MUHAMMADHASANHIDAYAT FEB Dikonversi
MUHAMMADHASANHIDAYAT FEB Dikonversi
MUHAMMADHASANHIDAYAT FEB Dikonversi
Oleh:
I. IDENTITAS PRIBADI
IV. PRESTASI
v
V. PENGALAMAN ORGANISASI
vi
ABSTRACT
The construction of trans Java path is a great project to connect one place to
the other on the island of Java, thus creating economic improvement with the
indicated distribution of goods start with a freeway or motorway. Toll road, Cikopo
until Pemalang is a liaison between regions in West Java province with the northern
part of Central Java which were previously national road use road users i.e. arterial
road north coast.
This research aims to describe and analyze the impact of the construction of
the highway road, Cikopo-Pemalang sector on the economy and trade in the district,
Cirebon and Indramayu Brebes by taking a case study of the coast North. Research
methods used in this research is mixed qualitative and quantitative research with the
descriptive approach, with the focus of the research is to analyze the income,
promotion and manpower after the construction of the highway Cikopo-Pemalang
against trade gift shop and restaurants in avitta
As for the data collection technique in the study done by holding observation,
interview and question form. Data analysis was done by giving an explanation of the
data that has been collected and drawn conclusions. The results of this research
namely development of Pemalang toll road, Cikopo-impact on income and labor from
each entrepreneur restaurants and trade gift shop which is on the North Coast. Income
and labor has decreased significantly. Promotion for the vast majority of employers
don't do promotions and just surrender themselves to the existing situation.
Key words: Highway Cikopo-Pemalang, Trading, restorant, income, employment and promotion
vii
ABSTRAK
Pembangunan jalan trans jawa merupakan proyek yang besar untuk
menghubungkan satu tempat ke tempat yang lain dipulau jawa sehingga menciptakan
peningkatan ekonomi dengan ditunjukkan pendistribusian barang lancer dengan
bebas hambatan atau jalan tol. Jalan tol Cikopo hingga Pemalang merupakan
penghubung antar wilayah di provinsi jawa barat dengan jawa tengah bangian utara
yang sebelumnya pengguna jalan menggunakan jalan nasional yaitu jalan arteri pantai
utara.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskriptif dan menganalisis dampak
pembangunan jalan tol Cikopo-Pemalang terhadap perekonomian pada sektor
perdagangan dan rumah makan di kabupaten Indramayu,Cirebon dan Brebes dengan
mengambil studi kasus jalur pantai utara. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian campuran kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan
deskriptif, dengan fokus penelitian menganalisis pendapatan,promosi dan tenaga
kerja setelah adanya pembangunan jalan tol Cikopo-Pemalang terhadap perdagangan
oleh-oleh dan rumah makan di jalur pantura
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengadakan observasi, wawancara dan angket. Analisis data dilakukan dengan
memberikan penjelasan terhadap data yang telah dikumpulkan dan ditarik
kesimpulan.Hasil dari penelitian ini yaitu adanya pembangunan jalan tol Cikopo-
Pemalang berdampak pada pendapatan dan tenaga kerja dari masing-masing
pengusaha rumah makan dan perdagang oleh-oleh yang ada di pantai utara.
Pendapatan dan tenaga kerja mengalami penurunan signifikan. Untuk promosi
sebagian besar pengusaha tidak melakukan promosi dan hanya berserah diri pada
situasi yang ada.
Kata kunci : Jalan tol Cikopo-Pemalang,Perdangan, rumah makan, pendapatan,tenaga kerja dan
promosi
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT yang telah melimpahkan
segala nikmat dan karuniaNya. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada baginda
nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan kita dari zaman jahiliyah hingga
zaman yang penuh ilmu pengetahuan, semoga dapat berkumpul di Yaumil Qiyamah
nanti. Alhamdulilah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Dampak
Pembangunan Jalan Tol Cikopo-Pemalang Terhadap Perkembangan Perdagangan
dan Rumah Makan di Kabupaten Indramayu, Cirebon dan Brebes”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu prasyarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis mengucapakan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan , dukungan, bimbingan serta arahan sehinggi penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta, Bunda, Ayah, dan Kakak yang selalu mendoakan penulis
agar dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta yang selalu mendoakan agar
penulis diberikan kemudahan dan segala bentuk dukungan yang sudah
diberikan.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesempatan berharga yang
diberikan kepada penulis untuk duduk di bangku perkuliahan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis dan mengenyam pendidikan di FEB.
3. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dan Bapak Dr. Sofyan Rizal, M.Si selaku Ketua
Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan UIN Syarif
ix
Hidayatullah Jakarta atas perannya untuk selalu memberikan bimbingan
kepada penulis baik dalam bentuk akademik maupun non-akademik.
4. Bapak Fahmi Wibawa, SE, MBA dan Bapak Arief Fitrijanto, M.Si selaku
dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penulisan
penelitian ini dari awal hingga akhir sehingga penulis mampu menyelesaikan
penelitian ini.
6. Para sahabat/I PMII KOMFEIS Lutfy, Barjun, Pakong, Nico, Melbi, Iqbal,
Ichsan handiko terima kasih telah menemani untuk berproses dalam
organisasi extra kampus.
7. Para sahabat sehidup bersama di ciputat; Rian, Wafa, Roni, Virsya, Afdal,
Fadly dan Husein yang menjadi penyemangat dan pengingat saat penulis
merantau dan jauh dari orang tua.
10. Para sahabat GenBI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Andi, Yunita, Ojan,
Bene, Ima, Yaya dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Tanpa mengurangi rasa hormat penulis, terima kasih kalian semua yang telah
mempercayai penulis selama satu periode untuk membantu pengabdian untuk
negeri melalui GenBI sebagai wadah penerima Beasiswa Bank Indonesia
x
11. Para sahabat GenBI JABODETAN Ivan, Widad, Nadyn Nia, Aul, Hafiz dan
semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Tanpa mengurangi
rasa hormat penulis, terima kasih kalian semua yang telah membatu penulis
untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
13. Riza Rizqiyah yang telah membimbing penulis selama penulisan, terima kasih
ka atas bimbingannya, semoga Tuhan membalas segala kebaikan kakak.
14. Para narasumber yang telah membantu penulis dalam proses pengisian
kuesioner sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 39
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................. 39
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................................ 40
C. Metode Pengumpulan Data................................................................................ 41
1. Data Primer ............................................................................................... 41
2. Data Sekunder ........................................................................................... 42
D. Metode Analisis Data ........................................................................................ 43
1. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ............................................. 43
2. Modifikasi Estaban-Marquillas (E-M) terhadap Analisis Shift-share
Klasik .................................................................................................................. 45
3. Tabel Distribusi Frekuensi ........................................................................ 46
E. Operasional Variabel ......................................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 50
A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................................ 50
1. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 50
2. Kondisi Umum Responden ....................................................................... 52
B. Hasil Penelitian .................................................................................................. 54
1. Hasil Observasi ......................................................................................... 54
2. Hasil Angket ............................................................................................. 57
3. Hasil Wawancara ...................................................................................... 70
4. Hasil Model Rasio Pertumbuhan dan Analisis Shift-Share Modifikasi
Estaban-Marquillas ............................................................................................ 77
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 80
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 80
B. Saran .................................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 84
LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................................... 88
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GRAFIK
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk memenuhi hak dasar rakyat peran yang vital terdapat pada pembangunan
infrastruktur. Infrastruktur sebagai katalis pembangunan, yang berfungsi sebagai
roda perekonomian, ketersediaan infrastruktur disuatu wilayah memberikan
manfaat pada akses masyarakat untuk mendapatkan sumberdaya yang dibutuhkan.
Bertujuan untuk meningkatkan akses produktivitas yaitu dalam hal
pendistribusian, yang mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam wilayah
tersebut. (Effendi, 2013)
KGPAA Paku Alam X menyampaikan dalam seminar di UII, bahwa peran
infrastruktur yaitu sebagai pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang,
papan, rasa aman, kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Infrastruktur merupakan
modal esensial bagi masyarakat dalam mendukung peningkatan ekonomi, sosial-
budaya, dan kesatuan dan persatuan. Dengan pembangunan infrastruktur harus
dilanjutkan demi tercipta pemenuhan hak dasar masyarakat yang lebih baik.
Pembangunan infrastruktur merupakan penunjang dari setiap kegiatan baik
ekonomi maupun kegiatan lain. Infrastruktur yaitu prasarana dan sarana yang
memiliki hubungan dengan kesejahteraan sosial dan kualitas lingkungan terhadap
proses pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Departemen Pekerjaan Umum, 2006).
Indikasi tersebut menunjukkan bahwa wilayah yang memiliki sistem
infrastruktur yang lengkap berfungsi lebih baik akan berdampak pada peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Hal ini dibandingkan dengan wilayah lain yang belum
memiliki penunjang infrastruktur, maka pertumbuhan ekonomi yang menjadi
kurang maksimal (Dirjo, 2015).
Dalam konteks ekonomi, infrastruktur diartikan sebagai modal sosial
masyarakat (social overhead capital) yaitu barang-barang modal esensial bagi
tempat bergantung pada berkembangnya ekonomi yang merupakan prasyarat agar
1
berbagai aktivitas dapat berlangsung. Dapat dikatakan infrastruktur adalah
katalisator di antara proses produksi, pasar dan konsumsi akhir.
Adanya infrastruktur menghasilkan gambaran dimana dapat meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk menghasilkan. Yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sehingga dengan infrastruktur akan menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Infrastruktur sebagai basic determinant atau
kunci bagi perkembangan ekonomi (Sekertariat Kabinet Republik Indonesia,
2015).
Banyak hal yang dapat dikatakan sebagai infrastruktur dalam menunjang
ekonomi salah satunya adalah jalan tol. Jalan tol adalah fasilitas yang
menghubungkan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya, yang memberikan
peran yang penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya,
kesatuan dan persatuan masyarakat dalam hal berinteraksi, serta meningkatkan
hubungan antar daerah.
Pembangunan infrastruktur jalan tol di Indonesia sangat dibutuhkan, sebagai
cara yang dilakukan dalam mengurangi kemacetan terutama pada ruas utama, serta
meningkatkan pendistribusian barang dan jasa. Yaitu yang berada pada wilayah
dengan kegiatan perekonomian yang tinggi.
Di sisi lain proses pembangunan jalan tol memiliki beberapa dampak negatif
yang akan ditimbulkan seperti misalnya, pada lingkungan sekitar area
pembangunan yang mana dapat menganggangu tingkat stabilisasinya, selain itu
pembangunan jalan tol juga dapat mempengaruhi kehidupan ekonomi dan sosial
masyarakat disekitarnya (Zarina, 2013).
Hal yang perlu di ketahui bahwa infrastruktur di Indonesia mempunyai peran
yang cukup penting sebagai modal transportasi nasional, yang melayani sekitar
92% angkutan penumpang dan 90% angkutan barang pada jaringan jalan dan
jembatan yang ada. Menurut Slamet Muljono et al (2010) dengan pembangunan
infrastruktur, khususnya pada jalan tol akan lebih memperlancar arus distribusi
barang dan jasa, serta mempengaruhi perkembangan ekonomi makro dan mikro.
2
Pada ekonomi makro yaitu sebagai bentuk ketersediaan pelayanan infrastruktur
memberikan pengaruh pada produktivitas marginal modal swasta. Sedangkan
dalam ekonomi mikro, memberikan pengaruh pada pengurangan biaya produksi
(Bina Marga, 2010).
Manfaat yang diberikan pada pengembangan infrastuktur jalan tol yaitu pada
peningkatan nilai konsumsi, produktivitas tenaga kerja dan akses terhadap
lapangan kerja. Dengan begitu akan terwujudnya stabilitas ekonomi makro, yaitu
dengan peningkatan pasar kredit, keberlanjutan fiskal dan bertambahnya terhadap
pasar tenaga kerja. Dengan terdapatnya pembangan infrastruktur akan
menciptakan peluang usaha dan menampung angkatan kerja yang nilainya lebih
besar yang memberikan multiplier effect terhadap perekonomian (Effendi, 2013).
Pembangunan infrastruktur berupa jalan tol di Indonesia, khususnya
penghubung jakarta ke surabaya ini sudah ada sejak tahun 1998 dengan rincian
panjang ruas sebagai berikut :
3
Tabel 1. 1
Ruas Jalan Tol Cikopo-Pemalang
4
ruas tol Palikanci yaitu 26KM disambung dengan Kanci–Pejagan sepanjang
35KM yang sudah ada semenjak tahun 2010 di akhiri jalur tol Pejagan–Pemalang
yang diresmikan pada tahun 2016 tersebut, tol Pejagan–Pemalang berakhir di
pintu tol Brebes Timur Jawa Tengah.
Pintu keluar tol Brebes Timur berada di Pejagan pada kilometer 268. Panjang
dari Jalan Tol Pejagan–Pemalang adalah sepanjang 57.5 kilometer yang berada
diperbatasan antara daerah Pejagan, Brebes dengan Pemalang Jawa Tengah. Jalan
Tol ini tersebut merupakan kelanjutan dari Jalan Tol Kanci-Pejagan yang
menghubungkan Pejagan, Brebes dengan Kabupaten Brebes. Dalam kelanjutan
pembangunan jalan tol Pejagan–Pemalang yaitu Brebes Timur-Pemalang yang
masih dalam tahap pembangunan. Jalan tol Pejagan–Pemalang merupakan bagian
dari jalan tol Trans-Jawa yang akan menghubungkan Merak, Banten, dengan
Banyuwangi, Jawa Timur.
Sedangkan tol Pejagan-Pemalang direncanakan dibangun sepanjang 57,5
kilometer yang melewati tiga kabupaten dan satu kota, yakni Kabupaten Brebes,
Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Pemalang. Dengan adanya jalan tol
Cipali–Pemalang watu tempuh Jakarta–Brebes lebih singkat yang biasanya dapat
menempuh perjalan selama 7 jam dengan adanya jalan tol ini dapat
mempersingkat perjalan menjadi 4 jam. dengan adanya jalan tol ini diharapkan
dapat memperlancar kegiatan transportasi dan ekonomi masyarakat sehingga
pertumbuhan ekonomi masyrakat juga terus meningkat (Joko Widodo, 2016).
Seiring dengan berkembangnya pembangunan infrastruktur jalan tol di
Indonesia, timbul masalah lain yakni menurunnya pendapatan, kesempatan
promosi, dan berkurangnya kesempatan kerja pada usaha perdagangan dan rumah
makan di sekitar jalan pantai utara Jawa atau yang biasa di kenal dengan Pantura,
hal ini sebabkan oleh para pengguna jalan pribadi dan juga bus antar kota tujuan
Banten, Jakarta, dan Jawa Barat dan sebaliknya yang lebih memilih menggunakan
jalan tol, dibanding melewati jalur Pantura.
5
Data dari hasil survei Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPWBI)
Cirebon yang mengungkapkan sedikitnya 70 persen usaha di jalur Pantura
mengalami gulung tikar, akibat dari pemabangunan infrastruktur jalan tol tersebut,
menurut penuturan dari Budi Saharjo sebagai ketua tim survei Kantor Perwakilan
Wilayah Bank Indonesia (KPWBI) dampak tol Cipali, bahkan 68-70 persen
pengusaha restoran di kawasan Pantura tutup sejak jalur tol sepanjang 116 km itu
di buka.
Hal ini membuat keberadaan tol Cipali bukan hanya menguntungkan
pengguna jalan tol saja, melainkan keberadaan tol ini justru cenderung merugikan
masyarakat yang memiliki usaha khususnya dalam perdagangan dan rumah makan
yang ada di sepanjang Jalur Pantura sehingga terpaksa gulung tikar. Permasalahan
ini berdampak pada tiga daerah yang biasanya dilalui pengendara di jalur pantura
yaitu Indramayu, Cirebon dan Brebes. Ada pun kemungkinan penurunan tingkat
pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat di tiga kabupaten tersebut disebabkan
para pengguna jalan lebih memilih tol di bandingkan jalur pantura sehingga
jumlah konsumen menurun, hal ini merupakan salah satu dari beberapa dampak
permasalahan akibat pembangunan infrastruktur jalan tol, sehingga perlu adanya
analisa terkait sejauh mana dampak tersebut berkembang, dan membuat
pendapatan dari usaha masyarakat sekitar daerah jalur pantura mengalami
penurunan.
Dari pemaparan tersebut penulis tertarik untuk menganalisis dampak lain yang
terjadi khususnya yang di alami oleh masyrakat pedagang sekitar, yang di
sebabkan dengan adanya jalan tol Cikopo-Pemalang tersebut. Untuk itu peneliti
memberi judul penelitian; Dampak Pembangunan Jalan Tol Cikopo-Pemalang
Terhadap Perkembangan Perdagangan dan Rumah Makan di Kabupaten
Indramayu, Cirebon dan Brebes, khususnya di wilayah jalur pantai utara.
6
B. Rumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya
1. Bagaimana dampak pembangunan jalan tol Cikopo-Pemalang terhadap
pendapatan perdagangan dan rumah makan di jalan Pantai Utara?
2. Bagaimana dampak pembangunan jalan tol Cikopo-Pemalang terhadap
tenaga kerja perdagangan dan rumah makan di jalan Pantai Utara?
3. Apa yang dilakukan pengusaha Perdagangan dan rumah makan di jalan
Pantai Utara untuk menarik konsumen setelah pembangunan jalan tol
Cikopo-Pemalang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Menganalisis dampak pembangunan jalan tol Cikopo-Pemalang terhadap
pendapatan dari perdagangan dan rumah makan di Jalan Pantai Utara
2. Menganalisis dampak pembangunan jalan tol Cikopo-Pemalang Terhadap
tenaga kerja dari perdagangan dan rumah makan di Jalan Pantai Utara
3. Mengetahui cara menarik konsumen dari pengusaha perdagangan dan
rumah makan setelah adanya jalan tol Cikopo-Pemalang
D. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini berguna untuk menambah keilmuan dan sebagai bahan
informasi bagi para peneliti berikutnya yang memperdalam penelitian lebih
dalam terkait pembangunan jalan tol Cikopo-Pemalang
2. Penelitian ini bagi pemerintah daerah sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan atau perencanaan tata ruang agar kedepannya
kebijakan dan keputusan pemerintah daerah dilakukan secara tepat
3. Penelitian ini bagi masyarakat sebagai bahan masukan bagi pengusaha
yang lain serta mengetahui kondisi perdagangan dan rumah makan di jalur
pantai utara.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Infrastruktur
a. Pengertian Infrastuktur
Menurut Grigg (1988) infrastruktur yaitu sarana fisik yang bertujuan
dalam memenuhi kebutuhan manusia dalam bidang ekonomi dan sosial.
Infrastruktur sebagai sarana pendukung untuk terbentuknya sistem sosial dan
ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi dari infrastruktur sebagai
penghubung antara sistem ekonomi dan sosial untuk tatanan kehidupan
manusia dengan lingkungan (alam).
Kondisi infrastruktur yang tidak berfungsi memberikan dampak yang
merugikan bagi manusia. Sebaliknya dengan infrastruktur berlebihan tanpa
memperhatikan kapasitas daya dukung lingkungan akan merusak lingkungan
yang memberikan dampak yang tidak baik bagi manusia dan makhluk hidup
lain (ekosistem yang didalamnya). Semua elemen baik masyarakat ataupun
pemerintah harus mengerti dan memahami fungsi dari infrastruktur sendiri
yaitu sebagai suatu alat dalam menata kehidupan manusia dengan
memperhatikan kondisi alam.
a) Pengertian Jalan
Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, “definisi
jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan /
atau air serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan
jalan kabel Jalan menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri,
jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan”. Jalan arteri kata lain dari
jalan umum atau jalan perkotaan fungsi utama dari jalan arteri yaitu melayani
8
angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh yang menggunakan
kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya
guna.
Jalan kolektor adalah jalan umum yang memiliki fungsi melayani
angkutan setempat untuk menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan
wilayah dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang
dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan kolektor merupakan jalan umum,
fungsi dari jalan kolektor sendiri yaitu melayani angkutan pengumpul dengan
ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan
masuk dibatasi.
Selanjutnya jalan lokal merupakan jalan yang menghubungkan pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan. Fungsinya yaitu
melayani angkutan setempat dengan pada perjalanan jarak yang tidak jauh,
kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan
umum memiliki fungsi sebagai akses untuk angkutan dengan ciri perjalanan
dengan jarak dekat, hanya untuk kendaraan yang kecil, serta kecepatan rendah
atau dapat disebut juga jalan lingkungan.
Dalam penentuan status dari jalan maka ada pembagian kelompok dari
jalan dimana untuk menentukan statusnya dikelompokkan menjadi jalan
nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota dan jalan desa
Jalan nasional adalah gabungan dari jalan arteri dan jalan kolektor dalam
jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, jalan strategis
nasional, serta jalan tol. Jalan provinsi sebagaimana dimaksud merupakan
jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
Jalan kabupaten yaitu jalan lokal dalam sistem jaringan pada jalan primer
yang tidak termasuk pada jalan nasional dan jalan provinsi, yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota
9
kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat
kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam
wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
Jalan kota yaitu jalan umum yang dalam sistem jaringan jalan sekunder
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan
antar pusat permukiman yang berada di dalam kota. Jalan desa merupakan
jalan umum yang menghubungkan kawasan antar permukiman di dalam desa,
serta jalan lingkungan.
10
pertimbangan yang dilakukan untuk membangunan sebuah jalan seperti
kondisi wilayah, sumber daya alam.
Dengan terdapat jaringan jalan yang terstruktur dengan baik, memberikan
manfaat yaitu berkembangnya berbagai kegiatan investasiyang lebih efisien
dan efektif. Hal ini juga akan menghasilkan manfaat yang baik bagi
perkembangan suatu wilayah.
11
e) Dampak Negatif Pembangunan dan Peningkatan Jalan
Terdapat hal yang memiliki dampak negatif dari pembangunan atau
perbaikan jalan adalah :
1) Terdapat kendaraan yang melewati jalan tersebut memberikan dampak
pada polusi udara dan polusi suara.
2) Ganti rugi tanah yang nilainya lebih rendah akibat pembebasan lahan
pembangunan jalan
3) Berkurangnya pendapatan pada usaha kecil menengah akibat tergusurnya
lahan, dan pemilihan pengguna jalan yang cenderung memilih ke jalur
pembangunan.
2. Jalan Tol
a) Pengertian Jalan Tol
Jalan tol atau yang dapat disebut juga dengan jalan bebas hambatan
merupakan salah satu cara pemerintah untuk dapat mewujudkan pembangunan
secara merata dan sebagai salah satu cara agar mempercepat pelayanan
pengiriman jasa distribusi dan para pengguna jalan tol pun harus membayar
sejumlah uang agar dapat menggunakan jalan tersebut. Pengertian jalan tol
dalam peraturan pemerintah tertera pada PP No.15 Tahun 2005 tentang jalan,
“jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan
jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunaannya diwajibkan membayar
untuk masuk penggunaan jalan tol”.
12
berasal dari pengguna jalan. Adapun Penyelenggaraan jalan tol bertujuan
meningkatkan efisiensi pelayanan jasa distribusi guna menunjang peningkatan
pertumbuhan ekonomi diwilayah yang sudah tinggi tingkat
perkembangannya”. Berdasarkan penjelasan peraturan di atas dapat
disimpulkan bahwa pembangunan jalan tol memiliki tujuan agar terciptanya
pemerataan pembangunan dan dapat meningkatkan pertumbuhan dapat dalam
bidang ekonomi maupun sosial.
Selain manfaat ada kelebihan jalan tol dibandingkan jalan non tol
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Waktu tempuh menjadi lebih singkat. Pada pengguna jalan non tol ketika
berada di persimpangan harus berhenti dan menunggu. Sehingga
menyebabkan banyak waktu yang terbuang.
2) Pertimbangan keselamatan lalu lintas diprioritaskan. Pada jalan tol tingkat
kecelakaan dipengaruhi oleh faktor geometrik jalan. Pelebaran lajur,
pelebaran bahu jalan, tersedianya lajur pendakian dan pemisahan tengah
(median) sebagai contoh untuk dapat mengurangi tingkat kecelakaan lalu-
lintas.
13
3) Ketika berada pada jalan yang lebih halus dan sedikit berhenti maka
mengurangi konsumsi bahan bakar serta operasi lainnya. Sehingga
berkurangnya konsumsi bahan bakar juga akan mengurangi polusi udara
dan kebisingan.
4) Dapat bergerak tanpa hambatan karena tidak terdapat persimpanganatau
perpotongan seperti jalan non tol.
14
7) Pada setiap jalan tol harus tersedia sarana komunikasi, sarana deteksi
pengamanan lain yang memungkinkan pertolongan dengan segera sampai
ketempat kejadian, serta upaya pengamanan terhadap pelanggaran,
kecelakaan dan gangguan keamanan lainnya.
8) Pada jalan tol antar kota diwajibkan memiliki tempat istirahat (rest area)
dan pelayanan untuk kepentingan pengguna jalan tol. Disediakan paling
sedikit satu dengan setiap jarak 50 (lima puluh) kilometer pada masing-
masing jurusan.
Setelah mengemukakan syarat teknis jalan tol. Selanjutnya merupakan
spesifikasi yang harus dimiliki jalan tol, spesifikasinya adalah seperti yang
terkandung dalam PP No. 15 Tahun 2005:
1. Tidak ada persimpangan sebidang dengan ruas jalan lain atau dengan
prasarana transportasi lainnya.
2. Jumlah jalan masuk dan jalan keluar dari jalan tol dibatasi secara efisien
dan semua jalan masuk dan jalan keluar harus terkendali secara penuh.
3. Jarak antar simpang susun, paling rendah 5 (lima) kilometer untuk jalan
tol luar perkotaan dan paling rendah 2 (dua) kilometer untuk jalan tol
dalam perkotaan.
4. Jumlah lajur sekurang-kurangnya dua lajur per arah.
5. Menggunakan pemisah tengah atau median
6. Lebar bahu jalan sebelah luar harus dapat dipergunakan sebagai jalur lalu-
lintas sementara dalam keadaan darurat
15
3. Perdagangan
a) Pengertian perdagangan
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Kepmenperindag)
Nomor 23/MPM/Kep/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan,
perdagangan adalah kegiatan jual beli barang dan/atau jasa yang dilakukan secara
terus-menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan/atau jasa dengan
disertai imbalan atau kompensasi. Kegiatan perdagangan merupakan cakupan
dari kegiatan jual beli, karena pada dasarnya jual beli merupakan bagian dari
perdagangan. Dalam Burgerlijk Wetboek (BW) atau KUHP jual beli adalah
perjanjian timbal balik dimana pihak yang satu berjanji untuk menyerahkan hak
milik atas suatu barang, sedang pihak lainnya berjanji untuk membayar sejumlah
uang (harga) sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut. Dengan
Perdagangan kita dapat menyalurkan dan memasarkan barang jadi dari produsen
pada konsumen.
Perdagangan merupakan bentuk dari perbedaan jumlah barang a antara satu
daerah dengan daerah lain. Perdagangan dikelompokan menurut besaran dan
jenis barang, pengelompokkan perdagangan terbagi menjadi perdagangan kecil,
perdagangan menengah, dan perdagangan besar. Perdagangan kecil merupakan
kegiatan berupa penyaluran barang langsung kepada pembeli (eceran). Kegiatan
yang berupa penyaluran barang dari pedagang besar pada pedagang kecil
sehingga tidak melibatkan konsumen disebut sebagai perdagangan menegah.
Selanjutnya perdagangan besar yang melibatkan produsen barang atau pemilik
barang dalam jumlah besar dengan para pedagang menengah Pedagang/penjual
meliputi pemilik toko, pelayan toko, pedagang keliling (hasil pertanian,
pedagang es dan pedagang bakso), kios/warung;
Pedagang dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
1). Pedagang Besar Distributor / Agen Tunggal
Distributor adalah kegiatan pedagangan yang berupa membeli atau
mendapatkan produk barang dagangan langsung dari tempat produksi awal
16
Diberikan hak wewenang wilayah / daerah tertentu dari produsen biasanya hanya
diberikan untuk pedagang besar. Contoh dari agen tunggal adalah seperti agen
tunggal pemegang merek (ATPM) untuk produk mobil.
2). Pedagang Menengah / Agen / Grosir
Agen adalah kegiatan yang berupa pedagang membeli atau mendapatkan
barang dari distributor atau agen tunggal. Contoh seperti pedagang grosir buah di
pasar induk kramat jati.
3). Pedagang Eceran / Pengecer / Peritel
Pedagan eceran adalah pedangan yang memilik ciri menjual barang yang
dijualnya langsung ke tangan pemakai akhir atau konsumen dengan jumlah
satuan atau eceran. Contoh pedagangan eceran seperti mini market dan lotte
mart.
17
c) Fungsi Penjualan Eceran
Kegiatan yang berhubungan langsung dengan penjualan produk atau jasa
kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi disebut sebagai penjualan
eceran. Penjual eceran dapat lebih maju dalam usahanya apabila mau bekerja
optimal dan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya dalam melayani
konsumen. Pelayanan kepada konsumen harus diutamakan karena merupakan
tanggung jawab primer, sedangkan tanggung jawab sekundernya melayani
penjual besar dan atau produsen. Pada dasarnya fungsi penjualan eceran
memberikan pelayanan dan kemudahan kepada konsumen.
Stanton (2000) dalam tulisannya mengemukakan, fungsi penjual eceran
Pertama, mengumpulkan atau mengonsentrasikan aneka ragam barang dari
berbagai produsen, Kedua mengelompokkan barang-barang di atas dalam
jumlah yang sesuai dengan keinginan konsumen, dan terakhir memilah-milah
menjadi satuan barang yang sama yang dibutuhkan konsumen kemudian
menyebarkan kelompok produk tersebut ke konsumen akhir atau pembeli
industri. Ketiga kegiatan di atas, dilakukan langsung dari produsen ke
konsumen akhir. Dalam hal tertentu, penjual eceran ini dapat menjual kepada
pembeli industri, yaitu jika produk-produk tersebut diperlukan
berkesinambungan oleh pembeli industri tersebut, misalnya restoran, instansi
pemerintah, dan lain-lain.
Kegiatan yang berhubungan langsung dengan penjualan barang atau jasa
kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi merupakan kegiatan dari
penjualan eceran. Dapat dikatakan lebih maju apabila penjualan eceran mau
bekerja lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya dalam melayani konsumen.
Tanggung jawab primer bagi penjual yaitu mengutamakan pelayanan terhadap
konsumen, sedangkan tanggung jawab sekundernya adalah melayani pedagang
besar dan atau produsen. Pada dasarnya fungsi penjualan eceran adalah
memberikan pelayanan semudah mungkin kepada konsumen. Fungsi dari
penjualan eceran menurut beberapa ahli sebagai berikut.
18
Menurut Levy Weits (2007), fungsi penjual eceran sebagai berikut.
1) Menciptakan tersedianya pilihan akan kombinasi sesuai dengan yang
diinginkan oleh konsumen.
2) Memberikan penawaran produk dan jasa pelayanan dalam unit yang cukup
kecil sehingga memungkinkan para konsumen memenuhi kebutuhannya.
3) Menyediakan pertukaran nilai tambah dari produk (ready exchange of
value).
4) Mengadakan transaksi dengan para konsumennya.
19
4. Rumah Makan
a. Pengertian Rumah Makan
Rumah makan atau tempat makan umum biasa disebut Restoran. Restoran
sendiri berasal dari bahasa latin yaitu restaurare, dalam bahasa Inggris berarti a
public eating place. Menurut Zain (2001) “restoran berarti rumah makan” dan
menurut Marsum WA, dalam bukunya Restoran dan Masalahnya mengatakan
bahwa, Restoran adalah tempat atau bangunan yang diorganisasi secara
komersil, yang memberikan pelayanan dengan baik kepada setiap tamu yang
berkunjung baik berupa makan maupun minum. Dari beberapa uraian diatas,
dapat disimpulkan bahwa arti dari restoran yaitu tempat usaha yang
menyediakan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dengan
memberikan pelayanan yang baik kepada semua pengunjung.
Pengertian Rumah Makan Menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi No.KN.73/PVVI05/MPPT-85 tentang Peraturan usaha Rumah
Makan, dalam peraturan ini yang dimaksud dengan usaha Jasa Pangan adalah :
“Suatu usaha yang menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman yang
dikelola secara komersial”. Rumah makan Menurut Marsum W.A (2005)
definisi rumah makan adalah “suatu tempat atau bangunan yang
diorganisasikan secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan
baik kepada semua tamu, baik berupa kegiatan makan maupun minum”. Selain
itu definisi rumah makan yaitu, Rumah makan atau Restoran adalah suatu
tempat yang memiliki identik jajaran meja–meja yang tersusun rapi, dengan
kehadiran orang, berdentingnya bunyi–bunyi kecil karena persentuhan gelas–
gelas kaca, porselin, timbulnya aroma semerbak dari dapur dan pelayanan para
pramusaji menyebabkan suasana hidup didalamnya (Sugiarto, 2004) Tujuan
dari dioperasionalkannya rumah makan yaitu untuk mencari keuntungan bagi
pemiliknya seperti yang dijelaskan oleh Prof. Vanco Christian dalam Marsum
W.A dari School Hotel Administration di Cornell University. Selain bertujuan
mencari keuntungan, memberikan kepuasan pada konsumennya merupakan
20
tujuan operasional rumah makan yang utama Secara umum rumah makan
merupakan tempat yang dikunjungi orang untuk mencari berbagai macam
makanan dan minuman. Selain itu rumah makan biasanya menyuguhkan
keunikan tersendiri sebagai daya tariknya, baik melalui menu masakan, hiburan
maupun tampilan fisik bangunan.
Klasifikasi Rumah Makan Klasifikasi rumah makan lainnya adalah rumah
makan dikelompokkan menjadi beberapa jenis menurut kegiatan dan makanan
atau minuman yang disajikan:
1) A’la Carte Restaurant yaitu rumah makan yang menyajikan menu lengkap
dan memiliki aturan yang tidak mengikat atau bebas.
2) Table d’hotel yaitu rumah makan yang memiliki menu lengkap dan
menyajikan setiap menu berurutan dari menu pembuka sampai penutup.
Biasanya rumah makan ini sangat berhubungan dengan hotel.
3) Coffee Shop adalah tempat makan dan minum yang menyuguhkan suasana
santai dan biasanya menyuguhkan racikan kopi sebagai menu special di luar
makanan-makanan kecil atau makanan siap saji.
4) Cafetaria merupakan tempat makan dan minum yang terbatas yaitu hanya
menyajikan roti atau sandwitch serta minuman-minuman ringan yang tidak
beralkohol, biasanya erat hubungannya dengan kantor.
5) Canteen adalah tempat makan dan minum yang menyajikan berbagai
makanan – makanan instan dengan harga yang terbilang terjangkau.
6) Continental Restaurant adalah rumah makan yang memberikan kebebasan
bagi pengunjungnya untuk memilih dan mengiris makanan yang dipesannya
sendiri.
21
5. Pendapatan
a. Pengertian Pendapatan
Dalam menjalankan usaha pendapatan atau omset sebagai unsur penting
dimana untuk mengetahui laporan keuangan dari perusahaan, manajemen
perusahaan tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan yang diterima
dalam suatu periode akutansi yang di akui sesuai dengan prinsip-prinsip yang
berlaku umum. Kata lain pendapatan terdiri dari arus masuk bruto dimana
manfaat ekonomi yang diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah
yang ditagih untuk atau atas nama pihak ketiga merupakan bukan pendapatan
disebabkan tidak menghasilkan manfaat ekonomi bagi perusahaan yang mana
tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas. Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi
yang timbul akibat aktivitas ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
perusahaan selama sesuai periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang bukan berasal dari konstribusi penanaman modal disebut
pendapatan Sedangkan pendapatan menurut Munandar (2006) mengatakan
pendapatan adalah suatu pertambahan asset atas yang mengakibatkan
bertambahnya owners equity, tetapi bukan karena pertambahan modal baru dari
pemiliknya atau pertambahan asset yang dikarenakan bertambahnya liabilities.
b. Konsep Pendapatan
Menurut Standart Akuntansi Keuangan (SAK) PSAK no. 25 yang perlu
digaris bawahi dalam pendekatan arus keluar adalah “bahwa pendapatan
diperoleh dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa atau kegiatan
utama lainnya perusahaan dimana didalamnya tersirat bahwa produk tersebut
harus meninggalkan perusahaan”. Konsep dasar pendapatan adalah pendapatan
sebagai proses arus, yaitu penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan selama
jarak waktu tertentu.
22
c. Pengukuran Pendapatan
Ada dua hal pendapatan yang perlu diperhatikan karena yang dijadikan acuan
atau yang diakui yaitu pengukuran dari pendapatan menggunakan satuan atau
ukuran moneter dan penetapan waktu bahwa pendapatan tersebut dapat
dilaporkan sebagai pendapatan. Ikatan Akuntan Indonesia (2002) memberikan
peraturan terkait pengukuran pendapatan yang dinyatakan dalam Standar
Akuntansi Keuangan yang isinya sebagai berikut: “Pendapatan harus diukur
dengan nilai wajar imbalan yang dapat diterima, jumlah pendapatan yang timbul
dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan
pembeli atau pemakai perusahaan tersebut. Jumlah tersebut, diukur dengan nilai
wajar dimana imbalan yang diterima atau yang diterima perusahaan dikurangi
jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan”.
d. Pendapatan Usaha Kecil dan Menengah
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan usaha yang dimiliki
perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro
yang sudah diatur dalam undang-undang. Dengan adanya UMKM menjadikan
peningkatan lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan didaerah khususnya
perdesaan sehingga UMKM memiliki peran yang sangat penting untuk Indonesia
yang masih dalam katagori Negara berkembnag. Menurut Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah menyatakan :
1) Usaha Mikro adalah usaha milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang produktif dengan memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria Usaha Mikro
adalah sebagai berikut: Pertama memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan
Memiliki hasil penjualan tahunan palingbanyak Rp300.000.000,00.
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: Pertama memiliki
23
kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Kedua memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00
sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai
berikut: Pertama memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00
sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha. Kedua memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp 2.500.000.000,00 sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00.
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas
tenaga kerja yaitu: Usaha Rumah tangga mempunyai: 1-5 tenaga kerja, Usaha
Kecil: 6-19 tenaga kerja, Usaha menengah: 20-99 tenaga kerja, Usaha besar:
lebih dari 100 tenaga kerja. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
316/KMK.016/1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan
usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset
per tahun dengan nilai paling tinggi Rp 600.000.000 atau aset/aktiva paling
tinggi Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang di tempati) terdiri dari :
pertama badan usaha (PT, CV, Fa, dan koperasi) dan kedua perorangan
(pengrajin/industri rumah 7 tangga, petani, peternak, nelayan, penambang,
perambah hutan, pedagang barang dan jasa).
24
6. Pengertian Tenaga Kerja
Didalam Undang-Undang terbaru tentang ketenagakerjaan yaitu Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja juga memberikan
pengertian tentang tenaga kerja yang terdapat dalam Pasal 1 angka 2 bahwa
tenaga kerja yaitu setiap orang yang mampu melaksanakan/melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja tersebut sudah disempurnakan,
pengertian tentang tenaga kerja dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1969
tentang Ketentuan Pokok Ketenagakerjaan. Menurut Dumairy (2010) yang
tergolong sebagai tenaga kerja adalah “penduduk yang mempunyai umur didalam
batas usia kerja sedangkan tujuan dari pemilihan batas umur tersebut, supaya
definisi yang diberikan sedapat mungkin menggambarkan kenyataan yang
sebenarnya”. Batasan umur tenaga kerja yang berbeda karena situasi tenaga kerja
pada masing-masing negara juga berbeda maka setiap negara memiliki batasan
umur yang berbeda, sehingga batasan usia kerja antar negara menjadi tidak sama.
Di Indonesia, menurut Dinas Tenaga Kerja (Disnaker 2007) batas umur minimal
untuk tenaga kerja yaitu 15 (lima belas) tahun tanpa batas maksimal, dengan
demikian dapat diartikan tenaga kerja yaitu penduduk yang berusia 15 tahun atau
lebih. Menurut Simanjuntak (2011) “tenaga kerja mencakup penduduk yang
sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan
kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pencari kerja,
bersekolah, dan mengurus rumah tangga walaupun tidak bekerja, tetapi secara
fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja”.
Pengertian tentang tenaga kerja yang lebih luas dari pekerja/buruh
dikemukakan oleh Dr. Payaman Simanjuntak yaitu: Tenaga kerja/buruh yang
sedang bekerja atau tenega kerja yang belum bekerja merupakan cakupan dari
pengertian tenaga kerja. Sedangkan pengertian dari pekerja/buruh merupakan
setiap orang yang bekerja dengan memperoleh upah atau imbalan dalam bentuk
25
lain. Pekerja atau buruh kata lain dari tenaga kerja yang sedang atau dalam ikatan
hubungan kerja. Mulyadi (2003) menyatakan bahwa tenaga kerja adalah
penduduk dalam usia produktif dimana berada dalam usia kerja (berusia 15-64
tahun) atau jumlah penduduk dalam suatu negara yang siap berpartisipasi dalam
aktifitas untuk dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap
tenaga kerja mereka. Sukirno (2006) dilihat dari segi keahlian dan
pendidikannya, tenaga kerja dibedakan atas tiga golongan yaitu:
1) Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang kurang berpendidikan dan
tidak memiliki keahlian dalam suatu pekerjaan.
2) Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki kelebihan dalam
keahlian diperoleh dari pelatihan atau pengalaman kerja.
3) Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan cukup
tinggi dan ahli dalam bidang ilmu tertentu. Tenaga kerja merupakan istilah
yang identik dengan istilah personalia atau sumber daya manusia, di
dalamnya meliputi buruh. Buruh yang dimaksud yaitu mereka yang
bekerja pada usaha perorangan serta imbalan yang berikan secara harian
atau borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, biasanya
imbalan kerja tersebut diberikan secara harian (Siswanto, 2011).
7. Pengertian Promosi
Dalam kondisi persaingan di suatu usaha perlu adanya daya tarik terhadap
konsumen dan menjadikannya pelanggan. Banyaknya perilaku pelanggan yang
tidak rasional dan minimnya informasi jenis produk yang diferensial dalam
kondisi demikian kegiatan promosi merupakan suatu keseharusan. Bagi
perusahaan untuk membantu konsumen mengetahui lebih dalam dari produk
bagi perusahaan haru menghimbau atau membujuk konsumen dalam proses
keputusan pembelian dengan promosi tersebut. Menurut Dharmesta (2012),
“pengertian promosi yaitu informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk
mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan
26
pertukaran dalam pemasaran”. Sedangkan menurut Buchari Alma (2016) yaitu :
Promosi itu adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan yang
menyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa. Dari pengertian promosi
di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan promosi adalah suatu kegiatan
komunikasi antara penjual untuk mempengaruhi pembeli mengenai keberadaan
produk dan jasa, menyakinkan, membujuk dan meningkatkan kembali produk
atau jasa tersebut sehingga mempengaruhi sikap dan perilaku yang mendorong
kepada pertukaran dalam pemasaran.
a. Bauran Promosi
27
mempengaruhi.
4) Hubungan Masyarakat (Public Relation)
b. Promosi Penjualan
28
Dalam mempengaruhi perhatian konsumen perlu adanya promosi penjualan,
dengan memberi suatu informasi yang akan membawa konsumen untuk membeli
produk tersebut. Menurut Kotler dan Keller (2007) pengelompokan untuk jenis
promosi penjualan merupakan sebagai alat yang menawarkan insentif pada
pembeli dan terdiri atas:
1) Promosi konsumen (consumer promotion) adalah upaya mendorong
pembelian unit-unit yang lebih besar, menciptakan pengujian produk di
antara pemakai, dan menarik orang beralih merek dari peasaing. Biasanya
alat yang di gunakan seperti kupon, sample, cash back, potongan harga,
hadiah, premi, kontes, peragaan, stiker.
2) Promosi dagang (trade promotion) adalah upaya membujuk pengecer
untuk menjual produk baru dan mempunyai tingkat persediaan dan
mendorong pembelian di luar musim. Alat yang digunakan seperti hadiah
barang, jaminan pembelian, iklan bersama, kerja sama iklan dan
pengembalian uang, pemajangan, kontes penjualan para penyalur.
3) Promosi wiraniaga (sales force promotion) adalah upaya mendorong
dukungan terhadap produk atau model baru dan mendorong pencarian
calon pelanggan yang lebih banyak. Alat yang digunakan seperti
memberi bonus, kontes dan kereta penjualan.
c. Tujuan Promosi Penjualan
29
1) Menarik para pembeli baru.
2) Undangan:
Menurut Kotler and Keller yang diterjemahkan oleh Benyamin Molan (2007)
“promosi penjualan mempunyai beberapa kekuatan sebagai alat promosi yaitu
promosi penjualan memungkinkan produsen menyesuaikan diri dengan variasi
30
penawaran dan permintaan jangka pendek”. Promosi penjualan memungkinkan
produsen menguji seberapa tinggi harga produk yang ditawarkan, karena mereka
dapat sewaktu-waktu menggunakan diskon. Promosi penjualan berupaya untuk
mengajak konsumen mencoba produk baru yang dimiliki perusahaan tersebut.
Promosi penjualan menghasilkan format eceran yang lebih berbeda, seperti toko
dengan harga murah setiap-hari dan toko dengan promosi. Promosi penjualan
memungkinkan produsen menjual produk lebih dari pada yang biasanya mereka
jual saat harga normal. Untuk membantu produsen menyesuaikan program-
program dengan segmen konsumen yang berbeda-beda maka perlu
menggunakan promosi penjualan. Pada akhirnya konsumen juga menikmati atau
memiliki suatu kepuasan karena mereka menjadi pembeli yang cerdas ketika
mereka memanfaatkan harga khusus. Sedangkan kelemahan dari promosi
penjualan yaitu penjualan dengan potongan harga, cash back, kesepakatan,
hadiah tanpa berhenti-hentinya akan menurunkan nilai tawaran produk tersebut
dalam benak konsumen.
f. Alat-alat Promosi Penjualan
Menurut Kotler & Keller yang dialihbahasakan oleh Benyamin Molan (2007),
menyatakan alat-alat promosi sebagai berikut:
1. Sampel contoh
Percobaan produk gratis kepada konsumen diharapkan mereka menyukai
produk tersebut dan pada akhirnya melakukan pembelian ulang.
2. Diskon
Pengurangan langsung dari harga normal barang tertentu pada pembelian
selama suatu periode yang dinyatakan.
3. Undian
Mengajak konsumen untuk mengumpulkan nama mereka untuk diundi.
4. Kemasan harga khusus atau paket harga.
Adanya potongan harga lebih rendah dibandingkan dengan harga biasa
kepada konsumen yang diterapkan pada label atau bungkus produk.
31
5. Hadiah
Barang yang ditawarkan secara cuma-cuma atau gratis sebagai insentif atas
peembelian suatu produk.
6. Demonstrasi
Yaitu pertunjukan yang ditampilkan terbuka kepada konsumen hal ini
dilakukan untuk menunjukan atau membuktikan keefektifan, cara
menggunakan produk dan kelebihan dari produk tersebut.
7. Tawaran uang kembali
Pengembalian uang kembali atau cash back yaitu pengembalian uang
kepada konsumen terhadap produk yang sudah dibelinya berdasarkan
kesepakatan.
32
8. Keterkaitan Variabel
a. Hubungan pembangunan infrastruktur jalan tol terhadap pendapatan pada
perdagangan dan rumah makan
Infrastruktur jalan tol merupakan salah satu penunjang masyarakat dalam
pemenuhan kegiatan perekonomiannya, selain itu tujuan dari pembangunan jalan
tol ialah agar masyarakat dapat menjangkau kegiatan ekonomi, sosial dan budaya
dan kegiatan lainnya dengan lebih mudah. Berbicara tentang perekonomian
bangsa yang dapat meningkat karena pembangunan infrastruktur jalan tol, di sisi
lain faktor pembangunan jalan tol juga memiliki dampak negatif misal
diantaranya dalam sektor ekonomi, Economic Development Research Group
(2004) melakukan dalam penelitian I-70 di Columbia, Missouri adanya dampak
ekonomi yang secara langsung maupun tidak langsung tidak langsung, kerugian
bisnis dari adanya jalan baru, sehingga mengakibatkan pengurangan pendapatan
tenaga kerja kerugian; dan pengurangan penjualan, hunian hotel, dan pendapatan
pajak. Sehingga perdagangan dan rumah makan di sekitar jalur pantura yang
mana terancam mengalami penurunan pendapatan akibat sepinya pengunjung
tidak lain karena para pengguna jalan lebih memilih jalan tol sebagai jalan utama
menuju Jakarta–Brebes dan sebaliknya.
33
adanya jalan tol Cikopo-Pemalang. Sepinya pengguna jalan mengakibatkan
usaha promosi perlu extra untuk mencapai target penjualan.
34
B. Penelitian Terdahulu
Dalam penyusunan proposal skripsi ini, penulis juga menelusuri karya ilmiah
yang relevan dengan dampak pembangunan jalan tol dari berbagai sudut
pandang. Akhirnya penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang relevan.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No Nama, Judul, Tahun Metode Persamaan Perbedaan
1. Terry L. Clower and Bernard L. Desktiptif Dampak dari Lokasi
Weinstein IMPACTS OF TOLL
ROADS ON THE REGIONAL adanya jalan tol penelitian
ECONOMY: dalam ekonomi dilakukan di
SUGGESTED MEASURES 2006
regional Texas AS
2. M. Roziqin Herianto, Dampak Kualitatif Dampak dari Jalan lingkar
Pembangunan Jalan Lingkar a. Observasi jalan tol selatan non tol
Selatan Salatiga terhadap b. Wawancara terhadap usaha
Perkembangan UKM di sekitar kecil mikro
Jalan Lingkar Selatan Salatiga,
2012
35
ekonomi yang
ada dimasyarakat
seperti mata
pencaharian dan
pendapatan.
C. Kerangka Berfikir
Suatu Negara memerlukan peningkatan dalam berbagai aspek, misalnya
peningkatan pada pembangunan infrastrukur yang mana menjadi salah satu tolak
ukur suatu negara untuk menyeimbangkan kebutuhan dan kepentingan
masyarakat didalamnya yang terus menerus meningkat.
Pembangunan infrastruktur salah satunya ialah dengan meneruskan kembali
pembangunan jalan tol yang mana diharapkan dengan pembangunan jalan tol
36
tersebut proses distribusi menjadi lebih efektif dan efisien. Pembangunan jalan
tol yang baru-baru ini di resmikan ialah jalan tol Pejagan-Pemalang yaitu jalan
lintas jawa yang menghubungkan Jakarta hingga Jawa Tengah, dan dapat
mempermudah distribusi barang dan jasa di antar daerah tersebut, adanya jalan
tol ini dianggap lebih efisien dibandingkan jalur pantai utara dan sebagai langkah
untuk menjadikan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.
Perekonomian merupakan sistem yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi
dari para pelaku ekonomi dan kegiatan antar sektor yang ada di wilayah tersebut.
Salah satu pelaku ekonomi akan memberikan dampak keterkaitan langsung
maupun tidak langsung terhadap perekonomian secara menyeluruh ketika pelaku
ekonomi melakukan perubahan aktivitas. Pembanguan jalan tol Cikopo - Pejagan
menimbulkan beberapa dampak sistem perekonomian pada masyarakat di
sepanjang jalur Pantai Utara terkhusus sektor perdagangan dan rumah makan
dengan spesifikasi masalah yakni; Pendapatan, Tenga Kerja dan Promosi, perlu
adanya analisa lebih lanjut untuk mengetahui masalah yang di timbulkan akibat
adanya pembangunan infrastruktur berupa jalan tol tersebut, yang mana
pembahasan tersebut menjadi topik utama dalam penelitian ini.
Dengan menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif dan
kuantitatif (campuran), diharapkan mampu menjelaskan masalah dari fenomena
yang terjadi. Berangkat dari pemilihan materi kajian mengenai dampak
pembangunan jalan tol Pejagan-Pemalang terhadap kinerja perekonomian
Kabupaten Brebes dengan melihat melalui dua sisi perekonomian wilayah yaitu
Perdagangan dan Rumah Makan.
37
Pembangunan jalan tol Cikopo - Pejagan
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Kriteria penelitian sampel untuk rumah makan adalah pemilik atau pegawai
yang bekerja di rumah makan yang terdiri dari rumah makan kendaraan pribadi,
bus dan truck. Dimana masing-masing rumah makan memiliki luas tanah untuk
rumah makan mobil pribadi minimal 1000M2, rumah makan bus minimal
memiliki luas tanah 10.000M2 dan rumah makan truck memiliki luas tanah
minimal 8000M2 . Selain itu, kriteria pemilik atau pegawai adalah sudah bekerja
minimal sejak tahun 2014. Dasar pertimbangan ini adalah pemilik atau pegawai
dapat mengetahui adanya perubahan semenjak sebelum dan sesudah adanya
jalan tol. Selanjutnya yaitu masing-masing kategori rumah makan memiliki jarak
minimal 15KM untuk arah barat maupun arah timur dalam jalur pantai utara. Hal
ini di harapkan sumber informasi memiliki varian yang berbeda dari sampel
sebelumnya. Untuk kriteria perdagangan sendiri yaitu makanan khas daerah
yang di dagangkan. Hal ini dipertimbangkan setiap daerah memiliki ciri khas
makanan yang berbeda beda dan menjadikan salah satu daya tarik konsumen
untuk membawa buah tangan ketika berada didaerah tersebut.
39
B. Metode Penentuan Sampel
Pengertian populasi menurut Sugiyono (2017) adalah “wilayah generalisasi
yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakterisrik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Populasi dalam Penelitian ini yaitu pedagang dan pemilik
rumah makan yang berada di jalur pantura di kabupaten Indramayu, Cirebon dan
Brebes.
40
peneliti bahwa pihak yang sesuai dengan batasan pengambilan sampel untuk
dijadikan sampel penelitian.
Pada tahap ini, pengumpulan data adalah hal terpenting dalam suatu
penelitian, karena bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan
berkaitan dengan masalah penelitian..
1. Data Primer
Data yang didapatkan oleh peneliti secara langsung dan dalam waktu yang
berdekatan agar tidak adanya kesenjangan dalam hasil penelitian. Data primer
dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan angket. Data
yang diperlukan dalan penelitian ini dikumpulkan dengan beberapa teknik
diantaranya menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Wawancara
Pengertian wawancara adalah metode yang digunakan untuk memperoleh
informasi secara langsung, mendalam terstruktur, dan individual”. Jadi
peneliti melakukan wawancara kepada pemilik atau pegawai dari usaha
rumah makan dan pedagang oleh-oleh yang berada disepanjang jalur pantai
utara sebagai informan narasumber karena menguasai permasalahan dan
bersedia memberikan informasi yang dipilih berdasarkan batasan sampel
yang telah ditentukan atas pembangunan jalan tol Cikopo-Pemalang.
b. Observasi
41
dilakukan untuk mencatat keadaan rumah makan, perdagangan oleh-oleh dan
jalan yang ada di jalur Pantai Utara atas adanya pembangunan jalan tol
Cikopo-Pemalang.
c. Angket
Menurut Sugiyono kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan peneliti dengan cara memberi seperangkat/kertas yang
didalamnya terdapat pertanyaan untuk menjawab pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Menurut Sukardi (2014), mengemukakan
bahwa angket adalah “kumpulan pertanyaan yang berkaitan erat dengan
masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun dan disebarkan ke
responden untuk memperoleh informasi dari responden yang berada
dilapangan”. Dari pernyataan di atas, angket adalah suatu daftar pertanyaan
atau pernyataan tertulis yang diberikan kepada seseorang untuk memperoleh
informasi di lapangan. Angket ini di sebar ke pemilik usaha atau pegawai
dari rumah makan dan pedagang oleh-oleh yang berkaitan dengan jalan tol
Cikopo-Pemalang.
2. Data Sekunder
a. Penelitian Lapangan
b. Studi kepustakaan
Formulasi dari RPs dan RPr yang merupakan penurunan dari persamaan
sebagai berikut (Yusuf, 1999):
E E
Pij iR
R
ER(t ) E
ij (t ) (1)
EiR(t )
43
Pij EiR ER(t ) ER EiR(t )
(2)
Eij (t ) EiR(t ) ER(t ) EiR(t ) ER(t )
EiR
ER (t ) Pij EtR ER(t ) EiR(t )
1 (4)
ER Eij (t ) EtR(t ) ER ER
ER(t ) EiR
E
Rasio Per umbuhan Wilayah Referensi (RPr) = iR(t ) (5)
ER
ER(t )
E E
Dij ij
E iR (6)
E iR(t ) E
ij (t ) ij (t )
EiRE ij(t ) (7)
Dij Eij EiR(t )
Eij
E E Eij (t )
1 iR iR(t )
EiR(t ) Dij
(9)
EiR Eij (t ) EiR(t ) Eij EiR
EiR(t )
Eij
E
Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) iR(t ) (10)
ER
ER(t )
44
Dimana :
Eij = Eij,t – Eij (11)
ER =ER,t – ER (13)
∆Eij : Perubahan PDRB kategori (subkategori) i di Kabupaten
Eij,t : PDRB kategori (subkatgori) i di Kabupaten pada tahun akhir analisis
∆EiR Perubahan PDRB kategori (subkategori) i di Provinsi
EiR,t : PDRB kategori (subkategori) i di Provinsi pada tahun akhir analisis
∆ER: Perubahan PDRB Provinsi
ER,t : Total PDRB tahun akhir analisis di Provinsi
Mij : Perubahan PDRB kategori (subkategori) i di Kabupaten yang disebabkan
oleh pengaruh pertumbuhan kategori (subkategori) i di Provinsi
Cij : Perubahan PDRB kategori (subkategori) i di Kabupaten yang disebabkan
oleh keunggulan kompetitif kategori (subkategori) i di Kabupaten.
46
1) Menentukan Kelas Interval
Jumlah kelas interval dapat dihitung dengan rumus Sturges,
yaitu :
K = 1 + 3,3 log n
Keterangan:
K = Jumlah kelas interval
n = Jumlah data observasi
log = Logaritma
Lalu interval kelas dapat dicari sebagai berikut
K=R/i i=
R/k
Keterangan
K= Jumlah Interval kelas
I= Besar interval kelas
R=Range
2) Grafik Batang
Grafik batang dibuat berdasarkan data frekuensi dan kelas interval
yang akan ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi.
E. Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Jalan tol
Jalan tol yaitu jalan bebas hambatan yang digunakan oleh kendaraan
beroda empat atau lebih. Jalan tol ini bertujuan untuk mempercepat alur
distribusi. Jalan tol yang dijadikan objek penelitan ini yaitu jalan tol Cikopo-
Pemalang dimana pintu masuk tol di Cikopo dan pintu keluar di Brebes
Timur.
47
2. Rumah Makan
Rumah makan yaitu tempat yang dikomersilkan yang menyediakan atau
pelayanan makanan dan minum. Rumah makan yang dijadikan objek peneliti
yaitu yang berada disepanjang jalur pantai utara di tiga kabupaten yaitu
Indramayu,Cirebon dan Brebes
3. Perdagangan
Perdagangan disini yang dijadikan variabel penelitian yaitu perdagangan
yang menjual barang atau makanan yang menjadikan tradisi di masing-
masing daerah yang berada diruas jalan pantai utara di Kabupaten
Indramayu, Cirebon dan Brebes.
4. Pendapatan
Pendapatan disini yang dimaksud yaitu pendapatan atau omset yang
diperoleh selama satu bulan. Sebagian besar usaha yang ada di sepanjang
ruas jalan pantai utara termasuk UMKM sehingga pendapatan atau omset ini
disesuaikan dengan standar pendapatan yang diterima UMKM.
5. Promosi
Promosi yaitu sebuah persuasi atau anjuran dari pemilik atau pegawai
usaha untuk menarik konsumen. Peneliti disini membagi bentuk promosi
yaitu: pasang iklan atau reklame di ruas jalan, potongan harga dan
kerjasama.
6. Tenaga Kerja
Tenaga kerja ini sebagai kriteria dalam pengembangan atau penyerapan
tenaga kerja dalam UMKM di daerah khususnya di kabupaten Indramayu,
Cirebon dan Brebes atas dampak dari pembangunan jalan tol Cikopo-
Pemalang.
7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto yaitu jumlah nilai keseluruhan baik jasa
ataupun barang yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam
satu tahun. PDRB sebagi indikator yang digunakan untuk mengetahui
48
perekonomian suatu daerah dengan atas dasar konstan. PDRB yang
digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga konstan tahun
2010.
8. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran
Sektor perdagangan dan Eceran adalah sektor yang mewakili dari
perdagangan oleh-oleh yang berada diruas jalan pantai utara untuk
berkontribusi dalam PDRB.
9. Sektor penyedian akomodasi dan makan minum
Sektor penyedian akomodasi dan makan minum adalah sektor yang
mewakili dari rumah yang berada diruas jalan pantai utara untuk
berkontribusi dalam PDRB.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang akan dijadikan penelitian ini berada di tiga Kabupaten yaitu
Indramayu, Cirebon dan Brebes dimana berada di utara pulau jawa. Sebelum
diresmikannya jalan tol Cipali hingga Pemalang wilayah pantura ini merupakan
jalur yang biasa dilewati pengendara dari arah barat ke timur maupun
sebaliknya. Daerah yang diteliti yaitu sepanjang jalur pantura di Indramayu,
Cirebon dan Brebes.
Gambar 4. 1
Jalan Tol Cikopo-Pejagan
Jalur Tol Cikopo hingga Pemalang melewati dua provinsi yaitu Jawa Barat
dan Jawa Tengah. Jalur ini mempersingkat jarak tempuh untuk menghubung dua
Provinsi tersebut. Daerah yang dilewati jalur Tol Cikopo–Pemalang yaitu
Kabupaten Indramayu, Cirebon dan Brebes. Ketiga Kabupaten tersebut menjadi
50
lokasi penelitian dan jalur Tol ini direncanakan sebagai jalur Nasional dalam
pulau jawa guna menghubungkan Banten hingga Surabaya. Gambar 4.1
menunjukan Jalur Cikopo–Palimana, Palimanan–Kanci dan Kanci–Pejagan.
Gambar 4. 2
Lokasi Penelitian Jalur Pantai Utara
51
2. Kondisi Umum Responden
Tabel 4. 1
Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin di Daerah Penelitian
NO Jenis Kelamin Responden
Jumlah Persentase
1 Laki-laki 13 41,9%
2 Perempuan 18 58,1%
Total 31 100%
Sumber: Data angket penelitian 2018
Data jumlah responden menurut jenis kelamin yang sesuai dengan kriteria sampel
di deretan jalur Pantai Utara (pantura) dari Indrmayu hingga Brebes yaitu 3 orang
yang terdiri dari 13 orang responden laki-laki atau 41,9% dan 18 orang responden
perempuan atau 58,1%.
Tabel 4. 2
Jumlah Responden Menurut Posisi
NO SELAKU Kabupaten
Indramayu Cirebon Brebes Jumlah
1 Pegawai 2 2 3 7
2 Pemilik 8 8 8 24
Total 10 10 11 31
Sumber : Data angket penelitian 2018
52
Jumlah responden menurut posisi atau bagian di masing-masing rumah makan
dan perdagangan oleh-oleh di sepanjang jalur pantai utara dari Indramayu sampai
Brebes yaitu sebanyak 31 orang. Dalam persentase terdiri dari responden
sebagai pemilik dari usaha yaitu sebesar 77% dan sisanya sebagai pegawai
dengan jumlah persentase 23%. Jumlah responden menurut posisi atau bagian di
masing-masing rumah makan dan perdagangan oleh-oleh ditunjukan pada grafik
4.1.
Grafik 4.1
Posisi Responden
Selaku
Grafik 4. 1
Posisi Responden
Pegawai
23%
Pemilik
77%
53
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Observasi
Pada penelitian di lapangan peneliti melakukan pengamatan secara langsung.
Hasil pengamatan ini untuk dijadikan tambahan data dalam menjawab pada
rumusan masalah di bab satu. Data observasi tersebut terbagi menjadi beberapa
hal yang di amati, yaitu rumah makan di sepanjang jalur pantura Indramayu-
Brebes, Perdagangan di sepanjang jalur pantura Indramayu-Brebes, dan jalan
utama pantai utara yang menghubungkan kabupaten Indramayu sampai Brebes.
a. Rumah Makan
Rumah makan yang peneliti amati berada di pinggir jalur pantura baik dari
arah barat ataupu timur. Rumah makan yang peneliti amati juga memiliki kriteria
yang sudah dijelaskan di bab tiga. Keadaan usaha rumah makan di jalur pantura
khususnya wilayah Indramayu, Cirebon dan Brebes memiliki dampak yang
berbeda-beda dari adanya jalan tol. Kabupaten Indramayu merupakan wilayah
yang paling besar dampaknya dari adanyanya jalan tol Cikopo-Pemalang dimana
peneliti lebih sering melihat rumah makan yang tutup atau disegel dibandingkan
rumah makan yang masih buka, sekalipun terdapat rumah makan yang masih
buka kondisi dari rumah makan itu terbilang sepi dan dalam penyajian
makanannya terbatas. Semua jenis rumah makan yang ada di Indramayu sepi
baik jenis rumah makan untuk mobil pribadi, bus ataupun truck. Berbeda dengan
Indramayu, untuk kabupaten Cirebon usaha rumah makan masih ramai karena
mengingat jalan tol yang sudah ada di kabupaten Cirebon sejak tahun 1998.
Pengusaha sudah memahami kondisi ini sehingga rumah makan di kabupaten
Cirebon lebih memilih masyarakat sekitar sebagai objek konsumen khususnya
rumah makan mobil pribadi. Jenis rumah makan bus dan truck masih terbilang
ramai dibandingkan kabupaten Indramayu. Kondisi rumah makan di kabupaten
Brebes saat peneliti melakukan pengamatan sedikitnya pengunjung yang singgah
diberbagai jenis rumah makan baik untuk mobil pribadi bus dan truck, namun hal
ini tidak separah rumah makan yang ada di kabupaten Indramayu. Keterkaitan
54
dengan rumusan masalah peneliti, bahwa kondisi saat ini rumah makan yang
berada di tiga kabupaten, dua diantaranya kabupaten Indramayu dan Brebes
menurun akibat adanya jalan tol dimana pengguna jalan yang biasanya melewati
jalur pantura sehingga konsumsi di rumah makan yang dilakukan di sekitaran
pantura beralih ke jalan tol dan mengakibatkan penurunan konsumen rumah
makan di jalan pantura.
Gambar 4. 3
Rumah Makan Yang Tutup
55
peneliti, bahwa kondisi saat ini perdagangan oleh-oleh yang berada di tiga
kabupaten menurun akibat adanya jalan tol dimana pengguna jalan yang biasanya
melewati jalur pantura sehingga membeli oleh-oleh di sekitaran pantura beralih
ke jalan tol dan mengakibatkan penurunan komsumen pedagang oleh-oleh di
jalan pantura.
Gambar 4. 4
Perdagangan Oleh-oleh
2. Hasil Angket
57
a. Lama Usaha
Peneliti mendapatkan sampel sebanyak 31 responden sebagai sampel dimana
sudah ditentukan kriteria minimal dalam lama berdiri yaitu pada tahun 2014 guna
melihat dampak dari adanya jalan tol yang difungsikan pada tahun 2015.
Grafik 4. 2
Lama Berdiri
Dalam grafik 4.2 menunjukkan lama berdiri dari responden dimana pengusaha
yang sedikit sebagai responden berdiri selama 4-7 tahun sebanyak 3 responden
atau 9.7%, sedangkan pengusaha yang terbanyak sebagai responden berdiri
selama 16-19 tahun sebanyak 12 responden atau 38.7%. Responden yang sudah
membangun usahanya lebih lama cenderum bertahan menghadapi situasi dan
berharap agar bisa mebaik menurut salah satu sumber responden mengatakan hal
tersebut.
b. Sifat Usaha
Dalam melakukan wawancara peneliti menanyakan sifat usaha yang dimiliki
pengusaha dimana ada dua pilihan jawaban yaitu individu atau perorangan dan
kerjasama. Peneliti menanyakan hal tersebut untuk mengetahui status
kepemilikan usaha yang sedang berjalan.
58
Grafik 4. 3
Sifat Usaha
Sifat Usaha
100
80
Persentase
60
40
20
0
Kerjasama Individu
Persentase 12.9 87.1
c. Tempat Usaha
Kali ini peneliti ingin mengetahui status tempat usaha dari masing-masing
pengusaha baik milik pribadi atupun sewa. Pengusaha yang memimiliki tempat
pribadi ataupun menyewa dapat dilihat pada grafik 4.4 pengusaha yang memiliki
pribadi tempat usahanya sebesar 80.6% dan sisanya sewa sebesar 19.4% .
59
Grafik 4. 4
Tempat Usaha
Tempat Usaha
100
80
Persentase
60
40
20
0
Sewa Pribadi
Persentase 19.4 80.6
d. Pekerjaan Sampingan
Data responden tentang pekerjaan sampingan merupakan data dari responden
tentang pekerjaan sampingan mereka selama ini. Responden yang memiliki
pekerjaan sampingan selain memiliki usaha di jalur pantura sebanyak 25.8% atau
8 dari 31 responden. Semua responden yang memiliki pekerjaan sampingan
dimana sampingannya sebagai pedagang di lain tempat, 74.2 % tidak memiliki
pekerjaan sampingan hanya bergantung terhadap usaha yang sudah di bangun di
sepanjang jalur pantura.
60
Grafik 4. 5
Pekerjaan Sampingan
Pekerjaan Sampingan
80
60
Persentase
40
20
0
Ada Tidak Ada
Persentase 25.8 74.2
e. Jenis Usaha
Data responden tentang jenis usaha merupakan data dari responden tentang
jenis usaha mereka saat dilakukan pengambilan data oleh peneliti. Peneliti
membagi kedalam beberapa macam jenis usaha yang menjadi sempel yaitu
Rumah makan mobil pribadi, rumah makan bus, rumah makan truck dan
penjualan oleh-oleh yang sudah ada kriterianya masing-masing untuk dijadikan
sempel. Data jenis usaha tersaji dalam grafik 4.6
61
Grafik 4. 6
Jenis Usaha
Jenis Usaha
35
30
Persentase 25
20
15
10
5
0
Rumah Rumah Rumah Penjual
Makan Makan Makan Oleh-
Pribadi Bus Truck Oleh
Persentase 32.3 16.1 29 22.6
f. Sumber Barang
Jumlah responden menurut sumber barang yang diperoleh di tunjukan pada
grafik 4.7 jumlah responden yang mendapatkan barang yang diproduksi untuk
dijual kembali sebanyak 77.4% berasal dari pasar atau 24 responden yang di
moyoritasi pengusaha rumah makan. Sebaliknya yang memperoleh barang dari
supplier sebanyak 22.6% atau 7 responden dan di moyoritasi oleh pengusaha
oleh-oleh
62
Grafik 4. 7
Sumber Barang
Sumber Barang
80
60
Persentase
40
20
0
Pasar Supplier
Persantase 77.4 22.6
g. Asal Modal
Asal modal yang menjadi responden dalam penelitian ini beragam, peneliti
membagi kedalam beberapa jawaban asal modal yaitu asal modal dari pinjaman,
tabungan, warisan dan lain-lain. Asal modal tersebut ditunjukkan pada grafik 4.8
dengan adanya asal modal peneliti ingin mengetahui berasal dari mana modalnya
berasal untuk membangun usaha.
63
Grafik 4. 8
Asal Modal
Asal Modal
50
40
Persentase
30
20
10
0
Pinjaman Tabungan Warisan Lain-lain
Persentase 41.9 19.4 6.5 32.3
Dari grafik 4.8 diatas asal modal yang diperoleh responden yaitu berasal dari
pinjaman berada paling banyak yaitu sebesar 41.9 persen atau 13 responden.
Tabungan yang dimiliki responden sebagai asal modal pertama untuk
membangun usaha sebanyak 6 responden atau dengan persentase sebesar 19.4 %.
Warisan berada paling sedikit untuk jawaban responden yang memperoleh
warisan sebagai modal awal untuk membuka usaha yaitu sebesar 6.5% atau
hanya dua responden yang menjawab warisan sebagai asal modal awal yang di
peroleh dan lain-lain berada di posisi kedua yaitu sebesar 32.3% atau 10
responden. Responden yang menjawab lain-lain disebabkan karena ketidaktauan
asal modal yang diperoleh karena sebagian mereka hanya sebagai pegawai.
h. Modal Usaha
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2016 membuat
peraturan untuk perubahan syarat minimum modal usaha perseroan terbatas
khusus untuk UKM. Sebelum ada PP No 29, pengusaha dibebankan dengan
syarat minimum modal usaha sebsar 50.000.000, dengan adanya peraturan ini
64
pengusaha dibebaskan untuk menentukan modal usahanya. Maka peneliti
menentukan 4 kategori modal usaha dari kurang dari Rp 50.000.000 sampai Rp
10.000.000.000 sesuai dengan 3 kelompok besar pertama adalah PT dengan skala
usaha kecil harus memiliki modal disetor sebesar kurang dari Rp50.000.000. PT
dengan skala usaha menengah, harus memiliki modal disetor sebesar antara Rp
50 juta-Rp 500 juta dan PT dengan skala usaha besar harus memiliki modal
disetor sebesar Rp 500 juta-Rp10 miliar.
Grafik 4. 9
Modal Usaha
65
i. Pendidikan Terakhir
Peneliti ingin mengetahui pendidikan terakhir dari masing-masing pemilik
usaha, dengan melihat latar belakang pendidikan pemilik usaha. Jumlah
responden menurut tingkat pendidikan di tunjukkan pada grafik 4.10
Grafik 4. 9
Pendidikan Terakhir Pemilik
80
Persentase
60
40
20
0
SD SLTP SLTA SARJANA
(S1/S2)
Persentase 3.2 25.8 61.3 9.7
j. Pendapatan
Tingkat pendapatan bagi responden peneliti mebagi tiga pertanyaan yaitu
sebelum adanya jalan tol, sesudah adanya jalan tol dan saat bulan puasa. Tingkat
pendapatan kotor atau omzet perbulan di tunjukkah dalam grafik 4.11 Pada
66
tingkat pendapatan <Rp10.000.000 dialami hanya saat sesudah adanya jalon tol
dimana responden yang pendapatan dibawah Rp10.000.000 sebesar 6.5%.
Sebelum adanya jaln tol dan saat bulan puasa responden belum pernah
mengalami pendapatan di bawah Rp10.000.000
Pendapatan Rp10.000.000-<Rp30.000.000 setelah adanya jalan tol sebanyak
48.4%, sebelum adanya tol sebesar 6.5% dan saat bulan puasa pendapatan
responden sebesar 38,7% . untuk responden yang berpendapatan Rp30.000.000-
<Rp50.000.000 sesudah adanya tol sebanyak sama dengan saat bulan puasa yaitu
sebesar 29% dan sebelum adanya jalan tol sebesar 19.4%. pendapatan
selanjutnya yaitu Rp50.000.000-<Rp70.000.000 responden yang mengalami
pendapatan tersebut setelah adanya jalan tol hanya sebanyak 6.5%, saat sebelum
adanya tol sebesar 22.6% dan 9.7% saat bulan puasa. Pendapatan Rp70.000.000-
<Rp90.000.000 saat sesudah ada jalan tol responden sebanyak 3.2% , sebelum
adanya jalan tol sebesar 22.6% dan 9.7% pada bulan puasa responden yang
berpendapatan tersebut.
Pendapatan >Rp90.000.000 hanya dialami 6.5% responden setelah adanya
jalan tol saat sebelum adanya jalan tol sebanyak 29% yang memperoleh
pendapatan tersebut dan 12.7% responden berpendapatan tersebut saat bulan
puasa
67
Grafik 4. 10
Pendapatan
Omzet Perbulan
50
Persentase
40
30
20
10
0
< 10.00 30.00 50.00 70.00 >90.0
10.00 0.000 0.000 0.000 0.000 00.00
0.000 - - - - 0
<30.0 <50.0 <70.0 <90.0
00.00 00.00 00.00 00.00
0 0 0 0
Sebelum Ada Tol 0 6.5 19.4 22.6 22.6 29
Sesudah Ada Tol 6.5 48.4 29 6.5 3.2 6.5
*Bulan Puasa 0 38.7 29 9.7 9.7 12.7
Dari grafik diatas menunjukkan penurunan ketika sesudah adanya tol dengan
perbandingan ketika sebelum adanya tol rata-rata responden berpendapatan
>Rp90.000.000 dimana sebesar 29.% responden yang berpendapatan tersebut
dan setelah adanya jalan tol di mayoritasi responden berpendapatan
Rp10.000.000-<Rp30.000.000 seabanyak 48.4%, bahkan sesudahnya adanya
jalan tol terdapat responden yang berpendapatan <Rp10.000.000 dimana saat
bulan puasa dan sebelum adanya jalan tol tidak pernah ada responden yang
berpendapatan kurang dari Rp10.000.000.
k. Promosi
Jumlah responden menurut cara menarik konsumen beragam dapat dilihat
dalam grafik 4.9 responden yang menarik konsumen dengan memasang reklame
sebesar 9.7% atau sebanyak 3 responden. Melakukan kerjasama untuk menarik
konsumen sebanyak 6 responden atau dengan persentase sebesar 19.4%. cara
68
menarik konsumen dengan potongan harga hanya dua responden atau 6.5%
dalam persentase. Mayoritas responden tidak menggunakan cara dalam menarik
konsumen hal ini ditunjukkan atas 20 responden menjawab hal tersebut atau
dengan persentase sebesar 64.5%.
Grafik 4. 12
Cara Menarik Konsumen
Promosi
70
60
Persentase
50
40
30
20
10
0
Pasang Kerjasam Potong a Tidak
Reklame a n Harga Ada
Persenta se 9.7 19.4 6.5 64.5
Dapat diartikan dari hasil yang diperoleh oleh peneliti masih banyak
responden yang tidak melakukan promosi untuk menarik konsumen sedangkan
pendapatan terus menurun. Mayoritas responden berserah diri atau pasrah dengan
keadaan yang ada, walaupun ada beberapa narasumber yang inisiatif mencari
cara untuk menarik konsumen tetapi tidak banyak.
l. Jumlah Pekerja
Perbandingan jumlah pekerja rumah makan dan penjual oleh-oleh ditunjukkan
dalam grafik 4.13, ada 4 karakteristik yang ditentukan oleh BPS untuk membagi
kriteria pekerja dalam UMKM, UMKM yang memiliki pekerja 1-5 dikategorikan
usaha rumah tangga, 6-19 dikategorikan usaha kecil menengah, 20-99 di
69
kategorikan usaha menengah dan UMKM yang memiliki pekerja lebih dari 100
termasuk dalam kategori usaha besar.
Grafik 4. 11
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Pekerja
60
50
Persentase
40
30
20
10
0
1 sd 5 6 sd 19 20 sd 99 >100
Sebelum ada tol 29 41.9 22.6 6.5
Sesudah ada tol 58.1 29 12.9 0
Dalam grafik diatas menunjukan perbandingan setelah adanya jala tol dan
sebelum adanya jalan tol. Dimana adanya penurunan pekerja pada sektor rumah
makan dan penjualan oleh-oleh sesudah adanya jalon tol yang dimayoritasi 1-5
pekerja dengan persentase 58.1%. Sebelum adanya jalon tol jumlah pekerja
tertinggi pada tingkat 6-19 pekerja dengan persentase 41.9% dan ada 6.5%
dengan jumlah diatas 100 pekerja sebelum adanyan jalan tol, sedangkan saat
sesudah adanya tol angka pekerja diatas 100 persen tidak dimiliki satupun oleh
rumah makan dan penjual oleh-oleh.
3. Hasil Wawancara
70
metode purposive sampling. Peneliti mencatumkan hasil wawancara sebanyak
6 orang narasumber acak sebagai perwakilan masing-masing kabupaten dan 1
narasumber kunci karena bersedia memberikan informasi terkait degan
permasalahan yang diteliti. Narasumber yang berhasil diwawancarai peneliti
menggunakan inisial.
Kegiatan wawancara ini dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal 08-10
Mei 2018 di sepanjang jalur pantai utara yang melintasi kabupaten Indramayu,
Cirebon dan Brebes. Ada pertanyaan yang peneliti ajukan yang bersifat
terbuka seperti dampak positif maupun negatif adanya jalan tol, kendala dalam
berwirausaha yang dirasakan selama adanya jalan tol dan harapan kedepannya
terhadapa perkembangan usaha yang dimiliki.
“Menurut saya mas dengan adanya jalan tol hanya untuk golongan
menengah keatas agar mudah dan cepat untuk akses lintas jawa, nah kayak
saya gini pasti yang negatifnya aja mas dapetnya”. Sama dengan narasumber
berisinial LB, narasumber berisinial YY mengungkapkan kalau bagi
pengusaha di jalur pantura khususnya kabupaten Indramayu merasa dirugikan
akibat adanya jalan tol Cikopo-Pemalang namun narusmber berisinial YY itu
mengungkapkan dengan nada bercanda bahwasannya semenjak ada jalan tol
“ya walaupun kita menurun pendapatannya bahkan merugi tapi sekarang
71
masyarakat jadi tidak susah buat nyebrang mas, karena jalanan sepi, beda jauh
dengan dulu” ujarnya sambir tertawa kecil di akhir kalimatnya. Narasumber
yang lain di kabupaten Indramayu menjawab dengan jawaban yang tidak beda
jauh yaitu mengganggap bagi mereka tidak adannya dampak postif dengan
adanya jalan tol Cikopo-Pemalang. Berbeda dengan narasumber Indramayu
yang menganggap tidak adanya dampak positif bagi mereka, untuk narasumber
Cirebon sebagian menganggap adanya jalan tol tidak berpengaruh bagi usaha
mereka seperti yang disampaikan narasumber berisinial MR, beliau
meyampaikan dengan adanya jalan tol Cikopo-Pemalang. “Ya alhamdulilah
mas skarang akses lebih mudah untuk saya kalau saya ada keperluan di Jakarta
jadi lebih cepet”. Begitu pun ucap responden berisinial HA dan NS dua
pengusaha ini menyampaikan dengan adanya jalan tol ini mengalami
penurunan namun tidak terlalu signifikan seperti daerah Indramayu, masih
banyak sopir truck yang melalului jalur pantura di Cirebon. “Ya alhamdulilah
mas, sebagian truck masih lewat sini walaupun gak semua yang saya tahu tapi
masih banyak yang mampir ke warung saya. kita besrsyukur aja apa adanya
mas” ujar NS. Begitupun menurut HA menyampaikan percakapan dengan
sopir truck “menurut sebagian sopir truck kalau cerita ke saya jalanan jadi sepi
jadi enak kalau lewat pantura dan pengeluaran buat tol bisa di pake buat
makan”.
74
dengan cabang yang di rest area jadi pendapatan kita disini juga menurun mas,
sementara yang di rest area ditutup”.
Setiap manusia pasti memiliki harpan terhadap dirinya tak lepas oleh para
pengusaha yang ada di jalur pantai utara yang sudah merintih usahanya
bertahun-tahun. Seperti yang disampaikan oleh narasumber berinisial SM
“semoga bisa ramai seperti dulu lagi mas”. Peran pemerintah juga diharapkan
oleh narasumber diantaranya harapan MH “ada solusi dari pemerintah mas,
kasian kita rakyat kecil” begitupun narasumber berinisal LB berharap “fasilitas
75
rest area di tol Cikopo-Palimanan agar harga sewanya gak mahal”.
Narasumber yang berasal dari Cirebon pun berharap agar usahanya tetap lancar
seperti narasumber berinisial HA “semoga bisa bertahan walaupun dalam
kondisi apapun nantinya, karena kita gak ada yang tau kan mas kedepannya
giaman”. “semoga bisa bertahan bertahan dan buka cabang dilain tempat lagi
mas” ucap narasumber berinisal MR. Sama dengan narasumber sebelumnya,
narasumber dari Brebes juga berharap agar bisa membaik lagi dari kondisi
yang sudah ada seperti narasumber berinisal J “ berharap bisa stabil mas, dan
ada solusi yang dari saya sendiri atau pemerintah”.
77
Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) yang menunjukkan rasio
pertumbuhan antara wilayah studi dengan wilayah referensi yang lebih besar,
dalam hal ini adalah Kabupaten Indramayu, Cirebon terhadap Provinsi Jawa
Barat dan Kabupaten Brebes terhadap Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya
instrument kedua adalah Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi terhadap
pertumbuhan ekonomi agregat pada wilayah referensi.
Analisa Perdagangan
Dalam kategori perdagangan di ketiga kabupaten yaitu kabupaten
Indramayu,Cirebon dan Brebes memiliki nilai yang berbeda antara kabupaten
indramayu Cirebon dan Brebes dimana kategori perdagangan di Kabupaten
Indramayu dan Cirebon tidak potensi dimana nilai RPs-nya sebesar 0.66 dan
0.86, sedangkan kategori perdagangan di Kabupaten Brebes berpotensi dengan
nilai RPs-nya sebesar 1.05. Semenatara untuk wilayah refrensi dari masing-
masing kabupaten tersebut tidak memiliki potensi baik di provinsi Jawa Barat
dan Jawa Tengah dimana nilai RPr masing yaitu sebesar 0.7 dan 0.8.
Analisa Akomodasi Makan Minum
Kategori akomodasi makan dan minum dari ketiga kabupaten yaitu Kabupaten
Indramayu,Cirebon dan Brebes tidak memiliki potensi dalam kategori tersebut
dimana nilai RPs-nya sebesar 0.7, 0.4 dan 0.9, kabupaten Cirebon yang memiliki
nilai RPs terkecil hanya sebesar 0.4 dan tertinggi di miliki kabupaten Brebes
sebesar 0.9. Berbanding terbalik dengan RPs, nilai RPr dari masing wilayah
provinsi memiliki potensi dimanan nilai RPr dari Jawa Barat sebesar 1.6 dan
Jawa Tengah sebesar 1.2.
78
keunggulan kompetitif negatif. Artinya sektor perdagangan dari ketiga kabupaten
tersebut belum mampu mencukupi didalam kabupaten masing-masing.
Keunggulan kompetitif yang masih minus dari ketiga kabupaten tersebut namun
dua dari kabupaten tersebut yaitu Cirebon dan Brebes memiliki spesialisasi
dalam kategori perdagangan dengan ditunjukkan nilai 133,766.50 dan
993929.005, dan untuk kabupaten Indramayu ttidak memiliki keunggulan
kompetitif dan spsesialisasi dalam kategori perdagangan. Sehingga dapat di
artikan kabupaten Indramayu kategori perdagangan belum dapat memenuhi
daerahnya sendiri dan tidak menjadi kategori spesialisasi, sedangkan kabupaten
Cirebon dan Brebes sektor perdagangan walaupun tidak sebagai sektor yang
keunggulan kompetitifnya positif namun kedua kabupaten ini kategori
perdagangan menjadi spesialisasi dari kabupaten masing-masing.
Kategori akomodasi makan dan minum dari ketiga kabupaten tersebut
memiliki nilai yang bervariatif dimana kabupaten Indramayu memiliki
keunggulan kompetitif bernilai positif walaupun bernilai kecil yaitu
0.018574801 namun tidak menjadi spesialisasi ditunjukkan dengan nilai -
625,643.81. Kabupaten Cirebon dalam kategori ini tidal memiliki keunggulan
kompetitif dengan nilai negatif sebesar -0.03348757 namun menjadikan
spesialisasi di dalam kabupeten tersebut dengan nilai spesialisi sebesar
133,766.50. Kabuapten Brebes kategori ini memiliki keunggulan kompetitif
posiitf dan spesialisasi di tunjukkan dengan nilai masing-masing sebesar
0.016658 dan 306260.4
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembangunan jalan tol Cikopo-Pemalang berdampak pada perubahan
pendapatan yang diperoleh pengusaha rumah makan dan perdagangan
oleh-oleh yang berada pada jalur pantai utara membentang di tiga
kabupaten yaitu Indramayu, Cirebon dan Brebes. Penurunan
pendapatan/omzet rumah makan dan perdagangan oleh-oleh setelah
adanya jalan tol berpendapatan dengan rata-rata pada frekuensi
Rp10.000.000-<Rp30.000.000 sebesar 48.4% sedangkan sebelum adanya
jalan tol pengusaha rumah makan dan perdagangan oleh-oleh
berpendapatan dengan rata-rata pada frekuensi >Rp90.000.000 dengan
persentase sebesar 29%. Hal ini disimpulkan rumah makan dan
perdagangan mengalami penurunan omzet perbulan. Pendapatan yang
menurun pada pengusaha rumah makan dan pedagang oleh-oleh terjadi
disebabkan pengguna jalan yang biasa menggunakan jalur pantai utara
untuk melintasi pulau Jawa beralih ke jalan tol Cikopo-Pemalang.
Sehingga pengunjung cenderung sedikit untuk singgah di rumah makan
dan pedagang oleh-oleh. Selain itu, belum optimal pengembangan potensi
wisata yang ada disepanjang jalur pantai utara khususnya kabupaten
Indramayu, Cirebon dan Brebes yang menyebabkan kurangnya daya tarik
bagi pengendara untuk mampir disepanjang jalan pantai utara.
2. Terdapat jalan tol Cikopo-Pemalang mengakibatkan penurunan jumlah
tenaga kerja pada rumah makan dan perdagangan oleh-oleh di jalur pantai
utara. Penurunan tenaga pada usaha rumah makan dan perdagangan oleh-
oleh setelah adanya jalan tol pengusaha memiliki pekerja dengan rata-rata
pada frekuensi 1 sampai dengan 5 pekerja dengan persentase sebesar
58.1% sedangkan sebelum adanya jalan tol pengusaha rumah makan dan
perdagangan oleh-oleh memiliki pekerja dengan rata-rata pada frekuensi
80
6 sampai dengan 19 dengan persentase sebesar 41.9%. Penurunan jumlah
tenaga kerja ini dampak lain penurunan pendapatan dari masing-masing
usaha rumah makan dan perdagangan oleh-oleh.
3. Pengusaha rumah makan dan perdagangan oleh-oleh yang berada di jalur
pantai utara melakukan promosi dengan cara memasang reklame sebesar
9.7% atau sebanyak tiga responden. Responden yang melakukan
kerjasama sebagai alat promosi sebanyak enam responden atau dengan
persentase sebesar 19.4%. Terakhir alat promosi dengan potongan harga
hanya dua responden atau 6.5% dalam persentase. Mayoritas responden
tidak melakukan promosi untuk menarik konsumen hal ini ditunjukkan
dengan 20 responden dari 31 responden atau dengan persentase sebesar
64.5% tidak menggunakan alat promosi. Pengusaha rumah makan dan
pedagang oleh-oleh masih banyak yang berharap dengan adanya pembeli
tanpa melakukan promosi. Hal ini menjadikan hambatan untuk
mengembangkan usaha karena promosi merupaka alat untuk menarik
konsumen.
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah diambil dari hasil penelitian, maka
terdapat beberapa saran yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu saran umum
dan saran khusus dijelaskan sebagai berikut:
1. Saran Umum
Pemerintah daerah diharapkan mengkaji dan mempelajari
penelitian/literasi yang berkaitan sehingga dapat menentukan kebijakan
yang tepat agar terakomodirnya pengusaha rumah makan dan
perdagangan oleh-oleh yang berada di jalan pantura. Serta bagi
pengusaha yang baru merintis usaha diharapkan dapat menentukan
strategi yang tepat sedangkan pengusaha lama perlu membuat satu
komunitas atau paguyuban untuk berbagi pengalaman antar pengusaha.
81
2. Saran Khusus
a) Bagi Pemerintah Daerah
Kondisi pengusaha rumah makan dan pedagang oleh-oleh yang ada
di pantai utara secara umum mendapatkan dampak negatif dari
adanya pembangunan jalan tol Cikopo-Pemalang sehingga perlu
adanya peran pemerintah daerah untuk mengatasi hal tersebut
seperti mengakomodir para pengusaha ditempatkan di tempat yang
ramai seperti rest area tol Cikopo-Pemalang dengan harga sewa
yang terjangkau, selain itu pemerintah daerah harus mengizinkan
UKM untuk masuk kedalam rest area dan melarang pengusaha
besar untuk masuk kedalam rest area dengan membentuk regulasi
daerah, membentuk kebudayaan atau pariwisata baru agar menjadi
daya tarik pengunjung ke daerah yang dilalui jalan pantai utara
khususnya Indramayu, Cirebon dan Brebes dan masing-masing
pemerintah daerah memberi pelatihan untuk pengembangan usaha
yang ada di jalur pantai utara.
82
konsumen seperti membuka web seputar kuliner terkait ciri khas
yang dimiliki masing-masing daerah hal ini diharapkan dapat
menekan angka kerugian dan pengurangan tenaga kerja.
83
DAFTAR PUSTAKA
84
Bina Marga. (2010, Agustus 10). Dampak Pembangunan Jalan Terhadap {endapatan
Faktor Produksi Intra dan Inter Regional KBI-KTI. Jurnal Transportasi Vol
10 , p. 100.
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan
Mixed terjemahan dari Research Design: Qualitative,Quantitative and Mixed
Methods Approaches. Third Edition oleh Achmad Fawaid. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Departemen Pekerjaan Umum. (2006). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan. Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Dharmmesta, B. S. (2012). Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen
Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Dirjo. (2015). Pengaruh Infrasrtuktur Terhadap Kesejahteraan Rakyat Melalui
Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah. Purwokerto.
Dumairy. (2010). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Dunne, P. M. (2005). Retailing Fifth Edition. South Western.
Effendi, M. (2013). Dampak pembangunan jembatan suramadu terhadap
perekonomian pulau madura. Semarang: Skripsi S-1 Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Elisabet Christin Bulamei, F. V. (2017). Kajian Komunikasi Pembangunan Dinas
Perkerjaan Umum Dalam Meningkatkan Perbaikan Infrastuktur Kota Manado.
Acta Diurna Vol VI No 3.
Ernawi, I. S. (2007). Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah
Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Infrastruktur
Jalan.
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII. (2017, Oktober 13). Retrieved Maret 20,
2018 from Mewujudkan infrastruktur yang berkeadilan:
http://fcep.uii.ac.id/konferensi-nasional-inovasi-lingkungan-terbangun/
Fandy Tjiptono, P. (2015). Strategi Pemasaran, Edisi 4. Yogyakarta: Andi .
Grigg, N. (1988). Infrastructure Engineering and Management. John Wiley & Sons.
85
Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Standar Akuntansi Keuangan Edisi 2007. Jakarta:
Salemba Empat.
J. S, S. M. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tentang Usaha Kecil.
(n.d.).
Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No.KN.73/PVVI05/MPPT-
85 tentang Peraturan usaha Rumah Makan. (n.d.).
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Kepmenperindag) Nomor
23/MPM/Kep/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan,. (n.d.).
Kotler, K. (2009). Manajemen Pemasaran Jilid I Edisi 13. Jakarta: Erlangga.
Levy, M. a. (2007). Retailing Management. Internasional Edition. New York:
McGraw-Hill.
Marsum, A. (2005). Restoran dan Segala Permasalahannya, Edisi IV. Yogyakarta:
Andi.
Mulyadi. (2008). Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan.
Jakarta: Rajawali Pers.
Munandar, M. (2006). Pokok-pokok Intermadiate Accounting. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
News, A. (2016, Juni 16). Retrieved Juli Agustus, 2018 from Antara news.com:
https://www.antaranews.com/berita/567880/presiden-tol-pejagan-pemalang-
persingkat-waktu-tempuh-pemudik
Olson, J. P. (2013). Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Jilid 1.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol.
(n.d.).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor15 Tahun 2005 tentang jalan.
(n.d.).
Saladin, D. (2012). Intisari Pemasaran dan Unsur-unsur Pemasaran. Bandung:
Linda Karya.
Sekertaria Kabinet Republik Indonesia. (2015). Peluang dan Tantangan Ekononomi.
86
Simanjuntak, P. J. (2011). Manajemen & Evaluasi Kinerja. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Siswanto, B. (2011). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif
dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Stanton, W. J. (2000). Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1 Edisi ke 3, . Jakarta:
Erlangga.
Sugiarto, E. (2004). Pengantar Akomodasi dan Restoran. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharyadi, &. P. (2009). Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern . Jakarta:
Salemba Empat.
Sukardi. (2014). Metodologi Penelitaian Pendidikan Kompetensi dan Praktinya.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukirno, S. (2006). Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Tempo. (2017, Februari 27). Indramayu Buka 5 Kawasan Industri, Tinjau Tata
Ruang Wilayah. Retrieved Juli 20, 2018 from
https://nasional.tempo.co/read/850510/indramayu-buka-5-kawasan-industri-
tinjau-tata-ruang-wilayah/full&view=ok
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja. (n.d.).
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah. (n.d.).
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan. (n.d.).
Zarina. (2013). Dampak pembangunan jalan tol Gempol Pandaan terhadap kondisi
sosial ekonomi penduduk di desa Wonokoyo kecamatan Beji kabupaten
Pasuruan . Surabaya: Skripsi Universitas Negeri Surabaya.
87
LAMPIRAN-LAMPIRAN
88
Lampiran 2: Dokumentasi Penelitian
89
90
Lampiran 3: Hasil olah data distribusi frekuensi dengan SPSS
Selaku
Lama Berdiri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Sifat Usaha
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
91
Tempat Usaha
Pekerjaan Sampingan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis Usaha
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
92
Asal Modal
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Sumber Barang
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
93
Pendidikan Terkhir Pemilik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
94
Pendapatan Sebelum Ada Tol
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
95
Jumlah Pekerja Sebelum Ada Tol
96
Lampiran 4: Hasil MRP dan Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban-
Marquillas
97
Lampiran 5: Kuesionar Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN TOL CIKOPO-PEMALANG TERHADAP
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DAN RESTORAN DI KABUPATEN
INDRAMAYU, CIREBON DAN BREBES
Kepada Yth:
Bapak/Ibu/Sdr
Responden Penelitian
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya dan pembimbing skripsi sedang melakukan penulisan skripsi tentang dampak
pembangunan tol Cikopo-Pemalang terhadap perkembangan perdagangan dan
restoran di kabupaten Indramayu, Cirebon dan Brebes. Skripsi merupakan salah satu
syarat kelulusan untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana. Untuk itu, kami memohon
kepada Bapak/Ibu/Sdr untuk dapat berkenan mengisi kuesioner ini agar diperoleh
informasi yang akurat. Hasil pengisian kuesioner ini tidak akan disebarluaskan dan
semata-mata hanya untuk kepentingan akademik saja.
Terimaksh atas kerja sama Bapak/Ibu/Sdr.
Identitas
Nama :
Alamat :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Selaku :
98
1. Sejak kapan bapak/ibu berwirausaha di sepanjang jalur pantai utara?
a. 4-7 (tahun) b.
8-11 (tahun) c.
12-15 (tahun) d.
16-19 (tahun) e.
>20 (tahun)
99
6. Apakah dampak positif pembangunan jalan tol bagi mayarakat?
100
12. Bagaimana cara menarik konsumen agar mau membeli dagangan anda?
a. Pasang reklame
b. Kerjasama
c. Potongan harga
d. Tidak ada
13. Apa kendala dalam berwirausaha yang dirasakan selama adanya jalan tol?
101
Angket
NO Uraian Pilihan Jawaban Keterangan
1 Pendidikan terakhir - SD
pemilik usaha - SMP/MTs
- SMA/MA
- D1/S1
- ……
Apa pendidikan - SD
terakhir pasangan - SMP/MTs
(istri/suami) - SMA/MA
- D1/S1
- ……
Apa pendidikan - SD
terakhir anak - SMP/MTs
- SMA/MA
- D1/S1
- ……
Berapa pendapatan - < Rp. 10.000.000,00
per bulan yang di - Rp 10.000.000 – < Rp 30.000.000
peroleh sesudah - Rp 30.000.000 – < Rp 50.000.000
adanya jalan tol - Rp 50.000.000 - < Rp 70.000.000
- Rp 70.000.000 - < Rp 90.000.000
- > Rp 90.000.000,00
102
Berapa pendapatan - < Rp. 10.000.000,00
per bulan saat bulan - Rp 10.000.000 – < Rp 30.000.000
puasa / menjelang - Rp 30.000.000 – < Rp 50.000.000
lebaran - Rp 50.000.000 - < Rp 70.000.000
- Rp 70.000.000 - < Rp 90.000.000
- > Rp 90.000.000,00
103