Penggunaan Energi Di Industri Pulp Dan Kertas: Aspek Teknologi Dan Lingkungan
Penggunaan Energi Di Industri Pulp Dan Kertas: Aspek Teknologi Dan Lingkungan
Penggunaan Energi Di Industri Pulp Dan Kertas: Aspek Teknologi Dan Lingkungan
net/publication/275649042
CITATION READS
1 2,764
1 author:
Agus Sugiyono
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
106 PUBLICATIONS 164 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Agus Sugiyono on 30 April 2015.
Agus Sugiyono
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin 8, Jakarta
ABSTRACT
The industrial sector is the largest consumer of commercial final energy in Indonesia
today. Final energy consumption in industrial sector achieve 33% of the total national energy
consumption or reached 300 million barrels of oil equivalent (BOE) in the year 2007. Of this
amount approximately 6.5% or about 19 million BOE is used for pulp and paper industry.
Characteristics of energy technologies that are used for pulp and paper industry depends on
the type of process used. Outlined of process in this industry is divided into four groups, i.e:
chemical and thermochemistry pulping, mechanical pulping, paper production, paper
recycling. Each process requires a certain energy that can use fuels such as coal, oil, gas and
electricity. Fuel is mainly used for steam generation. While the main use of electricity in this
sector are electric motors. In line with the concept of sustainable development in the future
will need to promote the use of technology that more energy efficient and environmental
friendly. Cogeneration technology that generate steam and electricity simultaneously is an
energy-efficient technologies that should be taken into account. Besides of renewable energy
utilization such as biofuels and biomass waste, also needs to be promoted through an
appropriate energy policies. In this paper will discuss each of the process of energy use in
pulp and paper industry both from the aspects of technology and related to the sustainable
development.
INTISARI
Sektor industri merupakan konsumen energi final komersial terbesar di Indonesia saat ini.
Pemakaian energi final sektor industri mencapai 33% terhadap total pemakaian energi
nasional atau mencapai 300 juta setara barel minyak (SBM) pada tahun 2007. Dari jumlah
tersebut sekitar 6,5% atau sekitar 19 juta SBM digunakan untuk industri pulp dan kertas.
Karakteristik teknologi energi yang digunakan untuk industri pulp dan kertas tergantung dari
jenis proses yang digunakan. Secara garis besar proses di industri ini dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu: pembuatan pulp dengan proses kimia dan termokimia, pembuatan pulp
secara mekanik, produksi kertas, pembutan kertas secara recycle. Setiap proses memerlukan
energi tertentu yang bisa menggunakan bahan bakar seperti batubara, gas dan minyak maupun
menggunakan energi listrik. Bahan bakar tersebut terutama digunakan untuk pembangkitan
uap. Sedangkan alat pengguna listrik yang utama di sektor ini adalah motor listrik. Sejalan
dengan konsep pembangunan yang berkelanjutan maka di masa depan perlu dipromosikan
penggunakan teknologi energi yang lebih efisien serta ramah lingkungan. Teknologi
cogeneration untuk pembangkit uap dan listrik secara bersamaan merupakan teknologi energi
yang efisien yang perlu dipertimbangkan. Disamping itu penggunakan energi terbarukan
seperti biofuel dan limbah biomasa perlu dipromosikan melalui kebijakan energi yang tepat.
Dalam makalah ini akan dibahas setiap proses penggunaan energi di industri pulp dan kertas
baik dari aspek teknologi maupun kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.
Pemanfaatan energi di Indonesia saat ini tahap penyebaran sehingga diharapkan biaya
masih tidak efisien. Di sektor industri saja produksinya akan semakin murah. Bila biaya
potensi untuk menghemat sekitar 15 - 30% produksi sudah kompetitif terhadap teknologi
atau 28,23 - 56,46 juta SBM. Sejalan dengan yang sudah ada maka teknolgi baru tersebut
itu, pemerintah mengeluarkan Instruksi sudah dapat dioperasikan secara komersial.
Presiden No. 10 tahun 2005 tentang Dalam pengembangan teknologi baru
penghematan energi. Pemerintah mendorong ada beberapa kendala yang dapat menunda
semua sektor termasuk industri pulp dan penggunaannya secara besar-besaran.
kertas untuk melakukan langkah-langkah Kendala tersebut dapat berasal dari beberapa
dalam upaya penghematan energi melalui faktor yaitu: penerimaan publik, perencanaan
penggunaan teknologi yang efisien. dan lisensi, pendanaan dan insentif, serta
kurangnya informasi dan pendidikan.
Teknologi baru biasanya didesain bisa
TAHAPAN PENGEMBANGAN TEKNO- mengurangi emisi CO2. Meskipun secara
LOGI umum masyarakat setuju untuk mengurangi
dampak pemanasan global, namun teknologi
Pengembangan teknologi energi yang baru yang mempunyai emisi CO2 lebih
ramah lingkungan menghadapi banyak rendah belum tentu bisa diterima karena
kendala baik dari sisi teknis maupun adanya hambatan untuk mengubah perilaku
pembiayaan. Beberapa tahapan harus dilalui bila menggunakannya. Kendala perencanaan
sebelum teknologi tersebut dapat beroperasi juga sering dialami karena biasanya proses
secara komersial. Ada empat tahapan dalam perencanan sudah dilakukan untuk jangka
pengembangan teknologi, yaitu: panjang dan sudah disusun prosedur
Tahap Riset dan Pengembangan (R&D) pengoperasian untuk penggunaan teknologi
Tahap Demonstrasi yang sudah ada sebelumnya. Dengan adanya
Tahap Penyebaran (Deployment) teknologi baru tidak dengan cepat dapat
Tahap Kompetitif (IEA, 2006) ditanggapi dengan mengubah perencanaan
Pada tahap R&D diperlukan untuk yang sudah dibuat.
penyempurnaan karakteristik teknis sehingga Pendanaan sering menjadi masalah
memenuhi kriteria yang ditetapkan. Pada dalam penggunaan teknologi baru karena
tahap ini diperlukan campur tangan bank dan investor biasanya akan sangat hati-
pemerintah untuk pendanaan karena biaya hati menggunakan dananya untuk
riset cukup besar untuk dapat ditanggung berinvestasi menggunakan teknologi yang
oleh industri. belum diketahuinya dengan pasti. Faktor
Setelah secara teknis dapat beroperasi resiko akan menyebabkan sulitnya
maka diperlukan tahap demonstrasi untuk memperoleh pendanaan. Kurangnya
menunjukkan kepada publik bahwa teknologi pengetahuan masyarakat juga menjadi
tersebut dapat dioperasikan secara komersial kendala penggunaan teknologi baru.
dengan beberapa insentif dari pemerintah. Biasanya keuntungan penggunaan teknologi
Kebanyakan dari teknologi baru mempunyai baru dapat dirasakan untuk jangka panjang
biaya investasi yang cukup tinggi sepanjang umur ekonomisnya. Oleh karena
dibandingkan teknologi yang sudah ada. itu perlu adanya pelatihan, pendidikan dan
Melalui R&D yang terus menerus maka program sosialisasi sehingga teknologi baru
diperoleh faktor pembelajaran (technology dapat dikenal berdampingan dengan
leaning) yang akan dapat menurunkan biaya teknologi yang sudah ada. Pada Tabel 1
produksi dan meningkatkan kinerja. Melalui ditunjukkan tahap pengembangan beberapa
kerjasama pemerintah dan swasta serta teknologi untuk sektor industri serta kendala
kerjasama internasional dapat dilakukan yang masih dihadapi.
dagang biosolar. Bioetanol merupakan Karena potensi limbah biomasa cukup besar
anhydrous alkohol yang berasal dari maka pemanfaatannya dapat menjadi salah
fermentasi tetes tebu, singkong, jagung atau satu solusi dalam menanggulangi krisis
sagu. Bioetanol dimanfaatkan untuk energi yang sudah dirasakan saat ini. Untuk
mengurangi konsumsi premium. E5 menjadikan kesadaran tersebut menjadi suatu
merupakan campuran 5% bioetanol dengan kenyataan, perlu dilakukan kerjasama
95% premium yang telah dipasarkan sinergis antar lembaga pemerintah, peneliti
Pertamina dengan nama dagang biopremium. dan pengusaha di bidang energi. Kerjasama
PPO merupakan minyak nabati murni tanpa tersebut diharapkan dapat menghasilkan
perubahan sifat kimiawi dan dimanfaatkan langkah-langkah konkrit yang berupa:
secara langsung untuk mengurangi konsumsi Pengembangan database potensi limbah
solar industri, minyak diesel, minyak tanah biomasa dan sebarannya di seluruh
dan minyak bakar. O15 merupakan campuran Indonesia
15% PPO dengan 85% minyak diesel dan Tukar pengalaman dalam pengembangan
dapat digunakan tanpa tambahan peralatan teknologi tepat guna
teori, produksi kertas dari pulp dapat didesain dan kertas pada tahun 2007 diprakirakan
tanpa memerlukan tambahan energi dari luar. mencapai 19 juta setara barel minyak (SBM)
Dalam prakteknya, proses ini membutuhkan atau sekitar 6,5% dari total konsumsi energi
air untuk proses pemisahan serat dan energi di sektor industri. Penggunaan energi di
dibutuhkan untuk membuang air dalam serat industri ini masih mempunyai potensi untuk
dengan proses pengeringan. Proses penghematan energi dengan menggunakan
pengeringan ini merupakan tahap yang teknologi yang efisien. Teknologi energi
sangat boros energi. Secara teknis potensi yang efisien tersebut terus dikembangkan
untuk mengurangi penggunaan energi dapat diantara adalah:
mencapai 30% atau lebih tetapi potensi yang Teknologi gasifikasi mempunyai peluang
secara ekonomis dapat diterapkan hanya untuk meningkatkan efisiensi dalam
sekitar 15 - 20%. Prospek pengembangan penggunaan black liquor. Teknologi ini
teknologi pengering yang efisien ditunjukkan sering disebut black liquor gasification-
pada Tabel 5. combined cycle (BLGCC) yang tidak
hanya bisa digunakan untuk bahan bakar
black liquor saja tetapi dapat juga
menggunakan biomas seperti kulit dan Permana, A.D., Sugiyono, A., Suharyono, H.
potongan kayu. dan Boedoyo, M.S. (Editor) (2009)
Teknologi lain yang bisa untuk Outlook Energi Indonesia 2009, BPPT-
menghemat energi adalah penggunakan Press, Jakarta.
teknologi pengering yang efisien. Pusdatin (2008) Handbook of Indonesia’s
Peluang penghematan energi di industri pulp Energy and Economic Statistics, Pusat
dan kertas di negara maju masih cukup besar Data dan Informasi, Departemen Energi
yaitu sekitar 15 - 20%. Oleh karena itu perlu dan Sumber Daya Mineral.
suatu kajian khusus untuk melihat potensi riil Rosadi, H.Y. dan Vidyatmoko, D. (2002)
penghematan di industri pulp dan kertas yang Analisis Pasar Pulp dan Kerta
ada di Indonesia. Indonesia, Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia, Vol.4, No.5, Humas BPPT,
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Sugiyono, A. (2008) Pengembangan Bahan
Bakar Nabati untuk Mengurangi
BPS (2008) Statistik Indonesia 2008, Badan Dampak Pemanasan Global,
Pusat Statistik, Jakarta. Dipresentasikan pada Seminar Nasional
ESDD (2000) Guidebook on Cogeneration as Kebijakan Pemanfaatan Lahan dalam
a Means of Pollution Control and Menanggulangi Dampak Pemanasan
Energy Efficiency in Asia, Environment Global, Keluarga Mahasiswa Ilmu
and Sustainable Development Division, Tanah, Fakultas Pertanian, UGM,
UNESCAP, Bangkok. Yogyakarta.
IEA (2006) Energy Technology Perspectives:
Scenario and Strategy to 2050,
International Energy Agency, Paris.