Pergeseran Makna Budaya Ondel-Ondel Pada Masyarakat Betawi Modern
Pergeseran Makna Budaya Ondel-Ondel Pada Masyarakat Betawi Modern
Pergeseran Makna Budaya Ondel-Ondel Pada Masyarakat Betawi Modern
Vol. 1, No. 1, Mei 2018, Hal. 133-138 ISSN 2621-0398 (Versi Elektronik)
Sinta Paramita1
1
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Tarumanagara Jakarta
Email:[email protected]
ABSTRACT
Ondel-ondel is a giant puppet that is seen by the Betawi people as a sacred culture and is used for ritual offerings to
ancestral spirits. Culture is defined as the order of knowledge, experience, beliefs, values, attitudes, meanings and is
passed on from generation to generation, through individual and collective efforts, an example being the ondel-ondel
culture in Betawi village, Pacar-Senen road, Central Jakarta. Ondel-ondel is a Betawi folk cultural performance
passed down from generation to generation. However, as the age progresses, ondel-ondel is no longer a sacred object
and is no longer used for ritual offerings. Ondel-ondel today serves no purpose other than decoration or used for the
livelihoods of the Betawi people. From the above phenomenon, the researcher wants to describe the shift in the
meaning of ondel-ondel culture in the modern Betawi community, by using a qualitative case study method, the
researcher tries to find out how the meaning has shifted.The results of observations and discussions in this study are
that the Betawi people are experiencing social and economic problems. Therefore, thinking creatively, they turn ondel-
ondel into something interesting for general audience. Raspel (Ondel-ondel Community) are trying to invite
unemployed teenagers and adults, to make use of their time by doing ondel-ondel shows, rather than being idle or
doing committing crime. By turning ondel-ondel into an attractive commodity, Raspel hopes to improve the standard
of living of the Betawi people. However, many other ondel-ondel communities turn ondel-ondel into mere street
entertainment, which makes ondel-ondel underestimated by the public. Raspel hopes that ondel-ondel culture will
continue to be communicated attractively, so that the general audience can enjoy ondel-ondel properly.
Keywords: meaning, communication, culture, ondel-ondel
ABSTRAK
Ondel-ondel merupakan sebuah boneka raksasa yang dimaknai masyarakat Betawi sebagai budaya yang sakral dan
digunakan untuk ritual persembahan kepada roh-roh leluhur. Budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan,
pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna dan diwariskan dari generasi ke generasi, melalui usaha individu dan
kelompok. Seperti budaya ondel-ondel yang ada di kampung Betawi, Jalan Pacar-Senen, Jakarta Pusat. Ondel-ondel
merupakan pertunjukan budaya rakyat Betawi diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Namun
demikian, Seiring dengan perkembangan jaman ondel-ondel sudah tidak lagi menjadi benda yang sakral dan juga
tidak lagi digunakan untuk ritual persembahan. Ondel-ondel masa kini tidak lebih hanya dijadikan hiasan atau
digunakan untuk matapencarian masyarakat Betawi. Dari fenomena di atas peneliti ingin menjabarkan pergeseran
makna budaya ondel-ondel pada masyarakat Betawi Modern, dengan menggunakan metode kualitatif studi kasus,
peneliti berupaya mengetahui bagaimana pergesaran makna tersebut. Hasil observasi dan diskusi dalam penelitian
ini adalah masyarakat Betawi mengalami permasalahan dibidang sosial dan ekonomi yang menimpa mereka. Oleh
sebab itu mereka berfikir kreatif, salah satunya dengan mengemas ondel-ondel menjadi sesuatu yang menarik untuk
masyarakat luas. Raspel (Komunitas ondel-ondel) mereka berupaya mengajak para remaja dan dewasa yang belum
memiliki pekerjaan, untuk memanfaatkan waktunya dengan melakukan pertunjukkan ondel-ondel, dibandingkan
hanya berdiam diri atau melakukan hal-hal negatife. Dengan mengemas ondel-ondel menjadi bahan komuditas yang
menarik, Raspel berharap dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Betawi. Namun banyak komunitas ondel-ondel
lain, membuat ondel-ondel menjadi hiburan jalanan, Hal tersebut yang membuat ondel-ondel dipandang sebelah
mata oleh masyarakat. Raspel berharap budaya ondel-ondel tetap dikomunikasi secara menarik, sehingga
masyarakat luas dapat menikmati ondel-ondel secara yang baik.
Kata kunci: makna, komunikasi, budaya, ondel-ondel
1. PENDAHULUAN
Menurut Hofstede yang dikutip oleh Richard D Lewis (2004:21) dalam bukunya yang berjudul
“Komunikasi Bisnis Lintas Budaya”, mendifinisikan budaya sebagai ‘pemrograman kolektif atas
pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya’. Indonesia
133
Pergeseran Makna Budaya Ondel-Ondel pada Sinta
Masyarakat Betawi Modern
adalah salah satu negara yang memiliki beragam suku dan budaya, salah satunya adalah suku
Betawi yang memiliki kebudayaan yaitu ondel-ondel. Ondel-ondel merupakan salah satu kesenian
khas Betawi. Ondel-ondel merupakan sebuah boneka raksasa yang dimaknai masyarakat Betawi
sebagai budaya yang sakral dan digunakan untuk ritual persembahan kepada roh-roh leluhur.
Validnews.co menyatakan ondel-ondel atau juga dikenal dengan barongan atau barungan, sangat
melekat dengan budaya Betawi. Bahkan terdaftar sebagai salah satu dari delapan ikon budaya
Betawi yang diatur dalam Pergub No 11 tahun 2017 tentang ikon Budaya Betawi. Berdasarkan
regulasi itu disebutkan bahwa secara filosofi ondel-ondel bermakna sebagai perlambang
kekuatan yang memiliki kemampuan memelihara keamanan dan ketertiban, tegar, berani, tegas,
jujur dan anti manipulasi.
Budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna
dan diwariskan dari generasi ke generasi, melalui usaha individu dan kelompok. Seperti budaya
ondel-ondel yang ada di kampung Betawi, Jalan Pacar-Senen, Jakarta Pusat. Ondel-ondel
merupakan pertunjukan budaya rakyat Betawi diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke
generasi. Namun demikian, Seiring dengan perkembangan jaman ondel-ondel sudah tidak lagi
menjadi benda yang sakral dan juga tidak lagi digunakan untuk ritual persembahan. Ondel-ondel
masa kini tidak lebih hanya dijadikan hiasan atau digunakan untuk matapencarian masyarakat
Betawi.
Menurut Prof. Dr. Alo Liliweri, M.S., pada bukunya yang berjudul “Sosiologi dan Komunikasi
Organisasi” (2014:17), pengertian komunitas selalu digunakan silih berganti dengan kelompok,
meskipun komunitas itu sendiri merupakan salah satu bentuk kelompok dalam masyarakat.
Pengertian komunitas selalu dihubungkan dengan konsep sistem sosial, karena komunitas
dianggap sebagai salah satu tipe atau karakteristik khusus dari interaksi sosial yang bakal
membentuk sistem sosial dalam masyarakat. Salah satu pendiri komunitas ondel-ondel, yaitu
komunitas Respal. Menurut Respal budaya ondel-ondel karena harus dilestarikan dan tidak boleh
dilupakan. Lingkungan yang menjadi tempat tinggal mereka merupakan salah satu kampung
Betawi yang terletak di Jakarta, yang tidak bisa lepas dari kebudayaan Betawi. Dalam kampung
Betawi tersebut yang mayoritasnya merupakan orang Betawi, komunitas Respal berperan sebagai
wadah untuk menyalurkan waktu bagi remaja dan dewasa yang belum memiliki pekerjaan untuk
mengisi waktu luang mereka daripada hanya berdiam diri dan melakukan hal-hal negatif yang
dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Seiring perkembangan jaman arus modernisasi, ondel-ondel ternyata masih tetap bertahan dan
menjadi penghias wajah ibu kota Jakarta. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
pergeseran makna budaya ondel-ondel pada masyarakat Betawi modern.
134
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia ISSN 2620-7710 (Versi Cetak)
Vol. 1, No. 1, Mei 2018, Hal. 133-138 ISSN 2621-0398 (Versi Elektronik)
2. METODE PENELITIAN
Menurut Rachmat Kriyantono (2009:56) mengatakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang
tidak menggunakan prosedur statistik. Bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-
dalamnya. Menurut Creswell (2014:135-136), studi kasus adalah pendekatan kualitatif yang
penelitinya mengeksplorasi kehidupan nyata, sistem terbata kontemporer (kasus) atau beragam
sistem terbatas (berbagai kasus), melalui pengumpulan daya yang detail dan mendalam yang
melibatkan beragam sumber informasi majemuk (misalnya pengamatan, wawancara, bahan audio
visual, dokumen, dan berbagai laporan, dan melaporkan deskripsi kasus dan tema kasus).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Dengan objek penelitiannya adalah ondel-ondel dan subjek yang diteliti adalah
pergeseran makna pada ondel-ondel di jaman modern. Menurut Esterberg yang dikutip oleh
Sugiyono (2011:317), wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Menurut Nasution yang dikutip oleh Sugiyono (2011:310), observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara
dan observasi. Proses penelitian ini dimulai dengan mengamati budaya ondel-ondel yang saat ini
tidak lagi dipandang sebagai sesuatu hal yang bersifat sakral. Penulis memilih komunitas Respal
sebagai subjek penelitian karena komunitas ini sudah memiliki pengalaman yang dapat
dibanggakan untuk menjadi bagian dalam memperkenalkan budaya Betawi kepada dunia
Internasional. Salah satu pengalaman menarik komunitas ini adalah menerima pesanan untuk
memproduksi sepasang ondel-ondel yang kemudian di kirim ke Amerika Serikat. Selanjutnya
penulis melakukan observasi lapangan dengan memperhatikan setiap pertunjukkan ondel-ondel
yang selalu berkeliling di daerah rumah penulis, tepatnya di Slipi Kemanggisan. Setelah
melakukan observasi lapangan, penulis meminta kontak salah satu pemain ondel-ondel untuk
menghubungi pemilik komunitas ondel-ondel tersebut agar dapat melakukan wawancara.
Wawancara mendalam dilakukan penulis dengan pendiri komunitas Respal, yaitu Pak Bambang
dan Bang Nedi. Wawancara yang dilakukan penulis dilakukan 1 kali. Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan informasi dari para narasumber mengenai pergeseran makna budaya ondel-ondel
pada jaman dahulu dan sekarang oleh masyarakat Betawi modern.
Lebih lanjut Bapak Bambang menjelaskan, ondel-ondel terbuat dari rangka anyaman bambu
dengan ukuran kurang lebih 2,5 m, tingginya dan garis tengahnya kurang dari 80 cm. Dibuat
demikian rupa agar pemikulnya yang berada didalamnya dapat bergerak sedikit leluasa. Rambut
ondel-ondel tersebut dibuat dari ijuk atau “duk” (menurut orang betawi) serta wajahnya yang
berbentuk topeng atau kedok, dengan mata bundar atau bulat melotot.
135
Pergeseran Makna Budaya Ondel-Ondel pada Sinta
Masyarakat Betawi Modern
Para narasumber berpendapat bahwa ondel-ondel saat ini telah mengalami pergeseran makna. Hal
ini dapat dilihat dari kegunaan ondel-ondel saat ini dalam acara pernikahan adat Betawi hanya
berupa hiasan saja. Padahal pada jaman dahulu ondel-ondel ikut menyemarakkan acara dengan
mengiringi calon pengantin. Yang kedua, jika ditinjau dari tradisinya, pada jaman dahulu sebelum
pertunjukkan ondel-ondel dimulai, para pemain harus menyiapkan sesajen untuk memanggil roh-
roh leluhur yang dapat memberi kekuatan bagi pemain yang menopang rangka ondel-ondel
tersebut. Dan pada jaman modern para pemain tidak perlu lagi mempersiapkan sesajen untuk
memanggil roh-roh para leluhur mereka. Selanjutnya yang ketiga, yaitu jika dilihat dari bahan
pembuatan rangka ondel-ondel tersebut, pada jaman dahulu rangka ondel-ondel menggunakan
bahan yang berat seperti rotan dan wajahnya terbuat dari koran yang sudah diblender lalu dibentuk
menyerupai wajah laki-laki dan perempuan. Lalu diwarnai sesuai dengan kepribadian dan nama
ondel-ondel tersebut. Sedangkan jaman modern, rangka ondel-ondel dibuat lebih ringan dengan
menggunakan bahan bambu guna meringankan beban pada rangka ondel-ondel dan wajahnya
menggunakan bahan fiber. Jadi pada komunitas Raspel semua rangka ondel-ondel dibuat dan
dihasilkan sendiri, kemudian dipakai untuk melakukan pertujukan ondel-ondel guna mendapatkan
saweran untuk menunjang kehidupan mereka.
Menurut Bapak Nedi anggota Respal (Komunitas ondel-ondel) Ondel-ondel yang menggambarkan
laki-laki memiliki wajah berwarna merah, sedangkan untuk yang menggambarkan perempuan
memiliki wajah berwarna putih atau kuning. Pada jaman dulu ondel-ondel biasanya digunakan
untuk memeriahkan arak-arakan, seperti mengarak pengantin sunat dan sebagainya. Pada
umumnya dibawa sepasang, yaitu laki-laki dan perempuan. Tetapi saat ini tergantung dari
permintaan orang yang mempunyai acara. Bahkan dalam perayaan-perayaan umum seperti ulang
tahun kota Jakarta, biasanya dibawa juga beberapa pasang untuk memeriahkan acara tersebut.
Lebih lanjut Bapak Nedi menelaskan, awal mulanya ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala
atau gangguan roh halus yang gentayangan. Namun saat iniondel-ondel biasanya digunakan untuk
menambah semarak pesta-pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat, misalnya pada
peresmian gedung yang baru selesai dibangun bahkan dijadikan sebagai bahan tontonan
masyarakat untuk mendapatkan saweran. Pada saat ini pembuatan dan pertunjukkan ondel-ondel
oleh masyarakat Betawi modern, tidak lagi memerlukan sesajen sebagai syarat persembahan untuk
mendapatkan kekuatan saat memainkan ondel-ondel.Musik pengiring yang dilakukan untuk
ondel-ondel tidak sama, tergantung tiap masing-masing rombongan. Ada yang diiringi tanjidor,
ada yang diiringi gendang pencak. Adapula yang diiringi instrumen lagu daerah Betawi, seperti
yang dilakukan oleh rombongan ondel-ondel pimpinan komunitas Respal di kampung Betawi,
Jalan Pacar.
Menurut Dr. Alo Liliweri, M. S. (2002:8) dalam bukunya yang berjudul “Makna Budaya dalam
Komunikasi Antarbudaya”, bahwa kebudayaan merupakan pandangan hidup dari sekelompok
orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan simbol-simbol yang mereka terima tanpa
sadar atau dipikirkan yang semuanya diwariskan melalui proses komunikasi dan peniruan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan yang terdapat dalam komunitas Raspel (komunitas
136
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia ISSN 2620-7710 (Versi Cetak)
Vol. 1, No. 1, Mei 2018, Hal. 133-138 ISSN 2621-0398 (Versi Elektronik)
ondel-ondel) juga diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Hal ini dapat dilihat
melalui keterangan yang diperoleh dari beberapa anggota komunitas Raspel, seperti nilai-nilai dan
kepercayaan budaya ondel-ondel yang pada awalnya dimiliki oleh Bang Mamit (Alm) kemudian
diberikan kepada beberapa pendiri komunitas yang ada di Kampung Betawi, salah satunya bapak
Bambang dan bang Nedi yang merupakan pendiri komunitas Raspel.
Menurut Dr. Alo Liliweri, M. S. (2002:42-43) dalam bukunya yang berjudul “Makna Budaya
dalam Komunikasi Antar budaya”, bahwa globalisasi dapat diartikan sebagai proses penduniaan
nilai-nilai budaya kehidupan dari suatu ruang budaya ke ruang budaya lain. Proses penduniaan
sebagai proses perubahaan sosial yang cepat. Pergeseran makna budaya ondel-ondel yang telah
terjadi pada jaman modern saat ini yang pertama dapat dilihat dari kegunaannya, yang pada jaman
dahulu ondel-ondel digunakan sebagai penolak bala (gangguan roh halus yang gentayangan) dan
kesialan serta pada saat pernikahan adat Betawi berlangsung, ondel-ondel juga ikut dalam arak-
arakan pengantin.Hal ini bergeser pada jaman modern, ondel-ondel saat ini digunakan sebagai
hiburan masyarakat dengan berkeliling di suatu daerah yang telah ditentukan dengan harapan
mendapatkan saweran. Seperti yang telah dilakukan oleh komunitas Raspel, komunitas ini
menggunakan ondel-ondel sebagai sarana hiburan masyarakat dengan cara membagi komunitas
menjadi beberapa kelompok untuk berkeliling. Komunuitas Raspel ini sendiri melakukan
pertunjukan ondel-ondel biasanya di daerah Kemanggisan dan sekitarnya guna mendapatkan
saweran. Setelah mereka berkeliling, saweran yang mereka dapat akan diberikan kepada pemilik
komunitas di daerah Slipi dan tentunya mereka juga mendapatkan bagian dari hasil saweran
tersebut.
Gambar 2: (kiri) Ondel-ondel, (Kanan) Narasumber Bapak Nedi dan Bapak Bambang
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Saat ini, kegunaan ondel-ondel dalam acara pernikahan adat Betawi hanya berupa hiasan saja.
Yang kedua, jika ditinjau dari tradisinya, pada jaman dahulu sebelum pertunjukkan ondel-ondel
dimulai, para pemain harus menyiapkan sesajen untuk memanggil roh-roh leluhur yang dapat
memberi kekuatan bagi pemain yang menopang rangka ondel-ondel tersebut. Sedangkan pada
137
Pergeseran Makna Budaya Ondel-Ondel pada Sinta
Masyarakat Betawi Modern
jaman modern para pemain tidak perlu lagi menyiapkan sesajen untuk memanggil roh-roh para
leluhur. Selanjutnya yang ketiga, jika dilihat dari bahan pembuatan rangka ondel-ondel, pada
jaman dahulu rangka ondel-ondel menggunakan bahan yang berat seperti rotan dan wajahnya
terbuat dari koran yang sudah diblender lalu dibentuk. Sedangkan jaman modern, rangka ondel-
ondel dibuat lebih ringan dengan menggunakan bahan bambu guna meringankan beban pada
rangka ondel-ondel dan wajahnya menggunakan bahan fiber. Jadi pada komunitas Raspel semua
rangka ondel-ondel dibuat dan dihasilkan sendiri, kemudian dipakai untuk melakukan pertujukan
ondel-ondel guna mendapatkan saweran untuk menunjang kehidupan mereka. Selain itu,
komunitas Raspel ini membuat miniatur ondel-ondel yang dapat dipesan untuk dijadikan simbol
salah kebudayaan Jakarta. Seperti beberapa waktu yang lalu, komunitas ini menerima pesanan
miniatur ondel-ondel dari seorang warga Indonesia yang ingin memperkenalkan kebudayaan
Betawi di Amerika.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian yang kami dapatkan secara keseluruhan, yaitu ondel-ondel saat
ini telah mengalami pergeseran dari berbagai aspek. Misalnya, pada jaman modern saat ini, ondel-
ondel sudah menjadi hiburan bagi masyarakat disekitar Jakarta. Saat ini Ondel-ondel juga sudah
menjadi salah satu mata pencaharian bagi remaja dan dewasa untuk mengisi waktu luang mereka
agar dapat bermanfaat dan tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif.
REFERENSI
Creswell, John W. (2014). Penelitian Kualitatif dan Desain Reset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kriyantono Rachmat. (2009). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktik Riset
Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran.
Jakarta: Prenada Media Group.
Khoiri, Agniya. (2016). 'Ngamen' Ondel-Ondel Jadi Daya Tarik Wisata. Diakses pada 13
November 2017. Dari:
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160622164128-269-140160/ngamen-ondel-
ondel-jadi-daya-tarik-wisata/
Lewis, Richard D. 2004. Komunikasi Bisnis Lintas Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: PT LkiS
Pelangi Aksara
Liliweri, Alo. 2014. Sosiologi dan Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara
Munthe, Jenda dkk. (2017) Potret Pergeseran Nilai Ondel-ondel. Diakses pada 13
November 2017. Dari:
http://validnews.co/Potret-Pergeseran-Nilai-Ondel-ondel-V0000587
Sambas, Syukriadi. 2015. Sosiologi Komunikasi. Bandung: CV Pustaka Setia
Sihabudin, Ahmad. 2011. Komunikasi Antar Budaya Satu Perspektif Multidimensi. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA
138