inokulasi
nitrogen dan hasil biji. rhizobium, dengan jalan mencari selisih data hasil
pengamatan perlakuan inokulasi dengan perlakuan
30
Purwaningsih at.al: Tanggapan Tanaman Kedelai terhadap Inokulasi
tanpa inokulasi rhizobium (Tabel 3.). Selanjutnya (3,56). Kultivar yang mempunyai skore dibawah
dilakukan pembobotan (scoring) unt uk rerata skore tersebut dianggap responnya negatif.
menentukan dan memilih kultivar dengan kriteria Pada Tabel 4. terlihat bahwa ada delapan
seperti tersebut diatas. Hasil pembobotan dapat kultivar yang mempunyai respon positip akibat
dilihat pada Tabel 4. perlakuan inokulasi rhizobium menyebabkan fiksasi
Penentuan kriteria kultivar yang memberikan nitrogen meningkat (berdasarkan hasil pengamatan
respon positip dan negatif terhadap inokulasi terhadap jumlah bintil, bobot kering bintil, bobot
rhizobium dilihat dari kemampuan fiksasi nitrogen N tajuk dan aktivitas nitrogenase). Kedelapan
didasarkan pada rerata hasil pembobotan terhadap kultivar tersebut adalah Anjasmara, Sibayak,
rata-rata jumlah bintil, bobot kering bintil, bobot Tanggamus, Surya, Gepak kuning, Galunggung,
N tajuk dan aktivitas nitrogenase, sedangkan Argomulyo dan Baluran. Sedangkan kultivar yang
respon kultivar kedelai terhadap inokulasi termasuk kriteria inokulasi rhizobium tidak
rhizobium dilihat dari komponen hasil didasarkan meningkatkan fiksasi nitrogen adalah Ijen,
pada hasil pembobotan terhadap bobot biji kering. Malabar, Seulawah, Sinabung, Wilis, Grobogan,
Kultivar yang mempunyai respon positip adalah Garut, Petek. Dilihat dari hasil biji ada 10 kultivar
kultivar mempunyai bobot (skore) lebih besar dari yang memberikan respon positip yaitu Anjasmara,
rerata skore (2,95) untuk kriteria kemampuan Malabar, Sibayak, Seulawah, Surya, Gepak
fiksasi nitrogen sedangkan untuk hasil biji jika kuning, Galunggung, Argomulyo, Baluran dan
mempunyai bobot (skore) diatas rerata skore Petek. Sedangkan kultivar Ijen, Sinabung, Wilis,
Tabel 4. Hasil pembobotan (skoring) terhadap rata-rata jumlah bintil, bobot kering bintil, bobot N
tajuk, aktivitas nitrogenase dan bobot biji kering pada berbagai kultivar kedelai.
Pembobotan (skoring)
Jumlah Bobot kering Bobot Aktivitas Rerata Bobot biji
Kultivar bintil bintil (g) N tajuk (g) Nitrogenase (mmol/g) kering (g) (g)
Anjasmara 5 1 3 3 3 4
Ijen 1 1 4 4 2,5 2
Malabar 2 3 5 1 2,75 4
Sibayak 4 6 2 4 4 5
Seulawah 1 2 1 2 1,5 4
Sinabung 1 1 3 4 2,25 1
Wilis 1 1 4 4 2,5 3
Tanggamus 3 4 4 3 3,5 1
Surya 4 3 4 2 3,25 6
Gepak Kuning 4 2 3 3 3 4
Galunggung 6 2 6 4 4,5 4
Argomulyo 5 2 3 3 3,25 5
Grobogan 1 1 4 2 2 1
Garut 1 1 5 2 2,25 3
Baluran 4 2 5 6 4,25 5
Petek 2 1 4 4 2,75 5
Jumlah 47,25 57
Rerata 2,95 3,56
31
AGROTROP, VOL. 2, NO. 1 (2012)
Tanggamus, Grobogan dan Garut memberikan nitrogen tetapi dapat meningkatkan hasil biji.
respon negatif. Inokulasi rhizobium pada kultivar Ijen, Sinabung,
Berdasarkan hasil tersebut kultivar kedelai Wilis, Grobogan, dan Garut tidak meningkatkan
yang diuji dikelompokkan kedalam empat fiksasi nitrogen dan hasil biji.
kelompok dengan kriteria sebagai berikut :
1. Inokulasi rhizobium meningkatkan fiksasi DAFTAR PUSTAKA
nitrogen dan hasil biji. Kultivar yang termasuk Adisarwanto, T. 2000. Soybean production and
kriteria ini adalah Anjasmara,Sibayak, Surya, post-harvest technology in Indonesia.
Gepak kuning, Galunggung, Argomulyo dan Proceedings of RILET – JIRCAS
Baluran. Workshop on Soybean Research,
2. Inokulasi rhizobium menyebabkan fiksasi September 28, 2000, Malang, Indonesia.
nitrogen meningkat tetapi tidak diikuti dengan JIRCAS Working Report No. 24. p 13 –
peningkatan hasil biji. Kultivar yang termasuk 24.
kriteria ini adalah Tanggamus. Anonim. 2004. Kedelai unggul baru untuk
3. Inokulasi rhizobium tidak meningkatkan fiksasi tanah masam. Pusat Penelitian dan
nitrogen tetapi meningkatkan hasil biji. Kultivar Pengembangan Tanaman Pangan. Badan
yang termasuk kriteria ini adalah Malabar, Litbang Deptan.
Seulawah dan Petek. Dierolf, T., T. Fairhurst & E. Mutert. 2001. Soil
4. Inokulasi rhizobium tidak meningkatkan fiksasi Fertility Kit. Potash & Phosphate
nitrogen dan hasil biji. Kultivar yang termasuk Institute of Canada.
kriteria ini adalah Ijen, Sinabung, Wilis, Edie, S.A. 1982. Acetylene reduction and
Grobogan, dan Garut. hydrogen evolution by nitrogenase in a
Rhizobium-legumes symbiosis. CAN. J.
SIMPULAN BOT. Vol 61 : 780-785.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Harun, M. U. & M. Ammar. 2001. Respon
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : kedelai (Glycine max L. Merr) terhadap
Kultivar Anjasmara, Sibayak, Surya, Gepak Bradyrhizobium japonicum strain Hup+
kuning, Galunggung, Argomulyo dan Baluran pada tanah masam. Jurnal Ilmu-Ilmu
memberikan tanggapan terhadap inokulasi Pertanian Indonesia Vol. 3, No. 2 : 111
rhizobium berupa peningkatan fiksasi nitrogen dan – 116.
hasil biji. Inokulasi rhizobium pada kultivar MacDicken, K.G. 1994. Selection and
Tanggamus dapat meningkatkan fiksasi nitrogen management of nitrogen-fixing trees.
tetapi tidak diikuti dengan peningkatan hasil biji. FAO/Winrock International Institute for
Inokulasi rhizobium pada kultivar Malabar, Agricultural Development.
Seulawah dan Petek tidak meningkatkan fiksasi Sudjana, 1992. Metode Statistik. Tarsito.
Bandung.
32
AGROTROP, 2(1): 33-39 (2012) C Fakultas Pertanian Universitas Udayana
ISSN : 2088-155X Denpasar Bali - Indonesia
D. K. SUANDA
Department of Agronomy, Udayana University, P. B. Sudirman St.,
Denpasar, 80223, Bali, E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Cardinal temperatures consist of minimum, optimum and maximum of plant growth, and might be
able to be determined by assessing effect of temperature on seed germination. An experiment of
seed germination was conducted in laboratory, using thermal gradient plate for ten days. To test hypothesis
that rapeseed genotypes vary in their response to temperatures. The design of this experiment was a
split plot with four replications. The main-treatments were 14 different temperatures: 0.4°C, 3.3°C,
7.8°C, 11.6°C, 13.3°C, 15.0°C, 16.8°C, 18.3°C, 20.9°C, 21.1°C, 25.6°C, 29.0°C, 33.0°C and
36.3°C. Sub-treatments were 6 brassica genotypes: Brassica napus genotypes (Tatyoon and Marnoo);
B. campestris (Jumbuck and Chinoli B); B. juncea (No. 81797 and Zero Erusic Mustard (ZEM) 2).
Each treatment was using 50 seeds. Germinations were observed daily for ten days and data were
analyzed with regression and correlation. Genotypes responded differently to temperatures with Jumbuck
the most sensitive to low temperature with minimum temperature (7.90°C), then respectively followed
by Chinoli B (6.36°C), ZEM 2 (4.77°C), Tatyoon (4.63°C), No. 81797 (2.59°C), and Marnoo
(1.00°C). For high temperature the most sensitive was No. 81797 with maximum temperature 38.61°C.
and then respectively followed by Marnoo (39.76°C), Chinoli B (42.93°C), Tatyoon (43.79°C),
Jumbuck (44.58°C) and ZEM 2 (45.88°C). Optimum temperatures were for Jumbuck was 24.56°C,
ZEM 2 (26.95°C), Tatyoon (27.12°C), No. 81797 (28.12°C), Chinoli B (29.74°C) and Marnoo
(30.48°C).
33