Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Berkelanjutan Di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

ADRIANI, HADI, NURISJAH

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA


BERKELANJUTAN DI KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN
BOGOR
Sustainable Tourism ABSTRACT
Landscape Planning in Indonesia is a tropical country, has various natural resources and
Cisarua Sub-District, Bogor social resources. Because of that Indonesia has many place as
District destination for recreation and tourism areas, but various positive and
negative impact happened from that. This study aims to identify and
analyze the landscape visual quality, the public acceptability of the
development of tourism, tourist characteristics and preferences, and
planning tourism zone of the mountains for the development of the
tourism area. Case studies conducted in Cisarua sub-district which is
part of the Puncak mountainous tourist area is very well known in
2
West Java, with an area of 66.72 km . Data obtained from field
Hanni Adriani observation, published data, government reports and interviews with
Mahasiswa Sekolah local residents, and tourists who visit the area. Data were statistically
Pascasarjana IPB, Program analyzed qualitatively and quantitatively by using a scoring method
Studi Arsitektur Lanskap based assessment criteria, Geographic Information System (GIS) and
Email [email protected] SBE method (Scenic Beauty Estimation). The results showed that
local communities can receive tourism development because it has
Setia Hadi increased their revenues from tourism. Tourism have been shifted
Staf Pengajar Departemen their livelihood from agriculture to tourism. The tourists, they are less
Arsitektur Lanskap, Fakultas comfortable with the current state of overcrowding by vehicles, less
Pertanian IPB clean and less comfortable, as well as the occurrence of significant
changes in mountain view. To maintain the sustainability of the
Siti Nurisjah, environment, the development must be carried out in areas that have
Peneliti Pusat Pengkajian a high potential tourism zone. Besides protecting the environment,
Perencanaan dan also positive economic impact for the local community can continue
Pengembangan and increase demand, so sustainable tourism concept needs to be
Wilayah (P4W)-LPPM IPB done in this area.
Keywords: Environmental Sustainability, Planning, Sustainable
Tourism

prospek yang tinggi secara ekonomi tidak


PENDAHULUAN
hanya untuk negara tetapi juga untuk daerah
Indonesia memiliki kekayaan alam dan dan masyarakat. Pariwisata Indonesia
kekayaan budaya yang sangat melimpah berdasarkan data dari The Travel & Tourism
sebagai objek dan atraksi yang menjadi basis Competitiveness Report 2015 menduduki
pengembangan kegiatan pariwisata. Data peringkat ke-50 di dunia dari total 141 negara
statistik dari Kementrian Pariwisata pada dan peringkat ke-11 di Asia-Pasifik.
tahun 2014 menunjukan bahwa sektor Pariwisata menurut UU No.10/2009
pariwisata merupakan penyumbang devisa didefinisikan sebagai berbagai macam
negara keempat terbesar setelah komoditi kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai
minyak dan gas bumi, batu bara dan kelapa fasilitas serta layanan yang disediakan
sawit sehingga pengembangannya memiliki

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 53


ADRIANI, HADI, NURISJAH

masyarakat, pengusaha, pemerintah dan degradasi lanskap kawasan sehingga jika


pemerintah daerah. tidak dibatasi perkembangannya akan
menimbulkan kerusakan. Perubahan
Secara langsung ataupun tidak langsung
penggunaan lahan yang terjadi di Puncak
kegiatan pariwisata akan menimbulkan
disebabkan oleh desakan jumlah pendatang
dampak positif dan negatif pada lingkungan,
yang besar dan faktor ekonomi sehingga
ekonomi, dan sosial masyarakat. Kekayaan
lahan penduduk lokal yang berupa areal
sumber daya alam dan budaya merupakan
pertanian dan sebagainya berpindah tangan
aset potensial bagi pengembangan
menjadi milik pendatang untuk lahan usaha
kepariwisataan, dan diketahui bahwa
(Risnarto 1993).
kegiatan ini mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dengan relatif cepat Perencanaan yang baik pada kawasan
dengan meningkatkan pendapatan dan wisata ini perlu dilakukan dengan
standar hidup masyarakat serta menstimulasi menerapkan konsep berkelanjutan
sektor-sektor produksi lainnya sebagai (sustainable tourism). Perencanaan kawasan
dampak positif (Nurisjah et al. 2003). wisata yang baik menurut Gunn (1994)
adalah yang dapat membuat kehidupan
Salah satu kawasan wisata yang menjadi
masyarakat lebih baik, meningkatkan
destinasi wisata di Indonesia bagi wisatawan
ekonomi, melindungi dan sensitif terhadap
domestik dan wisatawan mancanegara
lingkungan, dan dapat diintegrasikan dengan
adalah Kawasan Puncak. Kecamatan
komunitas yang meminimalkan dampak
Cisarua menjadi destinasi wisata terutama
negatifnya. Hal ini sangat penting dilakukan
bagi wisatawan dari Jabodetabek dan
untuk tetap menjaga kualitas lanskap yang
sekitarnya juga wisatawan mancanegara
ada di Kecamatan Cisarua agar tetap baik
dengan jumlah kunjungan sebanyak 2 628
dan terjaga keberlanjutannya. Keberlanjutan
565 jiwa (Disbudpar Kabupaten Bogor 2014).
tergantung pada hubungan antara wisata dan
Hal ini terjadi karena didukung oleh suhu
lingkungan (Bunruamkaew dan Murayama
udara yang nyaman, pemandangan yang
2011). Perencanaan kawasan wisata
baik, aksesibilitas yang mudah karena dekat
berkelanjutan meliputi tiga komponen penting
dengan kota besar, dan waktu tempuh
yaitu wisatawan, masyarakat lokal dan
menuju kawasan yang tidak terlalu lama
sumberdaya kawasan (Ross dan Wall 1999).
sehingga menjadikannya memiliki tingkat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
kunjungan wisata yang tinggi (Inskeep 1991).
mengidentifikasi dan menganalisis kondisi
Namun dengan terus berkembangnya wisata
ekologis kawasan, menganalisis kualitas
di kawasan ini mengancam terjadinya

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 54


ADRIANI, HADI, NURISJAH

visual kawasan, menganalisis akseptibilitas Cilember, Kelurahan Cisarua, Desa Citeko,


masyarakat, menganalisis karakteristik dan Desa Jogjogan, Desa Leuwimalang, Desa
preferensi wisatawan, dan menyusun Kopo, dan Desa Tugu Selatan. Luas wilayah
rencana lanskap pengembangan kawasan dari kawasan penelitian adalah 66,72 Km2
wisata di Kecamatan Cisarua, Kabupaten (BPS 2014). Batasan wilayah kajian yang
Bogor sebagai kawasan wisata yang digunakan adalah batas administrasi
berkelanjutan (sustainable tourism). (administration boundaries) dengan pemilihan
lokasi penelitian dilakukan secara purposive.
METODE
Kegiatan penelitian dilakukan yaitu mulai
Lokasi dan Waktu pada bulan Juni 2014 hingga bulan
Desember 2014.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang secara Tahapan Penelitian
geografis terletak pada 106º55’48.087” E dan
Penelitian dilakukan melalui tiga
6º40’40.324” S (Gambar 1). Kecamatan ini
tahapan inti, yaitu tahap pengumpulan dan
secara administratif memiliki sembilan desa
klasifikasi data, tahap analisis dan sintesis,
dan satu kelurahan yaitu Desa Batulayang,
dan tahap perencanaan kawasan. Pada
Desa Tugu Utara, Desa Cibeureum, Desa
tahap pengumpulan data dilapang, alat dan

Gambar 1 Lokasi penelitian di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 55


ADRIANI, HADI, NURISJAH

bahan yang digunakan adalah kamera digital, peringkat pada tiap peubah dan kriteria yang
alat tulis, alat perekam suara dan Global dinilai. Alat-alat yang digunakan meliputi
Positioning System (GPS). Data yang perangkat keras berupa Laptop Dell inspiron
dikumpulkan berupa data primer dan data 14 dan perangkat lunak yaitu software
sekunder (Tabel 1). ArcGIS 10.2.2 dan Microsoft Exel. Analisis
dan sintesis dilakukan pada empat aspek
Penelitian ini dilakukan dengan
yaitu aspek ekologis, kualitas visual kawasan,
menggunakan tiga metode dalam
akseptibilitas masyarakat, dan karakteristik
menganalisisnya, yaitu metode skoring dan
dan preferensi wisatawan.
pembobotan, metode spasial menggunakan
Geographic Information System (GIS), dan Analisis aspek ekologis dilakukan pada dua
metode SBE (Scenic Beauty Estimation). parameter, yaitu kepekaan lanskap dan
Penelitian menggunakan pendekatan penutupan lahan dengan metode skoring dan
deskriptif kualitatif dengan melakukan pembobotan dan menggunakan GIS untuk
pembobotan, skoring, dan penentuan menghasilkan zona ekologis kawasan dalam

Tabel 1 Tujuan, data dan informasi, dan jenis data

No. Tujuan Data dan Informasi Jenis Data

 Peta administrasi Kabupaten Bogor


Sekunder
 Peta Aster GDEM 2015
Sekunder
Identifikasi dan menganalisis kondisi
1.
ekologis kawasan  Peta jenis tanah dan curah hujan
Sekunder
Kabupaten Bogor
Sekunder
 Peta penutupan lahan tahun 2014

Kuesioer SBE pada mahasiswa terkait


2. Analisis kualitas visual kawasan Primer
kualitas visual kawasan penelitian

Primer
Wawancara masyarakat terkait wisata
3. Analisis akseptibilitas masyarakat
kawasan penelitian

Primer
Analisis karakteristik dan preferensi Wawancara wisatawan terkait preferensi
4.
wisatawan wisata di kawasan penelitian

Menyusun rencana lanskap


5. Hasil analisis dan sintesis Primer
pengembangan kawasan wisata

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 56


ADRIANI, HADI, NURISJAH

Tabel 2 Penilaian kepekaan lanskap Kecamatan Cisarua

Peubah Bobot Sub Peubah Deskripsi Nilai


Kemiringan 20 0-8 % Datar 1
lereng 8-15 % Landai 2
15-25 % Agak curam 3
25-40 % Curam 4
>40 % Sangat curam 5
Kepekaan tanah 15 Aluvial, Tanah Glei Planosol Hidroworf Tidak peka 1
kelabu, Laterita air tanah
Latosol Agak peka 2
Brown Forest Soil, Non Calcis Brown, Kurang peka 3
Mediteran
Andosol, Laterits, Grumusol, Podsol, Peka 4
Padsolik
Regosol, Litosol, Organozol, Renzina Sangat peka 5
Intenstas curah 10 <13,6 mm/hari hujan Sangat rendah 1
hujan
13,6-20,7 mm/hari hujan Rendah 2
20,7-27,7 mm/hari hujan Sedang 3
27,7-34,8 mm/hari hujan Tinggi 4
>34,8 mm/hari hujan Sangat tinggi 5
Sumber: DEPTAN (1980), hasil diskusi bimbingan (2016)

Tabel 3 Penilaian penutupan lahan di Kecamatan Cisarua

Peubah Bobot Sub Peubah Deskripsi Nilai

Penutupan lahan 20 Ruang Pemukiman, penginapan, dan lahan 1


terbangun terbangun lainnya

Ruang binaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) non hutan terdiri 2


dari semak, tegalan/ladang, sawah, kebun
campuran dan rumput/tanah kosong

Ruang alami Terbuka Hijau (RTH) tegakan hutan terdiri dari 3


hutan dan Ruang Terbuka Biru (RTB) terdiri
dari badan air

Sumber: Hasil diskusi bimbingan (2016)


bentu spasial. Kepekaan lanskap dihasilkan intensitas curah hujan (Tabel 2). Peta analisis
dari analisis pada tiga peubah yaitu penutupan lahan dihasilkan dari kategori
kemiringan lereng, kepekaan tanah dan pembagian penutupan lahan menjadi ruang

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 57


ADRIANI, HADI, NURISJAH

terbangun, ruang binaan dan ruang alami secara spontan dari responden, dengan total
(Tabel 3). Perhitungan kepekaan lanskap foto lanskap berjumlah 30 gambar. Penilaian
kawasan dan penilaian penutupan lahan yang dilakukan oleh responden memiliki
dilakukan dengan skoring pada setiap skala penilaian nilai 1-10 yaitu dari sangat
peubah yang ada kemudian dijumlahkan tidak disukai sampai sangat disukai. Nilai
totalnya, dengan rumus: yang diperoleh kemudian diolah dengan
mencari rata-rata nilai z pada setiap foto yang
Skoring = ∑BP, dengan B= Bobot dan P=
kemudian dimasukan dalam rumus SBE,
Nilai Peubah
sebagai berikut
Selanjutnya setelah di skoring dan dilakukan
SBE x = ( Zx - Z0 ) x 100
pembobotan kemudian dikategorikan dalam
kelas kepekaan, yaitu dengan rumus: dimana,

Selang Kelas Kepekaan = SBE x = nilai keindahan pemandangan


obyek ke-x
∑Skor Maksimum-∑Skor Minimum
Zx = nilai rata-rata untuk obyek ke-x
∑Peubah
Z0 = nilai rata-rata suatu obyek tertentu
Dari hasil perhitungan, dihasilkan tiga
sebagai standar
kategori untuk kelas kepekaan, yaitu kelas
kepekaan rendah, sedang dan tinggi. Zona Kemudian dari kriteria tersebut dianalisis
ekologis dihitung dengan melakukan overlay berdasarkan tingkat keindahannya yaitu
hasil dari kelas kepekaan lanskap dengan tinggi, sedang dan rendah.
penutupan lahan.
Analisis akseptibilitas masyarakat lokal
Analisis kualitas visual kawasan dilakukan ditunjukan dengan tingkat kesediaan
dengan penilaian kualitas estetik masyarakat dalam menerima pengembangan
menggunakan metode SBE. Penilaian lokasi penelitian sebagai kawasan wisata.
kualitas visual dilakukan oleh responden Penilaian dilakukan oleh responden, masing-
secara purposive yang berasal dari masing desa sebanyak n=9, sehingga jumlah
mahasiswa Arsitektur Lanskap IPB yang responden seluruh desa di Kecamatan
memiliki latar belakang pengetahuan tentang Cisarua adalah 90 responden. Penilaian
lanskap sebanyak 30 orang. Foto lanskap akseptibilitas masyarakat dinilai dengan
ditampilkan satu persatu dengan durasi melihat lima peubah yang terkait dengan
waktu 8 detik untuk memperoleh penilaian pengembangan wisata pada kawasan (Tabel

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 58


ADRIANI, HADI, NURISJAH

4). Penilaian akseptibilitas masyarakat untuk masyarakat


peubah tertentu di tiap desa didasarkan pada
Ppmp = Peran aktif masyarakat dalam
perhitungan :
pariwisata
Fx desa ke-p = (4 x n)+(3 x n)+(2 x n)+(1 x n)
Pkkw = Keuntungan kegiatan wisata
dimana,
Pkw = Keberadaan wisatawan
Fx = total nilai peubah tertentu
Analisis karakteristik dan preferensi dilakukan
p = desa tertentu pada responden wisatawan yang berkunjung
ke 10 objek wisata di Kecamatan Cisarua
n = jumlah orang yang memilih
(n=90). Analisis ini dilakukan untuk melihat
Aksesibilitas Masyarakat = karakteristik dari wisatawan dan preferensi
wisatawan terkait hubungannya dengan
∑ + ∑ + ∑ +
objek wisata di Kecamatan Cisarua. Tahap
∑ +∑
perencanaan lanskap didahului oleh

keterangan, penentuan konsep utama pengembangan


lanskap kemudian dilanjutkan dengan
Pdtw = Pengembangan kawasan sebagai pembagian zonasi kawasan berdasarkan
daerah tujuan wisata hasil integrasi ruang ekologis dengan ruang

Ppkw = Pengelolaan kawasan wisata oleh akseptibilitas masyarakat.

Gambar 2. Peta Kepekaan Jenis Tanah (a), intensitas curah hujan (b), dan kemiringan lereng (c) di
Kecamatan Cisarua

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 59


ADRIANI, HADI, NURISJAH

HASIL DAN PEMBAHASAN Cisarua sangat beragam, terbagi menjadi


lima kategori yaitu datar, landai, agak curam,
Identifikasi dan Analisis Kondisi Ekologis
curam, dan sangat curam dengan persentase
Kawasan
terbesar adalah kemiringan sangat curam
Hasil analisis kepekaan jenis tanah pada yaitu sebesar 25.23% dari total kawasan atau
ArcGIS ArcMap, Kecamatan Cisarua terbagi seluas 16.83 km2 seperti terlihat pada
menjadi tiga kategori kepekaan, yaitu Gambar 2 (c).
2
kategori agak peka seluas 28.01 km
2
Kepekaan lanskap dihasilkan dari overlay
(41.99%), peka seluas 36.00 km (53.96%),
hasil analisis tiga peta yaitu kepekaan jenis
dan sangat peka 2.70 km2 (4.05%) dengan
tanah, intensitas curah hujan, dan kemiringan
peta sebaran kepekaan tanah dapat dilihat
lereng yang menghasilkan tiga kelas
pada Gambar 2 (a). Curah hujan di
kepekaan lanskap, yaitu yang terluas adalah
Kecamatan Cisarua berdasarkan
kelas kepekaan sedang seluas 33.43 km2
pengamatan dari tiga stasiun klimatologi di
(50.10%), kemudian kepekaan rendah
Citeko (14.5 mm/hari), Gunung Mas (20.6
dengan luas wilayah 18.08 km2 (27.10%),
mm/hari), dan Cisarua (16.8 mm/hari) maka
dan kepekaan tinggi dengan luas wilayah
dikategorikan pada daerah yang memiliki
15.21 km2 (22.79%). Peta kepekaan lanskap
intensitas curah hujan rendah dengan
Kecamatan Cisarua dapat dilihat pada
intensitasnya sebesar 13.6-20.7 mm/hari
Gambar 3 (a). Hasil analisis penutupan lahan
hujan sebanyak 100% dari total kawasan
di Kecamatan Cisarua pada tahun 2014
seperti terlihat pada Gambar 2 (b).
menunjukan bahwa kecamatan ini masih
Kemiringan lereng yang ada di Kecamatan

Gambar 3 Peta kepekaan lanskap (a), peta penutupan lahan tahun 2014 (b), dan peta zona ekologis
kawasan di Kecamatan Cisarua

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 60


ADRIANI, HADI, NURISJAH

didominasi oleh RTH tegakan hutan seluas Sedangkan lanskap 6 memiliki nilai SBE
43.62 km2 (65.38%), kemudian RTH non terendah (-90.3) yang berarti bahwa lanskap
2
hutan seluas 20.13 km (30.17%), ruang tersebut memiliki kualitas visual paling jelek
2
terbangun seluas 2.69 km (4.03%), RTB dan tidak disukai oleh responden. Lanskap
seluas 0.19 km2 (0.28%), dan ruang terbuka 18 memiliki nilai SBE 43.6 yang mendekati
seluas 0.09 km2 (0.14%) (Gambar 3 (b)). nilai tengah-tengah, menunjukan bahwa
Peta hasil overlay kepekaan lanskap dan lanskap tersebut memiliki kualitas visual yang
penutupan lahan menghasilkan peta ruang cukup baik menurut penilaian responden.
ekologis yang menggambarkan kondisi
Hasil analisis kualitas visual menunjukan
ekologis kawasan yang terbagi menjadi tiga
bahwa lanskap dengan nilai SBE tinggi
zona yaitu zona ekologis tinggi (38.67 km2),
memiliki karakteristik visual berupa lanskap
ekologis sedang (14.32 km2), dan ekologis
yang alami, didominasi pegunungan,
rendah (13.73 km2) (Gambar 3 (c)).
perbukitan, perkebunan dan keragaman
Analisis Kualitas Visual Kawasan vegetasi yang tinggi. Fitur lanskap alami
merupakan potensi visual yang memberikan
Kecamatan Cisarua termasuk pada
kenyamanan bagi manusia sehingga
kategori dataran tinggi karena posisinya yang
menyebabkan tingginya nilai preferensi
berada di daerah pegunungan dengan
responden. Lanskap yang memiliki nilai SBE
ketinggian rata-rata 872 mdpl, sehingga
sedang adalah fitur lanskap yang memiliki
menjadikan kawasan ini memiliki bentuk
karakteristk visual berupa lanskap yang
lanskap yang beragam dari segi visual.
sudah mengalami campur tangan manusia,
Aspek visual dari suatu lanskap menjadi
yaitu kombinasi visual antara lanskap yang
aspek yang penting dan menjadi salah satu
alami seperti pegunungan, perbukitan, dan
daya tarik bagi suatu kawasan wisata,
vegetasi dengan lahan terbangun berupa
khususnya bagi wisatawan. Hasil analisis
pemukiman dan bagunan lainnya yang
kualitas visual yang dilakukan dengan
tertata. Selanjutnya, lanskap yang memiliki
menggunakan metode SBE (Scenic Beauty
nilai SBE rendah adalah fitur lanskap yang
Estimation) pada grafik (Gambar 4)
didominasi oleh lahan terbangun yang tidak
menunjukan nilai SBE dari masing-masing
tertata dan tidak ada sama sekali lansap
lanskap yang dinilai oleh responden. Lanskap
alami seperti pegunungan, perbukitan, dan
26 menunjukan nilai SBE tertinggi (160.4)
vegetasi. Gambar 5 menunjukan kualitas
yang berarti bahwa lanskap tersebut memiliki
visual dari tiga jenis lanskap yang memiliki
kualitas visual paling bagus dan memiliki nilai
nilai SBE tinggi, sedang dan rendah.
preferensi paling tinggi dari responden.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 61


ADRIANI, HADI, NURISJAH

Gambar 4 Grafik nilai SBE pada tiga puluh lanskap di Kecamatan Cisarua

Gambar 5 Lanskap dengan nilai SBE tinggi (a), nilai SBE sedang (b), dan
nilai SBE rendah (c)

Analisis Akseptibilitas Masyarakat dijadikan sebagai tempat wisata dengan


rentang nilai seluruh desa yang berada
Tabel 5 menunjukan data keikutsertaan
antara 135-180 sehingga termasuk kategori
masyarakat lokal dalam rangka
setuju (S). Masyarakat sangat antusias dan
pengembangan kawasan wisata di
bersedia menerima keberadaan wisatawan
Kecamatan Cisarua yang ditunjukan dengan
serta mau berperan aktif dalam mendukung
tingkat akseptibilitasnya terhadap kegiatan
perencanaan kawasan ini karena mereka
wisata. Berdasarkan hasil data survei
menginginkan adanya peningkatan
terhadap 90 responden, sebagian besar
kesejahteraan ekonomi dari kegiatan wisata.
masyarakat bersedia dan menerima jika
Masyarakat menyadari dengan adanya
tempat tinggal atau lingkungan disekitnya

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 62


ADRIANI, HADI, NURISJAH

Tabel 4 Penilaian akseptibilitas masyarakat Kecamatan Cisarua

No Peubah Peringkat

4 3 2 1

1. Pengembangan kawasan sebagai Setuju Kurang setuju Tidak Tidak


daerah tujuan wisata setuju tahu

2. Pengelolaan kawasan wisata oleh Setuju Kurang setuju Tidak Tidak


masyarakat setuju tahu

3. Peran aktif masyarakat dalam Ya Kurang Tidak Tidak


pariwisata tahu

4. Keuntungan kegiatan wisata Ya Kurang Tidak Tidak


tahu

5. Keberadaan wisatawan Bersed Kurang Tidak Tidak


ia Bersedia Bersedia tahu

Sumber: Yusiana et al. (2011)

perencanaan lanskap kawasan wisata yang karakteristik usia yang dibagi menjadi tiga
baik, maka akan menjaga lingkungan mereka kelompok usia, dari hasil olahan data
dan juga meningkatkan kesejarteraan kuesioner menunjukan bahwa wisatawan
masyarakat dari sektor wisata. kelompok usia dewasa merupakan kelompok
usia yang datang dengan presentase
Analisis Karakteristik dan Preferensi
tertinggi dibandingan dengan kelompok usia
Wisatawan
lainnya yaitu sebesar 70.7%. Hal ini
Wisatawan yang datang ke suatu objek menunjukan bahwa objek wisata alam,
wisata dapat dijelaskan karakteristiknya budaya dan minat khusus yang ada di
berdasarkan empat kategori, yaitu jenis Kecamatan Cisarua lebih banyak dikunjungi
kelamin, kelompok usia, jenis pekerjaan, dan dan diminati oleh kelompok usia dewasa
asal daerah. Berdasarkan karakteristik jenis yaitu yang berumur 25-50 tahun.
kelamin menunjukan bahwa responden
Hasil data kuesioner bahwa wisatawan yang
dengan jenis kelamin perempuan lebih
paling banyak mengunjungi objek wisata di
banyak 2.2% dibandingkan dengan jenis
Kecamatan Cisarua adalah kelompok
kelamin laki-laki yang menunjungi kawasan
wisatawan dengan jenis pekerjaan karyawan
wisata di Kecamatan Cisarua. Berdasarkan

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 63


ADRIANI, HADI, NURISJAH

Tabel 5 Akseptibilitas masyarakat dalam pengembangan wisata

Pengembang-

daerah tujuan

Pengelolaan

Keberadaan
Keuntungan
an kawasan

masyarakat

masyarakat
wisata oleh

Peran aktif

wisatawan
pariwisata
No Desa

kawasan

kegiatan

Kategori
sebagai

wisata

wisata
dalam

Nilai
1 Citeko 36 36 36 34 36 178 S

2 Cibeureum 36 34 36 36 36 178 S

3 Tugu Selatan 36 33 36 35 36 176 S

4 Tugu Utara 36 36 36 36 36 180 S

5 Batu Layang 36 36 36 36 36 180 S

6 Cisarua 36 35 36 36 36 179 S

7 Kopo 36 33 36 34 36 175 S

8 Leuwimalang 36 36 36 36 36 180 S

9 Jogjogan 36 36 36 36 36 180 S

10 Cilember 36 36 36 34 36 178 S

Sumber: Hasil olah data 2016

Keterangan : Tidak Setuju (TS) : 45-89 Kurang Setuju (KS) : 90-134 Setuju (S) : 135-180

negeri/karyawan swasta sebanyak 54.4% Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Cianjur


dari total responden 90 orang. Hal ini (JADETABEKJUR) sebanyak 58.9%.
menunjukan bahwa kelompok dengan jenis
Data hasil wawancara untuk preferensi
pekerjaan sebagai karyawan negeri/swasta
wisatawan dijelaskan berdasarkan beberapa
yang memiliki pekerjaan tetap dan
peubah yaitu maksud kunjungan, jenis
penghasilan yang tetap tiap bulan menjadi
akomodasi, frekuensi kunjungan, kelompok
kelompok wisatawan yang menghabiskan
wisatawan, dan objek yang diminati.
waktunya untuk melakukan kegiatan wisata
Preferensi wisatawan berdasarkan maksud
dan rela membagi sebagian dari
kunjungannya dari hasil pengolahan data
penghasilannya untuk melakukan kegiatan
menunjukan bahwa 90 % dari total
wisata. Berdasarkan asal daerah, wisatawan
responden memiliki maksud kunjungan ke
yang berkunjung paling besar berasal dari

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 64


ADRIANI, HADI, NURISJAH

Kecamatan Cisarua adalah untuk guna untuk melindungi sumber daya alam
kesenangan/leisure (rekreasi, liburan, dan kualitas lingkungan, kualitas visual
olahraga, kesehatan, keagamaan). Hal ini lanskap, dan meningkatkan kesejahteraan
menunjukan bahwa Kecamatan Cisarua masyarakat lokal.
menjadi salah satu daerah tujuan wisata
Zonasi Pengembangan Perencanaan
yang diminati oleh wisatawan untuk
Lanskap Wisata
menghabiskan waktunya untuk kesenangan
(leisure) baik untuk diri sendiri, dengan Berdasarkan hasil analisis dan
keluarga ataupun dengan kelompok tertentu. sintesis maka perencanaan lanskap kawasan
Jenis akomodasi yang dipilih oleh wisatawan wisata berkelanjutan di Kecamatan Cisarua
sebagian besar adalah penginapan atau dikembangkan menjadi tiga zona utama,
hotel (61.1%) dan restoran (38.9%). yaitu zona pengembangan wisata kurang
Selanjutnya dari frekuensi kunjungan dalam potensial seluas 38.67 km2 (58.0%), zona
satu tahun, preferensi wisatawan paling pengembangan wisata cukup potensial 14.32
banyak adalah menjawab 2-3 kali dalam km2 (21.4 %), dan zona pengembangan
setahun (68.9%). Berdasarkan kelompok wisata sangat potensial 13.73 km2 (20.6 %)
wisatawan, preferensi paling besar adalah (Gambar 6).
kunjungan dengan keluarga (52.2%) dan
Pada zona pengembangan wisata kurang
selanjutnya rombongan atau kelompok atau
potensial merupakan zona yang memiliki nilai
komunitas (36.7%). Preferensi wisatawan
ekologis tinggi yang meliputi kawasan yang
dilihat dari objek yang diminati, persentase
sangat rentan dan masih sangat alami
paling besar adalah yang menyukai kedua
karakter lanskapnya sehingga pada zona ini
jenis objek wisata yaitu alam dan minat
direncanakan sebagai kawasan ekowisata
khusus (44.4%).
dengan penggunaan dan kegiatan yang
Perencanaan Lanskap terbatas dan berdasarkan aturan. Sebagai
contoh aturan yang digunakan pada zona ini
Konsep Pengembangan Perencanaan
adalah pembatasan jumlah kunjungan,
Lanskap Wisata
pembatasan waktu kunjungan, dan
Konsep utama perencanaan adalah untuk pembatasan akses masuk kawasan sebagai
menciptakan lanskap kawasan wisata peraturannya. Aktivitas wisata yang
pegunungan yang berkelanjutan, yaitu dikembangkan untuk zona ini adalah aktivitas
dengan mengembangkan wisata berdasaran yang terkait pendidikan dan penelitian,
pada ekologi kawasan dan potensi lanskap pengamatan, melihat pemandangan, dan

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 65


ADRIANI, HADI, NURISJAH

Gambar 6 Zonasi pengembangan kawasan wisata berkelanjutan

berjalan (trekking). Pada zona ini tidak boleh kawasan untuk menampung aktivitas dan
dibangun fasilitas wisata seperti bangunan fasilitas wisata tertentu. Zona ini meliputi
hotel, penginapan dan vila kecuali fasilitas lanskap pertanian, perkebunan, ladang, dan
pengelolaan. lahan terbuka sehingga pada zona ini
direncanakan sebagai kawasan wisata
Zona pengembangan wisata cukup potensial
berbasis pertanian secara umum, artinya
merupakan zona yang memiliki nilai ekologis
semua kegiatan wisata yang ada
sedang yang dikembangkan menjadi

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 66


ADRIANI, HADI, NURISJAH

dikembangkan dengan basis pertanian SIMPULAN DAN SARAN


masyarakat sehingga dapat meningkatkan
Simpulan
ekonomi masyarakat lokal. Pada zona
pengembangan ini diperbolehkan adanya 1. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
sedikit pembangunan dengan pertimbangan daerah pegunungan di lokasi penelitian
yang tinggi pada pekerjaan konstruksinya didominasi oleh zona yang memiliki nilai
dan penilaian pada dampak lingkungannya. ekologis tinggi seluas 38.67 km2 (57,95%)
Aktivitas wisata yang dikembangkan di zona sehingga pengembangannya harus
ini yaitu aktivitas wisata pasif seperti dilakukan dengan hati-hati dan hanya
kemping, trekking, pengamatan burung, dilakukan pada daerah yang memiliki nilai
melihat pemandangan ekologis rendah atau pada zona
persawahan/perkebunan, bercocok tanam, pengembangan wisata sangat potensial.
memanen hasil pertanian, dan kegiatan lain
2. Kualitas visual lanskap yang memiliki nilai
yang minimum dampak lingkungannya.
paling tinggi adalah yang memiliki
Zona pengembangan wisata sangat potensial karakteristik lanskap alami, didominasi
merupakan zona yang memiliki nilai ekologis pegunungan, perkebunan, dan
rendah yang dikembangan untuk keragaman vegetasi tinggi.
menampung aktivitas dan fasilitas wisata
3. Masyarakat di Kecamatan Cisarua sangat
karena zona ini merupakan zona yang
mendukung dan menerima kegiatan
memenuhi persyaratan sebagai kawasan
wisata dikembangkan di daerahnya untuk
wisata, kerentanannya rendah dan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
dieksploitasi. Pada pengembangannya,
walaupun zona ini memiliki kerentanan yang 4. Preferensi wisatawan terhadap wisata di
rendah namun harus tetap memperhatikan Kecamatan Cisarua menunjukan bahwa
pembangunannya supaya tidak menimbulkan tujuan wisatawan berkunjung untuk
dampak negatif. Fasilitas fisik struktur seperti sebagian besar untuk kesenangan
green hotels, pondok, restoran, dan fasilitas dengan menggunakan akomodasi
wisata pendukung lainnya perlu dibangun penginapan dan restoran sebagai fasilitas
untuk mendukung kegiatan wisata pada zona pendukung, melakukan kunjungan wisata
ini. sebanyak 2-3 kali dalam satu tahun
dalam kelompok wisata dengan keluarga,
dan objek yang diminati berupa objek
wisata alam dan minat khusus.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 67


ADRIANI, HADI, NURISJAH

5. Perencanaan lanskap kawasan wisata DAFTAR PUSTAKA


berkelanjutan di Kecamatan Cisarua yang
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten
dikembangkan dibagi menjadi tiga zona
Bogor. 2014. Kabupaten Bogor Dalam
utama, yaitu zona pengembangan wisata
Angka. 2014. Bogor (ID): BPS
kurang potensial seluas 38.67 km2
(58.0%), zona pengembangan wisata Bunruamkaew K, Murayama Y. 2011. Site
2
cukup potensial 14.32 km (21.4%), dan suitability evaluation for ecotourism using GIS
zona pengembangan wisata sangat & AHP: a case study of Surat Thani Province,
2
potensial 13.73 km (20.6%). Thailand. Procedia Social and Behavioral
Sciences Journal. 21: 269–278.
Saran
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
1. Potensi yang dimiliki oleh kawasan wisata
Kabupaten Bogor. 2014. Pariwisata
di Kecamatan Cisarua cukup tinggi dan
Kabupaten Bogor Tahun 2014. Bogor (ID):
berada pada daerah pegunungan,
Pemerintah Kabupaten Bogor.
sehingga perlu adanya aturan daerah
yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah Gunn, CA. 1994. Tourism Planning : Basics,
untuk dapat memproteksi Kecamatan Concepts, Cases, Third Edition. Washington
Cisarua sebagai kawasan wisata DC (US): Taylor & Francis.
pegunungan dengan arahan
Inskeep E. 1991. Tourism Planning: An
pengembangan wisata yang lebih
Integrated and Sustainable Development
memperhatikan perlindungan alam,
Approach. VNR Tourism and Commercial
keindahan pemandangan, penataan
Recreation Series. New York (US): Van
lingkungan, dan kesejahteraan
Nostrad Reinhold.
masyarakat.
Kementrian Pariwisata. Rangking Devisa
2. Perlu adanya pembinaan untuk
Pariwisata terhadap Komoditas Ekspor
masyarakat lokal agar lebih
Lainnya tahun 2010-2014. [diunduh pada 4
meningkatkan peran aktif mereka dalam
Januari 2016]
pengembangan wisata dan kesejahteraan
www.kemenpar.go.id/asp/ringkasan.asp?c=1
ekonominya.
17.

Nurisyah S, Sunatmo, Sasmintohadi, Bahar


A. 2003. Pedoman Pengembangan Wisata
Bahari Berbasis Masyarakat di Kawasan

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 68


ADRIANI, HADI, NURISJAH

Konservasi Laut. Direktorat Jenderal Pesisir


dan Pulau-pulau Kecil. Jakarta (ID):
Departemen Kelautan dan Perikanan.

Risnarto. 1993. Studi kebijaksanaan alokasi


penggunaan lahan untuk penataan
lingkungan Kawasan Puncak [disertasi].
Bogor (ID): Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.

Ross S, Wall G. 1999. Evaluating


Ecotourism: The case of Noerth Sulawesi,
Indonesia. Journal Tourism Management, 20
(6), 673-682.

World Economic Forum. 2015. The Travel &


Tourism Competitiveness Report 2015.
Geneva (CH): SRO-Kundig SA.

Yusiana LS, Nurisjah S, Soedharma D. 2011.


Perencanaan lanskap wisata pesisir
berkelanjutan di Teluk Konga, Flores Timur,
Nusa Tenggara Timur. Jurnal Lanskap
Indonesia, 3 (2), 66-72.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 69

You might also like