Penerapan PSAK NO. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi Pada Baitul Maal Wa Tamwil Di Depok, Jawa Barat

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 23

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/317366288

Penerapan PSAK NO. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi Pada Baitul Maal
Wa Tamwil Di Depok, Jawa Barat

Article · May 2017


DOI: 10.24042/febi.v2i1.943

CITATIONS READS

0 1,003

2 authors, including:

Sepky Mardian
SEBI School of Islamic Economics
11 PUBLICATIONS   13 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Penerapan PSAK NO. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi Pada Baitul Maal Wa Tamwil Di Depok, Jawa Barat View project

All content following this page was uploaded by Sepky Mardian on 11 August 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


IKONOMIKA :Journal of Islamic Economics and Business
Volume 2, No 1 (2017)
ISSN: 2527-3434 (PRINT) - ISSN: 2527-5143 (ONLINE)
Page : 19 - 40

Penerapan PSAK NO. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi Pada


Baitul Maal Wa Tamwil Di Depok, Jawa Barat

Rani Febrian1, Sepky Mardian2


Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI
[email protected]

Abstract
This study aims to determine the accounting treatment of murabahah (recognition,
measurement, presentation and disclosure) in accordance with PSAK no. 102. BMT
in Depok was studied. The descriptive analysis with qualitative and quantitative
approaches wasused to deploythe questionnaires to respondents. The study showed
that the accounting treatment of murabahah in BMT Depok is not all adopted
PSAK no. 102 properly. The average value of the percentage only reached 68.4%.
There are weaknesses in the educational background of the respondents were limited
to the knowledge of transaction records BMT.

Keywords: Baitul Maal Wa Tamwil, PSAK 102, Murabahah Transaction.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perlakuan akuntansi atas murabahah
(rekognisi, pengukuran, gambaran, dan pengungkapan) terkait dengan Pedoman
Standar Akuntansi dan Keuangan (PASK) No. 102 pada Baitul maal wa tamwil
(BMT) di Depok. Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah analisis
deskriptif baik kualitatif maupun kuantitatif dengan melakukan penyebaran
kuesioner kepada responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua
BMT di Depok telah mengadopsi PSAK No. 102 pada perlakuan akuntansi atas
transaksi murabahah. Nilai rata-rata yang dicapai hanya 68.4%. Terdapat kelemahan
pada aspek latar belakang pendidikan responden yang mengakibatkan terbatasnya
pengetahuan atas catatan transaksi di BMT.

Kata Kunci: Baitul Maal Wa Tamwil, PSAK 102, Transaksi Murabahah

Received : February 15, 2017- Revised: April 27, 2017- Accepted : May 8, 2017
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI
Email: [email protected]
DOI: 10.24042/febi.v2i1.943
Penerapan PSAK NO. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi Pada Baitul Maal Wa Tamwil
Di Depok, Jawa Barat
(Rani Febrian1, Sepky Mardian2)

A PENDAHULUAN
Kelahiran BMT merupakan realisasi rekomendasi silahturahmi kerja nasional
(SILAKNAS) Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) tahun 1994.
Rekomendasi ini dilatar belakangi oleh eksitensi Bank Syariah, hal ini Bank
Muamalat Indonesia yang sudah beroperasi sejak tahun 1992, namun belum
mampu memberikan harapan bagi semua lapisan masyarakat terutama pengusaha
mikro kecil.Hal ini disebabkan karena sebagai lembaga keuangan perbankan Bank
Muamalat sangat terikat dengan peraturan-peraturan perbankan yang sangat kaku.
Oleh karena itu dipandang perlu mendirikan Lembaga Keuangan Syariah alternatif
yang relatif kecil dan fleksibel untuk malayani usaha mikro maka didirikanlah
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yaitu Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)
yang operasionalnya berdasarkan prinsip syariah (Didiek, 2013)
BMT sebagai lembaga keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat
secara luas tidak ada batasan ekonomi, sosial, bahkan agama. Semua komponen
masyarakat dapat berperan aktif dalam membangun sebuah sistem keuangan yang
lebih adil dan mampu menjangkau lapisan pengusaha yang terkecil sekalipun.
(Mustofa, 2014). Keberadaan BMT pada awalnya sebagai lembaga ekonomi rakyat
yang membantu masyarakatmenengah bawah, kegiatan utama dari BMT adalah
pengembangan usaha mikro terutama mengenai bantuan permodalan.Untuk
melancarkan usaha pembiayaan BMT menghimpun dana dari masyarakat lokal.
Peran umum yang dilakukan BMT adalah melakukan pembinaan dan pendanaan
berdasarkan prinsip syariah yang mana merupakan salah satu upaya untuk
menjalankan prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat.
Keberadaan BMT di Indonesia telah menjadi alternatif penyedia jasa
keuangan untuk pembiayaan mikro Islam. Dimana ada 3 hal yang mendasari
pernyataannya tersebut. Pertama, BMT didirikan di sebuah komunitas kecil. Kedua,
hal itu dibuktikan bahwa BMT telah memberantas praktek rentenir. Sebelumnya,
praktek rentenir telah menjadi alternatif pembiayaan bagi UMKM karena tidak
mudah untuk memenuhi persyaratan bank (bankable) jika mereka ingin berurusan
dengan bank. Ketiga, BMT bisa bertahan ketika krisis keuangan global melanda
stabilitas perekonomian Indonesia pada tahun 2008.(Wardiwiyono, 2012)
Belum adanya data akurat mengenai pertumbuhan jumlah BMT atau Baitul
Maal Wa Tamwil, selain karena entitas BMT masih berada di bawah Kementerian
Koperasi dan UMKM, BMT masih dianggap pemain minor dalam industri
keuangan syariah di Indonesia. Meskipun demikian, BMT terus mengalami
pertumbuhan. Ketua Asosiasi BMT se Indonesia (Absindo), Aries Muftie
menyatakan bahwa pada akhir tahun 2014 terdapat lebih dari 5.500 BMT di

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
20 E-mail:[email protected]
IKONOMIKA
Volume 2, No 1 (2017)

Indonesia. Kemudian, menurut Setyo Heriyanto selaku Deputi Bidang


Kelembagaan dan UMKM Kementerian Koperasi dan UMKM perkembangan
kinerja dari BMT secara nasional di tahun 2015 telah mencapai aset sebesar Rp 4,7
triliun dan jumlah pembiayaan sebesar Rp3,6 triliun.Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) sangat penting bagi perkembangan perekonomian negara
karena salah satu upaya dalam percepatan pertumbuhan ekonomi adalah
dengan perbaikan di sektor keuangan melalui perluasan akses dalam
penyediaan pembiayaan untuk sektor UMKM.
BMT juga merupakan lembaga keuangan Syariah non bank yang jumlah
lebih banyak dibandingkan lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya.
Perkembangan tersebut terjadi tidak lain karena kinerja BMT yang selalu
meningkat sepanjang tahunnya dan juga sistem yang digunakanBMT sangat
membantu masyarakat.Di balik peranannya yang sangat strategis dalam
pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang dimaksud, tidak sedikit di antara BMT
yang masih menghadapi kendala, sehingga kurang mampu menjalankan peranan dan
fungsinya dengan optimal. Kendala tersebut bisa bersifat internal maupun eksternal.
Kendala internal mencakup lemahnya kualitas sumber daya manusia dalam
pemahaman laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK serta terbatasnya sumber
pendanaan yang ada di dalam suatu instansi BMT. Sedangkan kendala eksternal
yaitu rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap lembaga keuangan
mikro syariah ini.
Di lain pihak, pemerintah pun belum membuat kebijakan yang khusus
mengatur keberadaan BMT yang berkaitan tentangpenyediaan dana penjamin,
perlindungan, pengawasan dan berbagai regulasi lainnya, sehingga peraturan yang
ada masih bersifat parsial. Sehinggahingga saat ini, lembaga ini tidak memiliki
undang-undang resmi dari pemerintah.Pegawai atau karyawan merupakan sumber
daya manusia yang memiliki peran penting untuk keberlangsungan BMT. Oleh
karena ituPendidikan dan pengalaman kerja pegawai akuntansi sangatlah penting
karena dapat memberikan kontribusi besar terhadap BMT itu sendiri.Salah satunya
pengetahuan tentang akuntansi karena akuntansi itu sangat butuh, untuk
pencatatan, pencatatan mengahsilkan laporan keuangan, laporan keuangan yang
mencerminkan kinerja BMT.
Pengetahuan yang luas tentang akuntansi syariah dapat membawa BMT
menjadi BMT yang berstandar dan dapat dipercaya. Karena ilmu akuntansi akan
diimplementasikan dalam pencatatan transaksi yang terjadi setiap harinya di BMT,
yang mana akan menghasilkan laporan keuangan. Laporan keuangan akan
menggambarkan kinerja management dan operasional BMT tersebut.Sehingga

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
E-mail:[email protected] 21
Penerapan PSAK NO. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi Pada Baitul Maal Wa Tamwil
Di Depok, Jawa Barat
(Rani Febrian1, Sepky Mardian2)

sangat dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan akuntansi yang berkualitas


sehingga bisa menciptakan laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang
berlaku.
Penelitian sebelumnya oleh Pratiwi dan Septiarini (2014) menunjukkan
bahwa perkembangan BMT didominasi oleh produk jual beli atau murabahah.
Murabahah sebagai skema pembiayaan yang paling banyak diminati oleh nasabah
ternyata masih terdapat kekurangan dalam hal proses pencatatan akuntansi.BMT
Rahmat Syariah menerapkan murabahah bil wakalah dimana pembelian barang
diwakilkan kepada mitra. BMT Rahmat Syariah memberikan sejumlah uang sesuai
dengan yang tertera pada perjanjian akad pembiayaan. Sesuai dengan PSAK 102,
seharusnya ketika penyerahan uang pembelian barang BMT Rahmat Syariah
melakukan pencatatan atas transaksi murabahah bil wakalah tersebut dan ketika
barang yang dimaksud oleh mitra sudah terbeli seharusnya terjadi pengakuan
persediaan barang yang diakui sebesar biaya perolehan barang tersebut. Namun
tidak terjadi pencatatan dan pengakuan terkait pembelian barang secara wakalah
tidak pula diakui adanya persediaan aset murabahah. Ketika akad disepakati, BMT
Rahmat Syariah baru melakukan pencatatan terkait pembiayaan yang diajukan oleh
mitra.

B. KAJIAN KEPUSTAKAAN
Praktik Murabahah di LKMS (BMT)
Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan
pada Keputusan Fatwa (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan peraturan
Bank Indonesia (PBI), namun demikian dalam praktiknya tidak ada keragaman
model penerapan pembiayaan murabahah karena beberapa faktor yang
melatarbelakangi (Azharuddin, 2014).
Transaksi murabahah yang dilakukan di BMT, lebih sering digunakan untuk
pembiayaan yang ditujukan kepada nasabah untuk tambahan modal kerja. Seperti
pembiayaan untuk memperluas usaha. Di dalam akad pembiayaan murabahah di
BMT berdasarkan pada asas jual-beli, BMT bertindak sebagai penjual dan mitra
usaha sebagai pembeli atau nasabah. Harga jual ditentukan berdasarkan harga beli
dasar ditambah mark-up sesuai dengan kesepakatan antara BMT dengan mitra
usaha. Hal ini merupakan pengertian pembiayaan murabahah yang merupakan jasa
penyaluran dana yang dilakukan oleh BMT.
Dalam praktek pembiayaan murabahah di BMT setelah dana di transfer ke
rekening nasabah, maka sudah sepenuhnya menjadi urusan nasabah. Uang itu
digunakan untuk tambahan modal kerja, seperti perluasan usaha, ataupun untuk

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
22 E-mail:[email protected]
IKONOMIKA
Volume 2, No 1 (2017)

pembelian kendaraan guna memperlancar usahanya. Semua itu bukan menjadi


urusan dari pihak BMT. Pihak BMT hanya berhak menerima angsuran pelunasan
pembiayaan murabahah ditambah dengan margin yang telah ditentukan dan
disepakati oleh nasabah.Penggunaan dana yang digunakan oleh nasabah, dilakukan
setelah akad pembiayaan murabahah dilakukan dan dalam hal ini pula, hanya
pengucapan secara lisan dari pihak BMT kepada nasabah untuk menggunakan dana
tersebut sesuai apa yang diajukan di awal permohonan pembiayaan murabahah.
Adanya penggunaan media wakalah yang tertulis dalam surat pelimpahan kekuasaan
dari pihak BMT kepada nasabah. Dalam hal pembeliaan barang, nasabah hanya
mengajukan surat untuk menyatakan keterangan barang apa saja yang akan
dibelinya sebelum pembiayaan dilaksanakan.
Dalam prakteknya BMT memberikan kewenangan sepenuhnya kepada
nasabah pembiayaan, untuk membeli barang yang diinginkannya sendiri karena
BMT menganggap nasabah lebih tahu apa yang paling penting yang harus
dibelanjakan/ dibutuhkan serta mempermudah pihak BMT. Hal ini semua terjadi
setelah penentuan jumlah angsuran dan margin. Sehingga secara prinsip BMT
menjual barang yang belum dalam kepemilikannya.
Perlakuan Akuntansi Murabahah diLKS berdasarkan PSAK 102
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) menyalurkan dana dalam bentuk jual beli
dalam pembayaran ditangguhkan adalah penjualan barang dari BMT kepada
nasabah, dengan harga ditetapkan sebesar biaya perolehan barang ditambah margin
keuntungan yang disepakati untuk keuntungan BMT. Dalam murabahah BMT
bertindak sebagai penjual dan juga pembeli, sebagai pembeli BMT membeli barang
kepada pemasok untuk dijual kepada nasabah. Perlakuan akuntansi murabahah di
BMT berdasarkan PSAK 102 yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapkan murabahah (IAI, 2009).
Berdasarkan PSAK 102 akuntansi murabahah pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan akuntansi untuk penjual adalah sebagai berikut:
Pertama, Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar
biaya perolehan. Kedua, Pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah
sebagai berikut: (a) Jika murabahah pesanan mengikat: dinilai sebesar biaya
perolehan dan jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi
lainnya sebelum diserahkan kenasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai
beban dan mengurangi nilai aset. (b) Jika murabahah tanpa pesanan atau
murabahah pesanan tidak mengikat: dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai
bersih yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah dan jika nilai bersih yang

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
E-mail:[email protected] 23
Penerapan PSAK NO. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi Pada Baitul Maal Wa Tamwil
Di Depok, Jawa Barat
(Rani Febrian1, Sepky Mardian2)

dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan maka selisihnya diakui sebagai
kerugian.
Ketiga, diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai berikut: (a) Jika
terjadi sebelum akad murabahah maka sebagai pengurangan biaya perolehan aset
murabahah. (b) Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati
maka bagianyang menjadi hak nasabah dikembalikan kepada nasabah jika nasabah
masih berada dalam proses penyelesaian kewajiban atau kewajiban kepada nasabah
jika nasabah telah menyelesaikan kewajiban. (c) Jika terjadi setelah akad murabahah
dan sesuai akad yang menjadi bagian hak lembaga keuangan syariah diakui sebagai
tambahan keuntungan murabahah. (d) Jika terjadi setelah akad murabahah dan
tidak diperjanjikan dalam akad diakui sebagai pendapatan operasional lain.
Keempat, kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon
pembelian akan tereliminasi pada saat: (a) Dilakukan pembayaran kepada pembeli
sebesar jumlah potongan setelah dikurangi dengan biaya pengembalian. (b)
Dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh
penjual. Kelima, potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut: (a) Jika
disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu, maka diakui sebagai
pengurang keuntungan murabahah. (b) jika disebabkan oleh penurunan
kemampuan pembayaran pembeli, maka diakui sebagai beban. Keenam, pengakuan
keuntungan. Keuntungan murabahah diakui: (a) Pada saat terjadinya akad
murabahah jika dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa angsuran
murabahah tidak melebihi satu periode laporan keuangan. (b) Selama periode akad
secara proporsional jika akad melampaui satu periode keuangan.
Ketujuh, Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut: (a) Jika
disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu diakui sebagai
pengurangan keuntungan murabahah. (b) Jika disebabkan oleh penurunan
kemampuan pembayaran pembeli diakui sebagai beban. Kedelapan, Pengakuan
denda. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai
dengan akad dan denda yang diterima diakui sebagai dana kebajikan. Kesembilan,
Penyajian persentase piutang murabahah. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai
neto yang dapat direalisasikan yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan
kerugian piutang.
Kesepuluh, penyajian marjin murabahah. Marjin murabahah tangguhan
disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah. Kesebelas,
Penyajian pembukuan laporan keuangan.Beban murabahah tangguhan disajikan
sebagai pengurang (contra account) utang murabahah. Keduabelas, Pengungkapan.
(a) Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
24 E-mail:[email protected]
IKONOMIKA
Volume 2, No 1 (2017)

tidak terbatas pada: (i) harga perolehan aset murabahah. (ii) janji pemesanan dalam
murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan. (iii)Pengungkapan
yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah. (b)
Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi
tidak terbatas pada: (i) nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah. (ii)
jangka waktu murabahah tangguh.

C. METODE
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dan kuantitatif
dengan pendekatan teknik analisis deskriptif, yaitu data yang diperoleh dan
dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara, kemudian dianalisis berdasarkan
metode yang telah ditetapkan dan bertujuan untuk menguji sejauh mana penerapan
akuntansi PSAK 102 yang diterapkan BMT di kota Depok kemudian menyusun
tabulasi data berdasarkan skala ordinal.
Aspek yang diteliti dari penerapan akuntansi adalah komponen perlakuan
akuntansi berdasarkan kerangka PSAK 102. Dimana komponen tersebut dijadikan
acuan dalam kuesioner penelitian ini. Dalam menentukan BMT yang menjadi
obyek dalam penelitian ini, maka melakukan pengambilan obyek dengan
pertimbangan tertentu yang disebabkan sulitnya mencari BMT yang masih aktif
dalam kegiatan operasionalnya. Pertimbangan ini didasarkan pada kriteria sebagai
berikut: (1) BMT yang telah terdaftar dalam administrasi Dinas Koperasi,
UMKM dan Pasar Kota Depok. (2) BMT yang telah berdiri selama 5 tahun. (3)
BMT yang aktif dalam kegiatan operasionalnya.
Berdasarkan kriteria pemilihan obyek diatas, maka diperoleh BMT yang akan
digunakan sebagai obyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Populasi Penelitian
Kategori Jumlah
BMT di Kota Depok 42
BMT yang telah berdiri selama 5 tahun 25
BMT yang tidak aktif (12)
Jumlah obyek penelitian 13
Sumber: Data diolah, 2016
Adapun langkah-langkah dalam pengujian analisis perlakuan akuntansi atas
transaksi murabahah di BMT adalah sebagai berikut: (1) Pengujian validitas dan

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
E-mail:[email protected] 25
Penerapan PSAK NO. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi Pada Baitul Maal Wa Tamwil
Di Depok, Jawa Barat
(Rani Febrian1, Sepky Mardian2)

reliabilitas. (2) Mengelompokkan jawaban berdasarkan masalah. Dimana dari


seluruh jawaban responden atas pertanyaan khusus, dalam hal ini peranan perlakuan
akuntansi atas transaksi murabahah di BMT dihitung jumlah jawaban 1 sampai 5.
(3) Selanjutnya untuk setiap jawaban akan diberikan nilai jawaban”SS” nilanya 5,
“S” nilainya 4, “KS” nilainya 3, “TS” nilainya 2, dengan catatan adanya bukti
dokumen yang terkait jika diperlukan dan jawaban“STS” nilainya 1. (4)
Menghitung jumlah jawaban 1 sampai 5 dan banyaknya pertanyaan untuk setiap
kelompok. (5) Memasukkan jumlah jawaban 1 sampai 5 dan jumlah pertanyaan ke
dalam rumus indeks. (6) Menghitung besarnya persentase jawaban 1 sampai 5,
untuk setiap kelompok.
Berikut daftar BMT di Kota Depok yang menjadi obyek penelitian:
Tabel 2
Daftar Sampel penelitian BMT

Nama BMT Kecamatan

1 BMT Berkah Madani Gas alam Cimanggis


2 BMT Al Istiqomah Cimanggis
3 BMT Al-azhari Limo
4 BMT Muamalat Mandiri Pengasinan
5 KUD Soliamitra Limo
6 BMT Gema Pesona Tapos
7 BMT QM Sejahtera Mandiri Margonda
8 BMT Bakti Nurul Huda Pancoran Mas
9 KJKS Berkah Madani Kelapa dua
10 KJKS Multimitra Bojongsari
11 KSU Bina Usaha Sejahtera Pancoran mas
12 KSU Syariah Huwaiza Limo
13 LKMS Sri Limo Limo
Sumber: Data diolah, 2016
Dari hasil persentase yang didapat, dilakukan interprestasi perlakuan akuntansi
atas transaksi murabahah yang efektif ditafsirkan menurut kategori seperti di bawah
ini:

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
26 E-mail:[email protected]
IKONOMIKA
Volume 2, No 1 (2017)

Tabel 3
Persentase Jawaban Responden
Presentase Interprestasi
0% - 19.99% Sangat Tidak Setuju
20% - 39.99% Tidak Setuju
40% - 59.99% Kurang Setuju
60% - 79.99% Setuju
80% - 100% Sangat Setuju
Sumber: Data Diolah 2016

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Statistik Deskriptif
Berdasarkan gender maka sebagian besar responden adalah berjenis kelamin
“Laki-laki” yaitu sebanyak8 orang, sisanya 5 orang adalah wanita. Berdasarkan latar
belakang pendidikan ilmu ekonomi sebanyak 31% dengan pengalaman kerja selama
3 tahun dan terdiri dari gender laki-laki kemudian latar belakang pendidikan
manajeman dan akuntansi sebanyak 23% dengan pengalaman kerja selama 2,5 - 2
tahun terdiri dari gender laki-laki dan wanita kemudian latar belakang pendidikan
teknik,pai tarbiyah sebanyak 8% dengan pengalaman kerja selama 3 tahun terdiri
dari gender laki-laki dan wanita, dan ilmu pendidikan sebanyak 7% dengan
pengalaman kerja selama 1 tahun.
Analisis dan Penerapan
Pengakuan aset murabahah
Berdasarkan Gambar 1 Aset murabahah yang diperoleh oleh BMT selalu
diakui dalam neraca sebagai persediaan sesuai dengan PSAK 102 paragraf 18 “pada
saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan
“dengan pertanyaan ini di dalam kuesioner, BMT di Depok dengan persentase
setuju 69% dan reponden dengan jawaban sangat setuju 15% dengan ini dikatakan
sudah diterapkan PSAK yang paragraf 18 sudah diterapkan dengan baik di BMT di
kota Depok
Indikator aset murabahah persentase setuju dan sangat setuju ini responden
berlatar belakang pendidikan akuntansi, ilmu ekonomi dan manajeman serta
pengalaman kerja selama 2,5– 3 tahun. Hasil responden dengan dengan setuju 69%
dan sangat setuju 15% hasil ini sudah melebihi batas ketentuan yang di tentukan
68,4% batas minimal, sudah diterapkan oleh BMT.

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
E-mail:[email protected] 27
Penerapan PSAK NO. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi Pada Baitul Maal Wa Tamwil
Di Depok, Jawa Barat
(Rani Febrian1, Sepky Mardian2)

Gambar1
Aset Murabahah
sangat tidak setuju tidak setuju kurang setuju setuju sangat setuju

0%
15% 16%
0%

69%

Sumber : Data diolah 2016


Bisa dilihat dari latar pendidikan mereka yang telah menerapkan yaitu
akuntansi dimana pengalaman kerja yang lama serta pernah nya BMT perwakilan
mengikuti seminar yang di laksanakan lembaga keuangan syariah, membuat
responden dengan latar belakang ini telah menerapkan PSAK 102. Latar belakang
pendidikan ilmu ekonomi dan manajeman ini karena responden lama bekerja sudah
3 tahun dan hasil wawancara responden menjawab karna mereka sudah biasa
menerapkan akun aset ini dengan belajar otodidak awalnya dan pernah mengikuti
pelatihan yang diadakan lembaga keuangan syariah.
Pengakuan diskon pembelian
Berdasarkan Gambar 2, Jika BMT selalu mendapatkan diskon dari supplier
setelah terjadinya akad murabahah dengan pembeli, maka diskon akan diakui dalam
neraca sebagai kewajiban hasil survei dan kuesioner para responden menjawab
kurang setuju dengan persentase 39% pertanyaan kuesioner ini belum diterapkan di
BMT sekota Depok, karena belum sesuai dengan PSAK 102 paragraf 20 “diskon
pembelian aset murabahah diakui sebagai pengurang biaya perolehan aset
murabahah, jika terjadi sebelum akad murabahah.
Dimana BMT menerapkan tidak selalu dapat diskon dan apabila ada diskon
itu akan diberitahukan kepada mitra (nasabah) sebelum pembelian barang yang di
pesan oleh mitra (nasabah). Jadi dengan persentase tertinggi kurang setuju
dinyatakan PSAK 102 dengan paragraf 20 ini belum diterapkan oleh BMT di
Depok.

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
28 E-mail:[email protected]
IKONOMIKA
Volume 2, No 1 (2017)

Gambar2
Diskon Pembalian

15%
sangat tidak setuju
31%
tidak setuju
15%
kurang setuju
0%
setuju
39% sangat setuju

Sumber : Data diolah 2016


Indikator diskon pembelian persentase kurang setuju lebih dominan 39% dan
tidak setuju 15% ini responden berlatar belakang pendidikan teknik dengan posisi
manager, manajemen dengan posisi marketing serta pengalaman kerja selama 2,5
tahun – 3 tahun posisi kerja di BMT di kota Depok tidak bisa semuanya bagian
staff accounting karena posisi kerja di BMT merangkap semua pekerjaan di BMT
dengan posisi manager harus ikut campur dengan pembuatan laporan
keuangan.Dilihat dari hasil responden menjawab jawaban setuju dan sangat setuju
cuma mencapai 30% dimana pertanyaan ini belum diterapkan di BMT karena
dilihat dari latar belakang pendidikan responden BMT ada yang berlatar
pendidikan marketing dimana posisi ini belum bisa dikatakan posisi yang cocok
untuk penerapan PSAK 102 dimana latar belakang seperti acounting setidaknya
bisa memahami akun-akun akuntansi.
Sedangakan responden dengan pertanyaan ini marketing sebagai responden
kurangnya pemahaman tentang penerapan PSAK karena responden ini jarang
adanya pelatihan dan ilmu pengetahuan responden hanya sebatas diberitahukan
oleh bagian yang membuat laporan keuangan. Dimana telah dijelaskan di atas posisi
yang ada di BMT merangkap semua pekerjaan karena ruang lingkup mereka masih
kecil dan memperkerjakan SDM juga terbatas.
Pengakuan kemampuan pembayaran
Berdasarkan Gambar 3 Jika nasabah selaku pembeli mengalami penurunan
kemampuan pembayaran maka pihak BMT akan memberikan potongan angsuran
dan diakui sebagai beban. Hasil survei dan kuesioner menyatakan responden
menjawab sangat setuju dengan persentase 39% dimana batas dinyatakan
responden telah menerapkan pertayaan kuesioner dengan batas 68,4% ini
dinyatakan pertanyaan ini belum diterapkan oleh BMT di depok sesuai dengan
PSAK 102 paragraf 28 “potongan murabahah diakui sebagai berikut jika

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
E-mail:[email protected] 29
Penerapan PSAK NO. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi Pada Baitul Maal Wa Tamwil
Di Depok, Jawa Barat
(Rani Febrian1, Sepky Mardian2)

disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli, maka diakui sebagai


beban”.
Gambar3
Kemampuan pembayaran Murabahah

15% sangat tidak setuju

39% tidak setuju


15%
kurang setuju

0% setuju
31%
sangat setuju

Sumber : Data diolah 2016


Responden menjawab kurang setuju karena kebanyakan mitra (nasabah)
hanya mencari alasan untuk mempermudah diri dan apabila BMT sudah mengasih
peluang nasabah menjadi lalai dengan kelongaran yang diberikan BMT.Responden
yang menjawab kuesioner ini dengan latar belakang pendidikan SMK Perbankan
Syariah dengan lama bekerja 1 tahun, teknik dengan lama bekerja 3 tahun dan ilmu
ekonomi dengan lama bekerja 3 tahun.
Dengan hasil wawancara dengan responden yang berlatar belakang SMK
Perbankan Syariah ini menyatakan bahwasannya mereka belum menerapkan dengan
baik pertanyaan dengan indikator ini karena pemahaman mereka hanya sekedar
membuat laporan keuangan yang telah ditentukan, dan penulis melihat laporan
keuangan tidak lengkap seperti laporan keuangan BMT yang telah menerapkan
PSAK 102.Latar pendidikan mereka serta pengalaman kerja hanya baru 1 tahun
bisa dikatakan responden belum berpengalaman dengan laporan keuangan dimana
ditujukan kepada PSAK 102 dan responden masih awam dengan PSAK 102 yang
sesuai dengan PSAK itu sendiri, maka dari itu reponden belum mengerti
menerapkan harus seperti apa semestinya.

Pengukuran dasar
Berdasarkan Gambar 4 Pengukuran aset pesanan mengikat yang dipesan
nasabah kemudian terjadi penurunan nilai barang karena rusak atau kualitasnya
maka transaksi ini sebagai kerugian penjual (BMT).

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
30 E-mail:[email protected]
IKONOMIKA
Volume 2, No 1 (2017)

Gambar4
Dasar Pengukuran

15%
sangat tidak setuju

31% tidak setuju

kurang setuju
39% 0%
setuju
15%
sangat setuju

Sumber : Data diolah 2016


Hasil survei dan kuesioner menyatakan jawaban responden setuju 39% dan
sangat setuju 31% belum memenuhi persentase yang telah di tentukan yaitu 68,4%
baru bisa dinyatakan BMT telah menerapkan PSAK 102 sesuai dengan PSAK 102
paragraf 19 “pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah sebagai berikut
jika murabahah pesan mengikat, maka dinilai sebesar biaya perolehan dan jika
terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya sebelum
diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan
mengurangi nilai aset”. Responden menganggap pertanyaan ini kerugian ditanggung
berdua bukan hanya satu sisi yang menanggung kerugian. Karena responden ini
berlatar belakang pendidikan SMA dengan pengalaman kerja 2 tahun dan ilmu
ekonomi dengan lama bekerja 3 tahun.Dilihat dari hasil wawancara dengan
responden yang berlatar pendidikan SMA ini belum bisa dikatakan dengan baik
untuk pencatatan sebuah lembaga dan responden mengatakan BMT tempat dia
bekerja belum pernah mengadakan pelatihan khusus untuk SDM mencatat laporan
keuangan yang seharusnya.
Responden menyatakan pembuatan laporan keuangan hanya sebatas dengan
pengetahuan yang seadanya saja.Disini responden SDM berfikir dengan belajar dan
memahami PSAK 102 itu masih digolongkan sulit untuk dipahami dan diterapakan
karena bahasa yang terlalu tinggi dan latar pendidikan mereka belum mendukung
karena itu sebab pernyataan ini belum diterapkan dengan baik.
Pengukuran murabahah pesanan
Berdasarkan Gambar 5, Ketika pembelian barang kepada supplier BMT
mendapatkan diskon biaya asuransi, diskon tersebut tidak diberikan kepada

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
E-mail:[email protected] 31
Penerapan PSAK NO. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi Pada Baitul Maal Wa Tamwil
Di Depok, Jawa Barat
(Rani Febrian1, Sepky Mardian2)

pembeli (nasabah) karena tidak selalu mendapat diskon seperti itu. Hasil survei dan
kuesioner menyatakan setuju dengan responden 39% belum memenuhi persentase
yang telah di tentukan yaitu 68,4% baru bisa dinyatakan BMT telah menerapkan
PSAK 102 sesuai dengan PSAK 102 paragraf 34 “diskon pembelian yang diterima
setelah akad murabahah, potongan pelunasan, dan potongan untung murabahah
diakui sebagai pengurang beban murabahah tangguhan” dan PSAK 102 paragraf 19
murabahah pesanan.
Gambar5
Murabahah Pesanan

0% sangat tidak setuju

31% tidak setuju


39%
kurang setuju

15% setuju
15%
sangat setuju

Sumber: Data diolah 2016


Disini responden lebih dominan menjawab kurang setuju karna ketika BMT
mendapat diskon apapun akan diberi tahukan kepada mitra (nasabah) yang pesanan
jadi pertanyaan yang dikuiesoner belum diterapkan oleh BMT. Dengan latar
belakang pendidikan responden yaitu manajemen dengan lama bekerja 3 tahun,
SMK perbankan syariah dengan pengalaman kerja 1 tahun, ilmu ekonomi dengan
pengalaman kerja 2,5 tahun, pendidikan dengan pengalaman kerja 1 tahun.
Dari hasil wawancara dengan responden yang berlatar pendidikan SMK
Perbankan Syariah responden mengatakan kurangnya fasilitas untuk memahami
PSAK karena belum pernah di adakannya pelatihan khusus untuk pembuatan
laporan keuangan sesuai dengan PSAK 102 di BMT tempat responden bekerja
salain sisi pengalaman kerja respon yang belum lama yaitu satu tahun dimana untuk
memahami dan bisa secara benar butuh waktu yang lama untuk menerapakan
dengan benar. Karena responden mengatakan untuk memahami PSAK itu tidak
mudah dengan latar pendidikan responden ini. Sama juga dengan responden yang
backgraund pendidikan.

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
32 E-mail:[email protected]
IKONOMIKA
Volume 2, No 1 (2017)

Penyajian persentase piutang murabahah


Berdasarkan Gambar 6, Piutang murabahah disajikan sebesar saldo piutang
murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Hasil survei dan kuesioner
menyatakan responden menjawab setuju dengan responden 39% dan sangat setuju
15% belum memenuhi persentase yang telah ditentukan yaitu 68,4% baru bisa
dinyatakan BMT telah menerapkan PSAK 102 sesuai dengan PSAK 102 paragraf
37 “piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasikan, yaitu
saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang” karena responden
latar belakang pendidikan manajeman dengan pengalaman kerja 3 tahun,
pendidikan dengan lama bekerja 1 tahun, ilmu ekonomi lama bekerja 3 tahun.
Gambar6
Persentase Piutang Murabahah

15% sangat tidak setuju


23%

tidak setuju

8% kurang setuju

39% setuju
15%
sangat setuju

Sumber : Data diolah 2016


Hasil wawancara dengan responden yang menjawab ini berlatar belakang
pendidikan manajeman dan ilmu ekonomi responden memaparkan kepada peneliti
bahwasannya di BMT tempat responden bekerja belum menerapakan pertanyaan
seperti ini dan pemahaman dengan PSAK belum tepat dilakukan responden,
sedangkan pertanyaan dengan isi PSAK 102 ini harus nya responden setuju tetapi
hasil dari lapangan respon kurang memahami PSAK 102 dengan baik dengan
alasan responden memahami PSAK 102 itu sulit dan jarang di adakannya pelatihan
khusus di tempat responden bekerja.
Penyajian marjin murabahah
Berdasarkan Gambar 7, BMT menyajikan marjin sebagai pengurang piutang
murabahah. Hasil survei dan kuesioner dengan jawaban setuju dengan responden
54% dan sangat setuju 8% baru mencapai 66% setuju dengan sangat setuju

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
E-mail:[email protected] 33
Penerapan PSAK NO. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi Pada Baitul Maal Wa Tamwil
Di Depok, Jawa Barat
(Rani Febrian1, Sepky Mardian2)

digabungkan hampir mendekati persentase yang telah di tentukan yaitu 68,4% baru
bisa dinyatakan BMT telah menerapkan PSAK 102 sesuai dengan PSAK 102
paragraf 38 “marjin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra
account) piutang murabahah”. Dimana responden berlatar belakang pendidikan pai
tarbiayah dengan lama bekerja 3 tahun, manajeman lama bekerja 3 tahun, ilmu
ekonomi pengalaman kerja 3 tahun
Gambar7
Marjin Murabahah

8% 15% sangat tidak setuju

8% tidak setuju

kurang setuju
15%
setuju
54%

sangat setuju

Sumber : Data diolah 2016


Hasil wawancara dengan responden yang menjawab dengan latar belakang
pendidikan pai tarbiyah ini menyatakan sistem di BMT responden kerja sudah
menerapkan PSAK 102 dengan baik serta dilihat dari pengalaman kerja responden
dengan latar pendidikan pai tarbiayah ini, banyak mendapat link dengan BMT lain
dan pernah BMT tempat responden bekerja melakukan seminar per periode atau
sekali 4 bulan. Suatu kelebihan yang dimiliki oleh responden dengan jawaban ini
karena dilihat dari latar belakang responden ternyata di lapangan responden ini
telah menerapkan pertanyaan indikator ini.
Pengungkapan CALK
Berdasarkan Gambar 8, BMT tempat saya bekerja telah sesuai melakukan
pembukuan catatan atas laporan keuangan. Hasil survei dan kuesioner menyatakan
responden dengan jawaban setuju mencapai 54% dan sangat setuju banyak
responden menjawab 46% sudah memenuhi persentase yang telah ditentukan yaitu
68,4% bisa dinyatakan BMT telah menerapkan PSAK 102 sesuai dengan PSAK

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
34 E-mail:[email protected]
IKONOMIKA
Volume 2, No 1 (2017)

102 paragraf 40 (c) “pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 102 : penyajian
laporan keuangan syariah”. Dimana BMT membuat Catatan Atas Laporan
Keuangannya seperti dijabarkan transaksi apa saja yang terjadi di setiap transaksi.
Reponden menjawab pertanyaan kuesioner ini dengan latar belakang akuntansi
pengalaman kerja 2,5 tahun, ilmu ekonomi,manajeman dengan lama bekerja selama
3 tahun.
Gambar8
Catatan Atas Laporan Keuangan

0%
sangat tidak setuju

tidak setuju
46%
54% kurang setuju

setuju

sangat setuju

Sumber : Data diolah 2016


Dilihat dari hasil wawancara dengan responden yang menjawab pertanyaan
yang ada di dalam kuesioner ini menyatakan dengan latar pendidikan akuntansi
wajar dengan menjawab setuju dan sangat setuju dimana SDM dengan latar
belakang pendidikan akuntansi sudah mengetahui apa itu catatan atas laporan
keuangan dan responden setuju dengan pertanyaan ini.Latar belakang pendidikan
ilmu ekonomi dan manajeman responden menyatakan pengalaman kerja yang sudah
lama dan pengetahuan mereka bertambah dengan cara kursus, serta waktu kursus
disedikan di responden mengatakan mereka kursus di waktu libur.
Pengungkapan peran accounting
Hasil survei dan kuesioner responden menjawab dengan jawaban setuju
sebanyak 54% dan sangat setuju responden menjawab sebanyak 46% sudah
memenuhi persentase yang telah ditentukan yaitu 68,4% bisa dinyatakan BMT
telah menerapkan PSAK sesuai dengan PSAK 102 paragraf 40 (b) “penjual
mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan transaksi murabahah tetapi tidak

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
E-mail:[email protected] 35
Penerapan PSAK NO. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi Pada Baitul Maal Wa Tamwil
Di Depok, Jawa Barat
(Rani Febrian1, Sepky Mardian2)

terbatas pada janji pemesan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai


kewajiban “ disini BMT peran accounting atau pengurus sebagai manajer juga
berperan didalam pembuatan laporan keuangan bisa dikatakan ikut menyetujui
pembuatan laporan keuangan jadi pertanyaan ini sesuai dengan PSAK 102.

Gambar9
Peran Accounting terhadap Laporan Keuangan

0% sangat tidak setuju

tidak setuju

46%
54% kurang setuju

setuju

sangat setuju

Sumber : Data diolah 2016


Responden yang menjawab pertanyaan kuesioner dengan latar belakang
pendidikan akuntansi pengalaman kerja 2,5 tahun, ilmu ekonomi,manajeman
dengan lama bekerja selama 3 tahun, teknik dan pai tarbiayah dengan pengalaman
kerja 3 tahun dengan posisi jabatan pengurus dan manajer.Responden menyatakan
penerapan dengan pertanyaan yang ada di kuesioner ini telah sesuai karena
responden ini mengerti dengan pernyataan di dalam PSAK 102 karena menurut
responden penyataan yang ada di dalam PSAK sudah tidak asing bagi responden
dan pengalaman kerja responden yang cukup lama di BMT tempat responden
bekerja.
Pengungkapan kebijakan akuntansi
Berdasarkan Gambar 10, Dalam mengungkapkan kebijakan akuntansi untuk
pengguna laporan keuangan, manajeman selalu mengungkapkan persediaan. Hasil
survei dan kuesioner responden dengan jawaban setuju sebanyak 54% dan jawaban
sangat setuju sebanyak 46% sudah memenuhi persentase yang telah di tentukan
yaitu 68,4% bisa dinyatakan BMT telah menerapkan sesuai PSAK 102 paragraf 40

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
36 E-mail:[email protected]
IKONOMIKA
Volume 2, No 1 (2017)

(a) “penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah,


tetapi tidak terbatas pada harga perolehan aset murabahah “dimana kebijakan
akuntansi untuk membantu pengguna laporan keuangan lebih mudah hasil
pertanyaan ini setuju itu tandanya mereka sudah menerapkan psak 102 di BMT
kota Depok.

Gambar10
Kebijakan Akuntansi

0%
sangat tidak setuju

tidak setuju
46%
54%
kurang setuju

setuju

sangat setuju

Sumber : Data diolah 2016


Dengan hasil wawancara dengan responden teknik mengatakan mereka bisa
menerapkan pertanyaan ini dengan pengalaman kerja responden di BMT tempat
responden bekerja jadi responden sudah tidak asing dengan PSAK 102 yang di
terapkan di laporan keuangan serta adanya pelatihan dan seminar yang di adakan di
BMT responden bekerja jadi responden sudah menerapkan pernyataan ini.
Pengungkapan informasi transaksi murabahah
Berdasarkan Gambar 11, Ketika manejer memberikan informasi yang dinilai
material dapat membantu pengguna laporan keuangan. Hasil survei dan kuesioner
responden dengan jawaban setuju lebih dominan sebanyak 69% dan jawaban sangat
setuju responden menjawab sebanyak 31% sudah memenuhi persentase yang telah
ditentukan yaitu 68,4% bisa dinyatakan BMT telah menerapkan PSAK dengan
pertanyaan kuesioner ini informasi yang diungkapkan manager ini dinyatakan telah
diterapkan di BMT kota Depok yang sesuai dengan PSAK 102 paragraf 40
“penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah” dimana
informasi yang tepat dan material yang disampaikan meneger akan membantu
pekerjaan accounting dan pembaca laporan keuangan.

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
E-mail:[email protected] 37
Penerapan PSAK NO. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi Pada Baitul Maal Wa Tamwil
Di Depok, Jawa Barat
(Rani Febrian1, Sepky Mardian2)

Gambar11
Informasi transaksi murabahah

0%
sangat tidak setuju
31%
tidak setuju

kurang setuju
69%
setuju

sangat setuju

Sumber : Data diolah 2016


Dengan ini pertanyaan di kuesioner ini responden yang menjawab dengan latar
pendidikan akuntansi pengalaman kerja 2,5 tahun, ilmu ekonomi,manajeman
dengan lama bekerja selama 3 tahun. Teknik dan pendidikan dengan lama bekerja 3
tahun. PAI Tarbiayah dan posisi sebagai staf akuntansi dengan pengalaman kerja
selama 3 tahun.Dilihat dari hasil wawancara dengan responden yang menjawab
pertanyaan yang ada di dalam kuesioner menyatakan mereka telah menerapkan
indikator yang peneliti tanyakan kepada responden karena responden pengalaman
kerja sudah cukup lama dan latar pendidikan responden juga mendukung untuk
penerapan PSAK 102 ini responden mengatakan untuk bisa menerapkan transaksi
murabahah sesuai PSAK 102 responden ada yang menambah belajar dengan cara
kursus di tempat lain. Responden dengan menjawab setuju dan sangat setuju sudah
memenuhi persentase yang telah di tentukan yaitu 68,4% bisa dinyatakan BMT
telah menerapkan PSAK.
Pratiwi dan Septiarini (2014) menemukan bahwa masih terdapat beberapa
hal yang tidak sesuai dengan PSAK 102 pada BMT Rahmat Syariah. Dalam hal
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan terhadap transaksi awal akad
tidak sesuai dengan PSAK 102. Selain itu dalam hal pengukuran keuntungan
murabahah juga tidak sesuai dengan PSAK 102. Pada saat pelunasan telah sesuai
dengan PSAK 102, namun pengakuan, penyajian, dan pengungkapan tidak sesuai
dengan PSAK 102. Dengan ini PSAK 102 yang ada di BMT belum semuanya
melakukan pencatatan yang sesuai dengan akun-akun yang telah ditentukan PSAK.
Habibah (2016) mengidentifikasikan bahwa masih terdapat BMT yang melakukan
pengakuan persedian yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Selain itu, pihak BMT

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
38 E-mail:[email protected]
IKONOMIKA
Volume 2, No 1 (2017)

belum memperlihatkan nilai cadangan kerugian piutang murabahah.Hariyanto


(2015) menyebutkan bahwa sebagian besar perlakuan akuntansi murabahah telah
sesuai dengan PSAK No. 102 pada BMT Ummah.
Hal berbeda ditemukan Zakiah dan Riduwan (2013) pada perlakuan PSAK
102 di Bank Syariah Mandiri. Secara garis besar penerapan akad murabahah pada
pembiayaan kepemilikan rumah telah sesuai dengan PSAK No. 102. Parno dan
Tikawati (2016) menemukan bahwa secara garis besar perlakuan akuntansi yang
dilakukan oleh KPN IAIN Samarinda telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang
diterima umum yaitu PSAK No. 102.

E. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut. Dari 13 BMT di Kota Depok yang telah menerapkan
PSAK 102 atas transaksi murabahah. Penerapan PSAK 102 yang terbagi menjadi
empat komponen dimana setiap kompenen tersebut telah diterapkan oleh BMT di
Kota Depok yang menjadi objek penelitian ini, meskipun tidak seluruhnya.
Kemudian jika dirata-ratakan jawaban responden di BMT tersebut yang telah
menerapkan PSAK 102 sebesar 68,4%dan yang belum menerapkan PSAK 102
sebesar 31,6%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 13 BMT di Kota Depok rata-
rata telah menerapkan PSAK 102 atas transaksi murabahah.

PUSTAKA ACUAN

Azharuddin. (2014). Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan


Syariah. Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah (MES).
Didiek, A. (2013). Sistem Lembaga Keuangan Ekonomi Syariah Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Habibah, M. (2016). Analisis Penerapan Akuntansi Syariah Berdasarkan PSAK
102 Pada Pembiayaan Murabahah di BMT Se-Kabupaten Pati. Equilibrium:
Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 4 (1): 114-136.
Hariyanto. (2015). Perlakuan Akuntansi Syariah PSAK Nomor 102 Pada BMT
Ummah Banjarmasin. Al-Banjari, 14 (2): 185-193.
IAI. (2009). Standar Akuntansi Keuangan per 1 juli 2009. Jakarta: 2009.
IAI. (2013). PSAK 102 edisi revisi . Jakarta: Salemba Empat.
Mustofa, A. D. (2014). Reorientasi Ekonomi Syariah. Yogyakarta: UII Press
Yogyakarta (Anggota IKAPI).

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
E-mail:[email protected] 39
Penerapan PSAK NO. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi Pada Baitul Maal Wa Tamwil
Di Depok, Jawa Barat
(Rani Febrian1, Sepky Mardian2)

Parno dan Tikawati. (2016). Analisis Penerapan PSAK No. 102 Untuk
Pembiayaan Murabahah Pada KPN IAIN Samarinda. el-Jizya, 4 (2): 285-
316.
Pratiwi, I.E. dan Septiarini, D.F. (2014). Analisis Penerapan PSAK -102
Murabahah (Studi Kasus Pada KSU BMT Rahmat Syariah Kediri. Akrual:
Jurnal Akuntansi, 6 (1): 17-32.
Wardiwiyono, S. (2012). Internal Control System for islamic Micro Financing (An
Explatory Study of BMT in the City of Yogyakarta Indonesia).
International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and
Management Vol.5 No.4 , 340-352.
Zakiah dan Riduwan, A. (2013). Akuntansi Transaksi Pembiayaan Kepemilikan
Rumah Dengan Akad Murabahah. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 2 (6):
1-16.

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika
40 E-mail:[email protected]

View publication stats

You might also like