Dinamika Perikanan Tuna Long Line Indonesia Studi
Dinamika Perikanan Tuna Long Line Indonesia Studi
Dinamika Perikanan Tuna Long Line Indonesia Studi
net/publication/315969535
CITATIONS READS
0 2,133
4 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Komposisi, Diversitas dan Produktivitas Sumberdaya Ikan Dasar di Perairan Pantai Cirebon, Jawa Barat View project
All content following this page was uploaded by Eko Sri Wiyono on 25 April 2017.
ABSTRACT
As the member of Commission for The Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT), Indonesia shall follow the
quota measure of SBT fishing that has determined. Therefore, good management and rules were needed for SBT exploitation in
Indonesia in order to align with measures and international regulation that has agreed by Indonesia as part of CCSBT. The
objectives of this research wereto determine catch composition, productivity of Indonesia tuna longline fisheries especially that doing
SBT fishing activity; to estimatesfishing season; and to determine mean size at capture of SBT in Indonesia. Theresult
showedthat catch composition of tuna longline has the smallest percentage value for the type of SBT. Trend of SBT production
percentage was increase every year in 19 years period. Fishing season of SBT in Indonesia was in August to March that assumed
same with nursery season of SBT. Mean size at capture of SBT (L50%)was 145 cmFL. This size that assumed has feasible to
be caught or has beyond spawning period.
ABSTRAK
Sebagai anggota Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT), Indonesia harus
mengikuti aturan kuota penangkapan tuna sirip biru selatan (southern bluefin tuna/SBT) yang telah ditetapkan.
Untuk itu diperlukan pengaturan dan tata kelola yang baik dalam pemanfaatan SBT di Indonesia agar selaras
dengan kaidah dan aturan-aturan internasional yang telah disepakati Indonesia sebagai bagian dari CCSBT.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung komposisi hasil tangkapan dan tingkat produktivitas armada tuna
long line Indonesia khususnya yang melakukan aktivitas penangkapan SBTmenduga bulan musim penangkapan
dan menghitung ukuran rata-rata tertangkap SBT hasil tangkapan tuna long line Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan jenis SBT memiliki nilai persentase terkecil dari komposisi hasil tangkapan tuna long line di
Indonesia. Namun demikian, tren persentase produksi SBT memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke
tahun seiring dengan meningkatnya tren produktivitas tuna long line. Musim penangkapan SBT di Indonesia
terjadi pada bulan Agustus-Maret, yang diduga juga merupakan musim pemijahan tuna sirip biru selatan.
Ukuran rata-rata tertangkap SBT (L50%) adalah berukuran 145 cm FL sehingga bisa dikategorikan sudah layak
tangkap karena telah melalui fase ikan melakukan pemijahan atau recruitment.
114 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 2. November 2013: 113-122
ISSN 2087-4871
ALB SBT
895,186 kg 4,446,320
11% ALB kg
SBT
25,137,480 4%
64,849 kg
1% kg
25%
YF BE
1,248,033 kg 39,949,970
16% kg
39%
BE
5,745,865 kg
72%
YF
33,076,630
kg
32%
(a) (b)
Keterangan : BE = bigeye tuna (tuna mata besar), YF = yellowfin tuna (tuna sirip kuning), SBT
= southern bluefin tuna(tuna sirip biru selatan), ALB = albacore (albakora)
Dinamika Perikanan Tuna Long Line Indonesia ............................................................. (RAHMAWATI, dkk) 115
Gambar 1. Komposisi hasil tangkapan tuna long linemilik (a) PT. PSB tahun 1990-
2000, (b) ATLI tahun 2005-2012
Berdasarkan data hasil tangkapan 2010dalam Noordiningroomet et al,
tuna long linepada Gambar 1 dapat dike- 2012).Berdasarkan data yang diperoleh
tahui bahwa rata-rata hasil tangkapan selama 4 tahun (2010-2013) perhitungan
tuna long lineterbesar adalah bigeye rata-ratacatch per unit effort (CPUE) di
tuna. Rata-rata hasil tangkapan tuna pelabuhan Benoa Bali dan Pelabuhan
long lineterkecil adalah southern bluefin Perikanan Samudera Nizam Zachman
tunasebesar1 persendan 4 persen. Hasil Jakarta adalah sebesar 4.40ton/unit
penelitian Prisantoso et al (2010) mem- setiap tahunnya. Rata-rata hasil tang-
peroleh jenis tuna yang mendominasi kapan per satuan upaya penangkapan
hasil tangkapan kapal rawai tuna atau periode 2010-2013 secara umum
tuna long linedi Samudera Hindia adalah mengalami peningkatan (Gambar 3). Hal
yellowfin tuna sedangkan SBT merupa- ini menggambarkan bahwa tingkat
kan hasil tangkapan terkecil.Hasil kemampuan tuna long lineIndonesia
tangkapan SBT yang memiliki rata-rata untuk menangkap SBT dapat dikatakan
terkecil dari hasil tangkapan tuna lain- baik seiring dengan mening-katnya
nya. Sehingga dapat menyebabkan SBT produktivitas dalam tiga tahun terakhir
dianggap sebagai hasil tangkapan sam- dan persentase produksi SBT selama
pingan (by-catch). Nilai ekonomi yang periode 19 tahun.
tinggi kemudian menjadikan SBT sebagai
hasil tangkapan tambahan (by-product) 3.3. Pendugaan Musim Penangkapan
dari industri perikanan tuna di Indonesia Ikan SBT tertangkap oleh kapal
secara keseluruhan. Namun demikian, tuna long line Indonesia secara musiman.
tren kontribusi SBT terhadap total pro- Sifat musiman SBT ditunjukkan oleh
duksi tuna dari tahun ke tahun mening- rata-rata bulanan hasil tangkapan SBT
kat (Gambar 2). dalam kurun waktu 1991-2002 dan
2010-2012 (Gambar 4).
3.2. Produktivitas Tuna Long line Gambar 4a menunjukkan bahwa
Produktivitas tuna long linemeru- musim penangkapan SBT berdasarkan
pakan kemampuan kapal tuna long hasil tangkapan bulanan SBT tahun
lineuntuk memperoleh hasil tangkapan 1991-2002 dimulai pada bulan Septem-
SBT per tahun. Tinggi rendahnya nilai ber-April. Sementara, berdasarkan data
pro-duktivitas tuna long lineakan tiga tahun terakhir (2010-2012), terjadi
mencer-minkan tingkat efisiensi dan upaya penangkapan yang intensif karena
efektivitas dari unit penangkapan tuna dipacu oleh harga ikan yang tinggi.
long lineselama pada proses Upaya penangkapan SBT pada bulan
penangkapantuna berlangsung. Mei-Agustus yang dulunya jarang dilaku-
Produktivitas kapal tuna long kan sekarang banyak dilakukan sehing-
linedihitung berdasarkan hasil ga pada bulan tersebut tetap mendapat
tangkapan SBT per unit penangkapan SBT. Namun demikian, musim penang-
(CPUE). Nilai CPUE yang lebih tinggi kapan SBT dimulai pada bulan Juli-April
dapat mencerminkan tingkat efisiensi (Gambar 4b).
penggunaan effort yang lebih baik.(Fauzi,
7
6
Persentase (%)
5
4
3
2
1
0
2000
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Sumber : PT. PSB dan ATLI Bali, olah
116 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 2. November 2013: 113-122
ISSN 2087-4871
Gambar 2. Tren persentase produksi SBT Indonesia tahun 1990-2000 dan 2005-2012
Produktivitas (ton/unit)
6
5
4
3
2
1
0
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun
1200
Hasil Tangkapan SBT (kg)
1000
800
600
400
200
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan Penangkapan
(a)
100000
Hasil Tangkapan (kg)
80000
60000
40000
20000
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan Penangkapan
(b)
Catatan: Data CDS Tahun 2012 merupakan angka sementara
Gambar 4. Rata-rata hasil tangkapan bulanan SBT berdasarkan (a) PT. PSB tahun
1991-2002, (b) CDS tahun 2010-2012
Dinamika Perikanan Tuna Long Line Indoneia ............................................................... (RAHMAWATI, dkk) 117
25.000
15.000
10.000 11,214.14 kg
5.000
-
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan penangkapan
Gambar 5. Rata-rata hasil tangkapan bulanan SBT tahun 1991-2002 dan 2010-2012
118 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 2. November 2013:113-122
ISSN 2087-4871
n =5,211
L50%=151
cm
(a)
n =11,937
L50%=132
cm
(b)
n =6,569
L50%=164
cm
(c)
n =23,717
L50%=145
cm
(d)
Gambar 6. Struktur ukuran dan ukuran rata-rata tertangkap SBT (a) Tahun 2010,
(b) Tahun 2011, (c) Tahun 2012, (d) Tahun 2010-2012
Dinamika Perikanan Tuna Long Line Indonesia ............................................................. (RAHMAWATI, dkk) 119
Tuna sirip biru selatan yang dida- Lm=130 cm. Hasil perhitungan diperoleh
ratkan di Indonesia selama tahun 2010- bahwa ukuran rata-rata tertangkap SBT
2012 memiliki distribusi frekuensi pan- pertama kali (L50% ) lebih besar dari Lm.
jang berfluktuatif yang didominasi oleh Rata-rata persentase hasil tangkapan
panjang fork length (FL) pada kisaran SBT yang mempunyai panjang FL >
161-170 cm, 111-120 cm dan 171-180 Lm=119 cm dan FL > Lm=130 cm adalah
cm. Ukuran panjang rata-rata tertangkap sebesar 78.43 persendan 65.87 persen
SBT (L50% ) adalah 151 cm, 132 cm dan (Tabel 1). Menurut penelitian Mahrus
164 cm. Rata-rata distribusi frekuensi (2012) distribusi frekuensi ukuran pan-
panjang SBT tahun 2010-2012 didomina- jang ikan SBT terbanyak pada fork length
si oleh panjang FL kisaran 171-180 cm antara 171-180 cm. Panjang pertama kali
dengan L50% adalah 145 cmFL (Gambar tertangkap (length at first capture/Lc)
6). ikan SBT selama penelitian adalah ber-
Ukuran ikan layak tangkap adalah ukuran 158.2 cm yang diduga ukuran
ukuran ikan yang lebih besar dari uku- tersebut telah melewati masa ikan mela-
ran panjang ikan saat pertama kali ma- kukan pemijahan (spawning). Hal ini
tang gonad (length at first maturity = Lm). mengasumsikan bahwa dari sisi peluang
Menurut Robins JP. (1963) menyatakan reproduksi masih terjamin dan dari ting-
bahwanilai Lm ikan SBT adalah 119 cm. kat pemanfaatan SBT masih belum me-
Sedangkan menurut Shingu (1970), nunjukan indikasi berlebih (under-explo-
Warashina dan Hisada (1970), Collette ited).
dan Nauen (1983) bahwa panjang per- Rata-rata distribusi frekuensi pan-
tama kali kematangan gonad atau Lm jang SBT bulanan dengan nilai FL >
ikan SBT diperkirakan pada ukuran 130 Lm=119 cm dan FL > Lm=130 cm banyak
cm atau setara dengan berat sekitar 40 tertangkap pada bulan Agustus-Maret.
kg. Bulan tersebut sama dengan hasil
Length at first maturity (Lm) diguna- pendugaan musim penangkapan SBT
kan sebagai batasan minimal dalam yang terjadi pada bulan Agustus-Maret
mengeksploitasi sumberdaya ikan. Ber- (Gambar 7). Hal ini menunjukkan bahwa
dasarkan hal tersebut maka panjang pada bulan-bulan tersebut ikan SBT
rata-rata tertangkap seharusnya tidak telah layak tangkap.
boleh lebih kecil dari Lm=119 cm atau
Jumlah
Ukuran
2010 2011 2012 Rata-rata
Fork length (cm)
(ekor) (%) (ekor) (%) (ekor) (%) (%)
Robin J.P (1963)
≤ Lm=119 cm 682 13.09 3667 35.58 1053 16.03 21.57
> Lm=119 cm 4529 86.91 6639 64.42 5516 83.97 78.43
TOTAL 5211 100 10306 100 6569 100 100
Shingu (1970), Warashina and Hisada (1970), Collette & Nauen (1983)
≤ Lm=130 cm 1391 26.69 5480 53.17 1479 22.51 34.13
> Lm=130 cm 3820 73.31 4826 46.82 5090 77.49 65.87
120 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 2. November 2013:113-122
ISSN 2087-4871
3000
2000
1500
> Lm=119 cm
1000 > Lm=130 cm
500
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan penangkapan
Dinamika Perikanan Tuna Long Line Indonesia ............................................................. (RAHMAWATI, dkk) 121
Kapal Rawai tuna di Samu-dera
Hindia Berbasis di Cilacap. Jurnal
Penelitian Perikanan Indo-nesia.
16(3):173-258.
Proctor CH, Thresher RE, Gunn JS, Mills
DJ, Harrowfield IR, Sie SH. 1995.
Stock Structure of The Southern
Bluefin Tuna Thunnus maccoyii: An
Investigation Based on Probe Micro-
analysis of Otolith Composition.
Marine Biology. 122:511-526.
Robins JP. 1963. Synopsis of The Biolo-
gical Data on Bluefin TunaThunnus
thynnus maccoyii (Castelnau) 1872.
FAO Fish. Rep. 2(6):562-587.
Saputra SW, Rudiyanti S, Mahardhini A.
2008. Evaluasi Tingkat Eksploitasi
Sumberdaya Ikan Gulamah (Johni-
us sp) Berdasarkan Data TPI PPS
Cilacap. Jurnak Saintek Perikanan.
4(1):56-61.
Shingu C. 1970. Studies Relevant to Dis-
tribution and Migration of The
Southern Bluefin Tuna. Bulletin of
Far Seas Fisheries Research Labora-
tory. 3:57-113.
Uktolseja JCB. 1993. Status Perikanan
Ikan Pelagis Kecil dan Kemung-
kinan Pemanfaatannya sebagai
Ikan Umpan Hidup untuk Perika-
nan Rawai Tuna di Prigi, Jawa
Timur. Jurnal Penelitian Perikanan
Laut. 80:18-45.
Warashina I, Hisada K. 1970. Spawning
Activity and Discoloration of Meat
and Loss of Weight in The Southern
Bluefin Tuna. Bulletin of Far Seas
Fisheries Research Laboratory.
3:147-165.
Yukinawa M. 1987. Report on 1986 Re-
search Cruise of The R/V Shoyo
Maru. Distribution of Tuna and
Billfishes Larvae and Oceanogra-
phic Observation in The Eastern
Indian Ocean January – March,
1987. Rep. Res. Div. Fish. Agency
Jpn. 61:1-100.
122 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 2. November 2013: 113-122