321-Article Text-645-1-10-20180321

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Aves, Juni 2017 Vol 11 (1)

p-ISSN 1907-1914
e-ISSN 2503-4251

STRATEGI PEMASARAN OBAT HEWAN SATWA UNGGUL BLITAR


(Studi Kasus Di Desa Sanankulon Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar)

Imam Faozi1),Errythrina Vinnifera Arnyke2)


1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu Ternak Fakultas Peternakan
2)
Dosen Program Studi Ilmu Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Islam Balitar


Jl. Majapahit No. 04 Kota Blitar

ABSTRACT
The purpose of this study is to examine the marketing mix strategy that has been applied by
the company in its business development, to analyze the internal and external environment
condition faced by PT Satwa Unggul, to formulate the best alternative marketing strategy of
PT Satwa Unggul by considering the company environment to be able to compete in the
market. The data collected are primary and secondary data that are qualitative. The research
method used in this study is primary data obtained from recording and direct interviews with
leaders, employees, and customers. Secondary data is obtained from the report where the
company jemen and literature in the form of library materials taken from previous research.
The marketing mix strategy being carried out by the company concerning the product strategy
(brand awareness on the brand), pricing strategy (discounted price), distribution strategy (three
distribution patterns), and promotion strategy (animal inspection and free extension services)
can assessed to have successfully accommodate the needs of customers with various facilities
and company benefits. Based on internal environmental analysis with Descriptive Analysis can
be seen that PT Satwa Unggul has a strong internal position. This means the company has been
able to use its strengths and overcome its weaknesses quite well. Company's strengths include:
affordable prices, good product quality, specialized workforces, sales with personal selling,
and sales targets for large farmers. While the weakness of the company in the form: strong
influence of leadership, capital limitations, delay in delivery time, no exclusive contract with
customers, and the absence of R & D activities. Based on the analysis of the external
environment with Descriptive Analysis, it can be seen that PT Satwa Unggul also has a strong
external position, because it has been able to take advantage of opportunities and can handle
the threat quite well .

PENDAHULUAN
Pengembangan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian
yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Salah satu pembangunan di subsektor
peternakan yang pada saat ini sedang digiatkan adalah pemenuhan gizi masyarakat yang
berasal dari protein hewani. Protein tersebut dapat diperoleh dari daging. Daging merupakan
produk peternakan yang banyak disukai oleh masyarakat, karena daging banyak mengandung
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti protein hewani, air, mineral, energi dan vitamin.
Ternak yang mengandung gizi dan dapat bermanfaat bagi manusia tentunya harus
memiliki kualitas gizi yang baik. Ternak yang baik memiliki ciri-ciri, antara lain tidak pucat,
warna merah segar, daging berisi dan tidak berbau. Kelayakan daging yang dikonsumsi harus
diperhatikan, baik dilihat dari kandungan gizinya atau aman tidaknya daging itu dikonsumsi
oleh masyarakat. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari penularan penyakit berbahaya
seperti antraks pada sapi ataupun flu burung yang menyerang unggas.

SETRATEGI PEMASARAN OBAT....(FAOZI) 39


Jurnal Aves, Juni 2017 Vol 11 (1)
p-ISSN 1907-1914
e-ISSN 2503-4251

Meningkatnya populasi ternak khususnya unggas menjadi alasan utama berdirinya


perusahaan yang bergerak di bidang obat hewan. Untuk menghadapi persaingan yang ketat,
peneliti menganalisis pengaruh personal selling danpromosi penjualan terhadap besarnya
penjualan yang telah ada dan menganalisis relevansi strategi yang telah dijalankan dan
berusaha merumuskan strategi promosi apa yang paling efektif untuk diterapkan perusahaan
agar mampu bersaing dipasar.Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa promosi
penjualan dan personal selling berpengaruh nyata terhadap penjualan dengan nilai R
sebesar97.8 persen. Persentase tersebut diestimasi dengan analisis berganda. Kesimpulan dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa strategi promosi yang telah dan tengah dijalankan
perusahaan dinilai masih cukup relevan dan perlu dikembangkan lagi dengan berbagai cara,
yaitu : kemitraan non-integrated, diskon pembelian, kupon (voucher) dan meningkatkan
kualitas personal selling dengan mengadakan pelatihan kepada para karyawan dan sales
marketingnya.
Taufiq (2003) melakukan penelitian yang berjudul “Pola Penentuan Ternak Unggas
Lokal Unggulan di Tiga Desa yang Berbeda Bioklimatnya di Kabupaten Cianjur”. Penelitian
tersebut dilatar belakangi oleh berkembangnyaternak unggas lokal yang belum diberdayakan
secara maksimal. Faktor Bioklimat memiliki pengaruh yang kuat dalam perkembangan unggas
di tempat yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pola pemeliharaan di tiga wilayah (p<0.05), dan ternak ayam berada pada
kuadran yang berbeda untuk tiap wilayahnya sehingga membutuhkan strategi pemasaran yang
berbeda di tiap wilayahnya.

MATERI DAN METODE


Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif. Data
primer diperoleh dari pencatatan dan wawancara langsung dengan pimpinan, karyawan, dan
pelanggan. Untuk kelengkapan data, peneliti menggunakan kuisioner yang ditujukan kepada
salah seorang dewan direksi beserta dua orang stafnya yang memiliki kompetensi untuk
memenuhi informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan. Pengisian kuisioner
ditujukan kepada tiga orang dengan jabatan, sebagai berikut : Direktur Marketing dan
Operasional, Koordinator Penjualan dan Distribusi, dan Menajer HRD untuk melihat kondisi
internal perusahaan.Data sekunder diperoleh dari laporan mana jemen perusahaan dan
literatur-literatur yang berupa bahan pustaka yang diambil dari penelitian sebelumnya.
Tabel1. Jenis Data dan Sumber Data Penelitian

No. Jenis Data Sumber Data


Eksternal
1. Data Peternakan (konsumsi, produksi ternak) Buku literatur, BPS,
2. Kondisi Ind ustri Obat hewan dan Pesaing. Internet, majalah ternak.

Internal
4. Gambaran Umum Perusahaan : Laporan Berkala
 Lokasi perusahaan.
 Manajemen Wawancara dengan
 Organisasi dewan direksi dan
5. Sumber Daya Perusahaan stafnya.
6. Strategi yang dijalankan perusahaan saat ini Kuisioner yang ditujukan
7. Informasi faktor Internal dan Eksternal pada dewan direksi.

SETRATEGI PEMASARAN OBAT....(FAOZI) 40


Jurnal Aves, Juni 2017 Vol 11 (1)
p-ISSN 1907-1914
e-ISSN 2503-4251

Hasil Pengamatan Dan Pembahasan


Tingkat persaingan sebuah perusahaan dipengaruhi oleh struktur pasarindustrinya.
Struktur pasar terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu : pasarpersaingan sempurna,
pasar monopoli, dan pasar persaingan tidak sempurna yang terbagi atas pasar monopolistik dan
oligopoli. Ketiga struktur pasar tersebut memiliki kondisi bersaing yang berbeda, sehingga
setiap perusahaan harus menerapkan strategi pemasaran terbaik untuk menghadapi persaingan.
Industri obat hewan termasuk kedalam industri yang memiliki struktur pasar
persaingan tidak sempurna, yaitu pasar oligopoli. Hal tersebut dapat dilihat dari ciri-ciri
industrinya, yaitu :
1. Perusahaan memiliki posisi sebagai price maker. Perusahaan tidak menerapkan harga jual
berdasarkan keseimbangan suplai dan demand yang terbentuk di pasar, namun penerapan
harga jual produk ditentukan sesuai dengan biaya produksi, biaya variabel dan mark up.
2. Hambatan masuk dalam industri obat hewan cukup besar besar. Hambatan alamiah
berkaitan dengan skala dan cakupan ekonomi dalam produksi (teknologi dan tingkat
standarisasi dalam sterilisasi obat) serta biaya pemasaran dengan modal yang cukup besar.
Hambatan ciptaan perusahaan dapat dibuat dengan mengembangkan merek- merek yang
bersaing, iklan citra merek yang gencar dan menetapkan harga predator jika pendatang
baru masuk. Pendatang baru yang potensial dapat masuk dan bertahan dengan menekan
laba dan biaya tertanamnya (sunk cost).
3. Kondisi persaingan yang ketat dalam pasar obat hewan dengan kondisi banyaknya penjual
obat hewan, sedangkan jumlah peternakan sebagai sasaran pemasaran cenderung sama
dari tahun ketahun.
4. Struktur pasar oligopoli akan menampakkan laba ekonomi dalam jangka panjang. PT
Satwa unggul sebagai produsen obat hewan telah berproduksi selama 15 tahun dan
berhasil meraih pangsa pasar di atas dua persen. Semakin lama umur perusahaan, akan
semakin kuat posisi perusahaan tersebut. Hal tersebut terjadi karena konsumen telah
mengenal produk dengan baik, sehingga dapat terjalin kerjasama dalam jangka waktu
yang lama.
Kondisi perusahaan saat ini telah dinilai cukup baik oleh dewan direksi. Perusahaan
berharap dapat bertahan (survive) dalam waktu yang lama dalam industri obat hewan.
Perusahaan juga menginginkan adanya ekspansi dalan pemasaran obat hewan ke wilayah lain
dengan banyak mendirikan anak cabang perusahaan di wilayah Sulawesi dan Kalimantan
pedalaman.

Strategi Pemasaran Satwa Unggul


Pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan untuk mempertahankan
keberadaan produknya, terutama dalam keadaan permintaan pasar yang tidak stabil. Dalam
situasi persaingan, perusahaan harus menerapkan strategi pemasaran yang dinamis dan
disesuaikan dengan kondisi pasar yang ada. PT Satwa Unggul melakukan strategi pemasaran
dengan bauran pemasaran (marketing mix), yang mengkombinasikan variabel produk, harga,
distribusi dan promosi.

Strategi Produk
Strategi produk yang dilakukan oleh perusahaan meliputi strategi keputusan atribut
produk, kemasan dan pelabelan produk. Strategi ini lebih banyak berhubungan dengan
pengelolaan produk sebelum maupun pada saat produk yang bersangkutan berada dipasar.
Strategi brand image untuk merek produk digunakan oleh perusahaan untuk memberi ingatan

SETRATEGI PEMASARAN OBAT....(FAOZI) 41


Jurnal Aves, Juni 2017 Vol 11 (1)
p-ISSN 1907-1914
e-ISSN 2503-4251

pada konsumen bahwa obat-obat tersebut berasal dari perusahaan .


Dalam menghasilkan kualitas produk yang baik, produsen memperhatikan beberapa
faktor berikut:
1) Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan oleh perusahaan adalah zat kimia obat. Komposisisnya
adalah Vitamin A, B1, C, D, dan K serta tambahan kandungan zat sesuai dengan manfaat yang
dinginkan. Kualitas bahan baku selalu menjadi perhatian perusahaan, karena produk yang baik
dapat terbentuk dari kualitas bahan baku yang baik. Mayoritas bahan baku harus diimpor untuk
menjaga kualitas produk untuk memenuhi standar internasional.
Produk merupakan unsur penting dalam sebuah industri. Kualitas obat yang baik dapat
menjadi keunggulan sebuah perusahaan. PT Satwa Unggul memiliki produk yang memiliki
kualitas yang baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat beberapa konsumen yang ditemui oleh
peneliti di perusahaan ketika sedang melakukan pemesanan obat hewan. Hal tersebut dapat
dilihat pada reaksi obat yang cepat dalam mengobati unggas. Untuk pemeliharaan, obat
dicampurkan dengan pakanunggas agar unggas mendapatkan masukan gizi dan vitamin yang
berguna untuk pertumbuhannya. Kualitas obat dapat tetap terjaga karena obat dibuat dari bahan
impor yang memenuhi standar kesehatan obat hewan internasional.
2) Kemasan
Produk dipasarkan dalam beberapa kemasan, yaitu : tube, botol, sachet, karton,
kantong, dan drum. Pelabelan pada kemasan terlihat dengan jelas. Nama produk dan nama
perusahaan tertulis dominan pada tampilan depan kemasan untuk menghindari pemalsuan
produk. Kemasan bergambar ayam sebagai lambang obat untuk unggas.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap beberapa konsumen, dapat dilihat
bahwa PT Satwa Unggul memiliki kemasan yang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat pada
bungkus kemasan dengan warna, gambar, dan tulisan yang menarik. Produk dikemas secara
steril dan harus segera digunakan ketika kemasan dibuka untuk menjaga obat agar tidak kontak
langsung dengan udara bebas. Komposisi dan kandungan obat dapat terlihat jelas pada label
kemasan. Cara pemakaian dan tanggal kadaluarsa obat secara berkala dikontrol oleh dokter
hewan yang ditugaskan oleh perusahaan.

Strategi Harga
Strategi harga merupakan strategi yang penting bagi manajemen. PT Satwa Unggul
menetapkan harga jual produk berdasarkan biaya produksi ditambah dengan profit yang
disesuaikan dengan harga jual produk sejenis dari perusahaan lain. Harga yang dijual relatif
sama dengan produsen lain, tapi perusahaan dapat memadukan strategi harga dengan strategi
promosi denganmemberikan potongan harga, jika pelanggan membeli dengan cara tunai atau
membeli dalam jumlah besar. Tingkat perbandingan beberapa produk perusahaan berdasarkan
perbandingan harganya dengan perusahaan kompetitor dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Perbandingan Harga Jual Produk PT Satwa Unggul dengan Kompetitornya Tahun
2015
PT Satwa Unggul Kompetitor A Kompetitor B Kompetitor C
(PT Agro Makmur) (PT Medion) (PT Mensana)
Harga Harga Harga Harga
Nama Nama Nama Nama
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Produk Produk Produk Produk
/sachet /sachet /sachet /sachet
Boster 10 750 K-Kablet 8 300 Aminovit 9 800 GG-Stim 10 400
Digeston 14 000 Albenda 13 000 Coxy 10 000 Vermipzol 18 500
Dinabro 14 000 Chictonik 13 000 C-Ekitor 15 000 Fortevit 14 500
Dnamycin 33 250 Enroflo 37 950 Stimulant 38 500 Erysuprim 35 200
Dinazol 21 500 Koleridin 26 500 Ampicol 25 200 Hipralona 39 600

SETRATEGI PEMASARAN OBAT....(FAOZI) 42


Jurnal Aves, Juni 2017 Vol 11 (1)
p-ISSN 1907-1914
e-ISSN 2503-4251

Disvektor 10 725 Kututox 7000 Antisep 11 000 Formades 7000


Vetmacol 18 500 Koksidex 34 400 Doctril 21 000 Duoko 16 800

Sumber : PT Satwa Unggul 2015

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa beberapa produk PT Satwa Unggul dijual
jauh lebih murah dibandingkan dengan produk sejenis dengan nama yang berbeda dari
kompetitornya. Akan tetapi, walaupun nama produk berbeda, namun fungsi obat tersebut sama.
Produk Dnamycin merupakan obat infeksi anti CRD dan SNOT dijual dengan harga lebih
murah dengan harga yang ditetapkan oleh kompetitornya. Obat anti kolera dan coli dengan
merek Dinazol dijual perusahaan dengan harga jauh lebih murah dibandingkan dengan obat
sejenis lainnya. Obat antibiotika antisiklina dengan merek Vetmacol dijual perusahaan dengan
harga relatif lebih murah.
Namun demikian, beberapa produk perusahaan dijual dengan harga sedikit lebih mahal
sebagai transfer profit karena produk tersebut tingkat permintaannya tidak terlalu tinggi atau
bahkan obat dijual dengan harga lebih mahal karenamemiliki kualitas yang sangat baik, seperti
multivitamin dengan merek Boster yang dijual sedikit lebih mahal jika dibandingkan dengan
produk sejenis.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan beberapa konsumen yang ditemui oleh peneliti,
yang menyatakan bahwa PT Satwa Unggul memiliki harga jual produk yang cukup baik. Harga
jual beberapa produk cukup kompetitif, sedikit lebih murah jika dibandingkan dengan produk
sejenis yang diproduksi oleh perusahaan lain.
Konsumen memiliki bargaining position yang kuat dibandingkan dengan produsen.
Hal tersebut disadari karena jumlah produsen obat hewan yang banyak jika dibandingkan
dengan jumlah peternak sebagai konsumen relatif tetap dari tahun ke tahun.

Strategi Distribusi
Strategi distribusi dapat digunakan untuk melihat konsistensi perusahaan dalam sebuah
industri. Semakin banyak produknya beredar, semakin mudah konsumen mendapatkannya,
maka semakin mudah merek produk tersebut masuk kedalam ingatan konsumen. PT Satwa
Unggul menggunakan penyebaran sales penjualan dan dokter hewan kepeternakan-peternakan
terdekat untukmemberikan penyuluhan, melakukan pendekatan individu dalam menyebarkan
produknya.
Pemasaran dengan pendekatan pribadi (personal selling) menjadi keunggulan bagi
perusahaan. Hal tersebut direspon secara positif oleh konsumen, karena konsumen dapat
memperoleh informasi yang jelas mengenai penggunaan obat hewan. Sales sudah cukup
menguasai materi tentang produk dan mengetahui sedikitnya tentang perkembangan
peternakan di Indonesia. Sales penjualan selalumencari peternakan-peternakan lain yang belum
ia datangi untuk memasarkan produk perusahaan. Sales dilengkapi dengan fasilitas kendaraan
bermotor roda dua untuk membantu pekerjaannya.
Namun demikian, perusahaan juga memiliki kelemahan dalam hal keterlambatan waktu
pengiriman (time lag). Hal tersebut dapat dilihat dari waktu pengantaran yang sering terlambat.
Hal tersebut dirasa sangat merugikan konsumen, karena mereka seringkali harus menunggu
barang pesanannya. Hal itu sudah disadari oleh pihak perusahaan sebagai suatu kelalaian
karena proses transportasi yang sering bermasalah, baik dalam hal penyediaan stok gudang
cabang yang terlalu sedikit maupun waktu pesan yang terkadang bersamaan dengan pesanan
pihak lain.
Saluran distribusi memegang peranan penting dalam penyebaran produk.Memilih
saluran distribusi yang tepat dapat membant u meningkatkan volume penjualan. Menyadari

SETRATEGI PEMASARAN OBAT....(FAOZI) 43


Jurnal Aves, Juni 2017 Vol 11 (1)
p-ISSN 1907-1914
e-ISSN 2503-4251

pentingnya hal tersebut, PT Satwa Unggul menggunakan tiga jenis saluran distribusi untuk
mengakomodasi kebutuhan obat hewan dalam negeri. Pola distribusi pertama langsung
dipasarkan ke peternak. Pola ini merupakan keunggulan perusahaan, karena dapat berinteraksi
la ngsung dengan peternak. Pola kedua dan ketiga melalui pelantara, namun perusahaan tetap
memperhitungkan tingkat keefektifannya. Ketiga pola distribusi tersebut menggunakan sistem
personal selling dalam mendistribusikan obat hewan dari perusahaan kepada konsumen tingkat
pertama yang digambarkan dengan tanda panah. Perusahaan bertanggung jawab terhadap
pendistribusian hanya sampai konsumen tingkat pertama, sedangkan proses distribusi
selanjutnya menjaditanggung jawab pihak distributor obat hewan. Gambar 4 menunjukkan
saluran distribusi yang dilakukan oleh perusahaan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:


1. PT Satwa Unggul memproduksi obat hewan dalam tiga kelompok besar yaitu : Parmaceutik,
Kelompok Biologi, Kelompok Premix dalam beberapa bentuk, yaitu : tablet, bubuk obat,
dan larutan. Produknya tersebut dijual dalam berbagai kemasan, yaitu : kemasan, botol,
tube, sachet, karton, jerigen, dan drum untuk jumlah besar. Untuk produk obat yang
berbentuk bubuk, kemasannya berupa sachet, plastik, karton, dan drum. Sedangkan untuk
obat yang berupa cairan atau larutan, perusahaan mengemasnya dalam botol, jerigen, dan
drum.
2. Strategi bauran pemasaran yang tengah dilakukan oleh perusahaan yang menyangkut
strategi produk (berupa brand awareness atas merek), strategi harga (berupa potongan
harga), strategi distribusi (berupa tiga pola distribusi), dan strategi promosi (berupa
pemeriksaan hewan dan layanan penyuluhan gratis) dapat dinilai telah berhasil
mengakomodasi kebutuhan pelanggan dengan berbagai fasilitas dan keunggulan
perusahaan.
3. Berdasarkan analisis lingkungan internal dengan Analisis Deskriptif dapat dilihat bahwa PT
Satwa Unggul memiliki posisi internal yang kuat. Hal ini berarti perusahaan telah mampu
menggunakan kekuatan dan mengatasi kelemahannya dengan cukup baik. Kekuatan yang
dimiliki oleh perusahaan berupa : harga yang terjangkau, kualitas produk baik, tenaga kerja
terspesialisasi, penjualan dengan personal selling, dan sasaran penjualan pada peternak
besar. Sedangkan kelemahan perusahaan berupa : kuatnya pengaruh pimpinan, keterbatasan
modal, keterlambatan waktu pengiriman, tidak ada kontrak eksklusif dengan pelanggan, dan
tidak adanya kegiatan litbang. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dengan Analisis
Deskriptif, dapat dilihat bahwa PT Satwa Unggul juga memiliki posisi eksternal yang kuat,
karena telah mampu memanfaatkan peluang dan dapat mengatasi ancaman dengan cukup
baik. Peluang yang dimiliki perusahaan berupa : peningkatan konsumsi daging nasional,
cukup tersedia angkatan kerja, kemajuan teknologi, perilaku animal care, dan hambatan
masuk industri tinggi. Sedangkan ancaman yang masuk berupa : kekuatan tawar- menawar
pemasok dan pembeli cukup kuat, meningkatnya laju inflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah,
dan tingginya tingkat persaingan.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian, didapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
perkembangan industri obat hewan. Maka peneliti ingin memberikan saran dan masukan
sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Saran tersebut
diantaranya :

SETRATEGI PEMASARAN OBAT....(FAOZI) 44


Jurnal Aves, Juni 2017 Vol 11 (1)
p-ISSN 1907-1914
e-ISSN 2503-4251

1. Perusahaan sebaiknya mempertahankan keunggulan strategi pemasaran yang dijalankan


berupa personal selling dan strategi promosi. Personal selling sebagai strategi penguat dari
strategi promosi iklan yang selama ini diterapkan oleh perusahaan. Perusahaan juga
memperbaiki kelemahannya dalam keterlambatan waktu pengiriman (time lag) untuk
menambah kepercayaan konsumen kepada perusahaan dengan cara : memuat stok barang
dalam jumlah besar pada seluruh anak cabang perusahaan dan memberikan garansi bonus
barang jika pengantaran lebih dari 2x24 jam.
2. Perusahaan dapat menggunakan promosi dengan mendirikan posko-posko atau balai-balai
konsultasi dan layanan peternakan disekitar wilayah peternakan yang dilengkapi dengan
pemasangan atribut dan merek obat untuk menciptakan ingatan akan merek pada
konsumen.
PT Satwa Unggul sebagai produsen obat hewan sebaiknya melakukan riset secara berkala
mengenai perilaku konsumen obat hewan agar strategi yang diterapkan benar-benar sesuai
dengan kondisi pasar.

Daftar Pustaka

Alfredo. 2005. Analisis Strategi Pemasaran Meubel Berdikari Furniture. Skripsi Sarjana.
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Badan Pusat Statistik. http://www.bps.go.id


_________________. 2004. Statistik Indonesia. Jakarta.
_________________. 2004. Statistik 60 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta.
_________________. 2004. Statistik Konsumsi Daging Indonesia.

Jakarta. Cahyono, Bambang Tri. 1996. Manajemen Pemasaran. IPWI. Jakarta.

David, Fred R. 2002. Manajemen Strategis. Alih Bahasa Alexander Sindoro. Prenhallindo.
Jakarta.

Direktorat Jendral Peternakan. 2004. BahanStatistik Peternakan.

Engel, James F, dkk. 1994. Perilaku Konsumen. Alih Bahasa Budiyanto. Binarupa Aksara.
Jakarta.

Ikhsan, Benil. 2005. Peran Sektor Peternakan Unggas dan Dampak Flu BurungTerhadap
Kinerja Sektor Ekonomi di Indonesia. Skripsi Sarjana.Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ilmawan, Taufik. 2003. Pola Penentuan Ternak Unggas Lokal Unggulan di


Tiga Desa yang Berbeda Bio-klimatnya di Kabupaten Cianjur.
Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Alih Bahasa Hendra Teguh,dkk. Prenhallindo.
Jakarta.

SETRATEGI PEMASARAN OBAT....(FAOZI) 45


Jurnal Aves, Juni 2017 Vol 11 (1)
p-ISSN 1907-1914
e-ISSN 2503-4251

Porter, Michael E. 1994. Keunggulan Bersaing. Binarupa Aksara.

Jakarta. Suharno, Bambang. 2005. Data Bisnis Peternakan. Gita Pustaka. Jakarta.

Suhendi, Endi. 1997. Analisis Strategi Promosi Obat Hewan. Tesis Magister (yang tidak
dipublikasikan), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI. Jakarta.

Sumawihardja, Surachman. 1991. Intisari Manajemen Pemasaran. Rosda.


Bandung.

SETRATEGI PEMASARAN OBAT....(FAOZI) 46

You might also like