Pengaruh Induksi Plumbum Asetat Terhadap Memori Spasial Dan Intake Sukrosa Pada Tikus Putih Jantan (Rattus Novergicus) Galur Sprague Dawley

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 58

PENGARUH INDUKSI PLUMBUM ASETAT TERHADAP MEMORI

SPASIAL DAN INTAKE SUKROSA PADA TIKUS PUTIH JANTAN


(RATTUS NOVERGICUS) GALUR SPRAGUE DAWLEY

(Skirpsi)

Oleh
TEGUH DWI WICAKSONO

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRACT

THE EFFECT OF LEAD ACETATE INDUCED TO SPATIAL MEMORY AND


SUCROSE INTAKE ON MALE RATS (RATTUS NORVEGICUS)
STRAIN SPRAGUE DAWLEY

By

TEGUH DWI WICAKSONO

Background: Vehicle contributes for 70%-80% of air pollution, one of the components such
pollution is plumbum. Plumbum is a neurotoxic metal that can lower spatial memory and
sucrose intake.
Methods: This is a completely randomized design method used 24 male rats (Rattus
norvegicus) Sprague-Dawley aged 2-3 months were divided into 4 groups induced by lead
acetate for 7 days, the control group (K), group 1 dose of 50 mg/kg (P1), group 2 doses of
100 mg/kg (P2) and the treatment group 3 doses of 200 mg/kg (P3). Spatial memory assessed
using a Morris water maze test probe method with exercise 4 times/day for 2 days and
sucrose intake was assessed using method 2-hours access by looking at the percentage of
consumption of sucrose 4% of the total fluid. Data were analyzed using One-way ANOVA.
Result: The results of the average number of spatial memory in K: 35.28%, P1: 25.55%, P2:
25.28%, P3: 21.39% obtained significant influence with p = 0.037. The results of the average
value of sucrose intake in K: 77.03%, P1: 17:58%, P2: 18.63%, P3: 11:03% obtained
significant influence with p=0.000.
Conclusion: Induction of plumbum acetate for 7 days can reduce spatial memory and sucrose
intake of white rats (Rattus norvegicus) male Sprague-Dawley.

Keywords: Intake of sucrose, Lead, Spatial memory


ABSTRAK

PENGARUH INDUKSI PLUMBUM ASETAT TERHADAP MEMORI SPASIAL DAN


INTAKE SUKROSA PADA TIKUS PUTIH JANTAN (RATTUS NORVEGICUS)
GALUR SPRAGUE DAWLEY

Oleh

TEGUH DWI WICAKSONO

Latar belakang: Kendaraan menyumbangkan 70%-80% polusi udara, salah satu komponen
polusi tersebut adalah plumbum. Plumbum merupakan logam bersifat neurotoksik yang
dapat menurunkan memori spasial dan intake sukrosa.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan sampel 24
ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague-dawley berusia 2-3 bulan terbagi ke
dalam 4 kelompok yang diinduksi dengan plumbum asetat selama 7 hari, yaitu kelompok
kontrol (K), kelompok perlakuan 1 dosis 50 mg/kg (P1), kelompok perlakuan 2 dosis 100
mg/kg (P2) dan kelompok perlakuan 3 dosis 200 mg/kg (P3). Memori spasial dinilai
menggunakan alat Morris-water maze metode probe test dengan latihan 4 kali/hari selama 2
hari dan intake sukrosa dinilai menggunakan metode 2-hours access dengan melihat
persentase konsumsi sukrosa 4% terhadap keseluruhan cairan. Data dianalisis menggunakan
metode One-way Anova.
Hasil penelitian: Hasil rerata nilai memori spasial pada K: 35.28%, P1: 25.55%, P2: 25.28%,
P3: 21.39% didapatkan pengaruh yang bermakna dengan nilai p=0.037. Hasil rerata nilai
intake sukrosa pada K: 77.03%, P1: 17.58%, P2: 18.63%, P3: 11.03 % didapatkan pengaruh
yang bermakna dengan nilai p=0.000.
Simpulan: Induksi plumbum asetat selama 7 hari dapat menurunkan memori spasial dan
intake sukrosa tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague-dawley.

Kata kunci : Intake sukrosa, Memori spasial, Plumbum


PENGARUH INDUKSI PLUMBUM ASETAT TERHADAP MEMORI
SPASIAL DAN INTAKE SUKROSA PADA TIKUS PUTIH JANTAN
(RATTUS NORVEGICUS) GALUR SPRAGUE DAWLEY

Oleh
Teguh Dwi Wicaksono

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada keluarga sederhana di Lampung Selatan pada tanggal 3

November 1995, sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari Bapak Haryono

dan Ibu Marmi yang sangat menyayangi penulis.

Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Al-Muhajirin

Sidoasih, Lampung Selatan dan selesai pada tahun 2000. Lalu penulis menempuh

Sekolah Dasar di MI Al-Muhajirin Sidoasih, Lampung Selatan dan selesai pada

tahun 2007. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Sragi

yang diselesaikan pada tahun 2010, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di

SMA Negeri 1 Kalianda dan selesai pada tahun 2013.

Tahun 2013, Penulis diterima dan terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Undangan. Selama

menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam FSI Ibnu Sina periode 2014-2015 yaitu

sebagai Staf Bina Baca Quran, dan Wakil Ketua BPH As-syfa periode 2014-2015

serta syukur alhamdulilah penulis juga menjadi bagian dalam Asisten Dosen

Anatomi periode 2015/2016.


“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan bodoh ”.
(QS. Al-Ahzab : 72)

Sebuah tulisan kecil teruntuk :

“Bapak dan Mama Tercinta”

When you walk through the storm


Hold your head up high
And don’t be afraid of the dark
At the end of the storm there’s a golden sky
And the sweet silver song of a lark
Walk on through a rain
Walk on through a wind
Though your dreams be tossed and blown
SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam

semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Solallahu Alaihi Wasalam.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Induksi Plumbum Aseta terhadap Memori

Spasial dan Intake Sukrosa Pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur

Sprague Dawley” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Dr. dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung.

3. Dr. Anggraeni Janar Wulan, M.Sc., selaku Pembimbing Utama yang selalu

bersedia meluangkan waktu dan kesediaannya untuk memberikan bimbingan,


kritik, saran serta nasihat yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi

ini.

4. dr. Ratna Dewi Puspita Sari, Sp.OG., selaku Pembimbing Kedua atas

kesediannya untuk menyempatkan waktu memberikan bimbingan, saran dan

kritik selama proses skripsi ini serta memberikan banyak ilmu selama lebih

dari setahun terakhir ini.

5. Dr. dr. Asep Sukohar, M.Kes., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi untuk

masukan dan saran-saran yang diberikan.

6. dr. Oktadoni Syaputra, M.Med.Ed., selaku Pembimbing Akademik

7. dr. Betta Kurniawan, M.Kes., selaku dosen dan juga guru yang telah

memberikan banyak motivasi dan nasihat tentang dunia maupun akhirat.

8. Ibuku tersayang, Marmi, terimakasih atas doa, kasih sayang, nasihat serta

bimbingan yang telah diberikan untukku, serta selalu mengingatkan ku untuk

selalu mengingat Allah SWT. Semoga Allah SWT selalu melindungi ibunda

dan menjadikan ladang pahala.

9. Ayahku tercinta, Haryono yang selalu memberikan doa dan semangat

untukku dalam menjalankan pendidikan kedokteran serta selalu

mengingatkanku untuk selalu dekat dengan Allah SWT. Semoga Allah selalu

memberikan kesehatan dan lindungan kepada ayahanda.

10. Kakak dan adik-adikku Primadhani, Tria dan Balint yang selalu memberikan

doa, memotivasi dan mendukung.

11. Kepala Laboraturium Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung Ibu Nuriah yang telah membantu dalam penelitian ini.


12. Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah

diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan

untuk mencapai cita-cita.

13. Seluruh Staf Akademik, TU dan Administrasi FK Unila, serta pegawai yang

turut membantu dalam proses penelitian skripsi ini.

14. Sahabat-sahabat saya M. Ega Al-Farizi, Fuad Iqbal Elka Putra, Fathan Muhi

Amrulloh, Raka Novadlu Cordita, Restu Pamanggih, M. Jyuldi Prayoga,

Agus Fathul Muin, Ahmad Farishal. Sebagai teman seperjuangan, saling

mengingatkan dan selalu memberikan semangat tentang kehidupan dunia

maupun akhirat.

15. Sahabat-sahabat saya NWNC yaitu Ahmad sirajudin, Restu Pamanggih, Raka

Novadlu Cordita, Ridho Pambudi, M. Marliando, Maldini Ningrat, Khairul

Anam, dan Benny BPP. Terimakasih atas semangatnya, keseruannya, doa,

dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

16. Keluarga Asisten Dosen Anatomi periode 2015-2016, dr. Anggraeni Janar

Wulan, M.Sc, dr. Rekha Nova Iyos, dr. Catur Ari Wibowo, M. Jyuldi

Prayoga, Teguh Dwi Wicaksono, Josua Tumpal, M. Marliando, M. Azzaky

Bimandama, Fauziah Lubis, Azzren Virgita Pasya, Sutria Nirda Syati, Ria

Arisandi, Indrani Nur WP, Rosi Indah Pratama, Indah Iswara, Shafira Fauzia,

Seftia Farera Nanda.

17. Teman laki-laki seperjuangan kloter terakhir OSCE dan SOCA dari semester

pertama hingga terakhir Tito Tri Saputra, yang selalu bersama menunggu

berjam-jam ujian dan selalu mendoakan.


18. Teman-teman MoC dan angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, terimakasih atas pengalaman-pengalaman dan perjuangan selama ini.

19. Sahabat-sahabat saya yang dipertemukan sejak masih memahami arti

kehidupan: Angga, Rama, Tian, Dedi, Tuko, Arif, Iqbal, Salamun, Endro,

Agus yang telah mengajari penulis tujuan hidup ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 16 Januari 2017

Penulis

Teguh Dwi Wicaskono


i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI...................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah ................................................................................... 5
1.3.Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.4.Manfaat Penelitian .................................................................................. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Memori Spasial ..................................................................................... 7
2.1.1. Pengertian dan Jenis-jenis memori................................................ 7
2.1.2. Mekanisme Penyimpanan Memori Spasial ................................... 9
2.2. Plumbum ............................................................................................... 12
2.2.1. Pengertian Plumbum ..................................................................... 12
2.2.2. Plumbum Sebagai Pemicu Stres Oksidatif.................................... 13
2.2.3. Pengaruh Stres Oksidatif terhadap Memori Spasial...................... 15
2.2.4. Pengaruh Stres Oksidatif terhadap Intake Sukrosa ....................... 18
2.3. Morris Water Maze ............................................................................... 19
2.4. Kerangka Teori ..................................................................................... 21
2.5. Kerangka Konsep.................................................................................. 23
2.5. Hipotesis ............................................................................................... 23

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1. Desain Penelitian .................................................................................. 24
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 24
ii

3.3. Populasi dan Sampel ............................................................................. 24


3.4. Kelompok Perlakuan............................................................................. 25
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................ 26
3.6. Variabel Penelitian................................................................................ 26
3.7. Definisi Operasional ............................................................................. 27
3.8. Bahan dan Alat Penelitian..................................................................... 28
3.9. Prosedur Penelitian ............................................................................... 28
3.9.1. Pembuatan Larutan Plumbum Asetat.......................................... 28
3.9.2. Prosedur Pengujian Memori Spasial Morris Water Maze .......... 29
3.9.3. Prosedur Pengujian Intake Sukrosa ............................................ 31
3.9.4. Alur Penelitian ............................................................................ 32
3.10. Analisis Data....................................................................................... 33
3.11. Etika Penelitian ................................................................................... 33

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Gambaran Umum Penelitian................................................................. 35
4.2. Hasil Penelitian ..................................................................................... 36
4.2.1. Memori Spasial ............................................................................. 36
4.2.2. Intake Sukrosa ............................................................................... 37
4.2.3. Analisis Bivariat ............................................................................ 37
4.3. Pembahasan........................................................................................... 42
4.3.1. Hubungan Plumbum terhadap Memori Spasial ............................ 42
4.3.2. Hubungan Stres Oksidatif terhadap Intake Sukrosa...................... 46

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 49
5.2. Saran ..................................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
iii

DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

Tabel 1. Definisi Operasional .............................................................................. 27


Tabel 2. Hasil Rerata Memori Spasial ................................................................. 36
Tabel 3. Hasil Rerata Intake Sukrosa................................................................... 37
Tabel 4. Uji Normalitas Data ............................................................................... 38
Tabel 5. Uji Homogenitas Levene’s..................................................................... 38
Tabel 6. Hasil Uji One-way anova Memori Spasial ............................................ 39
Tabel 7. Hasil Post Hoc LSD Memori Spasial .................................................... 40
Tabel 8. Hasil Uji One-Way Anova Intake Sukrosa............................................. 40
Tabel 9. Hasil Post Hoc LSD Intake Sukrosa ...................................................... 41
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Jalur Potensial Aksi Ingatan Jangka Panjang ..................................... 10


Gambar 2. Mekanisme Plumbum Mengakibatkan Kematian Sel ....................... 17
Gambar 3. Ilustrasi Morris Water Maze Test ....................................................... 20
Gambar 4. Kerangka Teori.................................................................................... 22
Gambar 5. Kerangka Konsep ................................................................................ 23
Gambar 6. Diagram Alur Penelitian ..................................................................... 32
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah Penduduk di Indonesia pada tahun 2010 tercatat sebanyak 238 juta jiwa.

Setiap tahunnya jumlah penduduk indonesia meningkat, hal ini sebanding lurus

dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor (BPS, 2012). Dimana, sampai tahun

2013 jumlah kendaraan bermotor di Indonesia sebesar 105 juta unit (BPS, 2014).

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor ini, tentunya akan menurunkan kualitas

lingkungan yang disebabkan oleh meningkatnya polusi udara (Shafii, 2008). Hasil

dari berbagai observasi menyebutkan bahwa konstribusi polusi udara dari kendaraan

bermotor mencapai 70%-80% dari total pencemaran (Depkes, 2014).

Perlu disadari oleh masyarakat bahwa 89% karbon monoksida (CO), 100% plumbum

(Pb), 73% hidrokarbon (HC), 61% oksida nitrogen (NOx), 53% karbon dioksida

(CO2) dan 1% asap di udara dihasilkan oleh kendaraan bermotor bensin (spark

ignition engine) dari keseluruhan gas buangan kendaraan bermotor (Irawan, 2008).

Diantara sumber polusi yang terdapat pada gas buangan kendaraan bermotor tersebut,

terdapat satu logam berat berbahaya yaitu plumbum (Pb). Plumbum merupakan salah
2

satu logam berat yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan jika terhirup ke dalam

sistem pernapasan. Plumbum banyak dihasilkan dari kendaraan bermotor bensin,

kurang lebih 25%-50% Pb tinggal di udara. Dengan demikian, semakin banyak

kendaraan yang digunakan, maka akan semakin banyak juga Pb yang tertinggal di

udara (Sudarmaji et al., 2006).

Tingginya kadar Pb pada pencemaran udara oleh kendaraan bermotor ini, dapat

mengakibatkan terhirupnya logam berat ini ke dalam saluran pernafasan. Plumbum

akan masuk ke dalam tubuh manusia bersama udara yang terhirup melalui saluran

pernapasan dan saluran pencernaan, sedangkan absorpsi melalui kulit sangat kecil

sehingga dapat diabaikan. Rerata 10-30% Pb yang terinhalasi diabsorpsi oleh paru -

paru dan sekitar 5-10% dari yang tertelan diabsorpsi melalui saluran cerna,

sedangkan sebanyak 30-40% Pb yang diabsorpsi melalui saluran pernapasan akan

masuk ke aliran darah, masuknya Pb ke aliran darah tergantung pada ukuran partikel,

daya larut, volume pernapasan dan variasi faal antar individu (Kurniawan, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian Manalu (2001) diketahui bahwa tingkat kepadatan lalu

lintas berpengaruh terhadap kadar Pb dalam darah pedagang kaki lima. Pada

kepadatan lalu lintas yang tinggi menunjukan kadar Pb di udara sebesar 0.007-0.021

µg/m3 dengan kadar Pb dalam darah pedangang kaki lima sebesar 0.366-0.806 ppm.

Pada lalu lintas dengan kepadatan yang sedang menunjukan kadar Pb di udara sebesar

0.005-0.015 µg/m3 dengan kadar Pb dalam darah pedangang kaki lima sebesar 0.124-

0.339 ppm sedangkan pada lalu lintas dengan kepadatan yang rendah menunjukan
3

kadar Pb di udara sebesar 0.0048-0.0096 µg/m3 dengan kadar Pb dalam darah

pedangang kaki lima sebesar 0.176-0.298 ppm.

Di dalam tubuh, Pb dapat menyebabkan stres oksidatif (Ostrovskaya et al, 2011).

Induksi Pb selama 96 jam dapat menyebabkan stres akut yang ditandai dengan

perubahan morfologi dan respon dari antioksidan diantaranya catalase (CAT),

peroxidase (POD), superoxide dismutase (SOD), glutathione peroxidase (GPx),

malondialhydeid (MDA) (Tian et al., 2014). Ambica et al., (2016) melakukan

penilaian pengaruh Pb terhadap kadar enzim antioksidan pada 250 penduduk kota

secara acak yang sering terpapar asap kendaraan. Terjadi peningkatan kadar CAT,

SOD dan GPx pada penduduk yang memiliki kadar Pb darah diatas 15 µg/dl. Pada

penelitian Li et al., (2015) induksi Pb dalam peroide akut dengan konsentrasi yang

berbeda (0, 3.6, 7.3, 14, 29, 58 mg/dl) selama 7 hari menunjukan perubahan

histopatologi testis dan peningkatan enzim CAT, GPx dan SOD yang menunjukan

bahwa terjadinya stres oksidatif. Shafiq-ur-rehman (1984) menginduksi tikus dengan

Pb asetat 2% selama 10 hari. Penelitian ini menunjukan terjadinya peroksidasi lipid

pada membran sel di semua bagian otak tikus. Pada penelitian Ahmed et al., (2013)

terjadi kematian sel pada otak tikus yang diinduksi dengan 25 dan 50 mg/kg

plumbum asetat.

Salah satu organ yang paling peka terhadap stres oksidatif ialah hippocampus

(Harbani, 2013). Ercal et al., (2001) menjelaskan bahwa oksidan yang dicetuskan

oleh Pb maupun efek langsung terhadap membran sel dapat memicu terjadinya cidera
4

sel yang dapat berlanjut menjadi kematian sel-sel. Lebih lanjut dalam penelitian

Shafiq-ur-rehman (1984) menunjukan bahwa Pb dapat dapat menginduksi peroksidasi

lipid sel neuron di semua bagian otak. Jika peroksidasi lipid ini berlanjut maka

kematian sel pun dapat terjadi (Kumar, 2007). Pada penelitian Meng et al., (2016)

paparan Pb ini dapat menyebabkan kematian sel-sel di hippocampus dan

mengakibatkan gangguan pada memori spasial.

Morris water maze pada penelitian Novita (2015) digunakan untuk menguji pengaruh

stres kronis listrik terhadap memori spasial pada tikus putih galur dawley. Morris

water maze, walaupun terlihat sederhana, merupakan suatu uji yang menantang bagi

tikus karena memerlukan berbagai proses pemikiran yang rumit. Proses ini meliputi

lokalisasi spasial berdasarkan petunjuk visual yang secara berurutan melibatkan

peristiwa pemrosesan, konsolidasi, retensi, dan retrieval untuk bisa mencapai pada

platform yang tersembunyi di water maze (Alvin & Terry, 2009).

Belakangan ini, ada beberapa penelitian tentang pengaruh stres terhadap perubahan

perilaku yang dinilai dari intake sukrosa. Pada penelitian-penelitian tersebut

menunjukan bahwa stres dapat menurunkan asupan sukrosa pada hewan coba

(Grønli, 2006; Pothion et al., 2004). Hingga saat ini, belum ada penelitian mengenai

pengaruh induksi plumbum terhadap intake sukrosa. Zat beracun merupakan salah

satu pencetus terjadinya stres dan plumbum merupakan salah satu dari zat yang

sangat beracun bagi tubuh (Sherwood, 2014 ; Widiowati, 2008). Oleh karena itu,
5

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari induksi plumbum terhadap

perubahan perilaku yang dinilai dari intake sukrosa.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis berminat untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh induksi plumbum asetat dalam 7 hari terhadap memori

spasial (Water Morris maze test) dan intake sukrosa pada tikus putih (Rattus

novergicus) galur Sprague dawley.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh Pb asetat terhadap memori spasial pada tikus putih

(Rattus norvegicus) galur Sprague dawley?

2. Apakah terdapat pengaruh Pb asetat terhadap intake sukrosa pada tikus putih

(Rattus norvegicus) galur Sprague dawley?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Pb asetat terhadap terhadap memori spasial dengan

water morris maze test pada tikus putih (Rattus novergicus) galur Sprague

dawley.
6

2. Untuk mengetahui pengaruh Pb asetat terhadap perubahan prilaku yang dinilai

dari intake sukrosa tikus putih (Rattus novergicus) galur Sprague dawley.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan mengenai tata cara penulisan karya ilmiah yang baik

dan mengetahui pengaruh Pb asetat terhadap terhadap memori spasial dan perubahan

prilaku yang dinilai dari intake sukrosa tikus putih (Rattus novergicus)

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan sehingga

memberikan sumbangan informasi bagi ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai

bahaya dari polutan (plumbum asetat).


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Memori Spasial

2.1.1 Pengertian dan jenis-jenis Memori

Memori merupakan bentuk penyimpanan informasi yang didapat dari proses

pembelajaran atau latihan berulang (Dorland, 2010). Proses pembelajaran tersebut

akan disandikan (coding), disimpan (storage) dan kemudian dikeluarkan kembali

(retrieve atau recall) dalam bentuk ingatan (Kandel et al, 2000). Secara umum,

yang disimpan adalah konsep bukan informasi verbatim (kata-kata). Namun

demikian, informasi yang disimpan dapat juga berupa kata demi kata (Sherwood,

2014).

Penyimpanan informasi yang diperoleh dilakukan paling sedikit dalam dua cara:

ingatan jangka-pendek (short term memory) dan ingatan jangka-panjang (long

term memory) (Guyton & Hall, 2007). Ingatan jangka-pendek memiliki kapasitas

penyimpanan terbatas dan berlangsung detik hingga jam, sedangkan ingatan

jangka-panjang berkapasitas sangat besar dan dipertahankan dalam hitungan

harian hingga tahunan (Sherwood, 2014).


8

Terdapat dua jenis memori berdasarkan jenis informasi yang disimpan, yaitu

memori deklaratif (eksplisit) dan memori non-deklaratif (implisit). Memori

eksplisit terlibat dalam proses mengingat secara sadar terhadap informasi tentang

individu, kejadian spesifik, tempat, dan benda (Sherwood, 2014). Sedangkan

memori implisit terlibat dalam proses mengingat bawah sadar dalam pelaksanaan

tugas dan prosedur, seperti keterampilan motorik (Mann & Klemm, 2011).

Memori spasial termasuk dalam memori deklaratif atau eksplisit (Cassenti &

Carlson, 2008). Memori spasial berkaitan dengan kemampuan mengingat ruang

bidang, mengenali bentuk, jarak, dan luas, serta mengetahui arah atau posisi

seseorang. Tanpa adanya memori spasial maka individu akan mengalami kesulitan

dalam memahami posisi diri, melihat bentuk dan ruang bidang, tidak dapat

mengingat arah atau letak suatu benda, serta tidak dapat memperkirakan jarak

suatu tempat (Mastrangelo et al., 2008). Stimulus berupa gambar-gambar yang

merepresentasikan peristiwa terkini dimasukkan ke hippocampus kemudian

diasosiasikan dengan stimulus peristiwa di masa lampau (Japardi, 2002).

Berbeda dengan memori spasial yang berkaitan mengenali sesuatu yang luas,

memori kerja merupakan ingatan yang digunakan untuk merencanakan,

memutuskan dan melaksanakan suatu tindakan. Sebagai contoh sesuatu yang

bergantung pada memori kerja diantaranya ketika kita hendak menyelesaikan

suatu masalah matematika tanpa menggunakan kertas, menyimpulkan suatu

pendapat yang panjang, dan tidak melakukan kesalahan dua kali saat menjawab

suatu pertanyaan pilihan (Sherwood, 2014).


9

2.1.2 Mekanisme Penyimpanan Memori Spasial

Hippocampus merupakan tempat dominan terjadinya penyimpanan jangka-

panjang serta krusial bagi perubahan ingatan jangka-pendek menjadi ingatan

jangka-panjang. Hippocampus juga berperan sangat penting dalam ingatan

spasial (Sherwood, 2014). Hippocampus sendiri adalah bagian tengah lobus

temporalis yang merupakan bagian sistem limbik (Snell, 2011).

Proses penyimpanan dan mengingat kembali sesuatu hal dimulai ketika neuron

presinaps melepaskan neurotransmitter eksitatorik glutamat sebagai respon

potensial aksi (Sherwood, 2014). Glutamat berikatan dengan dua jenis reseptor di

neuron pascasinaps, yaitu reseptor N-methyl-D-aspartic acid (NMDA) dan

reseptor α-amino-3-hydroxy-5-methyl-4-isoxazolepropionic acid (AMPA).

Reseptor AMPA adalah kanal-reseptor yang biasa terdapat pada sinaps, yang

terbuka jika berikatan dengan glutamat dan memungkinakan ion masuk ke

dalam neuron pascasinaps (Gümrü & Arıcıoğlu, 2012). Sedangkan reseptor

NMDA adalah kanal-reseptor yang memungkinkan masuknya ketika

terbuka. Akan tetapi, kanal-reseptor ini ditutup oleh pintu dan ion magnesium

( ) yang secara fisik menghambat kanal untuk membuka pada potensial

istirahatnya (Zito, 2009).

Untuk membuka kanal NMDA, harus ada dua kejadian yang terjadi hampir

bersamaan, yaitu pelepasan glutamat prasinaps dan depolarisasi pascasinaps oleh

masukan lain. (Zito, 2009). Kanal NMDA terbuka jika berikatan dengan glutamat,

akan tetapi aksi ini sendiri tidak mengizinkan masuknya . Depolarisasi


10

tambahan pada neuron pascasinaps, akibat terikatnya glutamat pada reseptor

AMPA cukup diperlukan untuk mendepolarisasikan neuron pascasinaps agar

dapat dipaksa keluar dari kanal ini (Sherwood, 2014).

Gambar 1. Jalur Potensial Aksi Memori


(Sumber : Sherwood, 2014)

Ketika kanal-reseptor NMDA terbuka akibat pembukaan pintu dan pengeluaran

secara bersamaan, memasuki sel pascasinaps. yang masuk

mengaktifkan jalur caraka kedua (second messenger) pada neuron ini. Jalur caraka

kedua ini menyebabkan penyisipan fisik reseptor AMPA tambahan pada


11

membran pascasinaps, sehingga menyebabkan peningkatan ketersediaan reseptor

AMPA. Peningkatan ketersediaan reseptor AMPA ini akan meningkatkan

potensial aksi eksitatorik pada neuron pascasinaps. Peningkatan sensitivitas

neuron pascasinaps ini akan membantu mempertahankan ingatan jangka panjang.

Selain itu, jalur caraka kedua ini juga mengeluarkan nitrat oksida yang akan

memberikan umpan balik positif. Umpan balik positif ini akan meningkatkan

pelepasan glutamat dan membantu mempertahankan ingatan (Sherwood, 2014).

Modifikasi yang berlangsung selama pembentukan ingatan jangka panjang akan

bertahan lama meskipun aktivitas yang menyebabkan perubahan ini telah

berhenti. Oleh karena itu, informasi dapat disampaikan disepanjang jalur sinaps

yang sama ini dengan lebih efisien jika terkativasi kembali di masa yang akan

datang (meningat). Ingatan jangka panjang bersifat spesifik bagi jalur yang

teraktivasi. Jalur di antara masukan prasinaps inaktif lainnya dan sel pascasinpas

yang sama tidak terpengaruh (Sherwood, 2014). Sehingga jika kita mengingat

sesuatu yang baru dalam jangka panjang, maka akan ada pembentukan sinaps baru

khusus yang permanen dalam jalur pengingatan hal tersebut. Berbeda dengan

ingatan jangka pendek yang hanya memperkuat hubungan sinaps-sinaps yang

sudah ada (Guyton & Hall, 2007).


12

2.2 Plumbum (Pb)

2.2.1 Pengertian Plumbum

Plumbum (Pb) atau lebih dikenal dengan nama timah hitam (timbal) merupakan

saah satu logam berat yang terdapat secara alami di kerak bumi. Plumbum

dimasukan ke dalam logam berat karena memiliki massa jenis lebih dari 5gr/cm3

atau lima kali lebih besar dibandingkan massa jenis air (1gr/cm3) (Ernawati,

2010). Plumbum sendiri memiliki massa jenis 11.34 g/cm3 (Widiowati, 2008).

Plumbum pada awalnya merupakan logam berat yang terdapat di kerak bumi

(Widowati, 2008). Di dalam bumi sebenarnya jumlah Plumbum sangatlah sedikit,

yaitu hanya 0.0002% dari jumlah kerak bumi jika dibandingkan dengan logam

lain (Palar, 1994). Akan tetapi, jumlah plumbum di permukaan bumi dapat

mencapai 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami. Peningkatan jumlah Pb di

permukaan bumi tersebut terjadi karena penggunaan Pb dalam kehidupan manusia

(Widiowati, 2008). Zat ini banyak ditemukan pada peralatan sehari-hari, seperti

kabel telepon, kabel listrik, pipa air minum, zat pewarna ada cat, zat penkilap

pada keramik dan bahan bakar kendaraan bermotor (Nasution, 2004).

Plumbum merupakan salah satu logam berat dan oksidan kuat. Plumbum akan

sangat berbahaya bagi tubuh karena dapat menyebabkan iritasi kulit, mata dan

saluran napas, merusak gusi, sistem saraf pusat, ginjal dan sistem reproduksi

(MSDS, 2006). Zat ini dapat masuk kedalam tubuh melalui makanan, air, udara
13

yang tercemar oleh logam Pb. Plumbum yang masuk akan diabsorpsi oleh tubuh.

Orang dewasa mengabsorpsi Pb 5-15% dari seluruh Pb yang masuk, Sedangkan

anak-anak mengabsorpsi Pb lebih besar yaitu 41.5% (Widiowati, 2008).

2.2.2 Plumbum Sebagai Pemicu Stres Oksidatif

Plumbum merupakan racun yang dapat menyebabkan berbagai gangguan di dalam

tubuh. Berbagai gangguan tersebut diantaranya seperti gangguan neurologis,

hematologi, dan reproduksi. Aktivitas senyawa Pb dalam tubuh dikaitkan dengan

stres oksidatif, melalui pembentukan molekul reactive oxygen species (ROS)

(Aykin-Burns et al., 2003; Ding et al., 2000).

Oksigen dapat menerima elektron tunggal dan membentuk molekul tak stabil yang

dikenal dengan molekul ROS. Beberapa contoh ROS antara lain radikal singlet

oksigen (O-), superoksid (O2-), dan radikal hidroksil (HO). Dalam homeostasis

tubuh manusia, normalnya pembentukan ROS umumnya dijaga seminimal

mungkin oleh mekanisme pertahanan antioksidan (Sherwood, 2014). Beberapa

kondisi tertentu dimana peningkatan radikal bebas tidak diimbangi dengan

peningkatan pertahanan antioksidan, akan menyebabkan beberapa kerusakan

dalam jaringan, yang dikenal sebagai stres oksidatif (Mc Kee, 2003).

Menurut Ercal et al, (2001) mekanisme Pb dalam pembentukan radikal bebas

terdiri dari 2 cara berbeda yang berhubungan, yakni pembentukan ROS dan

penekanan sistem antioksidan


14

1. Pembentukan ROS

Ion Plumbum memiliki efek langsung terhadap membran sel, dimana pajanan

berlebihan Pb pada membran sel mungkin meningkatan perubahan intregitas pada

komponen membran sel (Gurer & Ercal, 2000). Pajanan Pb di membran sel otak

meyebabkan perubahan level dari phospolipid pada membran dimana

berhubungan lurus dengan peningkatan peroksidasi lemak (Shafiq-ur-rehman,

1984). Menurut Ercal et al., (2001) perubahan komposisi lipid ini adalah

penyebab perubahan integritas, permeabilitas dan fungsi membran sel yang akan

meningkatkan peroksidasi lemak.

Selain itu. senyawa Pb juga menghambat delta aminolevulinic acid

dehidrogenase (DALAD), enzim utama dalam biosintesis heme yang

menyebabkan peninggian kadar substrat aminolevulinic acid (ALA). Peningkatan

kadar ALA menyebabkan pembentukan hidrogen peroksida, radikal superoksida

dan juga interaksi keduanya menghasilkan radikal hidroksil, suatu radikal bebas

yang paling reaktif (Ercal et al., 2001).

2. Penekanan sistem antioksidan

Plumbum memiliki affinitas tinggi terhadap gugus sulfhidril (SH) (Widiowati,

2008). Zat ini menghambat beberapa enzim dengan gugus fungsional SH seperti

enzim DALAD dan glucose 6-phosphat dehidrogenase (G6PD). G6PD adalah

enzim yang bertanggung jawab untuk menyediakan NADPH di luar mitokondria.

Molekul pereduksi NADPH ini penting dalam menjaga tersedianya glutathione (γ-
15

glutamyl-cysteinyl-glycine; GSH) yang dibentuk kembali dari glutation

teroksidasi (GSSG) oleh enzim glutation reduktase (GR) (Devlin, 2002).

Glutathione mempunyai gugus tiol (-SH) yang besifat reduktif yang menjadikan

molekul ini pelindung sel dari stres oksidatif. Plumbum yang berikatan dengan

gugus tiol dari GSH, menyebabkan kadar GSH menurun dan mempengaruhi

aktivitas antioksidannya. Selain itu, Enzim GR membantu sistem pertahanan

antioksidan secara tak langsung. Enzim ini memiliki disulfida pada tempat

katalitiknya, yang merupakan target dari Pb. Dengan demikian, Pb yang terikat

pada enzim ini akan menghambat aktivitasnya (Ercal et al., 2001).

2.2.3 Pengaruh Stres Oksidatif terhadap Memori Spasial

Penelitian mengenai pengaruh stres oksidatif terhadap memori spasial mulai

banyak dilakukan dalam satu dekade terakhir. Penelitian-penelitian tersebut

menunjukan bahwa stres oksidatif dapat melemahkan memori spasial pada hewan

coba (Hritcu et al., 2011; Pandey et al., 2015; Sandi et al., 2005). Stres oksidatif

sendiri adalah ketidakseimbangan antara jumlah radikal dan antioksidan, dimana

jumlah radikal bebas lebih banyak dibandingkan dengan antioksidan. Sebelumnya

telah dijelaskan bagaimana Plumbum dapat menyebabkan stres oksidatif (Murray

et al., 2009).

Radikal bebas merupakan spesies kimiawi dengan satu elektron tak berpasangan

di orbital terluar. Keadaan kimiawi tersebut sangat tidak stabil dan mudah

bereaksi dengan zat kimia anorganik atau organik (Murray et al., 2009). Saat
16

dibentuk dalam sel radikal bebas segera menyerang dan mendegradasi asam

nukleat serta berbagai molekui membran. Selain itu, radikal bebas menginisiasi

reaksi autokatalitik. sebaliknya, molekul yang bereaksi dengan radikal bebas

diubah menjadi radikai bebas, semakin memperbanyak rantai kerusakan (Kumar,

et al., 2007).

Menurut Kumar (2007) tiga reaksi yang paling relevan dengan jejas sel yang

diperantarai radikal bebas

1. Peroksidasi lipid membran

Ikatan ganda pada lemak tak jenuh membran mudah terkena serangan radikal

bebas berasal dari oksigen. Interaksi radikal lemak menghasilkan peroksida, yang

tidak stabil dan reaktif, dan terjadi reaksi rantai autokatalitik. Sebelumnya juga

telah dijelaskan bahwa Pb memiliki efek langsung terhadap membran sel

hippocampus yang dapat mengakibatkan peroksidasi lemak (Ercal et al., 2001;

Shafiq-ur-rehman, 1984).

2. Fragmentasi DNA

Reaksi radikal bebas dengan timin pada DNA mitokondria dan nuklear

menimbulkan rusaknya untai tunggai. Kerusakan DNA tersebut telah memberikan

implikasi pada pembunuhan se1 dan perubahan sel menjadi ganas.

3. Ikatan silang protein

Radikal bebas mencetuskan ikatan silang protein yang diperantarai sulfhidril,

menyebabkan peningkatan kecepatan degradasi atau hilangnya aktivitas


17

enzimatik. Reaksi radikal bebas juga bisa secara langsung menyebabkan

fragmentasi polipeptida.

Melalui reaksi-reaksi tersebut, radikal bebas maupun ROS dapat mengakibatkan

Jejas pada sel yang kemudian dapat berlanjut menjadi kematian sel (Kumar,

2007). Plumbum maupun ROS yang dihasilkan oleh reaksi Pb dapat

mngakibatkan kematian sel-sel pada hippocampus yang akan melemahkan dari

memori spasial (Meng et al., 2016).

Gambar 1. Mekanisme Plumbum Mengakibatkan Kematian Sel


(Sumber : Ercal et al., 2001)
18

2.2.4 Pengaruh Stres Oksidatif terhadap Intake Sukrosa

Ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh akan

menimbulkan respon fisiologis. Pada keadaan ini disekresikan beberapa hormon

dalam mempertahankan homeostasis tubuh. Epinefrin merupakan hormon yang

disekresikan karena respon stres terhadap peningkatan tonus saraf simpatis

(Sherwood, 2014). Selain itu, epinefrin juga akan memobilisisasi simpanan energi

lemak dan karbohidrat untuk meningkatkan glukosa dan asam lemak darah

sebagai respon dalam mempertahankan kondisi tubuh (Guyton & Hall, 2007).

Selain epinefrin, sejumlah hormon lain berperan dalam respon stres secara

keseluruhan Respon hormon utama adalah pengaktifan sistem corticotropin

releasing hormone (CRH) – adrenocorticotropin hormone (ACTH) – kortisol.

Peran kortisol dalam membantu tubuh menghadapi stres diperkirakan berkaitan

dengan efek metaboliknya. Kortisol menguraikan simpanan lemak dan protein

sembari memperbanyak simpanan karbohidrat dan meningkatkan ketersediaan

glukosa darah (Sherwood, 2014).

Peningkatan glukosa dan asam lemak darah juga terjadi karena penurunan hormon

insulin dan peningkatan hormon glukagon. Baik sistem saraf simpatis maupun

epinefrin yang disekresikan keduanya menghambat insulin dan merangsang

glukagon (Sherwood, 2014). Perubahan hormon ini bekerja sama untuk

meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak darah. Epinefrin dan glukagon

mendorong glikogenolisis hati. Hormon-hormon ini juga bersama kortisol


19

mendorong glukoneogenesis hati. Namun, insulin yang sekresinya tertekan selama

stres, melawan penguraian simpanan glikogen hati. Semua efek ini membantu

meningkatkan konsentrasi glukosa darah (Guyton & Hall, 2007).

Peningkatan glukosa darah tersebut akan didistribusikan ke jaringan yang lebih

aktif saat terjadinya stres, seperti otak dan otot skelet. Aktivitas yang tidak

diperlukan seperti pencernaan, produksi hormone pertumbuhan dan gonad akan

dikurangi. Sehingga pada saat terjadi stres hal seperti aktivitas makan,

pertumbuhan dan aktivitas seksual akan mengalami penurunan (Schneiderman et

al., 2005). Pada penelitian Pothion et al., (2004) dan Murray et al., (2013)

menunjukan penurunan aktivitas makan pada tikus yang diinduksi oleh stres

melalui penurunan intake sukrosa per oral.

2.3 Morris Water Maze

Morris water maze merupakan suatu uji yang menantang bagi tikus karena

memerlukan berbagai proses pemikiran yang rumit. Proses ini meliputi lokalisasi

spasial berdasarkan petunjuk visual yang secara berurutan melibatkan peristiwa

pemrosesan, konsolidasi, retensi, dan retrieval untuk bisa mencapai pada platform

yang tersembunyi di water maze. Proses umum pada tikus yang menggunakan

navigasi visuospasial ini juga dianggap mempunyai kontribusi yang sama pada

manusia untuk penggunaan proses kognitif sehari-hari. Oleh karena itu, model uji

menggunakan Morris water maze ini dianggap relevan dengan studi pada penyakit
20

neurodegeneratif atau neuropsikiatri di mana terdapat gangguan fungsi memori

(Alvin & Terry, 2009).

Morris water maze secara umum menggunakan kolam air berbentuk bulat

berdiameter 120-180 cm dan kedalaman 60cm dengan air yang dijaga suhunya

sesuai suhu ruang serta memiliki platform yang tersembunyi di bawah permukaan

air. Platform ini disembunyikan dengan cara : menambahkan bahan tertentu (susu

atau zat pewarna yang tidak berbahaya) agar air terlihat opaque, atau platform

diberi cat yang sama dengan dasar dan dinding kolam. Beberapa objek gambar

dengan bentuk geometri yang berbeda-beda (lingkaran, segitiga, persegi, dll.)

ditempelkan pada dinding kolam untuk menandai kuadran kolam dan dapat

digunakan tikus sebagai alat bantu navigasi dalam kolam. Tikus secara individu

dimasukkan ke dalam kolam untuk kemudian dicatat waktu dan jarak tempuh

yang dibutuhkan untuk mencapai platform (Alvin & Terry, 2009; Watermaze,

2013).

Gambar 3. Ilustrasi Morris Water Maze Test


(Sumber : Alvin & Terry, 2009)
21

2.4 Kerangka Teori

Plumbum merupakan logam berat yang bersifat toksis bagi tubuh dan dapat

masuk kedalam tubuh melalui sistem pernapasan maupun pencernaan. Plumbum

yang masuk dapat menyebabkan stres oksidatif dengan meningkatkan radikal

bebas dan menekan sistem antioksidan (Ercal et al., 2001). Stres oksidatif ini

dapat menyebabkan kerusakan pada sel neuron hippocampus yang pada akhirnya

sel tersebut mengalami kematian (Shafiq-ur-rehman, 1984). Kematian sel-sel

neuron hippocampus ini akan menurunkan memori spasial. Ketidakseimbangan

antara radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh akan menimbulkan respon

fisiologis yaitu dengan perubahan hormonal, seperti peningkatan hormon

epinefrin, glukagon dan kortisol (Sherwood, 2014). Hormon-hormon tersebut

akan meningkatkan glukosa darah yang akan didistribusikan ke jaringan yang

lebih aktif saat stres seperti otak. Sehingga pada saat stres aktivitas seperti makan

akan menurun (Schneiderman et al., 2005).


22

Induksi Akut
Plumbum Asetat

Efek langsung Penekanan


radikal Pb dan Sistem
Peningkatan Antioksidan
ROS

Stres Oksidatif

Kerusakan Sel ↑ Epinefrin ↑ Kortisol ↑ Glukagon


Neuron
Hippocampus

Peningkatan Glukosa darah,


Asam amino darah dan asam
Gangguan lemak darah
pada Memori
Spasial
Perubahan
Intake Sukrosa

Keterangan :
= Memicu

= Yang diteliti

Gambar 4. Kerangka Teori Pengaruh induksi plumbum asetat pada tikus


putih jantan terhadap memori spasial dan intake sukrosa
23

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Memori Spasial

Induksi Plumbum Asetat

Intake Sukrosa

Gambar 5. Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

1. H0: Tidak terdapat pengaruh induksi plumbum asetat terhadap memori spasial

tikus putih (Rattus novergicus) galur Sprague dawley.

H1: Terdapat pengaruh induksi plumbum asetat terhadap memori spasial tikus

putih (Rattus novergicus) galur Sprague dawley.

2. H0: Tidak terdapat pengaruh induksi plumbum asetat terhadap intake sukrosa

tikus putih (Rattus novergicus) galur Sprague dawley.

H1: Terdapat pengaruh induksi plumbum asetat terhadap intake sukrosa tikus

putih (Rattus novergicus) galur Sprague dawley.


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan metode rancangan acak

lengkap (RAL) dengan pendekatan post test only control group design. Dengan

rancangan ini, peneliti dapat membandingkan hasil perlakuan antara kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober tahun 2016 di animal

house Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3.3 Populasi dan Sampel

Sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah tikus, menurut Watermaze (2013)

tikus adalah hewan terbaik sebagai hewan coba pada morris water maze, karena

hewan ini adalah hewan yang sama digunakan morris pada penelitian memori

spasial.
25

Populasi penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague

dawley berumur 2-3 bulan atau 10-12 minggu yang diperoleh dari Institut

Pertanian Bogor. Jumlah sampel berdasarkan kriteria sampel WHO yaitu minimal

5 ekor pada setiap kelompok. Penentuan besar sampel ditentukan dengan

menggunakan rumus Federer:

t (n-1) ≥ 15

4 (n-1) ≥ 15

4n - 4 ≥ 15

4n ≥ 19

n≥ 5

Untuk mengantisipasi drop out, maka sampel ditambah 10% pada setiap

kelompok (Notoatmodjo, 2005). Sehingga didapatkan sampel sebanyak 24 ekor,

dengan masing-masing kelompok terdiri 6 ekor tikus sampai akhir penelitian.

3.4 Kelompok Perlakuan

1. Kelompok 1: Kelompok tikus yang tidak diinduksi plumbum asetat (Kelompok

Kontrol).

2. Kelompok 2: Kelompok tikus yang diinduksi plumbum asetat 50mg/kgbb per

hari (Kelompok P1).

3. Kelompok 3: Kelompok tikus yang diinduksi plumbum asetat 100mg/kgbb per

hari (Kelompok P2).


26

4. Kelompok 4: Kelompok tikus yang diinduksi plumbum asetat 200mg/kgbb per

hari (Kelompok P3).

3.5 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria inklusi sampel pada penelitian adalah:

1. Tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley

2. Sehat

3. Berat Badan 150-250 gram

4. Usia 2-3 bulan atau 10-12 minggu.

Kriteria ekslusi sampel pada penelitian adalah:

1. Rambut botak atau rontok

2. Aktivitas tidak aktif

3.6 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas: Variabel bebas pada penelitian ini adalah induksi

plumbum asetat.

2. Variabel Terikat: Variabel terikat pada penelitian ini adalah memori

spasial dan intake sukrosa.


27

3.7 Definisi Operasional

Pada tabel 1 dapat dilihat variabel-variabel yang akan digunakan pada penelitian

ini, berikut dengan definisi operasional, alat ukur yang digunakan, cara

pengukuran, hasil ukur, dan skala variabel yang digunakan untuk penetuan uji

analasis yang akan digunakan.

Tabel 1. Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Plumbum Asetat Bahan kimia beracun Spuit K = kontrol Kategorik


yang diberikan pada P1 = 50 mg/kg
tikus jantan secara P2 = 100 mg/kg
intraperitoneal P2 = 200 mg/kg

2. Memori Spasial Kemampuan Stopwatch Persentase waktu Numerik


mengingat ruang yang dihabiskan
bidang, mengenali tikus berenang
bentuk, jarak, dan pada kuadran
luas serta posisi yang target terhadap
dinilai dengan keseluruhan
menggunakan alat waktu yang
morris maze radial ditempuh tikus
(Mastrangelo et al., melewati seluruh
2008). kuadran (Alvin &
Terry, 2009).
3. Intake Sukrosa Jumlah sukrosa yang Gelas ukur Persentase Numerik
dikonsumsi konsumsi larutan
sukrosa dengan
jumlah
keseluruhan
cairan yang
diminum
(Pothion et al.,
2004)
28

3.8 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Tikus jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley sehat 150-250 gram

usia 2-3 bulan

2. Pb Asetat (Pb(CH3COO)2)

3. 60 ml air

4. 60 ml larutan sukrosa 4%

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Spuit 1 cc/ml

2. Kandang tikus

3. Botol minuman 60 ml

4. Tempat makan

5. Stopwatch

6. Kamera

7. Morris water maze

3.9 Prosedur Penelitian

3.9.1 Pembuatan larutan Pb Asetat

Larutan plumbum asetat dibuat dengan cara melarutkan Pb asetat ke dalam

aquades agar mudah untuk diinjesikan. Plumbum asetat memiliki kelarutan

sebesar 20g/100ml dalam air, yang berarti plumbum asetat dapat dilarutkan ke
29

dalam aquades. Larutan stok Pb asetat dibuat dari dosis yang paling besar, yaitu

200 mg/kg. Tikus yang digunakan memiliki rerata berat badan 200 gram,

sehingga didapatkan dosis 40 mg atau 0.04 gram yang akan dilarutkan ke dalam

aquades. Besarnya pelarut didapatkan dari perbandingan dengan kelarautan dari

plumbum asetat dalam air.

20 0.04
=
100

0.04 100
=
20

= 0.2

Berdasarkan perbandingan diatas, didapatkan bahwa 40 mg Pb asetat akan larut

dalam 0.2 ml aquades. Sehingga didapatkan larutan stok Pb asetat sebesar

4gr/20ml aquades. Selanjutnya dilakukan pengenceran dari larutan stok untuk

dosis 100 mg/kg dan 50 mg/kg.

3.9.2 Prosedur Pengujian Memori Spsial dengan Morris Water Maze

Uji memori spasial dilakukan sesudah perlakuan untuk membandingkan memori

spasial tikus sesudah perlakuan pada tiap kelompok tikus. Semua hewan coba

sebelumnya diberikan latihan dahulu dengan Morris water maze metode invisible

platform trials selama 2 hari sebanyak 4 kali latihan dan dihitung waktunya

mencapai platform (Watermaze, 2013).

Setiap awal percobaan, ditentukan satu titik awal tempat tikus diletakkan pertama

kali di dalam kolam, lalu tikus akan berenang mencari platform dan naik ke atas
30

platform. Waktu yang dibutuhkan tikus untuk mencapai platform (escape latency)

dicatat. Setelah tikus berhasil mencapai platform maka diberi waktu untuk

beristirahat di atas platform selama 30 detik, lalu dikeringkan dan dikembalikan

ke dalam kandang untuk menghangatkan tubuh sebelum dilakukan percobaan lagi

berikutnya. Setiap kali percobaan harus selesai dalam waktu 60 detik. Bila dalam

60 detik tikus gagal mencapai platform, maka tikus dituntun ke arah platform dan

dibiarkan selama 20 detik untuk beristirahat. Setelah itu, tikus diletakkan kembali

ke kandang untuk persiapan diadakan percobaan berikutnya. Pada percobaan

ketiga dan keempat, ditentukan lagi satu titik awal secara random tempat tikus

diletakkan di dalam kolam pada awal uji ini, lalu tikus akan berenang mencari

platform dan naik ke atas platform. Waktu yang dibutuhkan tikus untuk mencapai

platform (escape latency) dicatat (Alvin & Terry, 2009).

Untuk menilai retensi memori spasial, dilakukan probe test sehari setelah

selesainya keseluruhan uji Morris water maze metode hidden platform test. Pada

uji retensi memori spasial ini, platform diangkat dari kolam, sedangkan komponen

lain dibiarkan seperti semula. Selama 60 detik tikus dibiarkan berenang di kolam,

dihitung persentase waktu yang dihabiskan tikus untuk berenang pada kuadran

target (kuadran yang sebelumnya diletakkan platform) terhadap keseluruhan

waktu yang ditempuh tikus melewati seluruh kuadran (Alvin & Terry, 2009).
31

3.9.3 Prosedur Pengujian Intake Sukrosa

Larutan sukrosa 4% dibuat dengan cara mencampurkan 240 ml air dengan 10 gr

sukrosa. Sebelum masa pemberian plumbum asetat tikus dilatih untuk

mengkonsumsi larutan sukrosa 4%. Pengujian intake sukrosa dilakukan dengan

mengukur persentase konsumsi larutan sukrosa 4% (Pothion et al., 2004) pada

hari ke 1 setelah induksi plumbum asetat sampai hari ke 7. Pengukuran dilakukan

dengan melihat persentase sukrosa yang dikonsumsi per jumlah keseluruhan

cairan yang dikonsumsi oleh tikus pada jam 17.30-19.30 WIB (2-hours access)

setiap hari. Larutan sukrosa 4% dibuat dan diganti setiap hari.


32

3.9.4 Alur Penelitian

Penimbangan Berat Badan Tikus

Pembagian Kelompok Secara Random dan Aklimitisasi

K P1 P2 P3

Penimbangan Berat Badan Tikus

Tidak diinduksi Diinduksi Diinduksi Diinduksi


Pb asetat 50mg/kgbb Pb 100mg/kgbb Pb 200mg/kgbb Pb
selama 7 hari asetat selama 7 asetat selama 7 asetat selama 7
hari hari hari

Pengukuran Jumlah Asupan Larutan Sukrosa Selama 7


hari

Uji Memori Spasial dengan Morris Water Maze (Post test)

Intepretasi Hasil Penelitian

Gambar 6. Diagram Alur Penelitian


33

3.10 Analisis Data

Kelompok penelitian ini terdiri atas tiga kelompok yaitu satu kelompok kontrol

negatif, dan dua kelompok perlakuan. Hasil penelitian diuji secara statistik dengan

uji normalitas (Shapiro-Wilk) dan homogenitas (Levene). Data dianalisis

menggunakan uji One-Way Anova. Data memori spasial terdistribusi normal dan

homogen sedangkan data intake sukrosa terdistribusi normal namun tidak

homogen sehingga dilakukan transformasi akar kuadrat (Square root) untuk

memenuhi persyaratan uji One-Way anova. Selanjutnya dilakukan uji One-Way

anova pada kedua variabel. Pada uji One-Way anova didapatkan nilai p<0.05

(hipotesis dianggap bermakna) pada kedua variabel, dilanjutkan dengan

melakukan analisis Post hoc LSD untuk mengetahui perbedaan antar kelompok

yang lebih rinci.

3.11 Etik Penelitian

Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung, dengan menerapkan prinsip 3R dalam protokol

penelitian, yaitu:

1. Replacement, adalah keperluan memanfaatkan hewan percobaan sudah

diperhitungkan secara seksama, baik dari pengalaman terdahulu maupun

literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan

oleh makhluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan.


34

2. Reduction, adalah pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit

mungkin, tetapi tetap dapat mendapatkan hasil yang optimal. Dalam

penelitian ini sample dihitung berdasarkan rumus federer yaitu t (n-1) ≥ 15

dengan n adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah

kelompok perlakuan.

3. Refinement adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi

dengan prinsip dasar membebaskan hewan coba dalam beberapa kondisi

seperti:

a. Bebas dari rasa lapar dan haus, pada penelitian ini hewan coba

diberikan pakan standar dan minum secara ad libitum.

b. Bebas dari ketidak-nyamanan, pada penelitian hewan coba

ditempatkan di animal house dengan suhu terjaga 20-25°C,

kemudian hewan coba terbagi menjadi 6 ekor tiap kandang.

Animal house berada jauh dari gangguan bising dan aktivitas

manusia serta kandang dijaga kebersihannya sehingga,

mengurangi stress pada hewan coba.

c. Bebas dari nyeri dan penyakit dengan menjalankan program


kesehatan, pencegahan, dan pemantauan, serta pengobatan
terhadap hewan percobaan jika diperlukan.

Prosedur pengambilan sampel pada akhir penelitian telah dijelaskan dengan

mempertimbangkan tindakan manusiawi dan anesthesia serta euthanasia dengan

metode yang manusiawi oleh orang yang terlatih untuk meminimalisasi atau

bahkan meniadakan penderitaan hewan coba sesuai dengan IACUC (Ridwan,

2013).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Induksi plumbum asetat selama 7 hari dapat menurunkan memori spasial pada

tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague-Dawley.

2. Induksi plumbum asetat selama 7 hari dapat menurunkan intake sukrosa pada

tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague-Dawley.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini untuk dilakukan oleh

peneliti lain adalah sebagai berikut:

1. Disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai induksi kronik plumbum

asetat terhadap memori spasial.

2. Disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh induksi plumbum

asetat terhadap spatial learning dan visual discrimination learning


50

3. Disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh induksi plumbum

asetat terhadap kadar gluthatione peroxidase, catalase, caspase 8, dan

caspase 9.

4. Disarankan untuk meneliti zat yang dapat mengahambat atau memperbaiki

penurunan fungsi memori spasial akibat dari induksi plumbum asetat

5. Disarankan untuk menggunakan metode lain untuk menilai pengaruh stres

terhadap perubahan intake sukrosa.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmed MB, Ahmed MI, Meki AR, Abdarboh N.. 2013. Neurotoxic effect of lead
on rats: Relationship to apoptosis. Int J Health Sci Qassim. 7(2): 192-9.

Alvin V, Terry J. 2009. Methods of behaviour analisys in neuroscience: Spatial


Navigation (Water Maze) Tasks. edisi ke-2. Georgia: Medical college of
Georgia.

Ambica PJ, Shekawat PS, Pareek H, Yadav D, Sharma P, John PJ. 2016. Effect of
lead on human blood antioxidant enzymes and glutathione. Int J Biochem
Res Re. 13(1):1-9

Aykin-Burns N, Laegeler A, Kellog G, Ercal N. 2003. Oxidative effects of lead in


young and adult fisher 344 rats. Arch. Environ. Contam. Toxicol. 44 (1):
417– 20.

Barkour RR, Bairy LK. 2015. Evaluation of passive avoidance learning and
spatial memory in rats exposed to low levels of lead during specific periods
of early brain development. Int J Occup Med Environ Health. 28(3): 533-44.

Bazgar M, Goudarzi I, Abrari K, Elahdadi-salmani M, Lashkarbolouki T. 2015.


Effect of postnatal chronic lead exposure on spatial learning and memory in
male rat. Zahedan J Res Sci. 17(9): 29-32.

BPS. 2012. Penduduk Indonesia menurut provinsi. Tersedia pada:


www.bps.go.id/linkTabelStatis/View/id/1426 diakses tanggal 12 Mei 2016.

BPS. 2014. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor. Tersedia pada:


www.bps.go.id/linkTabelStatis/View/id/1413 diakses tanggal 12 Mei 2016.

Cassenti D, Carlson R. 2008. Effect of pacing and working memory load on error
type patterns in a routine skill. Am J Phsycol. 121 (1): 57–81.

Depkes. 2014. Dampak kesehatan akibat polusi udara. Tersedia pada:


http://pppl.depkes.go.id/berita?id1382 diakses tanggal 12 Mei 2016.

Devlin MT. 2002. Bioenergetics and oxidative metabolism In: Biochemistry with
clinical correlations. Edisi ke-5. Canada: Wiley-liss.

Ding Y, Gonick HC, Vaziri ND. 2000. Lead promotes hydroxyl radical generation
and lipid peroxidation in cultured aortic endothelial cells. Am J Hypertens,
13 (5): 552–5.

Dorland W. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi ke-31. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Ercal N, Gurer H, Aykin-Burns N. 2001. Toxic metals and oxidative stress. Part
1. Mechanisms involved in metal induced oxidative damage. Curr Top Med
Chem. 1 (6): 529–39.

Ernawati, 2010. Kerang bulu (Anadara inflata) Sebagai Bioindikator Pencemaran


Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) di Muara Sungai Asahan.
Universitas Sumatera Utara.

Grønli J. 2006. an Animal model of depression. University of bergen: Department


of Biomedicine, Section of Physiology.

Gümrü S, Arıcıoğlu F. 2012. Ampakines: Selective AMPA Receptor Modulators


with Potential Benefits. MUSBED. 2(4): 143–8.

Gurer H, Ercal N. 2000. Can antioxidan be benefical in the treatment lead


posioning. Free radic biol med. 29 (10): 927–45.

Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi ke-11. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

Harbani N. 2013. Korelasi Kadar Plumbum dalam Darah dengan Gangguan


Kognitif pada Petugas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Kotamadya
Yogyakarta [Thesis]. Universitas Gajah Mada.

Hritcu L, Ciobica A, Stefan M, Lavinia M, Toshitaka P, Nabeshima. 2011. Spatial


memory deficit and oxidatve stress damage following exposure to
lypopolysccharide in a rodent model of parkinson’s disease.J Neu Res. 77(1):
35–43.

Irawan RM. 2008. Pengaruh methanol terhadap pengurangan emisi gas buang
carbon monoksida pada kendaraan motor bensin. Traksi. 1(6): 39–47.

Japardi I. 2002. Learning and Memory. Fakultas Kedokteran bagian Bedah:


Universitas Sumatera Utara.

Jett DA, Kuhlmann AC, Guilarte TR. 1997, Intrahippocampal administration lead
(Pb) impairs performance of rats in the morris water maze. Pharmacol
Biochem Behav. 57(1): 263-96.

Jones JB, Tan T, Bloom SR. 2012. Minireview: glucagon in stress and energy
homeostasis. Endocrinology. 153(3): 1049-54.
Kandel E, Schwart JH, Jessel T. 2000. Principles of Neural Science. Edisi ke-4.
USA: McGraw-Hill.

Koelsch S, Boehlig A, Hohenadel M, Nitsche I, Bauer K, Sack U. 2016. The


impact of acute stress on hormones and cytokines, and how their recovery is
affected by music-evoked positive mood. Scientific Reports. Tersedia pada:
http://www.nature.com/articles/srep23008#supplementary-information
diakses tanggal 4 desember 2016

Kumar V, Cotran RS, & Robin SL. 2007. Buku Ajar Patologi Robin. Edisi ke-7.
Jakarta: EGC.

Kurniawan W. 2008. Hubungan Kadar Pb Dalam Darah dengan Profil Darah pada
Mekanik Kendaraan Bermotor di Kota Pontianak [Thesis]. Progam
Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. Universitas Diponegoro.

Laurence RR dan Bacharach AL. 1964. Evaluation of drug activities,


pharmachometrics. London: Academic Press

Li N, Hou Y, Ma D, Jing W, Dham H, Wang L. 2015. Lead accumulation,


oxidative damage and histopathological alteration in testes and accessory
glands of freshwater crab, Sinopotamon henanense , induced by acute lead
exposure. Exotoxiol Envioren Saf. 17 (2015): 20–7.

Li N, Jia J, Zheng Y, Liu X, Zhu M, Shi B et al. 2010. Lead impairs ability of
learning and memory and effects expression of synapstosomal-assosiated
protein-25 in hippocampus of offspring. Zonghua Lao Dong Wei Sheng Zhi
Ye Bing Za Zhi. 28 (9): 652-5.

Mann M, Klemm K. 2011. Efficient exploration of discrete energy landscape.


phsy. E. Stat. Nonlin. Soft. Matter Phys. 83(11): 1-8.

Manalu J, Siregar T, Widiowati W. 2006. Hubungan kepadatan lalulintas


kendaran bermotor dengan kandungan timbal udara, timbal dalam darah
pedagang kaki lima di kota Surakarta. Bionatura. 8(2): 20-6

Mitra A, Guevremont G Timofeeva E. 2016. Stress and sucrose intake modulate


neuronal activity in the anterior hypothalamic area in rats. PLoS ONE. 11(5):
1-21

Mastrangelo ME, Schleich CE, & Zenuto RR. 2008. Short-term effects of an acute
exposure to predatory cues on the spatial working and reference memory
performance in a subtteranean rodent. Anim Behav. 77(3): 685–92.

Mc Kee T, Mc Kee JR. 2003. Aerobic metabolism II: electron transport and
oxidative phosphorylation In: Biochemistry the molecular basis of life Edisi
ke-3. New york: McGraw-Hill.
Meng H, Wang L, He J, Wang Z. 2016. The Protective Effect of Gangliosides on
Lead (Pb)-Induced Neurotoxicity Is Mediated by Autophagic Pathways. Int J
Environ Res Public Health. 13(4): 365. Tersedia pada:
http://www.mdpi.com/1660-4601/13/4/365.

MSDS-Material Safety Data Sheet. 2006. Lead nitrate. MSDS no L3130. hlm.1–8.

Murray R, Boss-Williams KA, Weiss JM. 2013. Effects Of Chronic Mild Stress
On Rats Selectively Bred For Behavior Related To Bipolar Disorder And
Depression. Elsevier Inc. 119 (1): 115–29.

Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia Harper. Edisi ke-27.
Jakarta: EGC.

Nasution FA. 2004. Bahaya Timbal dan Permasalahanya. Bandung: Intstitut


Teknologi Bandung.

Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Novita Y. 2015. Pengaruh Ekstrak Etanol Pegagan (centella Asciatica sp.)


Terhadap Pembentukan Memori Spasial Pascastres Listrik Kronis Kajian
pada Tikus Putih (sprague Dawley). Universitas Gajah Mada.

Ostrovskaya SS, Shatornaya VF, Kolosova I. 2011. Combined impact of


plumbum and cadmium on the organism. Foreigning Literature Review.
hlm.2011–13.

Palar H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.

Pandey SP, Singh HK, & Prasad S. 2015. Alterations in hippocampal oxidative
stress, expression of AMPA receptor GluR2 subunit and associated spatial
memory loss by Bacopa monnieri extract (CDRI-08) in streptozotocin-
induced diabetes mellitus type 2 mice. PLoS ONE. 10(7): 1–23.

Pothion S et al. 2004. Strain differences in sucrose preference and in the


consequences of unpredictable chronic mild stress. Behav Brain Res. 155
(2004): 135–46.

Remus JL, Stewart LT, Camp RM, Novak CM, Johnson JD. 2015. Interaction of
metabolic stress with chronic mild stress in altering brain cytokins and
sucrose preference. Behav Neurosct. 129(3): 321-30.

Ridwan, E. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian


Kesehatan. J Indon Med Assoc. 3 (63): 112-6.

Sandi C. et al. 2005. Acute Stress-Induced Impairment of Spatial Memory Is


Associated with Decreased Expression of Neural Cell Adhesion Molecule in
the Hippocampus and Prefrontal Cortex. J Bio Psych. 57(2005): 856–64.
Schneiderman NG, Ironson, SD, & Siegel. 2005. Stress and health: Psychological,
Behavioral, and Biological Determinants. Annu Rev Clin Psychol. 1(2005):
607–28.

Shafii S. 2008. The removal of zinc and plumbum (lead) by using hydrogen
peroxide [Thesis]. University Malaysia Pahang.

Shafiq-ur-rehman. 1984. Lead-induced regional lipid peroxidation lipid in brain.


Toxx let. 21(1): 333–7.

Sherwood L. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-8. Editor Pendit
et al. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Snell R. 2011. Neuroanatomi Klinik. Edisi ke-7. Editor Sugiharto L,


Djayasaputra, Sali C. Jakarta: EGC.

Strekalova T, Couch Y, kholod N, Boyks M, Malin D, Laprince P et al. 2011.


Update in the methodology of chronic stress paradigm: internal control
matters. Behav Brain Func. 7(9): 1-18.

Sudarmaji, Mukono J, Corie I. 2006. Toksikologi logam berat b3 dan dampaknya


terhadap kesehatan. JKL. 2(2): 129–42.

Takahashi A. 1975. Problem of hygine maintenance for food coming into contact
with rubber and plastics products. Nippon Gomu Kyokaishi: 48(9):537
[translated by Inglis EA. 1976. Int Polymer Sci Tech. 3(1): 93-105]

Tian Y. et al. 2014. Acute and chronic toxic effects of Pb on polychaete Perinereis
aibuhitensis: morphological changes and responses of the antioxidant system.
environ Sci. 26(8): 1681–8.

Watermaze. 2013. Learning about Morris Water Mazw. Richard Baker. Tersedia
pada: watermaze.org diakses tanggal 3 juni 2016.

Widiowati W. 2008. Efek Toksik Logam. Edisi ke-1. Yogyakarta: ANDI.

Vollmer LE, Ghosal S, Rush JA, Sallae FR, Herman JP, Weinert M et al. 2013.
Attenuated stress-evoked anxiety, increased sucrose preference and delayed
spatial learning in glucocorticoid-induced receptor-deficient mice. Genes
Brain Behav. 2013 (12): 241-9.

Xiao Y, Fu H, Han X, Hu X, Gu H, Chen Y et al. 2014. Role of sypnatic


structural plasticity in impairment of spatial learning and memory induced by
developmental lead exposure in wistar rats. PloS ONE. 9(12): 1-16.

Zito K. 2009. NMDA Receptor Function and Physiological Modulation. USA:


University of California

You might also like