Biografi Jendral Sudirman
Biografi Jendral Sudirman
Biografi Jendral Sudirman
Sumber: http://mafifmaulana.blogspot.com/2016/05/biografi-jendral-sudirman-dalam-
bahasa.html
Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh paling populer
dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Dia adalah komandan
pertama militer, pemimpin agama, pendidik, pemimpin
Muhammadiyah dan pelopor perang gerilya di Indonesia. Jenderal
Sudirman juga salah satu jenderal bintang lima di Indonesia selain
Jenderal AH Nasution dan Jenderal Suharto. Ia lahir di Bodas
Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, pada tanggal 24 Januari, 1916
dan meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 di usia 34
tahun tuberkulosis dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di
semaki Negara Kusuma, Yogyakarta .
Jenderal Sudirman lahir dan dibesarkan di sebuah keluarga
sederhana. Ayahnya, KARSID Kartowirodji, adalah seorang pekerja
di Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas, dan ibunya, Siyem, adalan
keturunan Wedana Apex. Soedirman sejak usia 8 bulan diangkat
sebagai anak oleh R. Tjokrosoenaryo, seorang petugas kabupaten
asisten Apex masih saudara dari Siyem. Jenderal Sudirman
memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa.
Kemudian ia melanjutkan ke HIK (sekolah guru), Muhammadiyah
Surakarta tapi tidak sampai akhir. Sudirman juga aktif di organisasi
saat Pramuka Hizbul Wathan. Setelah itu ia menjadi guru di
sekolahnya di Cilacap Muhammadiyah.
Pengetahuan yang diperoleh dari militer Jepang melalui
pendidikan. Setelah menyelesaikan pendidikannya di MAP, ia
menjadi komandan batalyon di Kroya, Jawa Tengah. Kemudian ia
menjadi komandan Divisi V / Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan
akhirnya terpilih Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(Panglima TKR). Sudirman dikenal memiliki sebuah perusahaan
swasta pada prinsip dan keyakinan, dia selalu menempatkan
kepentingan banyak orang dan bangsa di atas kepentingan pribadi,
bahkan kepentingan kesehatannya sendiri. Kepribadiannya ditulis
dalam sebuah buku oleh Tjokropranolo, pengawal selama gerilya,
sebagai seseorang yang selalu konsisten dan konsisten dalam
membela kepentingan tanah air, bangsa dan negara. Selama
pendudukan Jepang, Sudirman menjadi anggota dari Rakyat Dewan
Pangan dan anggota DPR Karesidenan Banyumas. Saat ini ia
mendirikan koperasi untuk membantu orang-orang dari kelaparan.
Setelah Perang Dunia II, Jepang menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu. Sukarno digunakan saat ini untuk menyatakan kemerdekaan
Indonesia. Sudirman dan pasukannya bertempur di Banyumas, Jawa
Tengah terhadap senjata dan amunisi Jepang dan ditangkap. Pada saat
itu posisi Jepang masih kuat di Indonesia. MAP Soedirman
mengorganisir batalyon ke dalam resimen berbasis di Banyumas,
untuk menjadi tentara Republik Indonesia yang kemudian berperan
besar dalam perang Revolusi Nasional Indonesia.
Setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibentuk, ia kemudian
diangkat sebagai Panglima Divisi V / Banyumas dengan pangkat
Kolonel. Dan melalui TKR Conference pada 12 November 1945,
terpilih Soedirman TKR Komandan / Kepala Angkatan Bersenjata
Indonesia. Kemudian ia mulai menderita TBC, tapi ia masih jatuh
dalam perang gerilya melawan pasukan yang ingin menguasai
Belanda NICA Indonesia setelah Jepang menyerah.
Perang besar pertama adalah perang yang dipimpin Soedirman
Palagan Ambarawa melawan NICA Inggris dan Belanda yang
berlangsung dari November hingga Desember 1945. Pada bulan
Desember 1945, pasukan yang dipimpin oleh Sudirman TKR
bertempur melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal
12 Desember 1945, Sudirman melancarkan serangan serentak
terhadap semua kedudukan Inggris Ambarawa. Pertempuran terkenal
yang berlangsung selama lima hari berakhir dengan penarikan
pasukan Inggris ke Semarang. Perang berakhir pada tanggal 16
Desember 1945. Setelah kemenangan di Sudirman Ambarawa
Theater, pada tanggal 18 Desember 1945 ia diangkat sebagai General
oleh Presiden Soekarno. Soedirman memperoleh pangkat Jenderal
tidak melalui akademi militer atau pendidikan tinggi lainnya, tapi
karena prestasinya.
Jenderal Sudirman masih terjun ke dalam pertempuran selama
agresi militer Belanda kedua di ibukota Yogyakarta. Ketika ibukota
dipindahkan ke Yogyakarta, Indonesia Jakarta telah menguasai
Belanda.Soedirman memimpin pasukannya untuk membela
Yogyakarta dari serangan Belanda itu pada 19 Desember 1948.
Dalam oposisi, kondisi kesehatan Jenderal Sudirman itu dalam
keadaan sangat lemah tuberkulosis ia menderita untuk waktu yang
lama. Yogyakarta kemudian dikuasai oleh Belanda, meskipun
Indonesia diperintah oleh tentara setelah Serangan Umum 1 Maret
1949. Saat itu, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan
beberapa anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda.
Karena situasi genting, Soedirman kruk kiri dengan pasukannya dan
kembali ke perang gerilya.
Dia pindah sekitar tujuh bulan dari satu hutan ke hutan lain, dan
dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit hampir tanpa pengobatan
dan perawatan medis. rumah Soedirman gerilya karena kondisi
kesehatannya tidak memungkinkan dia untuk memimpin Angkatan
Bersenjata langsung. Setelah itu baru sosok Soedirman perencana di
balik layar dalam kampanye gerilya melawan Belanda. Setelah
penyerahan Belanda sebagai Amerika kepulauan Indonesia dalam
Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Jenderal Sudirman kembali ke
Jakarta dengan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad
Hatta 1949. Pada tanggal 29 Januari 1950, Jenderal Sudirman
meninggal di Magelang, penyakit Jawa Tengah menderita TB berat.
Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di semaki Negara
Kusuma, Yogyakarta. Dia bernama Pembela Kemerdekaan pahlawan.
Pada tahun 1997 ia dianugerahi anumerta kepada Mayor Jenderal
peringkat bintang lima yang hanya dimiliki oleh beberapa jenderal di
Indonesia sampai sekarang.