Bunga Ekawati Devi, Khairunnisa, Eddy Budiono
Bunga Ekawati Devi, Khairunnisa, Eddy Budiono
Bunga Ekawati Devi, Khairunnisa, Eddy Budiono
15 | J u r n a l A k u n t a n s i
Jurnal Akuntansi. Vol. 3 No. 2. Januari 2017 p-ISSN 2339-2436
e-ISSN 2549-5968
Sharabati et al.,2010). Hal ini membuat intellectual capital memegang peranan penting dalam
bisnis saat ini.
Intellectual Capital dapat mendorong kinerja keuangan perusahaan, ditambah dengan
kemajuan teknologi dan informasi yang semakin canggih serta informasi yang cepat
menjadikan setiap perusahaan menaikan kapasitas perusahaan yang lebih baik. Oleh karena itu,
perlu bagi perusahaan menerapkan konsep bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based
business), dengan menerapkan konsep bisnis berdasarkan pengetahuan akan perpengaruh pada
kondisi Return on Assets (ROA) perusahaan. Return on assets (ROA) perusahaan bergantung
pada kemakmuran suatu perusahaan akan penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari
pegetahuan itu sendiri, sejalan dengan penetapan manajemen pengetahuan (knowledge
management). Pada penelitian ini penilaian kinerja keuangan perusahaan akan di proksikan
dengan ROA sebagai variabel dependen. Pemilihan ROA sebagai variabel dependen
dikarenanakan, ROA adalah rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. Selain itu ROA memberika ukuran yang lebih baik atas
profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva
dalam memperoleh pendapatan (Kasmir, 2012:201).
Fenomena “The Death of Samurai” yang terjadi pada tahun 2012 adalah salah satu
kegagalan dari perusahaan yang belum mengedepankan intellectual capital.Panasonic salah
satu perusahaan raksasa di Jepang, tidak luput dari kegagalan intellectual capital ini.Harmony
culture error dalam manajemen Panasonic menjadi penyebab jatuhnya perusahaan elektronik
tersebut,dimana pada era digital seperti saat ini, kecepatan adalah kunci. Speed in decision
making, speed in product development, dan speed in product launch dalam hal ini perusahaan
Jepang tertinggal dikarenakan budaya mereka yang sangat mengagungkan harmoni dan
konsensus. Terjadinya fenomena Panasonic,menunjukan bahwa inovasi yang merupakan
bagian dari intellectual capital sangat penting bagi suatu perusahaan. Pada masa pasar bebas
seperti ini persaingan ekonomi global sangat kuat, untuk menghadapi kuatnya persaingan
ekonomi global, diungkapkan bahwa pengakuan intellectual capital adalah sebuah kekuatan
yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi (Huang & Liu dalam Sharabati et al., 2010).
Intellectual Capital suatu perusahaan dapat diukur dengan metode VAICTM (Value Added
Intellectual Coefficient) yang dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1998, berdasarkan metode
VAICTM, terdapat tiga komponen pembentuk intellectual capital, yaitu Value Added Capital
Employee (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan Structural Capital Value
Added (STVA).
Penelitian mengenai intellectual capital telah banyak dilakukan di berbagai belahan dunia,
termasuk di Indonesia, salah satunya penelitian oleh Faza & Hidayah (2014) tentang pengaruh
Intellectual Capital terhadap Profitabilitas, Produktivitas, dan Nilai Perusahaan. Pada penelitian
tersebut ditunjukan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan intellectual capital terhadap
Return on Assets (ROA) sebagai proyeksi dari kinerja keuangan. Penelitian yang dilakukan
oleh Herdyanto & Nasir (2013) membuktikan bahwa intellectual capital VAICTMberpengaruh
signifikan terhadap ROA, ROE, dan ATO perusahaan, tetapi tidak signifikan tergadap GR.
Pada hasil penelitian Suhendah (2012) membuktikan bahwa intellecual capital berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas positif, dan produktivitas negatif, namun tidak berpengaruh
signifikan terhadap penilaian pasar. Terdapat hasil peneltian yang inkonsistensi pada penelitian
sebelumnya, sehingga penulis melakukan penelitian kembali mengenai pengaruh intellectual
capital terhadap kinerja keuangan perusahaan yang di proyeksikan dengan ROA.
2.Tinjauan Pustaka Penelitian
2.1 Resource Based Theory
Resource Based Theory adalah suatu pemikiran yang berkembang dalam teori manajemen
strategik dan keunggulan kompetitif perusahaan yang meyakini bahwa perusahaan akan
16 | J u r n a l A k u n t a n s i
Jurnal Akuntansi. Vol. 3 No. 2. Januari 2017 p-ISSN 2339-2436
e-ISSN 2549-5968
mencapai keunggulan apabila memiliki sumber daya yang unggul (Barney, 2007). Dalam
Resource Based Theory diungkapkan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak
homogen, jasa produkrif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan
karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan (Penrose, 1959; dalam Pratama, 2015).Resource Based
Theory sangat tepat untuk menjelaskan penelitian tentang intellectual capital, terutama dalam
konteks hubungna antara kinerja intellectual capital dengan kinerja perusahaan. Perusahaan
tidak dapat berharap untuk membeli atau mengambil keunggulan kompetitif berkelanjutan yang
dimiliki suatu organisasi lain, karena keunggulan tersebut merupakan sumber daya yang
langka, sukar ditiru, dan tidak tergantikan (Barney, 2007).
2.2Knowledge Based Theory
Pandangan berbasis pengetahuan perusahaan/Knowledge Based Theory merupakan ekstensi
baru dari pandangan berbasis sumber daya perusahaan/Resource Based Theory yang
memberikan dukungan teoritis yang kuat pada intellectual capital(Basyar, 2011; dalam Jafar,
2014).
Knowledge Based Theory berpandangan bahwa pengetahuan merupakan salah satu aset
yang sangat penting bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki aset berupa pengetahuan
apabila dikelola dengan benar akan mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Apabila kinerja keuangan perusahaan meningkat maka nilai perusahaa juga meningkat
(Pratama, 2015).Bergesernya karakteristik perusahaan menjadi Knowledge Based maka
perusahaan diharapkan mampu mengelola dan memanfaatkan intellectual capital dengan baik
untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan ini akan memacu adanya nilai
tambah perusahaan dalam bersaing dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
2.3 Human Capital Theory
Human Capital Theory dikembangkan oleh Becker pada tahun 1964 yang mengemukakan
bahwa untuk peningkatan human capital adalah penting sebagai suatu investasi dari bentuk-
bentuk modal lainnya.Lebih lanjut, Becker berpendapat bahwa dalam teori ini, investasi
sumber daya manusia mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan produktivitas
yang dapat di dorong melalui pendidikan dan pelatihan (Becker, 1964; dalam Suhendah,
2012).Human Capital Theory menyatakan bahwa tindakan strategis membutuhkan
seperangkat sumber daya fisik, keuangan, human atau organisasional khusus sehingga
keunggulan kompetitif ditentukan oleh kemampuannya untuk memperoleh dan
mempertahankan sumber daya (Warnerfelt, 1984; dalam Nawangsari, 2016).
2.4 Intangible Assets
Aset tidak berwujud sebagai aset non moneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik.
Entitas sering kali mengeluarkan sumber daya maupun menciptakan liabilitas dalam perolehan,
pengembangan, pemeliharaan atau peningkatan sumber daya tidak berwujud, seperti ilmu
pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak
kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek produk
dan judul publisitas). Contoh umum lainnya: piranti lunak komputer, paten, hak cipta, film,
daftar pelanggan, hak pelayanan jaminan, hak memancing, kuota impor, waralaba, hubungan
dengan pemasok atau pelanggan, kesetiaan pelanggan, pangsa pasar dan hak pemasaran (IAI,
2012;194).
2.5 Intellectual Capital (IC)
Intellectual Capital adalah murni aset intangible karena tidak mengandung adanya nilai
keuangan.intellectual capital juga didefinisikan sebagai pengetahuan yang dapat dikonveriskan
kedalam nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997; dalam Chen et al., 2005).
Seiring dengan pengembangan teorinya, banyak ahli yang telah mengemukakan pendapat
mereka tentang intellectual capital.Intellectual capital adalah suatu aset tidak berwujud dengan
kemampuan memberi nilai kepada perusahaan dan masyarakat meliputi paten, hak atas
17 | J u r n a l A k u n t a n s i
Jurnal Akuntansi. Vol. 3 No. 2. Januari 2017 p-ISSN 2339-2436
e-ISSN 2549-5968
kekayaan intelektual, hak cipta, dan waralaba. Intellectual capital adalah pengetahuan,
informasi, kekayaan intelektual, dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan
kekayaan (Jafar, 2014).
2.6 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)
Pulic (1998) mengusulkan Koefisien Nilai Tambah intelektual / Value Added Intellectual
Coefficient (VAICTM) untuk menyediakan informasi tentang efisiensi penciptaan nilai dari aset
berwujud dan tidak berwujud dalam perusahaan VAICTM merupakan salah satu pengukuran
dengan metode tidak langsung untuk mengukur seberapa dan bagaimana efisiensi intellectual
dan modal karyawan dalam menciptakan nilai yang berdasar pada hubungan tiga komponen
utama, yaitu capital employed, human capital, dan structural capital. Selain itu VAICTM juga
merupakan sebuah prosedur analitis yang dirancang untuk memungkinkan manajemen,
pemegang saham, dan pemangku kepentingan lain yang terkait untuk secara efektif mengawasi
dan mengevaluasi efisiensi nilai tambah atau value added (VA) dengan total sumber daya
perusahaan dan masing-masing komponen sumber daya utama. Data yang digunakan dalam
perhitungan VAICTM didasarkan pad laporan keuangan. Formulasi perhitungan VAICTM terdiri
dari:
a. Value Added (VA), yaitu selisih antara output dan input
VA = OUT- IN
Keterangan:
Output (OUT) : Total penjualan dan pendapatan lain.
Input (IN) : Beban dan biaya-biaya selain beban karyawan
b. Value added Capital Employed ( VACA), menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap
unit dari CE terhadap value added perusahaan
Keterangan :
Value added (VA) : Selisih antara ouput dan input
Capital Employed (CE) : Dana yang tersedia ekuitas
c. Value added Human Capital (VAHU), menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap
rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added perusahaan.
Keterangan :
Value added (VA) : Selisih antara output dan input
Human capital (HC) : Beban karyawan
d. Structural Capital Value added (STVA), mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi keberhasilan SC dalam penciptaan
nilai.
Keterangan :
Structural Capital (SC) : Selisih antara value added VA dan human capital HC
Value added (VA) : Selisih antara output dan input
Human Capital (HC) : Beban karyawan
18 | J u r n a l A k u n t a n s i
Jurnal Akuntansi. Vol. 3 No. 2. Januari 2017 p-ISSN 2339-2436
e-ISSN 2549-5968
Intellectual Capital perusahaan dengan metode VAICTM kedalam 4 kategori (Ulum, 2008),
yaitu:
1) Top performers – skor VAIC di atas 3
2) Good performers – skor VAIC antara 2,0 sampai dengan 2,99
3) Common performers – skor VAIC antara 1,5 sampai dengan 1,99
4) Bad performers – skor VAIC di bawah 1,5
2.7 Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan merupakan penentu ukuran-ukuran tertentu yang dapat
mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.Prestasi perusahaan yang
ditunjukkan oleh laporan keuangannya sebagai suatu tampilan keadaan perusahaan selama
periode tertentu disebut dengan kinerja keuangan perusahaan (Dewi, 2011; Pratama, 2015).
Penelitian Chen et al (2005) menguji intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan
dengan salah salah satu indikatornya adalah Return on Assets (ROA).
Return on Assets (ROA) merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam
pemanfaatan total aset [10]. Rasio ini mewakili rasio profitabilitas, yang mengukur total aset
yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA, semakin efisiensi perusahaan dalam
menggunakan asetnya, baik aset fisik maupun aset non-fisik (intellectual capital) akan
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. ROA diformulasikan sebagai berikut:
19 | J u r n a l A k u n t a n s i
Jurnal Akuntansi. Vol. 3 No. 2. Januari 2017 p-ISSN 2339-2436
e-ISSN 2549-5968
memberi kemampuan pada perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan
strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang
optimal.
Penelitian terdahulu yang menguji hubungan antara structural capital dengan kinerja
perusahaan adalah penelitian Bontis et al. (2000).Hasil penelitian Bontis et al. (2000)
menunjukkan adanya hubungan positif antara structural capital dengan kinerja perusahaan.
Manajemen yang mampu mengelola structural capital dengan baik akan membantu pencapaian
perusahaan dalam meningkatan pendapatan sebagai tujuan dari kinerja keuangan perusahaan.
2.8.4 Pengaruh Intellectual Capital (VACA, VAHU, dan STVA)terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan
Dengan adanya konsep intelectual capital maka perusahaan akan mampu menghasilakan
keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang baik. Menurut Research based theory maka
konsep intellectual capitalakan memicu kinerja perusahaan semakin baik. Hal yang paling
nyata dalam mengukurnya adalah laba yang dihasilkan oleh perusahaan.Semakin tinggi
intelectual capital tersebut berarti semakin tinggi pendayagunaan sumber daya perusahaan
dalam menghasilkan laba (Pratama, 2015).
Semakin baik perusahaan dalam mengelola komponen intellectual capital maka akan
membawa pengaruh terhadap aset perusahaan. Dalam hal ini maka perusahaan akan mengelola
aset yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien yang diukur dengan Return on Asset
(ROA). Semakin tinggi intellectual capital (VAICTM) maka laba semakin meningkat, yang
membuat nilai ROA menjadi meningkat. Dengan demikian intellectual capitalakan
memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan dan telah di buktikan bahwa
intellectual capital berpengaruh positif terhadap ROA (Chen et al., 2005). Berikut merupakan
gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian ini:
Intellectual
Capital(VAICTM)
VACA (X1)
Kinerja Keuangan
VAHU (X2)
Perusahaan
STVA (X3) (ROA)
20 | J u r n a l A k u n t a n s i
Jurnal Akuntansi. Vol. 3 No. 2. Januari 2017 p-ISSN 2339-2436
e-ISSN 2549-5968
21 | J u r n a l A k u n t a n s i
Jurnal Akuntansi. Vol. 3 No. 2. Januari 2017 p-ISSN 2339-2436
e-ISSN 2549-5968
22 | J u r n a l A k u n t a n s i
Jurnal Akuntansi. Vol. 3 No. 2. Januari 2017 p-ISSN 2339-2436
e-ISSN 2549-5968
23 | J u r n a l A k u n t a n s i
Jurnal Akuntansi. Vol. 3 No. 2. Januari 2017 p-ISSN 2339-2436
e-ISSN 2549-5968
Berdasarkan nilai probability(T-statistic) VACA adalah sebesar 0,000. Nilai tersebut berada
di bawah taraf signifikansi sebesar 0,05 atau 5% maka dapat disimpulkan bahwa H01 ditolak
dan Ha1 diterima dengan nilai koefisien jalur yang bernilai positif yaitu sebesar 0,432, sehingga
berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa VACA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan elektronik, otomotif dan komponen yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
Berdasarkan pengujian statistik telah diketahui bahwa Value Added Capital Employed
(VACA) memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai VACA yang diperoleh suatu perusahaan, maka akan
mempengaruhi peningkatan ROA pada perusahaan tersebut. Hal tersebut dibuktikan bahwa,
pada penelitian ini dengan melibatkan 55 unit sampel, terdapat 21 unit sampel yang memiliki
nilai VACA diatas rata-rata dan 11 unit sampel diantaranya memiliki nilai ROA di atas rata-
rata. Begitupun dengan 34 unit sampel yang memiliki nilai VACA di bawah rata-rata, 20 unit
sampel diantaranya memiliki nilai ROA di bawah rata-rata.Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa unit sampel pada periode penelitian memiliki lebih banyak nilai VACA di
bawah rata-rata dengan ROA di bawah rata-rata.
Pengaruh VACA secara proporsional telah diketahui dengan melakukan perhitungan atas
pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung melalui hubungan korelatif dengan variabel
eksogen/independen VAHU dan STVA sehingga akan diperoleh pengaruh VACA terhadap
kinerja keuangan secara total. Dalam penelitian ini didapatkan nilai pengaruh VACA terhadap
kinerja keuangan secara total sebesar 25,5%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
elekronik, otomotif dan komponen pada penelitian ini telah mengandalkan dana yang tersedia
seperti ekuitas dan laba bersih untuk dapat meningkatkan nilai tambah perusahaan yang
selanjutnya akan mampu mempengaruhi peningkatan kinerja keuangan perusahaan yang dilihat
dari nilai ROA perusahaan.
4.4.2 Pengaruh VAHU terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Berdasarkan nilai probability (T-statistic) VAHU adalah sebesar 0,526, dimana nilai
tersebut lebih besar dari nilai α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa VAHU tidak
berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan elektronik, otomotif, dan komponen yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
Berdasarkan pengujian statistik bahwa Value Added Human Capital (VAHU) tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini ditunjukkan
bahwa, dimana dari 55 unit sampel yang digunakan dalam penelitian, terdapat 24 unit sampel
yang memiliki nilai VAHU diatas rata-rata namun 19 unit sampel diantaranya memiliki nilai
ROA dibawah rata-rata. Begitupun ketika terdapat 31 unit sampel yang memiliki nilai VAHU
dibawah rata-rata namun 26 unit sampel diantaranya memiliki nilai ROA diatas rata-rata.Hasil
tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai VAHU pada setiap perusahaan tidak
mempengaruhi peningkatan ROA, begitupula sebaliknya.Tingginya nilai VAHU di suatu
perusahaan tidak menjamin dapat memicu peningkatan dari kinerja keuangan pada setiap
perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tambah dalam anggaran perusahaan yang
telah dikeluarkan untuk beban karyawan, belum mampu meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan.VAHU merupakan salah satu komponen dari VAIC, sebagai proyeksi dari
intellectual capital, dalam hal ini VAHU belum mampu berdiri sendiri dalam mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan, sehingga pada pengujian parsial VAHU tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan.
4.4.3 Pengaruh STVA terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Berdasarkan nilai probability (T-statistic) STVA adalah sebesar 0,011, nilai ini lebih kecil
dari nilai α = 0,05 dan dengan nilai koefisien jalur yang bernilai positif yaitu sebesar 0,547,
24 | J u r n a l A k u n t a n s i
Jurnal Akuntansi. Vol. 3 No. 2. Januari 2017 p-ISSN 2339-2436
e-ISSN 2549-5968
Daftar Pustaka:
Barney, Jay. (2007). Firm Resources and Suistaned Competitive Advantage. Journal of
Management. 17(1), 99-120.
Bontis, N., Keow, W.C.C., dan Richardson, S. (2000). Intellectual Capital & Business
Perfomance in Malaysia Industries. Journal of intellectual Capital. 1 (1)..
Chen, M.C. Cheng dan S.J. Hwang. (2005). An Empirical Investigation of the Relationship
between Intellectual Capital and Firms’ market value ang financial performance.
Journal of Intellectual Capital. 6(2), 159-176.
Faza, M. Fardin dan Hidayah, Erna. (2014). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Profitabilitas, Produktivitas, dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). EKBISI. 8(2), 186-199.
25 | J u r n a l A k u n t a n s i
Jurnal Akuntansi. Vol. 3 No. 2. Januari 2017 p-ISSN 2339-2436
e-ISSN 2549-5968
Gan, Kin & Saleh, Zakiah. (2008). Intellectual capital and corporate performance of
technologyi ntensive companies: Malaysia evidence. Asian journal of business and
accounting, 1(1), 113-130.
Herdyanto dan Nasir. (2013). Pengaruh Intellectual Capital pada Financial Performance
Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011). Skripsi Universitas
Diponegoro.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19
Aset Tidak Berwujud (Revisi 2012). Jakarta: Salemba 4.
Jafar, Waslina. (2014). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas Keuangan dan
Capital Gain Saham Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI tahun 2010-2012). Skripsi Universitas Hasanuddin.
Kasmir.(2012).Analisis LaporanKeuangan.Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Nawangsari.(2016). Pengaruh Intellectual Capitalterhadap Kinerja Keuangan dengan
Strategisebagai Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan di BEI Periode
2012-2014)
Pratama, Yanto Hans. (2015). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan
Dengan Competitive Advantage Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di BEI 2009-2013). Skripsi Universitas Diponegoro.
Pulic, A. (1998). Measuring the Performance of Intellectual Potential in Knowledge Economy.
[Online] Tersedia di http://.measuring-ip.at/OPapers/ Pulic/Vaictxt/vaictxt.html [Akses
pada September 2016].
Sharabati, A. A. A., Shawqi N. J., dan N. Bontis. 2010. “Intellectual Capital and Business
Performace in the Pharmaceutical Sector of Jordan,” dalam Management Decision.
Vol. 48, No. 1. hlm. 105-131.
Suhendah. (2012). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas, Produktivitas, dan
Penilaian Pasar pada Perusahaan yang Go Public di Indonesia pada Tahun 2005-2007.
Ulum, Ihyaul, dkk. (2008). Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu
Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. Makalah disampaikan dalam
Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli.
26 | J u r n a l A k u n t a n s i