Perubahan Perilaku Santri (Studi Kasus Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Di Desa Langkap Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo)
Perubahan Perilaku Santri (Studi Kasus Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Di Desa Langkap Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo)
Perubahan Perilaku Santri (Studi Kasus Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Di Desa Langkap Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo)
Pendahuluan
Santri merupakan anak usia remaja yang memilih atau
dipilihkan orang tuanya untuk menempuh pendidikan di pondok
pesantren baik secara terpaksa ataupun suka rela. Masa remaja
merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Masa ini tergolong cukup panjang yang ditandai dengan
adanya pubertas yaitu munculnya perubahan-perubahan fisiologis
tertentu yang dapat menjadi awal bagi kemampuan seseorang untuk
dapat bereproduksi. Menetapkan batasan usia bagi remaja sedikit sulit,
karena sebutan remaja sendiri merupakan konstruksi sosial yang
berbeda-beda tergantung pada lingkungan sosial dan budaya dimana
remaja tinggal. Papalia, Old dan Feldman menggolongkan remaja dari
usia 11 tahun hingga awal usia 20 tahun. Stanley Hall memandang
masa remaja lebih panjang lagi yaitu berkisar antara usia 12-22 tahun
atau 25 tahun.
Salah satu tugas penting yang harus dipenuhi oleh remaja
untuk dapat berhasil menjalani tahapan perkembangan adalah
memperoleh sejumlah norma sebagai pedoman dalam bertindak dan
menjadikannya sebagai pandangan hidup. Norma-norma tersebut
secara sadar dikembangkan dan direalisasikan untuk menetapkan
kedudukan manusia dalam hubungannya dengan Sang Pencipta, alam
semesta dan dalam hubungannya dengan manusia-manusia lain.
Norma ini pula yang membantu membentuk suatu gambaran dunia
dan memelihara harmonisasi dengan nilai-nilai pribadi yang lain. 1
1
Lisya Chairani & M.A. Subandi. Psikologi Santri Penghafal Al-Qur’an
Peranan Regulasi Diri. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010). hal. 33-35
2
Mujiono Darmopoli. Pesantren Modern IMMIM; Pencetak Muslim Modern.
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011). hal. 65 - 66.
3
M. Bahri Ghazali. Pesantren Berwawasan Lingkungan. (Jakarta: CV.
Prasasti, 2003). hal. 34
4
http://kamusbahasaindonesia.org/perubahan/miripKamusBahasaIndonesia
.org (diakses pada tanggal 4 Januari 2016)
5
Hasbi Indra. Pesantren dan Transformasi Sosial “Studi Atas Pemikiran KH.
Abdullah Syafe’i Dalam bidang pendidikan Islam ”. (Jakarta: Penamadani, 2005).
hal. 34 - 39
6
Clifford Geetrz. Abangan, Santri, Priyai Dalam Masyarakat Jawa.
(Yogyakarta: Pustaka Jaya, 2005). hal. 243
7
Hasbi Indra. Pesantren dan Transformasi Sosial “Studi Atas Pemikiran KH.
Abdullah Syafe’i Dalam bidang pendidikan Islam ”. (Jakarta: Penamadani, 2005).
hal. 34
8
Hendriati Agustiani. Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi
Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja). ( Bandung:
PT. Refika Aditama, 2009). hal. 29- 31
9
Desmita. Psikologi Perkembangan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset, 2005). hal. 211
10
Alwisol. Edisi Revisi Psikologi Kepribadian. (Malang: UMM Press, 2009).
hal. 283
11
Daniel Cervone dan Lawrence A. Pervin. Kepribadian: Teori dan
Penelitian ( Personality: Theory and Research). (Jakarta: Salemba Humanika,
2012). hal. 242 – 243
12
Lisya Chairani & M.A Subandi. Psikologi Santri Penghafal Al-Qur’an;
Peranan Regulasi Diri. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010). hal. 35 - 36
13
Alwisol. Edisi Revisi Psikologi Kepribadian. (Malang: UMM Press, 2009).
hal. 287 – 288
14
J. W. Santrock. Psikologi Perkembangan Jilid 2. (Jakarta: Erlangga, 2007).
hal. 153
15
Gerungan. Psikologi Sosial. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010). hal. 58
- 60
16
Dyah Aji Jaya Hidayat, “Perbedaan Penyesuaian Diri Santri Di Pondok
Tradisional dan Modern”, Jurnal Talenta Psikologi-Vol. 1 No. 2-Agustus 2012
17
Fani Kumalasari, “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan
Penyesuaian Diri Remaja Di Panti Asuhan”, Jurnal Psikologi Pitutur-Vol. 1 No. 1-
Juni 2012
18
M. Syaifuddien Zuhriy, Budaya Pesantren Dan Pendidikan Karakter Pada
Pondok Pesantren Salaf, Jurnal Walisongo, Volume 19, Kode 2, November 2011
19
M. Badri Ghazali. Pesantren Berwawasan Lingkungan. (Jakarta: Prasasti,
2003) hal. 14
20
Mujamil Qomar. Pesantren; Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi. (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 4
21
Mujamil Qomar. Pesantren; Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi. (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 7
22
Nurul Iman. “Wakaf dan Kemandirian Pendidikan (Studi Pengelolaan
Wakaf di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo). Disertasi. (Semarang:
Program Doktor Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2012) hal. 105
23
Ahmad Syamsu Rizal, “Transformasi Corak Edukasi dalam Sistem
Pendidikan Pesantren”, Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 2 - 2011
24
Haidar Putra Daulay. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan
Islam di Indonesia. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hal. 69
25
A. Rodlimakmun. Pembentukan Karakter Berbasis Pendidikan Pesantren
(Studi di Pondok Pesantren Tradisional dan Modern di kab. Ponorogo). (Ponorogo:
STAIN Ponorogo Press, 2014) hal. 52 - 53
7. Para santri juga diwajibkan untuk sekolah formal dan sekolah non
formal, disamping juga model pembelajaran klasik diluar sekolah
seperti wetonan, sorogan, dan musyawarah. Model pembelajaran
ini berdampak pada psikologi santri bahwa pendidikan formal
sangat fundamental baginya terutama dalam hal bagaimana cara
mendapatkan income yang besar ketika sudah berkeluarga serta
tidak lupa dengan adanya model pembelajaran khas pondok
pesantren seperti sorogan, wetonan, mudzkarah atau musyawarah
akan dapat memperkaya wawasan keilmuan santri dari kitab-kitab
Islam klasik serta dapat menambah keakraban antara kiai dengan
santrinya dan santri dengan sesama santri
26
Lisya Chairani & M.A Subandi. Psikologi Santri Penghafal Al-Qur’an
Peranan Regulasi Diri. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hal. 36
27
Gerungan. Psikologi Sosial. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010) hal. 59
28
Daniel Cervone dan Lawrence A. Pervin. Kepribadian: Teori dan
Penelitian ( Personality: Theory and Research)…, hal. 257
29
J. W. Santrock. Psikologi Perkembangan Jilid 2. (Jakarta: Erlangga, 2007)
hal. 153
30
J. W. Santrock. Psikologi Perkembangan Jilid 2. (Jakarta: Erlangga, 2007)
hal. 153
31
Mahmud. Psikologi Pendidikan. (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012) hal.
355
Penutup
Keberadaan pendidikan pondok pesantren salafiyah tidak
diragukan lagi, yakni dengan nampaknya produk (santri) pondok
pesantren salafiyah yang telah mewarnai sejarah peradaban Indonesia
selama berpuluh-puluh tahun, salah satu prestasi yang membanggakan
dan harus tetap dipertahankan di masa yang akan datang. namun jika
melihat realitas yang ada tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua
produk pondok pesantren salafiyah ini dapat diterima sepenuhnya oleh
masyarakat, terbukti dengan adanya fenomena perubahan perilaku
santri alumni pondok pesantren salafiyah. Selanjutnya dari penelitian
yang bertemakan “Perubahan Perilaku Santri Alumni Pondok
Pesantren Salafiyah di Desa Langkap”, Peneliti menemukan hal-hal
sebagai berikut:
Pertama, cara pondok pesantren salafiyah menanamkan nilai-
nilai ke-Islaman kepada santrinya meliputi; membiasakan para santri
mengerjakan ibadah-ibadah sunnah di waktu luangnya agar terisi
dengan kegiatan positif, membiasakan para santri disiplin dalam
mengerjakan ibadah-ibadah wajib, membekali para santri dengan
Daftar Pustaka
http://sulsel.kemenag.go.id/file/file/ArtikelTulisan/klbc1367941885.p
df (diakses pada tanggal 12 Agustus 2015)
http://kamusbahasaindonesia.org/perubahan/miripKamusBahasaIndon
esia.org diakses pada tanggal 4 Januari 2016)