ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS NEW Kel.5-1

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 46

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


“PROGRAM PEMERINTAH YANG BERKAITAN DENGAN KIA/KB
DIWILAYAH KERJA”
Dosen Pengampu : Suyati Romauli S.ST,M.Kes

Disusun Oleh kelompok 5 :

1. Rizka Iva Ifta’urrofida 7. Naima sorotnaja


2. Nur Indrawila Anindita 8. Napina Wakerwa
3. Nurma Munawaroh 9. Paskalina Masriat
4. Raodatul Jannah 10. Rachel Mansa
5. Nabila Nurul Hikmah 11. Welmince Bairam
6. Retno Widiastuti

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
PROGRAM STUDY D-III KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
i

ABSTRAK

The improvement of Maternsal and Child Health (MCH) degree remains


the main objective in the Ministry of Health strategic plan to be achieved in 2019.
One of the indicators of low MCH in Indonesia is still high MMR of 359 cases /
100,000 live births and IMR, ie 32 cases per 1000 live births. Data from health
profiles of PekalonganRegency mention MPH in Pekalongan as many as 244
cases per 100,000 live births in 2014. This figure when compared to the 2015
MDGs is still far from the target even though the Pekalongan’s IMR (7.2 cases
per 1000 live births) in 2014 exceeding the 2015 MDGs target of 17 cases per
1000 live births. Api-api Village of Wonokerto Subdistrict is one of the villages
under Pekalongan Regency which is located on the north coast. Its territory on the
Java Sea coast has caused Api-api village impacted rob water to become one of
themajor problems for the region. The existing environmental and social
conditions have caused the Api-api Village have health problems particularly is
MCH with the finding of infant mortality cases and the low participation of family
planning program on thelocal people to be the background of this research. The
research method used is qualitative research with descriptive data. Primary data
obtained through interviews to 150 respondents who consisted from couple of
fertile age and woment of fertile age withrange 18-35 years, while secondary data
is obtained from local health center data. The results of identification indicate that
MCH problems as indicated by immunization coverage rate of only 50% and low
family planning attachment and lack of family planning acceptors using long-term
contraception. Suggestions can be given as an effort to improve MCH through
family planning program by providing information to the Api-api citizens,
especially information about long-term contraception and reviving the role
ofBKB, BKR and BKL.

Peningkatan derajat KIA masih menjadi tujuan utama dalam rencana


strategi Kementerian Kesehatan yang ingin dicapai pada tahun 2019 karena masih
ii

rendahnya derajat KIA di Indonesia yang ditandaidengan AKI yang masihtinggi,


yakni 359 kasus/ 100.000 kelahiran hidupdan AKB yakni 32 kasus per 1000
kelahiran hidup. Data dari profil kesehatan Kabupaten Pekalongan menyebutkan
AKI di Kabupaten Pekalongan sebanyak 244 kasus per 100.000 kelahiran
hidupdan AKB di Kabupaten Pekalongan Nur Lu’lu Fitriyani/Pena MedikaVol
7(1)Juni 2017 65 -7366sebesar 7,2 kasus per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2014. DesaApi-api Kecamatan Wonokerto merupakan desater dampak rob di
Kabupaten Pekalongan. Kondisi ligkungan dan sosial yang ada menyebabkan
Desa Api-api memiliki masalah kesehatan khususnya bidang KIA dengan
ditemukannya kasus kematian bayi dan rendahnya keikutsertaan KB. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah kesehatan ibu dan anak yang ada
di DesaApi-api Kecamatan Wonokerto. Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif dengan penyajian data secara deskriptif. Data primer
diperoleh melalui wawancara mendalam kepada 150 responden yang terdiri dari
PUS dan WUS dengan kisaran usia 18-35 tahun, sedangkan data sekunder
diperoleh dari data Puskesmas setempat. Hasil identifikasi menunjukkan adanya
masalah KIA yang ditunjukkan dengan angka cakupan imunisasi yang
rendahhanya 50% dan keikusertaan KB yang masih rendah serta tidak adanya
aseptor KB yang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. Saran yang
bisadiberikan sebagai upaya untuk meningkatkan KIA adalah melalui program
KB dengan memberikan informasi tentang manfaat KB, penggunaan alat
kontrasepsi jangka panjang dan menghidupkan kembali peran Bina Keluarga
Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL)
iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
KATA PENGANTAR.............................................................................................2

BAB I..
PENDAHULUAN....................................................................................4
A. Latar belakang...........................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................6
C. Tujuan.......................................................................................................6
D. Manfaat

BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................7
PROGRAM PEMERINTAH YANG BERKAITAN DENGAN PWS KIA
DIWILAYAH KERJA

BAB III
PENUTUP.........................................................................................18
A. Kesimpulan............................................................................................18
B. Saran......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “PROGRAM
PEMERINTAH YANG BERKAITAN DENGAN KIA/KB DIWILAYAH
KERJA “ ini dapat terselesaikan.
Untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada
yang terhormat Suyati Romauli S.ST,M.Kes yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami memohon saran dan kritik dari para pembaca yang
sifatnya membangun.

Jayapura ,07 Februari 2020


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia


sejak tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program
di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat
memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau
tindakan yang cepat dalam wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program
Imunisasi yang dalam perjalanannya, berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti
PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) dan PWS Gizi.
Pelaksanaan PWS imunisasi berhasil baik, dibuktikan dengan tercapainya
Universal Child Immunization (UCI) di Indonesia pada tahun 1990. Dengan
dicapainya cakupan program imunisasi, terjadi penurunan AKB yang signifikan.
Namun pelaksanaan PWS dengan indikator Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tidak
secara cepat dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara bermakna
walaupun cakupan pelayanan KIA meningkat, karena adanya faktor-faktor lain
sebagai penyebab kematian ibu (ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dsb).
Dengan demikian maka PWS KIA perlu dikembangkan dengan memperbaiki
mutu data, analisis dan penelusuran data.
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan
beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di
Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut
data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per 100.000
kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran
hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.
Penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan
CBR 19,1 maka terdapat 4.287.198 bayi lahir hidup. Dengan AKI 228/100.000
KH berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh
2

sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Besaran kematian
Neonatal, Bayi dan Balita jauh lebih tinggi, dengan AKN 19/1.000 KH, AKB
34/1.000 KH dan AKABA 44/1.000 KH berarti ada 9 Neonatal, 17 bayi dan 22
Balita meninggal tiap jam.
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs,
2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-
perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan
Angka Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-
2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68
menjadi 23/1.000 KH, dan Angka Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada
tahun 2015.
Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu
adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak
langsung kematian Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan
(37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini
akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang
tidak anemia. Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab
langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%)
dan lain-lain (33%).
Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0 – 6 hari
adalah gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi
(7%), kelainan darah/ikterus (6%), postmatur (3%) dan kelainan kongenital (1%).
Penyebab kematian neonatal 7 – 28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan
kongenital (19%), pneumonia (17%), Respiratori Distress Syndrome/RDS (14%),
prematuritas (14%), ikterus (3%), cedera lahir (3%), tetanus (3%), defisiensi
nutrisi (3%) dan Suddenly Infant Death Syndrome/SIDS (3%). Penyebab
kematian bayi (29 hari – 1 tahun) adalah diare (42%), pneumonia (24%),
meningitis/ensefalitis (9%), kelainan saluran cerna (7%), kelainan jantung
kongenital dan hidrosefalus (6%), sepsis (4%), tetanus (3%) dan lain-lain (5%).
3

Penyebab kematian balita (1 – 4 tahun) adalah diare (25,2%), pneumonia (15,5%),


Necrotizing Enterocolitis E.Coli/NEC (10,7%), meningitis/ensefalitis (8,8%),
DBD (6,8%), campak (5,8%), tenggelam (4,9%) dan lain-lain (9,7%).
Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun
1980-an melalui program Safe Motherhood Initiative yang mendapat perhatian
besar dan dukungan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Pada
akhir tahun 1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk
menajamkan strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making
Pregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000.
Sejak tahun 1985 pemerintah merancang Child Survival (CS) untuk penurunan
AKB. Kedua Strategi tersebut diatas telah sejalan dengan Grand Strategi DEPKES
tahun 2004.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana program pemerintah yang berkaitan dengan KIA/KB diwilayah
kerja ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui program pemerintah yang berkaitan dengan KIA/KB
diwilayah kerja.
4

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN PUSKESMAS
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk program pokok.

B. PENGERTIAN KIA
Program Kesehatan Ibu dan Anak (IKA) merupakan salah satu program
pokok di Puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu
hamil, menyusui, bayi dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan
terhadap kesakitan-kematian. (Departemen Kesehatan, 1992)

C. PENGERTIAN PWS-KIA
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS–KIA)
adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di
suatu wilayah (Puskesmas/kecamatan) secara terus menerus, agar dapat dilakukan
tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA nya
masih rendah. ( Depkes, 1994)

D. TUJUAN PWS-KIA
Tujuan umum PWS-KIA yaitu :
Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja
Puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus-
menerus.
Tujuan Khusus :
1. Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator, secarat
teratur (bulanan) dan berkesinambungan (terus-menerus) untuk tiap desa.
5

2. Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaian sebenarnya


untuk tiap desa.
3. Menentukan urutan desa prioritas yang akan ditangani secara intensif
berdasarkan besarnya kesenjangan antara target dan pencapaian.
4. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
dan yang dapat digali.
5. Membangkitkan peran pamong setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya.

E. PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA


Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertuuan memantapkan dan
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA, secara efektif dan
efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan
pokok sebgaia berikut :
a. Peningkatan pelayanan antenatal (ANC) di semua fasilitas pelayanan
dengan mutu yang baik serta jangkauan ynag setinggi-tingginya.
b. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan pada
pertolongan oleh tenaga profesional secara berangsur.
c. Peningkatan deteksi dini risiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga
kesehatan maupun di masyuarakat oleh kader dan dukun bayi, serta
penanganan dan pengamatannya secara terus-menerus.
d. Peniingkatan pelayanan neonatal (bayi berusia kurang dari 1 bulan)
dengan mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi-tingginya.

F. BATASAN dan INDIKATOR PEMANTAUAN


Dalam penerapan PWS-KIA digunakan batasan operasional dan indikator
pemantauan seperti diuraikan berikut ini :
Batasan
a. Pelayanan Antenatal
Pelayanan Antenatal (ANC) merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
profesional untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilakukan sesuai
6

dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan.Standar operasional yang


ditetapkan untuk ANC adalah “5T”, yakni :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. (Ukur) Tekanan darah.
3. (Pemberian imunisasi) Tetanus Toxoid (TT) lengkap.
4. (Ukur) Tinggi fundus uteri.
5. (Pemberian) Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

b. Penjaringan (Deteksi) Dini Kehamilan Berisiko


Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan ibu hamil berisiko yang dapat
dilakukan oleh kader, dukun bayi, dan tenaga kesehatan.

c. Kunjungan Ibu Hamil


Maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan.

d. Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1)


Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan.

e. Kunjungan Ulang
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan
seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar
selama satu periode kehamilan berlangsung.

f. K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau
lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar, dengan
syarat :
1. Minimal satu kali kontak pada trimester I
2. Minimal satu kali kontak pada trimester II
3. Minimal dua kali kontak pada trimester III
7

g. Kunjungan Neonatal (KN)


Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal dua kali.
KN 1 = kontak neonatal dengan tenaga profesional pada umur 0-7 hari.
KN 2 = kontak neonatal dengan tenaga profesional pada umur 8-28 hari.

h. Cakupan Akses
Adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu,
yang pernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standar. paling sedikit satu
kali selama kehamilan.

i. Cakupan Ibu Hamil (Cakupan K4)


Pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, yaitu minimal
satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali
pada triwulan ketiga.

j. Sasaran Ibu Hamil


Adalah jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun waktu satu tahun.

k. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan


Adalah presentase ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu,yang ditolong persalinannya oleh tenakes.

l. Cakupan Penjaringan Ibu Hamil Berisiko oleh Masyarakat


Adalah persentasi ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh kader dan
dukun bayi, dan kemudian dirujuk ke puskesmas atau tenakes, dalam kurun
waktu tertentu.

m. Cakupan Ibu Hamil Berisiko oleh Tenaga Kesehatan


Adalah persentase ibu hamil beresiko yang ditemukan baik oleh tenakes,
maupun oleh kader/ dukun bayi yang tealah dipastikan oleh tenakes, yang
kemudian ditindak lanjuti (dipantau secara intensif dan ditangani sesuai
8

kewenangan dan/ atau dirujuk ketingkat pelayanan yang lebih tinggi),dalam


kurun waktu tertentu.

n. Ibu Hamil Berisiko


Adalah ibu hamil yang punya faktor resiko dan resiko tinggi, kecuali ibu
hamil normal.
o. Cakupan Kunjungan Neonatal (KN)
Adalah presentase neonatal yang memperoleh pelayanan kesehatan
minimal 2 kali dari tenakes 1 kali pada umur 0-7 hari dan 1 kali pada uimur 8-
28 hari.

Indikator Pemantauan
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi
indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program
KIA.
Ditetapkan 6 indikator PWS-KIA yaitu;
1. Akses pelayanan antenatal ( cakupan K1 )
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal
serta,kemampuan program dalam menggerakan masyarakat
RUMUS:
Jumlah kunjungan baru (K1) ibu hamil x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

2. Cakupan ibu hamil ( Cakupan K4 )


Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara
lengkap
RUMUS:
Jumlah kunjungan ibu hamil (K4) x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
9

3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan


Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan
manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan secara profesional
RUMUS:
Jumlah persalinan oleh tenakes x 100%
Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam satu tahun

4. Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat


Dengan indikator ini dapat diukur tingkat kemampuan dan peran serta
masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil yang beresiko dalam satu
wilayah
RUMUS:
Jumlah Ibu hamil beresiko yang dirujuk oleh dukun
Bayi /kader ke tenakes x 100%
Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun

5. Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan


Dengan indikator ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi
oleh program KIA dan harus ditindak lanjuti dengan intervensi secara intensif
RUMUS:
Jumlah Ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh tenakes
dan atau dirujuk oleh dukun bayi dan kader x 100%
Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun

6. Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan


Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan neonatal
RUMUS:
10

Jumlah kunjungan neonatal yang mendapat Pelayanan


kesehatan minimal dua kali oleh tenakes x 100%
Jumlah seluruh sasaran bayi dalam satu tahun

Keenam indikator ini merupakan indikator yang digunakan oleh para


pengelola program KIA, sehingga disesuaikan dengan kebutuhan program.
Karena itu disebut indikator pemantauan teknik

G. CARA MEMBUAT GRAFIK PWS-KIA


PWS-KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai,
juga menggambarkan pencapaian tiap desa dalam tiap bulan.
Dengan demikian tiap bulanannya dibuat 6 grafik yaitu:
Grafik cakupan K1
Grafik cakupan K4
Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
Grafik penjaringan ibu hamil berisiko oleh masyarakat
Grafik penjaringan ibu hamil berisiko oleh tenaga kesehatan
Grafik cakupan neonatal oleh tenaga kesehatan

Langkah-langkah pokok dalam pembuatan grafik PWS-KIA


Pengumpulan data
Pengolahan data
Penggambaran grafik PWS-KIA

Di bawah ini contoh perhitungan / pengelolaan data untuk cakupan K1 dan


cakupan K4:
a. Perhitungan untuk cakupan K1 (Akses)
- Pencapaian kumulatif per desa adalah :
Pencapaian cakupan kumulatif bumil baru per desa
(Januari s/d April 2007) x 100%
Sasaran Bumil per desa selama satu tahun
11

- Pencapaian bulan ini per desa


Pencapaian cakupan bumil baru per desa
April 2007 x 100%
Sasaran Bumil per desa selama satu tahun
- Pencapaian Bulan lalu per desa adalah
Pencapaian cakupan bumil baru per desa
Selama Bulan Maret 2007 x 100%
Sasaran Bumil per desa selama satu tahun

b. Perhitungan untuk cakupan K4


- Pencapaian kumulatif per desa adalah :
Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan bumil (K4)
per desa (Januari s/d April 2007) x 100%
Sasaran Bumil per desa selama satu tahun
- Pencapaian bulan ini per desa
Pencapaian cakupan bumil (K4) per desa
April 2007 x 100%
Sasaran Bumil per desa selama satu tahun
- Pencapaian Bulan lalu per desa adalah
Pencapaian cakupan bumil (K4) per desa
Selama Bulan Maret 2007 x 100%
Sasaran Bumil per desa selama satu tahun

Penggambaran Grafik PWS-KIA


Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat grafik PWS-KIA
(dengan menggunakan indikator cakupan K1) sebagai berikut :
a. Menentukan target rata-rata per bulan untuk menggambarkan skala pada
grafik vertical ( sumbu Y)
Misalnya : target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1) dalam satu tahun
ditentukan 90% (garis a), maka sasaran rata-rata setiap bulan:
90%= 7,5% 12 bl
12

Dengan demikian, maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan Bulan


April adalah (4 x 7,5% =) 30 % (garis b)
b. Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 sampai bulan April
dimasukkan dalam jalur % kumulatif secara berurutan sesuai peringkat.
Pencapaian tertinggi di sebelah kiri dan terendah di sebelah kanan, sedangkan
pencapaian untuk Puskesmas dimasukkan ke dalam kolom terakhir.
c. Nama desa bersangkutan dituliskan dalam lajur desa, sesuai dengan cakupan
kumulatif masing-masing desa yang dituliskan pada butir b diatas.
d. Hasil perhitungan pencapaian bulan ini ( April ) dan bulan lalu ( Maret ) untuk
tiap desa dimasukkan kedalam lajur masing-masing.
e. Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur trend. Bila penacapaian
cakupan bulan ini lebih besar dari cakupan bulan lalu, maka digambar anak
panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya, untuk cakupan bulan ini yang lebih
rendah dari cakupan bulan lalu, digambarkan anak panah yang menunjuk ke
bawah ; sedangkan untuk cakupan yang tetap atau sama digambarkan dengan
tanda (-)
* Contoh grafik akses ibu hamil bulan April 2007
Puskesmas Sukamejeng
Des 90,0%
Nov 82,5%
Okt 75,0 %
Sep 67,5%
Ags 60,0%
Juli 52,5%
Juni 45% Target 30,0%
Mei 37,5% ↓
Apr 30,0%
Mar 22,5%
Feb 15,0%
Jan 7,5 %
13

% kumulatif 55 48 40 22,5 15 40
% bulan ini 14 6 7,5 7,5 6 9
% bulan lalu 10 8 7,5 10 4 7
TREND
_

Desa A B C D E Pusk

G. ANALISIS dan TINDAK LANJUT PWS - KIA


Grafik PWS-KIA perlu di analisis dan ditafsirkan, agar dapat diketahui
desa mana yang paling memerlukan perhatian dan tindak lanjut yang perlu
dilakukan.

Analisis grafik PWS-KIA


Analisis dari grafik cakupan ibu hamil baru (akses) pada pemantauan
bulan April 2007 dapat digambarkan dalam matriks seperti di bawah ini.:
Desa Cakupan terhadap Terhadap cakupan bulan lalu Status Desa
target

Di atas Di Naik Turun Tetap


bawah
A + + Baik
B + + Kurang
C + + Baik
D + + Jelek
E + + Cukup
14

Dari matriks di atas dapat disimpulkan adanya 4 macam status cakupan desa, yaitu

1. Status Baik
Adalah desa dengan cakupan diatas target yang ditetapkan untuk
bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
meningkat atau tetap jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa-
desa ini adalah Desa A dan C. jika keadaan tersebut berlanjut, maka desa-
desa tersebut akan mencapai atau melebihi target tahunan yang ditentukan.

2. Status Kurang

Adalah desa dengan cakupan diatas target yang ditetapkan untuk


bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam
kategori ini adalah Desa B, yang perlu mendapatkan perhatian karena
cakupan bulan ini hanya 6 %. Jika cakupan terus menurun,, maka desa
tersebut tidak akan mencapai target tahunan yang ditentukan.

3. Status Cukup

Adalah desa dengan cakupan dibawah target yang ditetapkan untuk


bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
meningkat jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam
kategori ini adalah Desa E, yang perlu didorong agar cakupan bulanan
selanjutnya tidak lebih kecil daripada cakupan bulanan minimal. Jika
keadaan tersebut dapat terlaksana, maka desa ini kemungkinan besar akan
mencapai target tahunan yang ditentukan.

4. Status Jelek

Adalah desa dengan cakupan dibawah target yang ditetapkan untuk


bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
15

menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam


kategori ini adalah Desa D, yang perlu diprioritaskan untuk pembinaan
agar cakupan bulanan selanjutnya tidak lebih kedapat ditingkatkan di atas
cakupan bulanan minimal agar dapat mengejar kekurangan target sampai
bulan April 2007, sehingga dapat pula mencapai target tahunan yang
ditentukan.

Rencana Tindak Lanjut


Bagi kepentingan program, analisis PWS-KIA ditujukan untuk
menghasilkan suatu keputusan tindak lanjut teknis dan non-teknis bagi Puskesmas
keputusan tersebut harus dijabarkan dalam bentuk rencana operasional jangka
pendek untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.

H. PELEMBAGAAN PWS-KIA
Pelembagaan PWS-KIA adalah pemanfaatan PWS-KIA secara teratur
dan terus menerus pada semua siklus pengambilan keputusan untuk
memantau penyelanggaran progam KIA, disemua tingkatan administrasi
pemerintah,baikyang bersifat teknis sektoral maupun yang bersifat
koordinatif, non-teknis dan lintas sektoral.
Langkah-langkah pelembagaan PWS-KIA, yaitu :
 Penunjukan petugas pengolahan data ditiap tingkatan, untuk menjaga
kelancaran pengumpulan data.
 Pemanfaatan pertemuan lintas program
 Pemantauan PWS-KIA untuk menyakini lintas sektoral

I. SISTEM PENCATATAN dan PELAPORAN


Pengumpulan dan pengolahan data merupakan kegiatan pokok dari PWS-
KIA. Data yang dicatat perdesa dan kemudian dikumpulkan ditingakat
Puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi.
Jenis data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS-KIA adalah :
 Data sasaran :
16

1. Jumlah seluruh ibu hamil


2. Jumlah seluruh ibu bersalin

3. Jumlah seluruh bayi berusia kurang dari 1 bulan ( neonatal )


4. Jumlah seluruh bayi

 Data pelayanan:
1. Jumlah K1.
2. Jumlah K4.
3. Jumlah ibu hamil beresiko yang dirujuk oleh masyarakat.
4 Jumlah ibu hamil beresiko yang dilayani oleh tenaga kesehatan.
5. Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga profesional.
6. Jumlah bayi berusia kurang dari 1 bulan yang dilayani oleh tenaga
Kesehatan minimal 2 kali.

Sumber data yang diperlukan untuk melaksanakan PWS-KIA umumnya berasal


dari :
- Register Kohort ibu dan bayi.
- Laporan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan dukun bayi.
- Laporan dari dokter/ bidan praktik swasta.
- Laporan dari fasilitas pelayanan selain puskesmas yang berada di wilayah
puskesmas.

J. Proses Penerapan PWS/KIA


1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus toksoid
(TT) bila diperlukan.
17

7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan


8. Test laboratorium (rutin dan kasus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling),termasuk perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

K. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari PWS
KIA. Data yang di catat per desa/kelurahan dan kemudian dikumpulkan di
tingkat puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi. Data yang di
perlukan dalam PWS KIA adalah Data Sasaran dan Data Pelayanan. Proses
pengumpulan data sasaran sebagai berikut :
1. Jenis data
Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA adalah
Data sasaran :
a. Jumlah seluruh ibu hamil Jumla hseluruh ibu bersalin
b. Jumlah ibu nifas
c. Jumlah seluruh bayi
d. Jumlah seluruh anak balita
e. Jumlah seluruh PUS

2. Data pelayanan :
a. Jumlah K1
b. Jumlah K4
c. Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
d. Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF 3) oleh tenaga kesehatan
e. Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur
f. 6 – 48 jam
g. Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap pada
umur 0-28 hari (KN 1, KN 2, KN 3)
18

h. Jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan factor risiko atau
komplikasi yang dideteksi oleh masyarakat
i. Jumlah kasus komplikasi obstetri yang ditangani
j. Jumlah neonates dengan komplikasi yang ditangani
k. Jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur 29
hari – 11 bulan sedikitnya 4 kali
l. Jumlah anak balita (12 – 59 bulan) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sedikitnya 8 kali
m. Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan
3. Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang
dihitung berdasarkan rumus yang diuraikan dalam BAB III. Berdasarkan
data tersebut, Bidan di Desa bersama dukun bersalin/bayi dan kader
melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah kerjanya.
Data pelayanan pada umumnya berasal dari :
a. Register kohort ibu
b. Register kohort bayi
c. Register kohort anak balita
d. Register kohort KB

L. PELAKSANAAN TERPADU KIA


Pada era desentralisasi, setiap Kabupaten/Kota mendapat pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah pusat untuk dapat
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah termasuk dalam
bidang kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab
untuk menyelenggarakan program dan pelayanan kesehatan yang dimulai dari
penyusunan rencana pembangunan sektor kesehatan yang berbasis bukti
(evidence based) termasuk penyediaan anggaran sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Agar program berjalan denganbaik, maka diperlukan pedoman
pelaksanaan yang sederhana, praktis, sistematis, komprehensif, dan
19

terintegrasi sesuai dengan kebutuhan, termasuk pada perencanaan dan


penganggaran untuk memelihara dan memperbaiki status KesehatanIbu, Bayi
Baru Lahir, dan Anak Balita. Untuk dapat mendukung program Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA), pemecahan masalah melalui Pendekatan Tim
Kabupaten/Kota atau Tim Perencanaan Terpadu KIA (PTKIA) telah
ditetapkan sebagai bagian strategi kebijakan di dalam pelaksanaan program
KIA untuk mempercepat penurunan AKI, AKB dan AKABA serta
memperbaiki kinerja pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak
balita.
Hal ini diperkuat dengan akan ditetapkannya Permenkes RI baru tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi Serta
Pelayanan Kesehatan Seksul yang diharapkan bisa menjadi payung hukum
bagi keberadaan Perencanaan Terpadu KIA. Secara konseptual dan praktis,
pendekatan Tim PTKIA menyadari pula bahwa berbagai pihak di tingkat
kabupaten / kota dapat proaktif berperan serta dalam usaha-usaha memelihara
dan memperbaiki status kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak balita.

M. PELAKSANAAN KIA
Pelaksanaan kegiatan Tim PTKIA merupakan suatu proses sistematis,
berdasarkan bukti atau data, yang implementasinya dilakukan melalui tahapan
secara bottom-up, meliputi empat pilar proses utama, yaitu : Proses
pertamaadalahPraKondisi (AdvokasiAwal, Pertemuan Teknis dan Orientasi
Multi- pihak) jika disepakati harus ada dukungan dari pemangku kepentingan
diluar sector kesehatan. Namun apabila disepakati tidak diperlukan
keterlibatan aktif dari pemangku kepentingan diluar sector kesehatan maka
Orientasi Multi pihak tidak perlu dilaksanakan. Proses kedua yaitu Proses
Loka karya Perencanaan, proses ketiga adalah Proses Advokasi TPTKIA
yang didalamnya mencakup perumusan kebijakan dan rencana kerja serta
anggaran di SKPD terkait, untuk mencapai follow up, berupa produk hokum
Perda APBD untuk kegiatan TPTKIA dan yang keempat merupakan Proses
20

Monitoring dan Evaluasi (Monev) dari hasil pelaksanaan kegiatan TPTKIA


Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) memanfaatkan data SDKI tahun 1990
sampai 2007 menggunakan perhitung annex ponensial maka dapat diperoleh
proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2015 baru
mencapai 161/100.000 kelahiran hidup, sementara untuk target MDG
Petunjuk Pelaksanaan Tim Perencanaan Terpadu KIA | 3 Indonesia adalah
102/100.000 kelahiran hidup.Berdasarkan Instruksi Presiden RI No. 3 Tahun
2010 tentang Pembangunan yang Berkeadilan, maka seluruh jajaran dari
Gubernur, Bupati dan Walikota diwajibkan untuk dapat memprioritaskan
upaya pencapaian target MDGs dalam program pembangunan di daerah yang
dituangkan dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) Pencapaian MDGs.(RAN PP
AKI 2013-2015) Sebagai salah satu Rencana Aksi Daerah (RAD) untuk
mendukung pencapaian MDGs bidang KIA, diperlukan pelaksanaan PT-KIA
di setiap kabupaten/kota. Dasar dalam pelaksanaan PT-KIA adalah hasil
penilaian status kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita berbasis
bukti (evidence base) yang memiliki output, berupa Angka Kematian Ibu,
Bayi dan Balita.Target Pembangunan Millenium Development Goals
(MDGs) 2015, penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 102 per
100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) 23 per 1.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKABA) 32 per 1.000
kelahiran hidup.Kondisi yang ada masih jauh dari target yang ditetapkan. Hal
ini terlihat dari hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 yang menunjukkan AKI mengalami peningkatan dari 228 per 100.000
kelahiran hidup di tahun 2007 (SDKI, 2007) dan meningkat sebesar 22,31 %
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012), AKB dari 34 per
1.000 kelahiran hidup di tahun 2007 (SDKI, 2007), mengalami sedikit
penurunan sebesar 3,03 % menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI,
2012) dan AKABA dari 44 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2007 (SDKI,
2007), mengalami penurunan sebesar 4,76 % menjadi 40 per 1.000 kelahiran
hidup (SDKI, 2012). Gambar 1.1 Target dan Cakupan AKI, AKB dan
AKABA 0 100 200 300 400 500 600 700 800 AKI AKB AKABA TARGET
21

DAN CAKUPAN AKI, AKB DAN AKABA SDKI 2012 SDKI 2007 Target
MDG's

N. PEMANTAUAN HASIL KEGIATAN

Pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi


indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program
KIA. Berikut ditetapkan 6 indikator PWS – KIA.

1. Akses pelayan antenatal (Cakupan K1)


Indikator ini untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakan masyarakat. Rumus yang
digunakan untuk perhitungannya adalah sebagai berikut :

Jumlah Kunjungan baru (K1) ibu hamil

Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun X 100%

2. Cakupan ibu hamil (Cakupan K4)


Cakupan ibu hamil (Cakupan K4). Dengan indicator ini, dapat diketahui
cakupan pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan, yang
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program
KIA. Rumus yang digunakan untuk perhitungannya adalah sebagai
berikut :

Jumlah Kunjungan ibu hamil

Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun X 100%

3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan


Dengan indicator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan
22

manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan secara


profesional. Rumus yang digunakan sebagai berikut:.

Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan

Jumlah seluruh sasaran persainan dalam satu tahun X 100%

4. Penjaringan (deteksi) ibu hamil berisiko oleh masyarakat


Dengan indikator ini dapat diukur tingkat kemampuan dan peran serta
masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil berisiko di suatu wilayah.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Jumlah ibu hamil berisiko yang di rujuk oleh kader/dukun bayi ke nakes

Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam satu tahun X 100%

5. Penjaringan (deteksi) ibu hamil berisiko oleh tenaga kesehatan


Dengan indikatoor ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi
oleh program KIA dan harus ditindak lanjuti dengan intervensi secara
intensif. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Jumlah ibu hamil berisiko yang ditemukan oleh nakes dan kader/ dukun bayi

Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun X 100%

6. Cakupan pelayanan neonatus (KN) oleh tenaga kesehatan


Dengan indicator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelaynan
kesehatan neonatus. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
23

Jumlah kunjugan neonatal yang mendapat pelayanan Kesehatan minimal 2


kali oleh nakes

Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun X 100%


23

DAFTAR PUSTAKA

http://materi-paksyaf.blogspot.com/2011/06/pws-kia.html?m=1

Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.

Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.

http://creasoft.wordpress.com

http://www.slideshare.net

http://kia029.blogspot.com/

Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.

Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat

Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Depkes RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.


24

1. PENGERTIAN(PWS)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak(PWS KIA)
adalah alat manajemen program untuk memantau cakupan pelayan KIA
disuatu wilayah kerja secara terus menerus. Ha tersebut dimaksudkan agar
dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap wilayah kerja
yang cakupan layan KIA-nya masih rendah ataupun wilayah yang
membutuhkan penanganan atau tindak lanjut secara khusus.
Penyajian PWS KIA dapat dipakai bagai alat motivasi dan komunikasi
terhadap sector terkait/stakeholder yang berikatan terhadap pelaksanaan
KIA. Dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa penyajian PWS KIA berkaitan
langsung dengan masyarakat setempat, khususnya aparat yang berperan
dalam pendataan dan penggerakan sasaran agar mendepatkan pelayananan
KIA, maupun dalam membantu masalah non teknis rujukan kasus resiko
tinggi. Dalam hal ini sumber daya masyakat setempat sepertis kader
kesehatan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.
Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut
berupa perbaikan dalam mobilisasi sumber daya yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA contohnya
adalah bagaimana memotivasi ibu untuk memeriksa kehamilan minimal 4
kali selama kehamilan oleh masyarakat itu sendiri, kader misalnya.
Hasil rekapitulasi PWS KIA ditingkat kabupaten untuk menentukan
puskesmas yang rawan demikian juga PWS KIA tingkat provinsi, yaitu
untuk mengidentifikasi kabupaten mana yang memerlukan penanganan
khusus dan juga untuk menentukan kabupaten mana rawan sehingga
masalah-masalah yang dihadapi tersebut dapat diatasi dengan.

2. TUJUAN PWS KIA


a. Tujuan Umum
Terpantaunya cakupan mutu pelayanan KIA secara terus menerus,
disetiap wilayah kerja
b. Tujuan Khusus
25

1. Memantau pelayanan KIA secara individu melalui kohor


2. Memantau cakupan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA
secara teratur(bulanan) dan terus menerus
3. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan
KIA
4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap
target yang ditetapkan
5. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan
ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan
6. Merencakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya
tersedia dan yang potensial untuk digunakan
7. Membangkitksn peran aparat ke tempat dalam penggerakan sasaran
dan mobilisasi sumber daya
8. Meningkatkan peran serta dan kasadaran masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan KIA

3. PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA


Pengelolaan program KIA bertujusn memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien.
Pemantapan pelayanan KIA utamakan pada kegiatan-kegiatan pokok,
sebagai berikut:
a. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil
disemua fasilitaskesehatan.
b. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan.
c. Peningkatan pelayan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar disemua
fasilitas.
d. Peningkatan pelayan bagi seluruh neonatus sesuai standar disemua
fasilitas kesehatan.
26

e. Peningkatan deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan


neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
f. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan neonatus secara
adekuat dan pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan.
g. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar
disemua fasilitas kesehatan.
h. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai
standar difasilitas kesehatan.
i. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.
Prinsip pengelolaan PWS KIA meliputi beberapa hal yang mencakup
indikator ketercapaian program PWS KIA. Ada indikator tersebut:
1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal selengkapnya mencakup anamnesis, pemeriksaan
fisik(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi,
serta intervensi dasar dan khusus(sesuai resiko yang a termasuk
penyuluhan dan konseling). Dalam penerapannya terdiri dari:
a. Timbang berat dan ukur tinggi badan
b. Ukur tekanan darah
c. Nilai status giziz(ukur lingkarlengan atas)
d. Ukur tinggi fundus uteri
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
f. Screening status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi TT bila
diperlukan
g. Pemberian tablet penambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan
h. Tes laboratorium(rutin dan khusus) pemeriksa laboratorium rutin
mencakup pemeriksa hemoglobin, protein urine, gula darah dan
hepatitis B. Pemeriksa khusus dilakukan didaerah prevalensi tinggi
tinggi dan atau kelompok perilaku beresiko dilakukan terhadap
HIV, sifilis, malaria, TB, cacingan, thalesimia.
27

i. Tatalaksana kasus
j. Temu wicara(konseling), termaksud perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi(P4K) serta KB pasca salin.
Pelayanan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga
kesehatan dan tidak dapat dilakukan oleh dukun bayi. Di tetapkan
pula frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4x selama
kehamilan, dengan ketentuan:
a. Minimal 1 kali pada triwulan pertama
b. Minimal 1 kali pada triwulan kedua
c. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga

Standar waktu pelayanan antenatal tersebut di tentukan untuk menjamin


perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor resiko,
pencegahan dan pencegahan komplikasi.

2. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus mempertikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Sterilisasi /pencegahan infeksi.
b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan lebih tinggi
d. Melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini(IMD).
e. Pemberian infeksi Vitamin K dan salep mata pada bayi baru lahir.

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan
28

pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan


kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan:
a. Kunjungan nifas pertama pada 6 jam sampai 3 hari setelah
persalinan
b. Kunjungan nifas kedua dalam waktu 2 minggu setelah
persalinan(8-14 hari)
c. Kunjungan nifas ketiga dalam waktu 6 minggu setelah
persalinan(36-42 hari)

Pelayanan yang diberikan adalah:

a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu


b. Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri(involusi uteri)
c. Pemeriksaan lochea dan pengeluaran pervaginam lainnya
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif 6 bulan
e. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali, pertama
segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam
pemberian kapsul vitamin A pertama segera setelah melahirkan,
kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A
pertama
f. Pelayanan KB pasca salin.
4. Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari
setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus:
a. Kunjungan neonatal ke-1(KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48
jam setelah lahir
b. Kunjungan neonatal ke-2(KN 2) dilakukan pada waktu hari ke 3
sama dengan hari ke 7 setelah lahir
29

c. Kunjungan neonatal hari ke-3(kn 3) dilakukan pada kurun waktu


hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatan akses neonatus
terhadap pelayanann kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin
bila terdapat kelainan pada bayi atau bayi mengalami masalah
kesehatan. Risiko terbesar kematian bayi baru lahir terjadi pada 24
jam pertama, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya.
Sehingga jika bayi lahir difasilitas kesehatan sangat
dianjurkanuntuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam
pertama.
Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan secara
komprehensi,dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan
pemeriksaan menggunakan pendeketan manejemen terpadu bayi
muda untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat,yang meliputi :
a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan
infeksi,bakteri,ikterus,diare dan bayi berat lahir rendah dan
masalah pemberian ASI
b. Pemberian imunisasi Hepatitis BO bila belum diberikan pada
saat lahir
c. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
ekslusif,pengcegahan hiportemi dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA
d. Penenganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

5. Deteksi dini factor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus


oleh tenaga kesehatan maupun masyrakat.
Deteksi dini kehamilan dengan factor resiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu kehamilan merupakan proses
reproduksi yang normal,tetapi tetap mempunyai resiko /komplikasi
30

kebidanan perlu di focuskan kepada keadaan yang menyebabkan


kematian ibu hamil bersalin di rumah dengan pertolongan oleh dukun
bayi juga oleh masyarakat atau tenaga non kesehatan yang tidak
berwenang.
Faktor resiko ibu hamil diantaranya :
a. Prima gravida kurang dari 20 tahun atau dari 35 tahun.
b. Anak lebih dari 4
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2
tahun
d. Kurang energi kronis (KEK)dengan lingkar lengan atas dan kurang
dari 23,5 cm, atau penambahan berat badan kuran < 9kg selama
masa kehamilan
e. Anemia dengan dari hemoglobin <11g/dl.
f. Tinggi badan kurang dari 145cm dengan kelainan bentuk panggul
dan tulang belakang
g. Riwayat hirpentensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum
kehamilan ini
h. Sedang / pernah menderita penyakit kronis antara lain : tuberkolosis
,kelainan jantung,ginjal,hati,psikosis,kelainan endokrin (diabetes
mellitus,sistemik lupuk eritamatosus dll), tumor dan kegananasan.
i. Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa,ketuban pecah dini,bayi dengan cacat
kongenital.
j. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan sesio
sesarea,ekstraksi vakum/forsep.
k. Riwayat nifas dengan komplikasi : pendarahan pasca
persalinan,infeksi,masa nifas, psikosis post partum(post partum
blues)
l. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis,hipertensi dan
riwayat cacat congenital
m. Jumlah janin : kehamilan ganda.
31

n. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat janin besar.


o. Kelainan letak dan posisi janin : lintang / oblique, sungsang pada
usia kehamilan lebih dari 32 minggu

Komplikasi ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :

a. Ketuban pecah dini.


b. Pendarahan pervaginam :

Ante partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta

Intra partum : robekan jalan lahir

Post partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata,


kelainan pembukuan darah, subinvolusi uteri

c. Hipertensi dalam kehamilan (HDK):Tekanan darah tinggi (sistolik


> 140 mmHg, diastolik > 90 mmHg),dengan atau tanpa edemen
pri-tibial
d. Ancaman persalinan prematur.
e. Infeksi berat dalam keharnilan : deman berdarah,tifus abdominalis,
sepsis.
f. Distosia : persalinan macet, persalinan tak maju.
g. Infeksi masa nifas.

Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat


penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan.Faktor
waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam
merujuk kasus. Oleh karenanya deteksi faktor resiko pada ibu baik oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya
penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.

6. Penanganan Komplikasi Kebidanan


Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu
dengan komplikasi kebidanan untuk mendapatkan penanganan
32

definitive sesuai standar oleh tenaga kesehatan pada tingkat pelayanan


dasar dan rujukan.
Diperkirakan sekitar 15-20% ibu hamil akan mengalami komplikasi
kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu
dapat diduga atau diramalkan sebelumnya, oleh karenanya semua
persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi
kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani. Oleh karena itu, ibu
hamil harus berada sedekat mungkin pada sarana pelayanan yang
mampu memberi pelayanan obstetric dan neonatal emergensi
dasar(PONED).
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas PONED meliputi:
a. Pelayanan obstetri:
1. Pencegahan dan penanganan perdarahan
2. Pencegahan dan penanganan pre eklamsi dan eklamsi
3. Pencegahan dan penangan infeksi
4. Penanganan partus lama/macet
5. Pencegahan dan penanganan abortus
6. Stabilitasi komplikasi obstetric untuk dirujuk dan transportasi
rujukan
b. Pelayanan neonatal
1. Pencegahan dan penanganan asfiksia
2. Pencegahan dan penanganan hipotermia
3. Pencegahan dan penanganan BBLR
4. Pencegahan dan penanganan kejang/kertus ringan sedang
5. Pencegahan dan penanganan gangguan minum.

6. Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0-28 hari (KN Lengkap)

Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai


standar paling sesikit 3 kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6-48 jam,
1 kali padahari ke-3 sampaihari ke-7 dan 1 kali padahari ke-8 sampaihari
ke-28 setelahlahirdisuatuwilayahkerjakurunwaktutertentu.
33

Dengan indicator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas


pelayanan kesehatan neonatal.

Rumus yang digunakanadalah:

Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan

Neonatal sesuai standar disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x 100
Jumlah seluruh sasaran bayi disuatu wilayah dalam 1 tahun

7. Deteksi Faktor Resiko Dan Komplikasi Oleh Masyarakat

Adalah cakupan ibu hamil dengan factor resiko atau komplikasi yang
ditemukan oleh kader atau dukun bayu atau masyarakat serta dirujuk ketenaga
kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Indikator menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam


mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.

Rumus yang digunakan:

Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau Dukun bayi atau
masyarakat di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x 100
20% jumlahsasaranibuhamildisuatuwilayahdalam 1 tahun

8. Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri (PK)

Adalah cakupan ibu dengan komplikasi kebidanan disuatu wilayah


kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitive sesuai
dengan standar oleh tenaga kesehatan kompoten pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan.
34

Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam


menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu
hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi

Rumus yang digunakan:

Jumlahkomplikasikebidanan yang mendapatkanpenanganan

Definitifdisuatuwilayahkejapadakurunwaktutertentux 100
20% jumlahsasaranibuhamildisuatuwilayahdalam 1 tahun

9. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus

Adalah cakupan neonates dengan komplikasi yang ditangani secara


definitif oleh tenaga kesehatan kompoten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan


dalam menangani kasus ke gawat daruratan neonatal, yang kemudian
ditindak lanjuti sesuai dengan kewenangan atau dapat dirujuk ketingkat
pelayanan yang lebih tinggi.

Rumus yang digunakan:

Jumlah neonates dengan komplikasi yang mendapat penanganan


Definitif disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x 100
15% jumlah sasaran bayi disuatu wilayah dalam 1 tahun

10. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi 29 hari - 12 bulan (KunjunganBayi)

Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal


4 kali yaitu kali pada umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan, 1
kali pada umur 6-8 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan, sesuai standar
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
35

Dengan indicator ini dapat diketahui efektifitas, continum of care dan


kualitas pelayanan kesehatan bayi.

Rumus yang digunakan:

Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan

Sesuai standar disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x 100

Jumlah seluruh bayi disuatu wilayah dalam 1 tahun

11. Cakupan Pelayanan Anak Balita (12-59 bulan)

Adalah cakupan anak balita yang memperoleh pelayanan sesuai


standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun,
pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun, pemberian vitamin A
(2 kali setahun).

Rumus yang digunakan:

Jumlah anak balita yang memperoleh pelayanan sesuai


Standardisuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x 100
Jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah dalam 1 tahun

12. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit Yang Dilayani


Dengan MTBS
36

Adalah cakupan anak balita (12-59 bulan) yang berobat ke


puskesmas dan memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar MTBS
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Rumus yang digunakan:

Jumlah anak balita sakit yang memperoleh pelayanan sesuai tatalaksana


MTBS dipuskesmas disuatu wilayah kerjap ada kurun waktu tertentu
x 100
Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung kepuskesmas disuatu
Wilayah dalam 1 tahun

Jumlah anak balita yang sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit
yang dating kepuskesmas (registrasi rawat jalan).Jumlah anak balita sakit
yang mendapatkan pelayanan standar diperoleh dari format pencatatan dan
pelaporan MTBS.

13. Cakupan Peserta KB Aktif (ContraseptivePrevalance Rate)

Adalah cakupan dari peserta KB yang barudan lama yang masih aktif
menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokan) dibandingkan oleh jumlah
pasangan usia subur di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.

Indikator ini menunjukan peserta KB barudan lama yang masih aktif


memakai alokan terus menerus untuk menunda, menjarangkan kehamilan
atau mengakhiri kesuburan.

Rumus yang digunakan:

Jumlah peserta KB aktif disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x
100
Jumlah seluruh PUS disuatu wilayah dalam 1 tahun
37

DAFTAR PUSTAKA

Suryati Romauli S.ST.,M.Kes. Buku Diktat Asuhan Kebidanan Komunitas


38

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
PWS-KIA adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan
pelayanan KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus terutama dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam rangka menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) secara efektif dan
efisien.Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA
meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam
program KIA seperti :
1. Akses pelayanan antenatal ( cakupan K1 )
2. Cakupan ibu hamil( Cakupan K4 )
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
4. Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat
5. Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan
6. Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari PWS KIA.
Data yang di catat per desa/kelurahan dan kemudian dikumpulkan di tingkat
puskesmas akan di laporkan sesuai jenjang administrasi.
Agar program berjalan dengan baik, maka diperlukan pedoman
pelaksanaan yang sederhana, praktis, sistematis, komprehensif, dan
terintegrasi sesuai dengan kebutuhan, termasuk pada perencanaan dan
penganggaran untuk memelihara dan memperbaiki status Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir, dan Anak Balita. Untuk dapat mendukung program Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA), pemecahan masalah melalui Pendekatan Tim
Kabupaten/Kota atau Tim Perencanaan Terpadu KIA (PTKIA) telah
ditetapkan sebagai bagian strategi kebijakan di dalam pelaksanaan program
KIA untuk mempercepat penurunan AKI, AKB dan AKABA serta
39

memperbaiki kinerja pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak
balita.

B. Saran

Dengan mengetahui program pemerintah yang berkaitan dengan


PWS KIA/KB di wilayah kerja,kita mengharapkan para pembaca maupun
teman-teman yang lain dapat mengenal pentingnya program pemerintah
yang berkaitan dengan PWS KIA/KB di wilayah kerja ini.
40

DAFTAR PUSTAKA

http://materi-paksyaf.blogspot.com/2011/06/pws-kia.html?m=1

Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.

Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.

http://creasoft.wordpress.com

http://www.slideshare.net

http://kia029.blogspot.com/

Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.

Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat

Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Depkes RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.

Suryati Romauli S.ST.,M.Kes. Buku Diktat Asuhan Kebidanan Komunitas

You might also like