Jurnal k3 PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 15, Nomor 1, Oktober 2019 ISSN : 1858-3709

Kajian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) Konstruksi Balok Pada


Konstruksi Bangunan Gedung

Occupational Safety and Health (OSH) Study Beam Construction in Building


Construction

Hendra Alexander, Silvia Nengsih & Oni Guspari

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Kampus Limau Manis Padang
Telp. 0751-72590 Fax. 0751-72576 Email: [email protected]

ABSTRACT

Construction projects have a very high risk of work accidents. Work accidents will disrupt all project activities
that can cause death and loss to the project. A work accident is an undesirable and unexpected incident which
could result in loss of life and property. Based on Law No.1 of 1970 concerning work safety, work accident is an
unexpected and undesirable event that disrupts the regulated process of an activity and can cause harm to both
human victims and property.
For this reason, it is necessary to have a construction safety management system using methods Hazard
Identification Risk Determining Control (HIRADC). HIRADC will be implemented if there is support from
management for occupational safety and health (OSH) in the form of policies, organizational structure and
budget.
From the studies conducted, the most common hazards are falling, punctured, scratched, tripped, bumped,
inhaled dust, electric shock, exposed to concrete splashes with extreme risk of risk of injury, disability and even
death. For this reason, there is a need for handling control in the form of mandating the use of PPE,
administrative control such as making work instructions, SOP, must have SIO and SILO, installing signs, and
doing engineering such as work methods, shopdrawing, providing regular training.

Keyword : construction project, work safety, hazard, risk, HIRADC, PPE

Proyek Pasar Atas Bukittinggi supaya tidak


PENDAHULUAN terjadi kecelakaan kerja atau zero accident.
Pembangunan proyek konstruksi Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970
beresiko sangat tinggi yaitu terjadinya tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja akan adalah suatu kejadian yang tidak diduga
menganggu semua kegiatan proyek yang semula dan tidak dikehendaki, yang
dapat menyebabkan kematian dan kerugian mengacaukan proses yang telah diatur dari
pada proyek. Setiap proyek konstruksi suatu aktivitas dan dapat menimbulkan
terutama proyek konstruksi bangunan kerugian baik korban manusia maupun
gedung mempunyai resiko kecelakaan kerja harta benda. Menurut PP Nomor 50 tahun
yang tinggi yang dapat menyebabkan 2012, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
kerugian secara finansial dan waktu sampai (K3) Konstruksi adalah segala kegiatan
menyebabkan kematian. untuk menjamin dan melindungi
Adapun masalah yang penulis kaji keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
adalah mengidentifikasi bahaya, membuat melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja
penilaian resikonya serta merencanakan dan penyakit pada pekerja konstruksi.
pengendalian resiko pada pekerjaan balok Menurut Slamet (2012) yang dikutip Dewi
konstruksi bangunan gedung dengan lokasi Ratna (2017), keselamatan kerja dapat

39
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 15, Nomor 1, Oktober 2019 ISSN : 1858-3709

diartikan sebagai keadaan terhindar dari istiraha selama lebih dari 2 hari. Seperti
bahaya selama melakukan pekerjaan. terjepit, luka sampai robek, luka bakar.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja 4. Ringan.
(Permenaker) Nomor : 03/Men/1998, Kecelakaan kerja ringan merupakan
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian kecelakan yang membutuhkan pengobatan
yang tidak dikehendaki dan tidak diduga di hari itu dan dapat melakukan
semula yang dapat menimbulkan korban pekerjaannya kembali atau istirahat kurang
jiwa dan harta benda. dari 2 hari. Seperti terpeleset, tergores,
Construction safety plan adalah suatu terkena pecahan beling, terjatuh dan terkilir.
perencanaan K3 yang disusun untuk Resiko adalah kombinasi antara
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja kemungkinan terjadi suatu
untuk menuju zero accident pada proyek kejadian/frekuensi dan konsekuensi dari
konstruksi. Construction safety plan ini peristiwa tersebut dalam hal ini cidera atau
dimulai dengan mengidentifikasi bahaya sakit (Ramli, 2011). Sedangkan manjemen
yang dapat menyebabkan resiko resiko merupakan suatu upaya untuk
kecelakaan kerja kemudian membuat mengatur serta mengelola dan
penilaian resiko serta dilakukan mengendalikan resiko agar dapat mengenali
pengendalian dengan menyusun rencana resiko dan mengembangkan strategi untuk
pengendalian resiko dan diimplementasi di meminimalisir resiko (Wideman, 1992).
lapangan. (Alexander dkk, 2019). HIRADC merupakan sebuah sistem
Menurut Bangun Wilson (2012) untuk menganalisis risiko yang terdiri dari
Keselamatan Kerja adalah perlindungan 3 tahapan yaitu identifikasi bahaya (Hazard
atas keamanan kerja yang dialami pekerja Identification), penilaian resiko (Risk
baik fisik maupun mental dalam lingkungan Assesment) dan pengendalian resiko (Risk
pekerjaan. Control).
Adapun klasifikasi kecelakaan kerja a. Identifikasi Bahaya
berdasarkan tingkat keparahannya yaitu Identifikasi bahaya dimaksudkan untuk
( Ihsan, 2011 ): dapat mengetahui seberapa besar potensi
1. Fatal/Meninggal : bahaya yang akan terjadi di lingkungan
Kecelakaan yang menyebabkan kematian kerja. Hal ini dapat diketahui dengan
tanpa memperhitungkan tenggang waktu mengetahui karakter dan sifat bahaya
antara terjadinya kecelakaan dengan sehingga dapat dilakukan langkah-langkah
meninggalnya korban. pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan.
2. Berat. b. Penilaian Resiko
Kecelakaan kerja berat yakni kecelakaan Penilaian resiko dapat dilakukan setelah
kerja yang mengalami amputasi dan mengidentifikasi semua kemungkinan
kegagalan fungsi tubuh. Seperti patah bahaya. Hal ini dimaksudkan untuk
tulang, cacat, hingga amputasi. menentukan prioritas pengendalian
3. Sedang. terhadap tingkat resiko kecelakaan dengan
Kecelakaan kerja sedang yaitu kecelakaan meninjau aspek kuantitatif (kemungkinan)
yang membutuhkan pengobatan dan perlu dan aspek kualitatif (dampak). Selanjutnya
dari kedua aspek tersebut dimasukkan ke

40
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 15, Nomor 1, Oktober 2019 ISSN : 1858-3709

dalam matriks reiko untuk menentukan c. Pengendalian Resiko


tingkat resiko. Setelah memberikan penilaian terhadap
resiko, langkah berikutnya adalah
Tabel 1. Kategori Kemungkinan Resiko melakukan tindakan pengendalian resiko
Tingkat Uraian Contoh Rinci yang dilakukan terhadap seluruh bahaya
1 Jarang Terjadi Dapat terjadi dalam keadaantertentu yang ditemukan dalam proses identifikasi
2 Kadang Terjadi Dapat terjadi tetapi kemungkinan kecil bahaya dan mempertimbangkan peringkat
3 DapatTerjadi resiko. Tindakan pengendalian resiko
Dapat terjadi namun tidak sering
memiliki hirarki sebagai berikut :
4 Sering Terjadi Terjadi beberapa kali dalam beberapawaktu tertentu
 Eliminasi
5 Hampir PastiTerjadi Dapat terjadi setiapsaatdalam kondisi normal Pengendalian ini dilakukan dengan
menghilangkan sumber bahaya itu
Tabel 2. Kategori Konsekuensi sendiri.
Tingkat Uraian Contoh Rinci  Substitusi
1 Kejadian tidak menimbulkan kerugian atau cedera pada
Tidak Signifikan
manusia. Pengendalian ini dilakukan dengan
2 Menimbulkan cedera ringan, kerugian kecil, dan tidak
Kecil
menimbulkan dampak serius.
mengganti alat, bahkan serta sistem
3 Sedang
Cedera dan dirawat dirumah sakit tidak menimbulkan dengan yang lebih aman .
cacat tetap, kerugian finansial sedang.
4 Menimbulkan cedera parah dan cacat tetap dan kerugian  Pengendalian Teknik
Berat
finansial besar serta menimbulkan dampak serius. Dalam pengendalian teknik, bahaya dan
5 Mengakibatkan korban meninggal dan kerugian parah,
Bencana
bahkan dapat menghentikan kegiatan selamanya pekerja dipisah untuk mencegah
terjadinya kesalahan yang diakibatkan
Tabel 3. Matrik Probalitas dan Dampak
oleh manusia yang terpasang dalam suatu
Kemungkinan Konsekusensi
Tidak unit sistem mesin atau peralatan.
Kecil Sedang Berat Bencana
Signifikan  Pengendalian Administratif
1 2 3 4 5
Jarang Terjadi 1 1 2 3 4 5 Dapat dilakukan dengan seleksi
Kadang Terjadi 2 2 4 6 8 10 karyawan, memiliki Standart of
Dapat Terjadi 3 3 6 9 12 15
Sering Terjadi 4 4 8 12 16 20
Prosedure.
Hampir Pasti Terjadi 5 5 10 15 20 25  Alat Pelindung Diri (APD)
Dilakukan penerapan APD kepada
≥ 10 = Resiko Ekstrim, pekerjaan harus pekerja untuk mengurangi risiko dan
dihentikan, dan dilakukan
dampak bahaya namun hal ini
investigasi untuk tindakan
perbaikan secara menyeluruh oleh merupakan pengendalian yang kurang
manajemen perusahaan efektif.
8 - 9 = Resiko Tinggi, dilakukan perbaikan
segera dari manajemen perusahaan METODOLOGI
4 - 6 = Resiko Sedang, perlu perbaikan
dari manajemen di proyek Metodologi dalam penelitian dimulai
2 - 3 = Resiko Rendah, perlu perhatian
dari tahapan penelitian yang meliputi
dari manajemen di proyek
1 = Tidak Significant survey dan observasi untuk mengumpulkan
(Sumber: Jurnal Analisis Risiko K3 data di lokasi proyek. Setelah itu dilakukan
Menggunakan Pendekatan HIRADC dan pengolahan data dengan menggunakan
JSA, 2017) metoda HIRADC, mengidentifikasi bahaya,

41
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 15, Nomor 1, Oktober 2019 ISSN : 1858-3709

menilai resiko dari bahaya tersebut, serta 3. Pengangkatan frame dan asesoris
membuat rencana pengendalian dari resiko perancah dengan tower crane.
tersebut. Adapun tahapan penelitian secara 4. Pembuatan panel bekisting.
skematis bisa dilihat pada.flowchart 5. Pengangkatan panel bekisting
6. Pemasangan atau perakitan panel
Mulai
bekisting.
Kajian Keselamatan Kerja Konstruksi (K3) Pada Proyek 7. Pemotongan besi dan pembengkokan
Konstruksi Bangunan Gedung
begel besi.
Survey Lapangan 8. Pengangkatan besi
9. Pemasangan atau perakitan besi
Pengumpulan Data
10. Truk mixer memasuki lokasi proyek.
11. Pengecoran dan pemadatan beton
Data Primer: Data Sekunder:
Observasi di Lapangan 1. Gambar teknis bangunan
( dokumentasi )
Wawancara
2.
3.
Standart of Procedure proyek
Data penunjang lainnya
Identifikasi bahaya
Identifikasi bahaya mutlak harus
dilakukan pada metoda HIRADC.
Pengolahan Data :
Identifikasi bahaya ini merupakan suatu
1. Mengidentifikasi bahaya pada tahapan konstruksi

2.
pekerjaan pelat dan balok.
Melakukan penilaian resiko dengan Risk Matrix
usaha untuk mengetahui bahaya apa saja
3. Melakukan pengendalian resiko
yang bisa terjadi pada setiap pekerjaan.
Dari identifikasi bahaya yang dilakukan,
Analisis Data :

Menggunakan pendekatan HIRADC


bahaya yang bisa terjadi yaitu : terjatuh,
tertimpa, terjepit, terbentur, tergores,
Kesimpulan dan Saran terhirup debu, terpukul palu, tersandung,
terhimpit, tertusuk, tersengat listrik,
Selesai
perancah rubuh, sling putus, terpotong,
M5
terkena percikan beton.
Gambar 1. Bagan Alir Tahapan Proses
Penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari data yang didapatkan dibuatkan


matrik probilitas dn dampaknya yang
berisikan uraian pekerjaan, identifikasi
bahaya dari pekerjaan, penilaian resiko dan
resikonya, pengendalian resiko.
Uraian kegiatan pada pekerjaan balok
adalah
1. Pemasangan perancah oleh pekerja
yang tidak berkompeten.
2. Perancah yang tidak lengkap.

42
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 15, Nomor 1, Oktober 2019 ISSN : 1858-3709

Tabel 1. Identifikasi Bahaya Pekerjaan Penilaian Resiko


Balok Tahapan setelah identifikasi bahaya
No. Uraian Pekerjaan Identifikaasi Bahaya adalah melakukan penilian resiko dari
1 2 3 bahaya tadi. Penilaian resiko bertujuan
A. Pekerjaan Balok Pada Konstruksi Bangunan Gedung
Pemasangan Perancah/Scafolding untuk mengetahui tingkat resiko dan
1 Pemasangan Perancah - Terjatuh
oleh pekerja yang tidak
berkompeten
- Terjepit
- Terbentur
resikonya sehingga akan apat membuat
2 Perancah yang tidak - Perancah rubuh
pandangan apakah bahaya tesebut bisa
lengkap atau non standar - Tertimpa
- Terjatuh
dimaklumi atau tidak. Dari penilaian resiko
- Perancah rusak
yang dilakukan, hampir semua kegiatan
3 Pengangkatan frame dan - Sling Putus
asesoris perancah dengan - Tertimpa pekerjaan mendapatkan nilai 16 - 20. Ini
tower crane - Terbentur
berarti kegiatan pekerjaan mempunyai
Pekerjaan Bekisting
1 Pembuatan panel bekisting - Terpotong tingkat resiko ekstrim yang beresiko
- Terhirup debu
- Tergores kematian dan cacat serta berakibat
- Terpukul palu
- Tersandung
- Tertusuk
pekerjaan di proyek bisa dihentikan untuk
- Terhimpit keperluan investigasi. Apabila proyek
2 Pengangkatan panel bekisting - Sling Putus
- Tertimpa
sampai dihentikan untuk keperluan
- Terbentur
investigasi tentu akan dapat mengalami
3 Pemasangan/Perakitan - Terjatuh
Panel Bekisting - Terpotong kerugian waktu dan materil.
- Terhirup debu
- Tergores
- Terpukul palu
- Tersandung
- Tertusuk

No. Uraian Pekerjaan Identifikaasi Bahaya


1 2 3
Pekerjaan Pembesian
1 Pemotongan dan pabrikasi - Terpotong
begel - Tergores
- Tersandung
- Tertusuk
- Terhimpit

2 Pengangkatan besi - Sling Putus


- Tertimpa
- Terbentur

3 Pemasangan pembesian - Terjatuh


- Tergores
- Tersandung
- Tertusuk

Pekerjaan Pengecoran
1 Truck masuk lokasi proyek - Tertabrak
menuju pompa

2 Pengecoran dan pemadatan - Terjatuh


- Tersandung
- Terkena percikan beton
- Tersengat listrik

43
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 15, Nomor 1, Oktober 2019 ISSN : 1858-3709

Tabel 2. Penilaian Resiko Pekerjaan Pengendalian Resiko


Balok Setelah dilakukan tahapan penilian
Penilaian Resiko
resiko, tahapan selanjutnya adalah
No. Uraian Pekerjaan Tingkat
Kerapatan Keparahan Resiko pengendalian resiko. Pada tahapan semua
Resiko
1 2 4 5 6 7
tindakan pengendalian resiko seperti
A. Pekerjaan Balok Pada Konstruksi Bangunan Gedung eliminasi, subtitusi, pengendalian teknis,
Pemasangan Perancah/Scafolding pengendalian administrasi dan pemakain
1 Pemasangan Perancah 4 5 20 Meninggal
APD harus dijabarkan. Tindakan
oleh pekerja yang tidak Cacat
berkompeten Cedera pengendalian resiko tadi ada yang tidak bisa
dilakukan seperti eliminasi pekerjaan,
2 Perancah yang tidak 4 5 20 Meninggal
lengkap atau non standar Cacat mensubtitusi atau mengganti pekerjaan
Cedera tersebut dikarenakan keharusan ada atau
3 Pengangkatan frame dan 4 5 20 Meninggal
terkait biaya yang bertambah sangat
asesoris perancah dengan Cacat signifikan. Setelah membuat rencana
tower crane Cedera pengendalian resiko dan diyakini akan bisa
Pekerjaan Bekisting diterapkan di proyek, maka dibuatkan
1 Pembuatan panel bekisting 4 4 16 Cacat penilaian resiko sisa untuk melihat tingkat
Cedera
resikonya.
2 Pengangkatan panel bekisting 4 5 20 Meninggal Pengendalian resiko yang dilakukan
Cacat adalah
Cedera
 Mewajibkan setiap pekerja dan orang
3 Pemasangan/Perakitan 4 5 20 Meninggal yang berada dilingkungan proyek untuk
Panel Bekisting Cacat
Cedera memakai alat pelindung diri (APD)
Pekerjaan Pembesian  Pengendalian administrasi yang ketat dan
1 Pemotongan dan pabrikasi 4 4 16 Cacat
begel Cedera kontiniu.
 Pengecekan kelayakan perancah dan
2 Pengangkatan besi 4 5 20 Meninggal peralatan
Cacat
Cedera  Engineer dan Inspector yang bersertifikat.
 Membuat rekayasa teknik seperti metoda
3 Pemasangan pembesian 4 5 20 Meninggal
Cacat pelaksanaan, SOP, Instruksi Kerja yang
Cedera harus dilaksanakan pada setiap
Pekerjaan Pengecoran
pekerjaan.
1 Truck masuk lokasi proyek 2 3 6 Cedera
menuju pompa

2 Pengecoran dan pemadatan 4 5 20 Meninggal


Cacat
Cedera

44
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 15, Nomor 1, Oktober 2019 ISSN : 1858-3709

Tabel 4.2 Pengendalian Resiko Pekerjaan


Balok lanjutan
No. Uraian Pekerjaan Pengendalian Resiko No. Uraian Pekerjaan Pengendalian Resiko

1 2 8
1 2 8
A. Pekerjaan Balok Pada Konstruksi Bangunan Gedung Pekerjaan Bekisting
Pemasangan Perancah/Scafolding 1 Pembuatan panel bekisting 1. Eliminasi : tidak dapat dilakukan
1 Pemasangan Perancah 1. Eliminasi : tidak dapat dilakukan 2. Subtitusi : tidak dapat dilakukan
oleh pekerja yang tidak 2. Subtitusi : tidak dapat dilakukan 3. Pengendalian Teknik :
berkompeten 3. Pengendalian Teknik : - Adanya shopdrawing
- memberikan pelatihan berkala - Adanya sosialisasi shopdrawing
- memberikan pengarahan - Lokasi dibersihkan setiap hari
- Panel bekisting yang mudah dipasang
4. Pengendalian administrasi
dan dibongkar
- Pekerja bersertifikat terampil
4. Pengendalian administrasi
- Inspector harus bersertifikat - Shopdrawing yang sudah ditanda
- Pemasangan rambu dipinggir tangani oleh semua pihak
bangunan - Adanya BA atau notulen sosialisasi
5. Alat Pelindung Diri : - Pemasangan penerangan
Sepatu safety, Helm, Sarung Tangan, - Pekerja bersertifikat terampil & sehat
Body Harness, rompi reflektor 5. Alat Pelindung Diri :
Sepatu safety, Helm, Sarung Tangan,
Rompi Reflektor, Masker
2 Perancah yang tidak 1. Eliminasi : tidak dapat dilakukan
2 Pengangkatan panel bekisting 1. Eliminasi : tidak dapat dilakukan
lengkap atau non standar 2. Subtitusi : tidak dapat dilakukan
2. Subtitusi : tidak dapat dilakukan
3. Pengendalian Teknik : 3. Pengendalian Teknik :
- Penggunaan perancah standar - Kondisi sling & TC dicek sebelum
dan lengkap dioperasikan
- Tidak lengkap dan tidak standar - Pengangkatan tidak melebihi beban
harus dihitung kekuataan oleh 4. Pengendalian administrasi
engineer dan dicek oleh inspektor - TC harus punya SILO
- Perawatan alat secara berkala
4. Pengendalian administrasi
- Panel kelistrikan terlindung dari cuaca
- Pengecekan kelayakan perancah
- Operator harus punya SIO & sehat
- Perawatan berkala perancah - Rigger harus punya SIO & sehat
- Engineer bersertifikat ahli - Pemasangan rambu diarea angkat
- Inspektor bersertifikat - Pemasangan penerangan
5. Alat Pelindung Diri : 5. Alat Pelindung Diri :
Sepatu safety, Helm, Sarung Tangan, Sepatu safety, Helm, Sarung Tangan,
Body Harness, Rompi Reflektor Body Harness, Rompi Reflektor, HT
3 Pengangkatan frame dan 1. Eliminasi : tidak dapat dilakukan 3 Pemasangan/Perakitan 1. Eliminasi : tidak dapat dilakukan
Panel Bekisting 2. Subtitusi : tidak dapat dilakukan
asesoris perancah dengan 2. Subtitusi : tidak dapat dilakukan
3. Pengendalian Teknik :
tower crane 3. Pengendalian Teknik :
- Adanya shopdrawing
- Kondisi sling & TC dicek sebelum - Adanya sosialisasi shopdrawing
dioperasikankan - Tangga dibuat
- Pengangkatan tidak melebihi beban - Pengecekan kekuatan oleh engineer
- Pengangkatan asesoris dengan bucket dan inspector bersertifikat
4. Pengendalian administrasi 4. Pengendalian administrasi
- TC harus punya SILO - Shopdrawing yang sudah ditanda
tangani oleh semua pihak
- Perawatan alat secara berkala
- Adanya BA atau notulen sosialisasi
- Panel kelistrikan terlindung dari cuaca
- Pemasangan rambu dipinggir
- Operator harus punya SIO & sehat bangunan
- Rigger harus punya SIO & sehat - Pemasangan safety deck.
- Pemasangan rambu diarea angkat - Pemasangan penerangan
- Pemasangan penerangan - Pekerja bersertifikat terampil & sehat
5. Alat Pelindung Diri : 5. Alat Pelindung Diri :
Sepatu safety, Helm, Sarung Tangan, Sepatu safety, Helm, Sarung Tangan,
Body Harness, Rompi Reflektor, HT Body Harness, Rompi Reflektor, masker

45
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 15, Nomor 1, Oktober 2019 ISSN : 1858-3709

No. Uraian Pekerjaan Pengendalian Resiko


No. Uraian Pekerjaan Pengendalian Resiko
1 2 8
Pekerjaan Pembesian 1 2 8
1 Pemotongan dan pabrikasi 1. Eliminasi : tidak dapat dilakukan Pekerjaan Pengecoran
begel 2. Subtitusi : tidak dapat dilakukan
1 Truck masuk lokasi proyek 1. Eliminasi : tidak dapat dilakukan
3. Pengendalian Teknik :
- Adanya shopdrawing menuju pompa 2. Subtitusi : tidak dapat dilakukan
- Sosialisasi SD ke pekerja 3. Pengendalian Teknik :
- Lokasi dibersihkan&tertata setiap hari - Pembuatan jalur akses truck
4. Pengendalian administrasi
4. Pengendalian administrasi
- Shopdrawing yang sudah ditanda
tangani oleh semua pihak - Pemasangan rambu2 di proyek
- Adanya BA atau notulen sosialisasi 5. Alat Pelindung Diri :
- Pemasangan penerangan Sepatu safety, Helm, Sarung Tangan,
- Pekerja bersertifikat terampil & sehat
Rompi Reflektor, masker
- Barcutter&barbender punya SILO
- Peralatan&panel listrik terlindung
2 Pengecoran dan pemadatan 1. Eliminasi : tidak dapat dilakukan
dari cuaca 2. Subtitusi : tidak dapat dilakukan
5. Alat Pelindung Diri : 3. Pengendalian Teknik :
Sepatu safety, Helm, Sarung Tangan,
- Pembuatan tangga untuk akses
Rompi Reflektor, Masker
2 Pengangkatan besi 1. Eliminasi : tidak dapat dilakukan
- Pembuatan metoda pengecoran
2. Subtitusi : tidak dapat dilakukan 4. Pengendalian administrasi
3. Pengendalian Teknik : - Pemasangan rambu dipinggir
- Kondisi sling & TC dicek sebelum
bangunan
dioperasikan
- Pengangkatan tidak melebihi beban
- Pemasangan safety deck.
- Pengangkutan begel dengan bucket - Pemasangan penerangan
4. Pengendalian administrasi - Pekerja bersertifikat terampil & sehat
- TC harus punya SILO 5. Alat Pelindung Diri :
- Perawatan alat secara berkala
- Operator harus punya SIO & sehat
Sepatu safety, Helm, Sarung Tangan,
- Rigger harus punya SIO & sehat Body Harness, Rompi Reflektor, masker
- Pemasangan rambu diarea angkat
- Pemasangan penerangan SIMPULAN
5. Alat Pelindung Diri :
Sepatu safety, Helm, Sarung Tangan,
Body Harness, Rompi Reflektor, HT Dari kajian yang dilakukan dapat
3 Pemasangan pembesian 1. Eliminasi : tidak dapat dilakukan diambil kesimpulan bahwa :
2. Subtitusi : tidak dapat dilakukan
- Pada pekerjaan balok dan pelat proyek
3. Pengendalian Teknik :
- Adanya shopdrawing konstruksi bangunan gedung bahaya yang
- Adanya sosialisasi shopdrawing dapat diidentifikasi adalah terjatuh, terjepit,
- Pembuatan tangga untuk akses
tertusuk, tergores, tertimpa, terhirup debu,
4. Pengendalian administrasi
- Pemasangan rambu dipinggir tersandung, tersengat listrik. Penilaian
bangunan resiko berkisar antara 16 - 20 dengan
- Pemasangan safety deck.
tingkat resiko ekstrim yang beresiko
- Pemasangan penerangan
- Pekerja bersertifikat terampil & sehat kematian dan cacat. Dan ada penilaian
5. Alat Pelindung Diri : resiko ≤ 6 dengan tingkat resiko sedang
Sepatu safety, Helm, Sarung Tangan,
yang beresiko cedera.
Body Harness, Rompi Reflektor, masker

46
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 15, Nomor 1, Oktober 2019 ISSN : 1858-3709

- Setelah dilakukan penilaian resiko Anestisia, Y., V. Happy P., S. Aditama.


dilakukan pengendalian resiko untuk 2015. Analisis risiko Keselamatan
meminimalkan resiko. Pengendalian resiko dan Kesehatan Kerja (K3)
yang wajib dilaksanakan di proyek adalah dengan metode HIRADC
menggunakan alat pelindung diri (APD) pada proyek konstruksi gedung.
seperti sepatu safety, helm, sarung tangan, Proyeksi Teknik Sipil. Vol.1 No.2 :
masker, body harness, rompi reflektor. 157-165.
Dilakukan juga pengendalian administrasi
seperti operator dan pekerja mempunyai Jannah, M.R., S.E. Unas., M.H. Hasyim.
surat ijin operasi (SIO), sertifikat ahli dan 2017. Analisis risiko Keselamatan
terampil. Setiap peralatan yang dan Kesehatan Kerja (K3) melalui
dipergunakan harus mempunyai surat ijin pendekatan HIRADC dan metode
laik operasi (SILO), memasang rambu job safety analysis pada studi kasus
peringatan dan bahaya serta penerangan proyek pembangunan menara x di
yang cukup. Setelah itu juga dilakukan jakarta. Jurnal Mahasiswa Jurusan
pengendalian rekasaya seperti membuat Teknik Sipil. Vol.1 No.2: 1-8.
metoda yang aman, cepat dan biaya efektif,
membuat dan menjalankan SOP, instruksi Sucita, I.K., A.B. Broto. 2011. Indentifikasi
kerja. dan penanganan risiko K3 pada
proyek konstruksi gedung. Poli
DAFTAR PUSTAKA Teknologi. Vol.10 No.1: 83-92.

Anonim, 2018. Himpunan Peraturan Zulfa, I.M., M.H. Hasyim., S.E. Unas.
Perundang - Undangan Keselamatan 2017. Analisis risiko K3
dan Kesehatan Kerja menggunakan pendekatan HIDADC
dan JSA. Jurnal Mahasiswa Jurusan
Alexander dkk, 2019. Construction Safety Teknik Sipil. Vol.1 No.2: 1-12.
Plan Pada Gedung Bertingkat
Berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2014, Jurnal Ilmiah
Rekayasa Sipil Vol 16. Nomor 1

Alfatiyah, R. 2017. Analisis manajemen


risiko keselamatan dan kesehatan
kerja dengan menggunakan metode
HIRARC pada pekerjaan seksi
casting. Jurnal Mesin Teknologi
(SINTEK Jurnal). Vol.11 No.2: 88-
101.

47

You might also like