ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS NEW Kel.5-1
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS NEW Kel.5-1
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS NEW Kel.5-1
ABSTRAK
DAFTAR ISI
ABSTRAK
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I..
PENDAHULUAN....................................................................................4
A. Latar belakang...........................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................6
C. Tujuan.......................................................................................................6
D. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................7
PROGRAM PEMERINTAH YANG BERKAITAN DENGAN PWS KIA
DIWILAYAH KERJA
BAB III
PENUTUP.........................................................................................18
A. Kesimpulan............................................................................................18
B. Saran......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “PROGRAM
PEMERINTAH YANG BERKAITAN DENGAN KIA/KB DIWILAYAH
KERJA “ ini dapat terselesaikan.
Untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada
yang terhormat Suyati Romauli S.ST,M.Kes yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami memohon saran dan kritik dari para pembaca yang
sifatnya membangun.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Besaran kematian
Neonatal, Bayi dan Balita jauh lebih tinggi, dengan AKN 19/1.000 KH, AKB
34/1.000 KH dan AKABA 44/1.000 KH berarti ada 9 Neonatal, 17 bayi dan 22
Balita meninggal tiap jam.
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs,
2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-
perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan
Angka Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-
2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68
menjadi 23/1.000 KH, dan Angka Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada
tahun 2015.
Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu
adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak
langsung kematian Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan
(37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini
akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang
tidak anemia. Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab
langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%)
dan lain-lain (33%).
Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0 – 6 hari
adalah gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi
(7%), kelainan darah/ikterus (6%), postmatur (3%) dan kelainan kongenital (1%).
Penyebab kematian neonatal 7 – 28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan
kongenital (19%), pneumonia (17%), Respiratori Distress Syndrome/RDS (14%),
prematuritas (14%), ikterus (3%), cedera lahir (3%), tetanus (3%), defisiensi
nutrisi (3%) dan Suddenly Infant Death Syndrome/SIDS (3%). Penyebab
kematian bayi (29 hari – 1 tahun) adalah diare (42%), pneumonia (24%),
meningitis/ensefalitis (9%), kelainan saluran cerna (7%), kelainan jantung
kongenital dan hidrosefalus (6%), sepsis (4%), tetanus (3%) dan lain-lain (5%).
3
B. Rumusan Masalah
Bagaimana program pemerintah yang berkaitan dengan KIA/KB diwilayah
kerja ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui program pemerintah yang berkaitan dengan KIA/KB
diwilayah kerja.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN PUSKESMAS
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk program pokok.
B. PENGERTIAN KIA
Program Kesehatan Ibu dan Anak (IKA) merupakan salah satu program
pokok di Puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu
hamil, menyusui, bayi dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan
terhadap kesakitan-kematian. (Departemen Kesehatan, 1992)
C. PENGERTIAN PWS-KIA
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS–KIA)
adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di
suatu wilayah (Puskesmas/kecamatan) secara terus menerus, agar dapat dilakukan
tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA nya
masih rendah. ( Depkes, 1994)
D. TUJUAN PWS-KIA
Tujuan umum PWS-KIA yaitu :
Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja
Puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus-
menerus.
Tujuan Khusus :
1. Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator, secarat
teratur (bulanan) dan berkesinambungan (terus-menerus) untuk tiap desa.
5
e. Kunjungan Ulang
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan
seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar
selama satu periode kehamilan berlangsung.
f. K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau
lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar, dengan
syarat :
1. Minimal satu kali kontak pada trimester I
2. Minimal satu kali kontak pada trimester II
3. Minimal dua kali kontak pada trimester III
7
h. Cakupan Akses
Adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu,
yang pernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standar. paling sedikit satu
kali selama kehamilan.
Indikator Pemantauan
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi
indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program
KIA.
Ditetapkan 6 indikator PWS-KIA yaitu;
1. Akses pelayanan antenatal ( cakupan K1 )
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal
serta,kemampuan program dalam menggerakan masyarakat
RUMUS:
Jumlah kunjungan baru (K1) ibu hamil x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
% kumulatif 55 48 40 22,5 15 40
% bulan ini 14 6 7,5 7,5 6 9
% bulan lalu 10 8 7,5 10 4 7
TREND
_
Desa A B C D E Pusk
Dari matriks di atas dapat disimpulkan adanya 4 macam status cakupan desa, yaitu
1. Status Baik
Adalah desa dengan cakupan diatas target yang ditetapkan untuk
bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
meningkat atau tetap jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa-
desa ini adalah Desa A dan C. jika keadaan tersebut berlanjut, maka desa-
desa tersebut akan mencapai atau melebihi target tahunan yang ditentukan.
2. Status Kurang
3. Status Cukup
4. Status Jelek
H. PELEMBAGAAN PWS-KIA
Pelembagaan PWS-KIA adalah pemanfaatan PWS-KIA secara teratur
dan terus menerus pada semua siklus pengambilan keputusan untuk
memantau penyelanggaran progam KIA, disemua tingkatan administrasi
pemerintah,baikyang bersifat teknis sektoral maupun yang bersifat
koordinatif, non-teknis dan lintas sektoral.
Langkah-langkah pelembagaan PWS-KIA, yaitu :
Penunjukan petugas pengolahan data ditiap tingkatan, untuk menjaga
kelancaran pengumpulan data.
Pemanfaatan pertemuan lintas program
Pemantauan PWS-KIA untuk menyakini lintas sektoral
Data pelayanan:
1. Jumlah K1.
2. Jumlah K4.
3. Jumlah ibu hamil beresiko yang dirujuk oleh masyarakat.
4 Jumlah ibu hamil beresiko yang dilayani oleh tenaga kesehatan.
5. Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga profesional.
6. Jumlah bayi berusia kurang dari 1 bulan yang dilayani oleh tenaga
Kesehatan minimal 2 kali.
K. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari PWS
KIA. Data yang di catat per desa/kelurahan dan kemudian dikumpulkan di
tingkat puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi. Data yang di
perlukan dalam PWS KIA adalah Data Sasaran dan Data Pelayanan. Proses
pengumpulan data sasaran sebagai berikut :
1. Jenis data
Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA adalah
Data sasaran :
a. Jumlah seluruh ibu hamil Jumla hseluruh ibu bersalin
b. Jumlah ibu nifas
c. Jumlah seluruh bayi
d. Jumlah seluruh anak balita
e. Jumlah seluruh PUS
2. Data pelayanan :
a. Jumlah K1
b. Jumlah K4
c. Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
d. Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF 3) oleh tenaga kesehatan
e. Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur
f. 6 – 48 jam
g. Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap pada
umur 0-28 hari (KN 1, KN 2, KN 3)
18
h. Jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan factor risiko atau
komplikasi yang dideteksi oleh masyarakat
i. Jumlah kasus komplikasi obstetri yang ditangani
j. Jumlah neonates dengan komplikasi yang ditangani
k. Jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur 29
hari – 11 bulan sedikitnya 4 kali
l. Jumlah anak balita (12 – 59 bulan) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sedikitnya 8 kali
m. Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan
3. Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang
dihitung berdasarkan rumus yang diuraikan dalam BAB III. Berdasarkan
data tersebut, Bidan di Desa bersama dukun bersalin/bayi dan kader
melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah kerjanya.
Data pelayanan pada umumnya berasal dari :
a. Register kohort ibu
b. Register kohort bayi
c. Register kohort anak balita
d. Register kohort KB
M. PELAKSANAAN KIA
Pelaksanaan kegiatan Tim PTKIA merupakan suatu proses sistematis,
berdasarkan bukti atau data, yang implementasinya dilakukan melalui tahapan
secara bottom-up, meliputi empat pilar proses utama, yaitu : Proses
pertamaadalahPraKondisi (AdvokasiAwal, Pertemuan Teknis dan Orientasi
Multi- pihak) jika disepakati harus ada dukungan dari pemangku kepentingan
diluar sector kesehatan. Namun apabila disepakati tidak diperlukan
keterlibatan aktif dari pemangku kepentingan diluar sector kesehatan maka
Orientasi Multi pihak tidak perlu dilaksanakan. Proses kedua yaitu Proses
Loka karya Perencanaan, proses ketiga adalah Proses Advokasi TPTKIA
yang didalamnya mencakup perumusan kebijakan dan rencana kerja serta
anggaran di SKPD terkait, untuk mencapai follow up, berupa produk hokum
Perda APBD untuk kegiatan TPTKIA dan yang keempat merupakan Proses
20
DAN CAKUPAN AKI, AKB DAN AKABA SDKI 2012 SDKI 2007 Target
MDG's
Jumlah ibu hamil berisiko yang di rujuk oleh kader/dukun bayi ke nakes
Jumlah ibu hamil berisiko yang ditemukan oleh nakes dan kader/ dukun bayi
DAFTAR PUSTAKA
http://materi-paksyaf.blogspot.com/2011/06/pws-kia.html?m=1
Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.
http://creasoft.wordpress.com
http://www.slideshare.net
http://kia029.blogspot.com/
1. PENGERTIAN(PWS)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak(PWS KIA)
adalah alat manajemen program untuk memantau cakupan pelayan KIA
disuatu wilayah kerja secara terus menerus. Ha tersebut dimaksudkan agar
dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap wilayah kerja
yang cakupan layan KIA-nya masih rendah ataupun wilayah yang
membutuhkan penanganan atau tindak lanjut secara khusus.
Penyajian PWS KIA dapat dipakai bagai alat motivasi dan komunikasi
terhadap sector terkait/stakeholder yang berikatan terhadap pelaksanaan
KIA. Dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa penyajian PWS KIA berkaitan
langsung dengan masyarakat setempat, khususnya aparat yang berperan
dalam pendataan dan penggerakan sasaran agar mendepatkan pelayananan
KIA, maupun dalam membantu masalah non teknis rujukan kasus resiko
tinggi. Dalam hal ini sumber daya masyakat setempat sepertis kader
kesehatan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.
Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut
berupa perbaikan dalam mobilisasi sumber daya yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA contohnya
adalah bagaimana memotivasi ibu untuk memeriksa kehamilan minimal 4
kali selama kehamilan oleh masyarakat itu sendiri, kader misalnya.
Hasil rekapitulasi PWS KIA ditingkat kabupaten untuk menentukan
puskesmas yang rawan demikian juga PWS KIA tingkat provinsi, yaitu
untuk mengidentifikasi kabupaten mana yang memerlukan penanganan
khusus dan juga untuk menentukan kabupaten mana rawan sehingga
masalah-masalah yang dihadapi tersebut dapat diatasi dengan.
i. Tatalaksana kasus
j. Temu wicara(konseling), termaksud perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi(P4K) serta KB pasca salin.
Pelayanan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga
kesehatan dan tidak dapat dilakukan oleh dukun bayi. Di tetapkan
pula frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4x selama
kehamilan, dengan ketentuan:
a. Minimal 1 kali pada triwulan pertama
b. Minimal 1 kali pada triwulan kedua
c. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga
2. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus mempertikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Sterilisasi /pencegahan infeksi.
b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan lebih tinggi
d. Melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini(IMD).
e. Pemberian infeksi Vitamin K dan salep mata pada bayi baru lahir.
Neonatal sesuai standar disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x 100
Jumlah seluruh sasaran bayi disuatu wilayah dalam 1 tahun
Adalah cakupan ibu hamil dengan factor resiko atau komplikasi yang
ditemukan oleh kader atau dukun bayu atau masyarakat serta dirujuk ketenaga
kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau Dukun bayi atau
masyarakat di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x 100
20% jumlahsasaranibuhamildisuatuwilayahdalam 1 tahun
Definitifdisuatuwilayahkejapadakurunwaktutertentux 100
20% jumlahsasaranibuhamildisuatuwilayahdalam 1 tahun
Sesuai standar disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x 100
Jumlah anak balita yang sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit
yang dating kepuskesmas (registrasi rawat jalan).Jumlah anak balita sakit
yang mendapatkan pelayanan standar diperoleh dari format pencatatan dan
pelaporan MTBS.
Adalah cakupan dari peserta KB yang barudan lama yang masih aktif
menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokan) dibandingkan oleh jumlah
pasangan usia subur di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.
Jumlah peserta KB aktif disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x
100
Jumlah seluruh PUS disuatu wilayah dalam 1 tahun
37
DAFTAR PUSTAKA
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PWS-KIA adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan
pelayanan KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus terutama dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam rangka menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) secara efektif dan
efisien.Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA
meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam
program KIA seperti :
1. Akses pelayanan antenatal ( cakupan K1 )
2. Cakupan ibu hamil( Cakupan K4 )
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
4. Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat
5. Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan
6. Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari PWS KIA.
Data yang di catat per desa/kelurahan dan kemudian dikumpulkan di tingkat
puskesmas akan di laporkan sesuai jenjang administrasi.
Agar program berjalan dengan baik, maka diperlukan pedoman
pelaksanaan yang sederhana, praktis, sistematis, komprehensif, dan
terintegrasi sesuai dengan kebutuhan, termasuk pada perencanaan dan
penganggaran untuk memelihara dan memperbaiki status Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir, dan Anak Balita. Untuk dapat mendukung program Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA), pemecahan masalah melalui Pendekatan Tim
Kabupaten/Kota atau Tim Perencanaan Terpadu KIA (PTKIA) telah
ditetapkan sebagai bagian strategi kebijakan di dalam pelaksanaan program
KIA untuk mempercepat penurunan AKI, AKB dan AKABA serta
39
memperbaiki kinerja pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak
balita.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://materi-paksyaf.blogspot.com/2011/06/pws-kia.html?m=1
Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.
http://creasoft.wordpress.com
http://www.slideshare.net
http://kia029.blogspot.com/