Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Berkelanjutan Di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor
Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Berkelanjutan Di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor
Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Berkelanjutan Di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor
bahan yang digunakan adalah kamera digital, peringkat pada tiap peubah dan kriteria yang
alat tulis, alat perekam suara dan Global dinilai. Alat-alat yang digunakan meliputi
Positioning System (GPS). Data yang perangkat keras berupa Laptop Dell inspiron
dikumpulkan berupa data primer dan data 14 dan perangkat lunak yaitu software
sekunder (Tabel 1). ArcGIS 10.2.2 dan Microsoft Exel. Analisis
dan sintesis dilakukan pada empat aspek
Penelitian ini dilakukan dengan
yaitu aspek ekologis, kualitas visual kawasan,
menggunakan tiga metode dalam
akseptibilitas masyarakat, dan karakteristik
menganalisisnya, yaitu metode skoring dan
dan preferensi wisatawan.
pembobotan, metode spasial menggunakan
Geographic Information System (GIS), dan Analisis aspek ekologis dilakukan pada dua
metode SBE (Scenic Beauty Estimation). parameter, yaitu kepekaan lanskap dan
Penelitian menggunakan pendekatan penutupan lahan dengan metode skoring dan
deskriptif kualitatif dengan melakukan pembobotan dan menggunakan GIS untuk
pembobotan, skoring, dan penentuan menghasilkan zona ekologis kawasan dalam
Primer
Wawancara masyarakat terkait wisata
3. Analisis akseptibilitas masyarakat
kawasan penelitian
Primer
Analisis karakteristik dan preferensi Wawancara wisatawan terkait preferensi
4.
wisatawan wisata di kawasan penelitian
terbangun, ruang binaan dan ruang alami secara spontan dari responden, dengan total
(Tabel 3). Perhitungan kepekaan lanskap foto lanskap berjumlah 30 gambar. Penilaian
kawasan dan penilaian penutupan lahan yang dilakukan oleh responden memiliki
dilakukan dengan skoring pada setiap skala penilaian nilai 1-10 yaitu dari sangat
peubah yang ada kemudian dijumlahkan tidak disukai sampai sangat disukai. Nilai
totalnya, dengan rumus: yang diperoleh kemudian diolah dengan
mencari rata-rata nilai z pada setiap foto yang
Skoring = ∑BP, dengan B= Bobot dan P=
kemudian dimasukan dalam rumus SBE,
Nilai Peubah
sebagai berikut
Selanjutnya setelah di skoring dan dilakukan
SBE x = ( Zx - Z0 ) x 100
pembobotan kemudian dikategorikan dalam
kelas kepekaan, yaitu dengan rumus: dimana,
Gambar 2. Peta Kepekaan Jenis Tanah (a), intensitas curah hujan (b), dan kemiringan lereng (c) di
Kecamatan Cisarua
Gambar 3 Peta kepekaan lanskap (a), peta penutupan lahan tahun 2014 (b), dan peta zona ekologis
kawasan di Kecamatan Cisarua
didominasi oleh RTH tegakan hutan seluas Sedangkan lanskap 6 memiliki nilai SBE
43.62 km2 (65.38%), kemudian RTH non terendah (-90.3) yang berarti bahwa lanskap
2
hutan seluas 20.13 km (30.17%), ruang tersebut memiliki kualitas visual paling jelek
2
terbangun seluas 2.69 km (4.03%), RTB dan tidak disukai oleh responden. Lanskap
seluas 0.19 km2 (0.28%), dan ruang terbuka 18 memiliki nilai SBE 43.6 yang mendekati
seluas 0.09 km2 (0.14%) (Gambar 3 (b)). nilai tengah-tengah, menunjukan bahwa
Peta hasil overlay kepekaan lanskap dan lanskap tersebut memiliki kualitas visual yang
penutupan lahan menghasilkan peta ruang cukup baik menurut penilaian responden.
ekologis yang menggambarkan kondisi
Hasil analisis kualitas visual menunjukan
ekologis kawasan yang terbagi menjadi tiga
bahwa lanskap dengan nilai SBE tinggi
zona yaitu zona ekologis tinggi (38.67 km2),
memiliki karakteristik visual berupa lanskap
ekologis sedang (14.32 km2), dan ekologis
yang alami, didominasi pegunungan,
rendah (13.73 km2) (Gambar 3 (c)).
perbukitan, perkebunan dan keragaman
Analisis Kualitas Visual Kawasan vegetasi yang tinggi. Fitur lanskap alami
merupakan potensi visual yang memberikan
Kecamatan Cisarua termasuk pada
kenyamanan bagi manusia sehingga
kategori dataran tinggi karena posisinya yang
menyebabkan tingginya nilai preferensi
berada di daerah pegunungan dengan
responden. Lanskap yang memiliki nilai SBE
ketinggian rata-rata 872 mdpl, sehingga
sedang adalah fitur lanskap yang memiliki
menjadikan kawasan ini memiliki bentuk
karakteristk visual berupa lanskap yang
lanskap yang beragam dari segi visual.
sudah mengalami campur tangan manusia,
Aspek visual dari suatu lanskap menjadi
yaitu kombinasi visual antara lanskap yang
aspek yang penting dan menjadi salah satu
alami seperti pegunungan, perbukitan, dan
daya tarik bagi suatu kawasan wisata,
vegetasi dengan lahan terbangun berupa
khususnya bagi wisatawan. Hasil analisis
pemukiman dan bagunan lainnya yang
kualitas visual yang dilakukan dengan
tertata. Selanjutnya, lanskap yang memiliki
menggunakan metode SBE (Scenic Beauty
nilai SBE rendah adalah fitur lanskap yang
Estimation) pada grafik (Gambar 4)
didominasi oleh lahan terbangun yang tidak
menunjukan nilai SBE dari masing-masing
tertata dan tidak ada sama sekali lansap
lanskap yang dinilai oleh responden. Lanskap
alami seperti pegunungan, perbukitan, dan
26 menunjukan nilai SBE tertinggi (160.4)
vegetasi. Gambar 5 menunjukan kualitas
yang berarti bahwa lanskap tersebut memiliki
visual dari tiga jenis lanskap yang memiliki
kualitas visual paling bagus dan memiliki nilai
nilai SBE tinggi, sedang dan rendah.
preferensi paling tinggi dari responden.
Gambar 4 Grafik nilai SBE pada tiga puluh lanskap di Kecamatan Cisarua
Gambar 5 Lanskap dengan nilai SBE tinggi (a), nilai SBE sedang (b), dan
nilai SBE rendah (c)
No Peubah Peringkat
4 3 2 1
perencanaan lanskap kawasan wisata yang karakteristik usia yang dibagi menjadi tiga
baik, maka akan menjaga lingkungan mereka kelompok usia, dari hasil olahan data
dan juga meningkatkan kesejarteraan kuesioner menunjukan bahwa wisatawan
masyarakat dari sektor wisata. kelompok usia dewasa merupakan kelompok
usia yang datang dengan presentase
Analisis Karakteristik dan Preferensi
tertinggi dibandingan dengan kelompok usia
Wisatawan
lainnya yaitu sebesar 70.7%. Hal ini
Wisatawan yang datang ke suatu objek menunjukan bahwa objek wisata alam,
wisata dapat dijelaskan karakteristiknya budaya dan minat khusus yang ada di
berdasarkan empat kategori, yaitu jenis Kecamatan Cisarua lebih banyak dikunjungi
kelamin, kelompok usia, jenis pekerjaan, dan dan diminati oleh kelompok usia dewasa
asal daerah. Berdasarkan karakteristik jenis yaitu yang berumur 25-50 tahun.
kelamin menunjukan bahwa responden
Hasil data kuesioner bahwa wisatawan yang
dengan jenis kelamin perempuan lebih
paling banyak mengunjungi objek wisata di
banyak 2.2% dibandingkan dengan jenis
Kecamatan Cisarua adalah kelompok
kelamin laki-laki yang menunjungi kawasan
wisatawan dengan jenis pekerjaan karyawan
wisata di Kecamatan Cisarua. Berdasarkan
Pengembang-
daerah tujuan
Pengelolaan
Keberadaan
Keuntungan
an kawasan
masyarakat
masyarakat
wisata oleh
Peran aktif
wisatawan
pariwisata
No Desa
kawasan
kegiatan
Kategori
sebagai
wisata
wisata
dalam
Nilai
1 Citeko 36 36 36 34 36 178 S
2 Cibeureum 36 34 36 36 36 178 S
6 Cisarua 36 35 36 36 36 179 S
7 Kopo 36 33 36 34 36 175 S
8 Leuwimalang 36 36 36 36 36 180 S
9 Jogjogan 36 36 36 36 36 180 S
10 Cilember 36 36 36 34 36 178 S
Keterangan : Tidak Setuju (TS) : 45-89 Kurang Setuju (KS) : 90-134 Setuju (S) : 135-180
Kecamatan Cisarua adalah untuk guna untuk melindungi sumber daya alam
kesenangan/leisure (rekreasi, liburan, dan kualitas lingkungan, kualitas visual
olahraga, kesehatan, keagamaan). Hal ini lanskap, dan meningkatkan kesejahteraan
menunjukan bahwa Kecamatan Cisarua masyarakat lokal.
menjadi salah satu daerah tujuan wisata
Zonasi Pengembangan Perencanaan
yang diminati oleh wisatawan untuk
Lanskap Wisata
menghabiskan waktunya untuk kesenangan
(leisure) baik untuk diri sendiri, dengan Berdasarkan hasil analisis dan
keluarga ataupun dengan kelompok tertentu. sintesis maka perencanaan lanskap kawasan
Jenis akomodasi yang dipilih oleh wisatawan wisata berkelanjutan di Kecamatan Cisarua
sebagian besar adalah penginapan atau dikembangkan menjadi tiga zona utama,
hotel (61.1%) dan restoran (38.9%). yaitu zona pengembangan wisata kurang
Selanjutnya dari frekuensi kunjungan dalam potensial seluas 38.67 km2 (58.0%), zona
satu tahun, preferensi wisatawan paling pengembangan wisata cukup potensial 14.32
banyak adalah menjawab 2-3 kali dalam km2 (21.4 %), dan zona pengembangan
setahun (68.9%). Berdasarkan kelompok wisata sangat potensial 13.73 km2 (20.6 %)
wisatawan, preferensi paling besar adalah (Gambar 6).
kunjungan dengan keluarga (52.2%) dan
Pada zona pengembangan wisata kurang
selanjutnya rombongan atau kelompok atau
potensial merupakan zona yang memiliki nilai
komunitas (36.7%). Preferensi wisatawan
ekologis tinggi yang meliputi kawasan yang
dilihat dari objek yang diminati, persentase
sangat rentan dan masih sangat alami
paling besar adalah yang menyukai kedua
karakter lanskapnya sehingga pada zona ini
jenis objek wisata yaitu alam dan minat
direncanakan sebagai kawasan ekowisata
khusus (44.4%).
dengan penggunaan dan kegiatan yang
Perencanaan Lanskap terbatas dan berdasarkan aturan. Sebagai
contoh aturan yang digunakan pada zona ini
Konsep Pengembangan Perencanaan
adalah pembatasan jumlah kunjungan,
Lanskap Wisata
pembatasan waktu kunjungan, dan
Konsep utama perencanaan adalah untuk pembatasan akses masuk kawasan sebagai
menciptakan lanskap kawasan wisata peraturannya. Aktivitas wisata yang
pegunungan yang berkelanjutan, yaitu dikembangkan untuk zona ini adalah aktivitas
dengan mengembangkan wisata berdasaran yang terkait pendidikan dan penelitian,
pada ekologi kawasan dan potensi lanskap pengamatan, melihat pemandangan, dan
berjalan (trekking). Pada zona ini tidak boleh kawasan untuk menampung aktivitas dan
dibangun fasilitas wisata seperti bangunan fasilitas wisata tertentu. Zona ini meliputi
hotel, penginapan dan vila kecuali fasilitas lanskap pertanian, perkebunan, ladang, dan
pengelolaan. lahan terbuka sehingga pada zona ini
direncanakan sebagai kawasan wisata
Zona pengembangan wisata cukup potensial
berbasis pertanian secara umum, artinya
merupakan zona yang memiliki nilai ekologis
semua kegiatan wisata yang ada
sedang yang dikembangkan menjadi