147 319 1 PB
147 319 1 PB
147 319 1 PB
Abstract
Sugarcane development in Indonesia has shifted to dry land to meet the needs of the national sugar.
However, there are many limiting factors like sandy texture, loose structure, low water holding
capacity and low nutrient availability that are required to be solved improve to support plant growth
and production. Application of soil conditioner is one of the ways to improve the physical
properties of a sandy soil. This study was aimed to examine the benefits of sugarcane trash biochar,
boiler ash, sugarcane trash compost, and manure as an alternative soil conditioners to improve
some of the physical properties of sandy soil and its relationship to the growth and production of
sugarcane. Treatments tested in this study were P0= control (without soil conditioner), P1=
sugarcane trash 10 t ha-1, P2 = sugarcane boiler ash 10 t ha-1, P3 = manure 10 t ha-1, P4 = sugarcane
trash compost 10 t ha-1, and P5 = sugarcane trash 5 t ha-1 + manure 5 t ha-1. The results showed
that all treatments increased aggregate stability with very significant compared to the control at 5-11
months after planting. The best results were shown by the treatment of 10 t ha-1 of sugarcane trash
biochar that could consistently improve sandy soil aggregate stability at 5-11 months after planting.
Application of biochar and others soil conditioner also significantly affected soil bulk density, pF
4.2, available water content, penetration resistance, Lrv, plant height, stem diameter, although they
did not consistently occur in the entire observation period. Overall effect of sugarcane trash
biochar and others soil conditioners to physical properties of sandy soil had no effect on increasing
the growth and production of sugarcane.
Keywords: biochar, sandy soil, soil conditioner, soil physical properties, sugarcane
http://jtsl.ub.ac.id
346
2009). Tebu bukan hanya komoditas yang gula dan pupuk kandang yang telah banyak
memiliki berat panen besar, tetapi menyisakan ditemukan praktiknya di lapangan karena
residu biomassa yang dapat menjadi sumber manfaatnya telah banyak dirasakan dalam
energi yang sangan besar (Liu et al., 2012). Pada memperbaiki kualitas tanah.
praktiknya, limbah tebu di lahan diatasi melalui
pembakaran, padahal dapat berdampak pada
penurunan produktivitas lahan setelah tahun
Metode Penelitian
ketiga (Akbar dan Priyanto, 2008). Sedangkan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan
limbah tebu yang dihasilkan pada pabrik, Karangploso Balai Penelitian Tanaman
blotong dan abu ketel memiliki kandungan hara Pemanis dan Serat (BALITTAS) Kabupaten
yang dibutuhkan tanaman dan jika dibiarkan Malang Jawa Timur pada bulan Maret sampai
dapat menyebabkan masalah lingkungan Desember 2014. Rancangan percobaan yang
(Elsayed et al., 2008). digunakan dalam penelitian adalah rancangan
Limbah tebu di lahan maupun di pabrik acak kelompok (RAK) dengan 10 perlakuan
dapat dijadikan sebagai bahan pembenah tanah dan 3 ulangan. Perlakuan dalam penelitian
yang dapat memperbaiki kualitas tanah. Dari disajikan pada Tabel 1.
berbagai macam bahan pembenah tanah,
biochar menjadi alternatif disamping bahan
Tabel 1. Perlakuan dalam penelitian
pembenah tanah lain yang merupakan bahan
organik. Biochar stabil di dalam tanah bersifat Kode Deskripsi
jangka panjang dan diproduksi dengan Perlakuan
teknologi sederhana yang dianggap sebagai P0 Kontrol (tanpa pembenah tanah)
keuntungan (Nichols, 2008). P1 Biochar serasah tebu 10 t ha-1
Berbagai macam penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa biochar P2 Abu Ketel 10 t ha-1
bermanfaat untuk memperbaiki kualitas secara P3 Pupuk Kandang 10 t ha-1
fisik dengan meningkatkan kapasitas menahan P4 Kompos serasah tebu 10 t ha-1
air dan kemantapan agregat, memperbaiki berat P5 Biochar serasah tebu 5 t.ha-1 +
isi dan menurunkan ketahanan tanah karena pupuk kandang 5 t ha-1
strukturnya yang berpori (Melo et al., 2013). P6 Biochar serasah tebu 5 t.ha-1
Namun, dalam penelitian sebelumya pemberian kompos serasah tebu 5 t.ha-1
biochar pada beberapa jenis tanah berbeda P7 Abu ketel 5 t.ha-1+ pupuk
tidak berpengaruh nyata pada kemantapan kandang 5 t.ha-1
agregat (Liu et al., 2012). Hal ini disebabkan
P8 Abu ketel 5 t.ha-1 + kompos
oleh partikel biochar yang hanya berkaitan
serasah tebu 5 t.ha-1
dengan fraksi tanah yang sangat halus sebesar
50µm (Brodowski et al., 2006) dan kehadiran P9 Abu ketel 5 t.ha-1 + blotong 5
biochar hanya terletak pada kelompok- t.ha-1
kelompok kecil partikel tanah atau agregat
dibandingkan dengan bahan organik (Liang et Parameter yang diamati dalam penelitian ini
al., 2008). Meskipun demikian, dalam beberapa terdiri dari parameter sifat tanah dan
tahun terakhir minat untuk mengaplikasikan pertumbuhan dan produksi tebu. Sifat tanah
biochar untuk memperbaiki kondisi tanah telah yang diamati antara lain: berat isi, berat jenis,
banyak berkembang (Xu et al., 2013). porositas, kadar air kapasitas lapangan (pF 2,5),
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan kadar air titik layu permanen (pF 4,2), kadar air
untuk menguji kemanfaatan biochar serasah tersedia, kemantapan agregat, ketahanan
tebu dan bahan pembenah tanah lainnya penetrasi, permeabilitas, KTK, dan bahan
terhadap beberapa sifat fisik tanah berpasir organik. Sedangkan pertumbuhan tebu yang
serta dampaknya terhadap pertumbuhan dan diamati meliputi tinggi tanaman, diameter
produksi tebu. Bahan pembenah tanah lain batang, jumlah ruas, jumlah anakan, Lrv dan
yang diujikan antara lain abu ketel, kompos, Drv, serta produksi tebu yang terdiri dari berat
dan blotong yang merupakan limbah pabrik basah batang terpanen dan rendemen potensial.
http://jtsl.ub.ac.id
347
Tabel 2. Hasil uji kemanfaatan biochar dan bahan pembenah tanah terhadap berat isi tanah
berpasir
Kode Berat isi (g cm-3)
Perlakuan (BST)
5 6 7 8 9 10 11
P0 1,36 1,28 1,21 1,25 1,18 1,14 1,32 b
P1 1,25 1,22 1,30 1,24 1,27 1,21 1,23 ab
P2 1,31 1,21 1,29 1,22 1,25 1,15 1,22 ab
P3 1,16 1,23 1,28 1,19 1,16 1,22 1,25 ab
P4 1,13 1,17 1,31 1,19 1,16 1,1 1,18 ab
P5 1,32 1,25 1,33 1,22 1,2 1,2 1,21 ab
P6 1,24 1,16 1,33 1,22 1,2 1,18 1,15 a
P7 1,26 1,26 1,31 1,23 1,24 1,15 1,24 ab
P8 1,2 1,25 1,26 1,23 1,22 1,22 1,23 ab
P9 1,3 1,26 1,27 1,22 1,16 1,17 1,21 ab
BNJ tn tn tn tn tn tn 0,1598
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%; (BST) Bulan Setelah Tanam; (tn) tidak nyata. Kode
Perlakuan sama dengan Tabel 1
Perlakuan Biochar serasah tebu 5 t.ha-1 kompos dalam tanah dapat menurunkan berat jenis
serasah tebu 5 t ha-1 (P6) memberikan tanah (Juo dan Franzluebbers, 2003).
penurunan berat isi terbesar. Seperti halnya
Porositas Total Tanah
Rajiman (2014) yang menyatakan pemberian
bahan pembenah tanah menurunkan berat isi Porositas tanah sangat dipengaruhi oleh
tanah berpasir, sedangkan kompos yang dapat kandungan bahan organik. Pada umumnya
menjadikan tanah berpasir lebih kompak pemberian bahan organik pada tanah bertujuan
(Setyorini et al., 2006) tidak terjadi dalam untuk meningkatkan porositas total tanah,
penelitian ini dan justru memberikan pengaruh sedangkan pada tanah berpasir pemberian
sebaliknya. Hal ini diduga disebabkan oleh biochar dan bahan pembenah tanah diharapkan
biochar memiliki kemampuan untuk mampu memperbaiki strukturnya yang lepas
menurunkan kekuatan tanah dan memodifikasi dengan mengurangi pori makro dan
berat isi (Zeelie, 2012). Hasil yang relatif meningkatkan jumlah pori-pori yang dapat
berbeda terjadi pada berat jenis tanah (Tabel 3). menahan air seperti halnya hasil penelitian
Pengaruh yang berbeda nyata hanya Mowidu (2001) yang menyatakan pemberian
terjadi pada 6 BST dan berat jenis tanah 20-30 ton bahan organik pada tanah dapat
meningkat pada semua perlakuan dibandingkan meningkatkan jumlah pori berguna dan pori
kontrol kecuali pada kompos serasah tebu 10 penyimpan air. Pemberian biochar dan bahan
t.ha-1 (P4). Kompos serasah tebu berpengaruh pembenah tanah pada tanah berpasir tidak
dalam menurunkan berat jenis tanah seperti memberikan pengaruh yang nyata (Tabel 4).
pada umumnya pemberian bahan organik ke
http://jtsl.ub.ac.id
348
Tabel 3. Hasil uji kemanfaatan biochar dan bahan pembenah tanah terhadap jenis tanah berpasir
Kode Berat jenis (g cm-3)
Perlakuan (BST)
5 6 7 8 9 10 11
P0 2,23 2,18 ab 2,35 2,24 2,17 2,20 2,28
P1 2,27 2,19 ab 2,30 2,34 2,21 2,18 2,30
P2 2,27 2,21 ab 2,30 2,27 2,24 2,19 2,31
P3 2,22 2,23 ab 2,26 2,25 2,19 2,24 2,27
P4 2,22 2,14 a 2,30 2,28 2,19 2,17 2,28
P5 2,24 2,23 ab 2,25 2,31 2,23 2,17 2,29
P6 2,24 2,21 ab 2,25 2,29 2,19 2,22 2,26
P7 2,22 2,20 ab 2,32 2,28 2,17 2,19 2,24
P8 2,23 2,30 b 2,26 2,23 2,13 2,25 2,29
P9 2,26 2,21 ab 2,26 2,28 2,20 2,20 2,24
BNJ tn 0,1360 tn tn tn tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%; (BST) Bulan Setelah Tanam; (tn) tidak nyata. Kode
Perlakuan sama dengan Tabel 1
Tabel 4. Hasil uji kemanfaatan biochar dan bahan pembenah tanah terhadap porositas total tanah
berpasir
Kode Porositas total (%)
Perlakuan (BST)
5 6 7 8 9 10 11
P0 38,93 41,21 48,43 44,20 45,49 48,39 42,24
P1 44,95 44,19 43,24 46,97 42,46 44,30 46,49
P2 42,44 45,07 43,97 46,42 44,35 47,65 46,97
P3 47,99 44,75 43,53 47,08 47,12 45,58 44,75
P4 49,36 45,31 43,26 47,90 46,92 49,50 48,23
P5 40,98 43,90 40,57 47,00 46,43 44,63 47,27
P6 44,48 47,36 40,82 46,46 45,29 46,88 48,85
P7 43,07 42,84 43,43 46,14 43,09 47,43 44,43
P8 46,24 45,79 44,34 44,84 42,59 45,76 46,58
P9 42,43 42,81 43,80 46,55 47,27 46,87 45,96
BNJ tn tn tn tn tn tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%; (BST) Bulan Setelah Tanam; (tn) tidak nyata. Kode
Perlakuan sama dengan Tabel 1
Hasil tersebut disebabkan oleh pemberian Kadar Air Kapasitas Lapangan pF 2,5 dan
biochar dan bahan pembenah tanah lain yang Titik Layu Permanen pF 4,2
secara keseluruhan belum mampu secara
Hasil analisis ragam menunjukkan persentase
konsisten berpengaruh nyata terhadap berat isi
kadar air kapasitas lapangan pF 2,5 sebagai
dan berat jenis tanah. Porositas ditentukan oleh
dampak dari pemberian biochar dan bahan
besaran relatif berat isi dan berat jenis tanah.
pembenah tanah pada tanah berpasir pada
Semakin besar berat isi mendekati nilai berat
umur 5-11 BST tidak berbeda nyata antar
jenis tanah, porositasnya semakin kecil (Santi
perlakuan (Tabel 5).
dan Goenadi, 2010).
http://jtsl.ub.ac.id
349
Tabel 5. Hasil uji kemanfaatan biochar dan bahan pembenah tanah terhadap kadar air kapasitas
lapangan pF 2,5
Kode pF 2,5 (%)
Perlakuan (BST)
5 6 7 8 9 10 11
P0 24,09 17,12 15,94 15,47 14,74 14,23 15,59
P1 22,28 18,19 18,82 16,32 17,36 16,58 15,37
P2 23,36 17,87 18,17 16,44 17,03 15,10 15,30
P3 20,22 17,65 17,19 15,59 15,35 15,00 15,17
P4 21,34 19,02 19,75 15,79 16,86 14,89 14,62
P5 23,50 18,63 18,92 16,33 17,13 15,17 15,33
P6 22,60 17,71 18,08 15,67 16,41 15,63 14,36
P7 23,09 18,07 17,98 15,72 16,73 15,28 15,42
P8 21,66 18,15 18,44 16,08 15,73 16,05 15,11
P9 23,32 19,05 18,37 15,67 15,97 15,31 14,65
BNJ tn tn tn tn tn tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%; (BST) Bulan Setelah Tanam; (tn) tidak nyata. Kode
Perlakuan sama dengan Tabel 1
Hal ini diduga disebabkan oleh dosis biochar bahan pembenah tanah pada tanah pasir, maka
dan bahan pembenah tanah yang diberikan air semakin banyak ditahan oleh tanah pasir.
pada tanah berpasir pada tahun pertama Pemberian biochar dan bahan pembenah
belum mampu meningkatkan kadar air tanah tidak secara konsisten memberikan
kapasitas lapangan karena Sinulingga dan pengaruh yang nyata terhadap kadar air titik
Darmanti (2008) menyatakan dalam layu permanen pF 4,2 (Tabel 6).
penelitiannya semakin banyak pemberian
Tabel 6. Hasil uji kemanfaatan biochar dan bahan pembenah tanah terhadap kadar air titik layu
permanen pF 4,2
Kode pF 4,2 (%)
Perlakuan (BST)
5 6 7 8 9 10 11
P0 7,88 9,59 ab 5,37 8,34 10,62 ab 8,70 abc 8,41
P1 6,73 9,31 a 6,02 8,75 13,53 d 8,39 abc 8,79
P2 7,20 10,26 ab 5,63 7,79 11,74 abcd 7,53 ab 7,87
P3 6,94 11,66 ab 5,82 9,12 10,81 abc 8,38 abc 7,57
P4 6,77 9,53 ab 6,63 8,61 13,24 cd 9,82 c 7,82
P5 8,30 11,84 b 6,28 7,81 11,49 abcd 6,78 a 7,90
P6 6,67 11,52 ab 6,49 8,07 13,05 bcd 8,29 abc 7,46
P7 7,04 9,98 ab 5,57 7,92 10,66 abc 8,11 abc 8,05
P8 8,04 10,01 ab 6,16 10,87 9,5 a 9,07 bc 7,66
P9 6,89 10,99 ab 6,28 8,61 9,29 a 7,67 ab 7,73
BNJ tn 2,426 tn tn 2,579 1,945 tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%; (BST) Bulan Setelah Tanam; (tn) tidak nyata. Kode Perlakuan sama
dengan Tabel 1
http://jtsl.ub.ac.id
350
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa menyatakan bahan organik dapat meningkatkan
pemberian biochar dan bahan pembenah tanah retensi air pada tanah-tanah berpasir.
berbeda sangat nyata antar perlakuan pada 6
Kadar Air Tersedia
BST, 9 BST, dan 10 BST. Namun, hasil terbaik
yang muncul juga tidak secara konsisten Pemberian biochar dan bahan pembenah tanah
ditunjukkan oleh salah satu perlakuan. Adanya berbeda sangat nyata antar perlakuan pada 9
peningkatan nilai pF 4,2 dibandingkan kontrol BST dan 10 BST ( Tabel 7). Hasil uji BNJ pada
sebagai akibat pemberian biochar dan bahan taraf 5% menunjukkan pada 9 BST perlakuan
pembenah tanah dalam penelitian ini sejalan abu ketel 5 t.ha-1 + blotong 5 t.ha-1 (P9)
dengan hasil penelitian Rawls et al. (2003) yang menjadi perlakuan yang terbaik dalam
meningkatkan kadar air tersedia.
Tabel 7. Hasil uji kemanfaatan biochar dan bahan pembenah tanah terhadap kadar air tersedia
Kode Kadar air tersedia (%)
Perlakuan (BST)
5 6 7 8 9 10 11
P0 16,21 7,53 10,57 7,13 4,12 ab 5,53 ab 7,19
P1 15,55 8,88 12,81 7,57 3,84 ab 8,19 ab 6,59
P2 16,17 7,61 12,55 8,65 5,29 ab 7,58 ab 7,43
P3 13,28 5,99 11,37 6,47 4,54 ab 6,61 ab 7,60
P4 14,57 9,49 13,12 7,18 3,62 a 5,06 a 6,80
P5 15,20 6,79 12,65 8,52 5,64 ab 8,39 b 7,43
P6 15,93 6,20 11,59 7,60 3,37 a 7,34 ab 6,91
P7 16,05 8,09 12,41 7,79 6,07 ab 7,17 ab 7,38
P8 13,62 8,14 12,28 5,20 6,23 ab 6,98 ab 7,45
P9 16,43 8,06 12,09 7,06 6,68 b 7,64 ab 6,92
BNJ tn tn tn tn 3,082 3,184 tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%; (BST) Bulan Setelah Tanam; (tn) tidak nyata. Kode
Perlakuan sama dengan Tabel 1
Blotong yang sebagian besar terdiri dari serat- (Stevenson, 1982). Pupuk kandang pada
serat tebu menjadi sumber unsur-unsur organik pertanaman tebu meningkatkan kadar air pada
yang berperan dalam pembentukan humus saat kapasitas lapangan dan titik layu permanen
sehingga dapat memperbaiki tanah secara fisik sehingga air tersedia juga meningkat (Goenadi,
termasuk meningkatkan ketersediaan air dalam 1993). Atas dasar itu perlakuan biochar dan
tanah (Muhsin, 2011). Sedangkan pada 10 BST pupuk kandang dapat memberikan pengaruh
peningkatan kadar air tersedia paling tinggi terbaik dalam ketersediaan air pada tanah
dibanding kontrol terjadi pada perlakuan berpasir.
biochar serasah tebu 5 t.ha-1 + pupuk kandang
Kemantapan Agregat
5 t.ha-1 (P5). Biochar serasah tebu memiliki
struktur yang porus (Melo et al., 2013) sehingga Pemberian biochar dan bahan pembenah tanah
dapat memberikan kemampuan pada tanah dapat memperbaiki agregasi tanah berpasir
berpasir dalam menyimpan air dan ketersediaan dibandingkan dengan perlakuan kontrol yang
air dapat ditingkatkan. Pupuk kandang yang tanpa pemberian bahan pembenah tanah pada
merupakan bahan organik dapat meningkatkan seluruh waktu pengamatan 5-11 BST (Tabel 8).
kemampuan tanah menahan air dengan Berdasarkan uji BNJ pada taraf 5% perlakuan
mengikat molekul-molekul air melalui gugus- biochar serasah tebu 10 t.ha-1 memberikan
gugus fungsionalnya dan pori-pori mikronya pengaruh terbaik terhadap kemantapan agregat
sebagai dampak dari perbaikan agregasi tanah tanah berpasir pada seluruh waktu pengamatan.
http://jtsl.ub.ac.id
351
Hasil tersebut sejalan dengan Liu et al. (2012) tanah. Secara umum bahan pembenah tanah lain
dalam hasil penelitiannya menyatakan biochar yang termasuk bahan organik juga berpengaruh
berpengaruh signifikan dalam pembentukan dalam meningkatkan kemantapan agregat.
agregat tanah. Agregat tanah beserta Bahan organik tanah berfungsi sebagai perekat
stabilitasnya tebentuk oleh interaksi antara (cementing agent) sehingga agregat tanah tidak
bahan organik, mikroorganisme dan mineral mudah hancur oleh pukulan butiran air
tanah dan dipengaruhi banyak faktor antara lain (Subagyono et al., 2004).
bahan baku, proses pembuatan, dan sifat dasar
Tabel 8. Hasil uji kemanfaatan biochar dan bahan pembenah tanah terhadap kemantapan agregat
tanah berpasir
Kode Rerata jumlah tetesan untuk menghancurkan agregat tanah
Perlakuan (BST)
5 6 7 8 9 10 11
P0 8,11 a 9,22 a 10,56 a 10,56 a 12,67 a 10,56 a 10,11 a
P1 19,11 e 19,78 e 21,33 c 22,33 d 22,11 b 21,56 d 19,22 e
P2 15,67 bcd 17,56 cd 18,22 bc 20,22 bcd 20,00 b 19,33 cd 18,33 de
P3 17,11 cde 17,11 cd 17,89 bc 17,00 bc 19,00 b 16,33 bc 16,44 bcd
P4 13,33 b 14,22 b 13,67 ab 15,89 b 17,78 ab 16,11 bc 14,67 b
P5 15,22 bc 14,33 b 15,89 abc 16,22 bc 17,78 ab 15,67 bc 15,11 b
P6 15,22 bc 16,56 cd 16,00 abc 19,33 bcd 16,89 ab 15,33 b 15,89 bcd
P7 18,00 de 18,44 de 19,56 bc 21,00 bcd 19,67 b 19,33 cd 19,22 e
P8 15,67 bcd 16,89 bc 16,22 abc 21,22 cd 19,89 b 17,22 bc 17,56 cde
P9 16,89 cde 17,11 cd 18,22 bc 18,89 bcd 20,00 b 18,33 bc 17,78 cde
BNJ 2,475 2,056 7,237 5,194 5,791 3,107 2,362
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%; (BST) Bulan Setelah Tanam; (tn) tidak nyata. Kode Perlakuan sama
dengan Tabel 1
http://jtsl.ub.ac.id
352
Tabel 9. Hasil uji kemanfaatan biochar dan bahan pembenah tanah terhadap ketahanan penetrasi,
permeabilitas tanah, KTK, dan bahan organik tanah
Kode Ketahanan Permeabilitas KTK BOT
Perlakuan penetrasi (MPa) (cm jam-1) (cmol.kg-1) (%)
P0 8,77 a 77,49 14,66 0,79
P1 10,62 ab 57,98 15,93 1,13
P2 11,35 ab 75,23 13,78 0,73
P3 13,40 b 41,77 16,83 0,86
P4 12,62 ab 90,26 16,29 1,05
P5 11,11 ab 66,49 13,96 0,86
P6 11,32 ab 59,30 17,24 1,39
P7 11,71 ab 63,43 15,01 1,08
P8 13,20 ab 72,17 15,94 1,19
P9 13,41 b 42,21 16,25 1,17
BNJ 4,509 tn tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%; Kode Perlakuan sama dengan Tabel 1
http://jtsl.ub.ac.id
353
Tabel 10. Hasil uji kemanfaatan biochar dan bahan pembenah tanah terhadap tinggi tanaman tebu
Kode Rerata (cm) tinggi tanaman tebu
Perlakuan (BST)
5 6 7 8 9 10 11
P0 155,17 187,33 a 204,94 211,78 219,99 229,67 234,00
P1 161,17 190,50 ab 205,50 223,11 231,89 235,17 236,39
P2 164,17 197,50 ab 203,72 222,28 230,11 242,67 242,89
P3 155,33 187,17 a 206,67 227,94 227,94 234,83 236,11
P4 156,83 187,83 a 223,56 224,72 241,22 245,17 247,11
P5 162,17 193,50 ab 208,83 228,33 232,33 241,11 244,11
P6 152,00 181,17 a 201,17 213,67 214,00 231,17 231,17
P7 160,33 187,83 a 193,83 204,11 220,17 221,00 223,61
P8 159,50 189,50 ab 207,50 228,61 235,18 240,44 243,11
P9 166,83 208,17 b 222,43 238,54 238,78 246,06 246,06
BNJ tn 19,439 tn tn tn tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%; Kode Perlakuan sama dengan Tabel 1
Tabel 11. Hasil uji kemanfaatan biochar dan bahan pembenah tanah terhadap jumlah ruas tebu
Kode Rerata jumlah ruas tebu
Perlakuan (BST)
5 6 7 8 9 10 11
P0 13,67 13,83 14,17 16,83 17,00 20,33 20,22
P1 13,00 13,50 14,17 14,50 16,11 20,00 20,11
P2 13,83 14,67 15,00 15,83 16,33 20,50 20,61
P3 13,50 14,83 15,67 16,00 17,67 19,44 19,50
P4 13,50 14,50 14,83 16,67 16,83 20,00 20,17
P5 13,83 15,17 15,50 15,83 16,50 19,00 19,11
P6 13,17 14,33 14,67 15,67 15,83 19,83 20,22
P7 14,00 15,00 16,00 16,17 16,83 18,94 19,00
P8 13,33 15,50 15,50 16,17 16,33 20,11 20,17
P9 14,17 14,67 15,00 16,00 16,00 21,06 20,89
BNJ tn tn tn tn tn tn tn
Keterangan : (tn) tidak nyata. Kode Perlakuan sama dengan Tabel 1
http://jtsl.ub.ac.id
354
batang adalah pada perlakuan kombinasi abu organik dalam tanah dan melepaskan N dalam
ketel 5 t ha-1 + kompos serasah tebu 5 t ha-1 jumlah yang tinggi (Abbasi et al., 2012) memicu
(P8). Dikombinasikannya abu dengan kompos pertumbuhan tanaman termasuk salah satunya
yang dapat meningkatkan mineralisasi N- tampak pada meningkatnya diameter batang.
Tabel 12. Hasil uji kemanfaatan biochar dan bahan pembenah tanah terhadap diameter batang tebu
Kode Rerata diameter batang tebu (mm)
Perlakuan (BST)
5 6 7 8 9 10 11
P0 22,86 23,60 24,41 24,80 25,07 ab 25,61 ab 26,75
P1 23,93 24,61 24,74 25,22 25,55 ab 25,72 ab 26,12
P2 24,08 24,36 24,49 24,57 24,72 ab 25,08 ab 25,91
P3 24,06 24,35 24,50 24,80 25,06 ab 25,95 ab 26,65
P4 23,49 23,77 24,04 24,34 24,56 a 24,71 a 25,48
P5 23,43 24,30 24,74 24,77 24,84 ab 25,18 ab 25,57
P6 22,76 23,92 24,10 24,23 24,66 ab 24,98 ab 26,08
P7 23,25 23,58 23,83 24,17 24,61 a 24,85 a 25,41
P8 23,89 25,02 25,40 25,74 26,23 b 26,40 b 27,44
P9 23,64 23,79 24,05 25,07 25,28 ab 25,78 ab 26,50
BNJ tn tn tn tn tn tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%; Kode Perlakuan sama dengan Tabel 1
Tabel 13. Hasil uji kemanfaatan biochar dan bahan pembenah tanah terhadap jumlah anakan tebu
Kode Rerata jumlah anakan tebu
Perlakuan (BST)
5 6 7 8 9 10 11
P0 13,17 12,50 11,50 14,17 16,00 17,00 18,50
P1 12,00 11,67 9,83 12,83 16,83 15,50 16,83
P2 11,67 11,33 11,00 15,17 17,50 17,33 17,33
P3 14,33 13,00 12,00 15,83 16,67 18,00 20,00
P4 13,83 13,17 11,50 14,17 18,00 16,00 18,00
P5 13,33 12,50 11,00 15,17 17,50 17,17 18,50
P6 14,50 12,67 11,67 15,83 17,17 18,17 19,33
P7 14,17 13,17 11,50 13,17 17,17 16,50 17,67
P8 13,67 12,33 10,67 13,17 17,17 15,83 18,17
P9 13,17 12,67 11,17 14,17 16,67 18,00 19,67
BNJ tn tn tn tn tn tn tn
Keterangan : (tn) tidak nyata. Kode Perlakuan sama dengan Tabel 1
http://jtsl.ub.ac.id
355
Total Panjang Akar dan Berat Kering Akar dan bahan pembenah tanah justru menghasilkan
total panjang akar yang lebih rendah daripada
Hasil uji kemanfaatan biochar dan bahan
kontrol diduga biochar dan bahan pembenah
pembenah tanah untuk perbaikan sistem
tanah mempengaruhi struktur tanah menjadi
perakaran yang ditinjau dari total panjang akar
lebih kompak yang kemungkinan juga dapat
per volume (Lrv) dan berat kering akar per
menghambat pertumbuhan akar (Sika, 2012).
volume (Drv) disajikan pada Tabel 14.
Perbaikan yang dimaksud adalah apabila nilai
Lrv dan Drv semakin tinggi. Pemberian biochar
Tabel 14. Hasil uji kemanfaatan biochar dan bahan pembenah tanah terhadap Lrv, Drv, berat basah
batang produksi dan rendemen potensial tebu
Kode Lrv Drv Berat basah (kg Rendemen Potensial
Perlakuan (cm cm-3) (g cm-3) pot-1) (%)
P0 3,52 ab 0,0076 19,55 10,04
P1 2,82 ab 0,0038 16,69 10,10
P2 2,21 a 0,0035 17,61 10,24
P3 4,60 b 0,0069 20,24 9,81
P4 2,88 ab 0,0064 19,05 10,12
P5 2,47 ab 0,0043 18,17 9,80
P6 3,65 ab 0,0053 18,39 10,23
P7 2,98 ab 0,0065 17,37 9,93
P8 3,38 ab 0,0063 19,73 10,19
P9 2,26 a 0,0050 19,87 10,00
BNJ 0,634 tn tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%; Kode Perlakuan sama dengan Tabel 1
http://jtsl.ub.ac.id
356
pembenah tanah lain, tetapi belum mampu Pengelolaan Usahatani Lahan Kering dan
secara nyata memperbaiki sifat-sifat fisik tanah Perbukita Kritis. Jakarta.
yang lain. Sifat fisik tanah tidak berhubungan Irianto, G. 2003. Tebu Lahan Kering dan
erat dengan pertumbuhan dan produksi tebu Kemandirian Gula Nasional. Tabloid Sinar Tani
20 Agustus 2003.
karena banyak faktor lain selain sifat fisik tanah
Juo, A.S.R. and Franzluebbers, K. 2003. Tropical
yang ikut berperan dalam memberikan Soils. Oxford University Press. New York.
pengaruh. Dengan demikian pemberian Kirana, K. 2008. Penentuan Dosis Pemupukan
biochar dan bahan pembenah tanah untuk Kompos Blotong pada Tebu lahan Kering
perbaikan beberapa sifat fisik tanah belum (Saccharum officinarum L.) varietas PS 862 dan PS
berdampak pada peningkatan pertumbuhan 864. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
dan produksi tebu pada tanah berpasir sampai Kuspratomo, A.D., Burhan., dan Fakhry, M. 2012.
11 bulan setelah tanam. Pengaruh varietas tebu, potongan dan
penundaan giling terhadap kualitas nira tebu.
Agrointek 6 (2), 123-132.
Ucapan Terimakasih Liang, B., Lehmann, J., Solomon, D., Sohi, S.,
Thies, J.E., Skjemstad, J.O., Luizão, F.J.,
Terimakasih kepada Balai Penelitian Tanaman
Engelhard, M.H., Neves, E.G., and Wirick, S.
Pemanis dan Serat (BALITTAS) atas bantuan
2008. Stability of biomass-derived black carbon
penelitian dan ijinnya untuk ikut terlibat dalam
in soils. Geochimica et Cosmochimia Acta 72,
kegiatan-kegiatan selama proses berlangsungnya
6069‒6078.
penelitian. Serta kepada seluruh pihak yang telah
Liu, X.H., Hhan, F.P., and Zhang, X.C. 2012.
mendukung terselenggaranya penelitian ini.
Effect of biochar soil aggregates in the loess
plateau: result from incubation experiments.
Daftar Pustaka International Journal of Agriculture and Biology
14 (6) : 975-979.
Abbasi, K.M., Afsar, N. and Rahim, N. 2012. Effect Luo, Y., Durenkamp, M., De Nobili, M., Lin, Q.,
of wood ash and compost application on Devonshire, B.J. dan Brookes, P.C. 2013.
nitrogen transformations and avaibility in soil- Microbial biomass growth, following
plant systems. Soil Science Society of America incorporation of biochars produced at 350oC, in
Journal 11 (2), 558-567. a silty-clay loam soil of high and low pH. Soil
Akbar, A. dan Priyanto, E. 2008. Dampak Biology and Biochemistry 57 : 513-523.
pembakaran terkendali pada ladang terhadap Marsono dan Sigit, P. 2001. Pupuk Akar. Redaksi
produktifitas lahan di rawa gambut. dalam Agromedia. Jakarta.
Udiansyah et al. (Eds.). Prosiding Seminar Melo, L.C.A., Coscione, A.R., Abreu, C.A., Puga, A.
Optimasi Tata Kelola Kehutanan untuk P. and Camargo, O.A. 2013. Influence of
Mendukung Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut. pyrolysis temperature on cadmium and zinc
Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru, sorption capacity of sugar cane straw-derived
Palangkaraya, 30 Oktober 2008 hal 131-150. biochar. BioResources 8 (4), 4992-5004.
Brodowski, S., B. John, H. Flessa and W. Amelung, Mowidu, I. 2001. Peranan Bahan Organik dan
2006. Aggregate-Occluded Black Carbon in Soil. Lempung terhadap Agregasi dan Agihan Ukuran
European Journal of Soil Science 57 : 539‒546. Pori pada Entisol. Tesis Pasca Sarjana.
Elsayed, M.T., Babiker, M.H., Abdelmalik, M.E., Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Mukhtar, O.N. and Montange, D. 2008. Impact Muhammad, D. and Khattak, R.A. 2009. Growth
of flter mud applications on the germination of and nutrient concentrations of maize in
sugarcane and small-seeded plants and on soil pressmud treated saline-sodic soils. Soil and
and sugarcane nitrogen contents. Bioresource Environment 28 (2) : 145-155.
Technology 99, 4146-4168. Muhsin, A. 2011. Pemanfaatan Limbah Hasil
Gaunt, J.L. and Lehmann, J. 2008. Energy balance Pengolahan Pabrik Tebu Blotong menjadi
and emissions associated with biochar Pupuk Organik. Universitas Pembangunan
seuestration and pyrolysis bioenergy production. Nasional Veteran. Yogyakarta.
Enviromental Science and Technology 42, 4152- Nichols, M. 2008. Biochar Could Reduce Fertiliser
4158. Levels and Leaching. Orchardist. New Zealand.
Goenadi, S. 1993. Usaha Konservasi Lengas Tanah Nurhayati, Razali, dan Zuraida. 2014. Peranan
dan Watak Lengas Tanah pada Budidaya Usaha berbagai jenis bahan pembenah tanah terhadap
Tebu Lahan Kering dalam Lokakarya Nasional status hara p dan perkembangan akar kedelai
Pembangunan Daerah dalam Rangka
http://jtsl.ub.ac.id
357
pada tanah gambut asal Ajamu Sumatera Utara. Subagyono, K., Haryati, U., da Tala’ohu S.H. 2004.
Jurnal Floratek 9, 29-38. Teknologi Konservasi Air pada Pertanian Lahan
Rajiman. 2014. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Kering dalam Teknologi Konservasi Tanah pada
di Lahan Pasir Pantai terhadap Kualitas Tanah. Lahan Kering Berlereng. Pusat Penelitian dan
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan
2014. Palembang 26-27 September 2014. p 23-1 Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
– 23-8. Departemen Pertanian. Bogor.
Rawls, W.J., Pachepsky, Y.A., Ritchie, J.C., Sobecki Sudaryono. 2001. Pengaruh pemberian bahan
T.M., and Bloodworthc, H. 2003. Effect of soil pengkondisi tanah terhadap sifat fisik dan kimia
organic carbon on soil water retention. tanah pada lahan marginal berpasir. Jurnal
Geoderma 116, 61-67. Teknologi Lingkungan 2 (1), 106-112.
Rokhman, H., Taryono. dan Supriyanta. 2014. Taylor, H.M., Roberson, G.M. and Parker Jr., J.J.
Jumlah anakan dan rendemen enam klon tebu 1966. Soil strength-root penetration relations to
(Saccharum officinarum L.) asal bibit bagal, mata medium to coarse-textured soil materials. Soil
ruas tunggal, dan mata tunas tunggal. Vegetalika Science 102, 18-22.
3 (3), 89-96. Uhland, R.E. and O’Neal, A.M. 1951. Soil
Santi, L.P. dan Goenadi, D.H. 2010. Pemanfaatan Permeability Determination for Use in Soil and
biochar sebagai pembawa mikroba untuk Water Conservation. SCS-TP-101. United States
pemantap agregat tanah Ultisol dari Taman of Agriculture, Soil Conservation Service,
Bogo-Lampung. Menara Perkebunan 78 (2), 52- Washington D.C.
60. Ulyett, J., Sakrabani, R., Kibblewhite, M. and Hann,
Setyorini, D., Saraswati, R. dan Anwar, E. K. 2006. M. 2014. Impact of biochar addition on water
Kompos dalam Pupuk Organik dan Pupuk retention, nitrification and carbon dioxide
Hayati. Balittanah. Bogor evolution from two sandy loam soils. European
Shofy, M. 2008. Pengaruh Pemberian Amelioran Journal of Soil Science 65, 96-104.
Tanah terhadap Sifat Kimia dan Pertumbuhan Xu, G., Wei, L.L., Sun, J.N., Shao, H.B. and Chang,
dan Dua Varietas Tebu (Saccharum officinarum S.X. 2013. What is more important for
L.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. enhancing nutrient bioavailability with biochar
Sika, M. P. 2012. Effect of Biochar on Chemistry, application into a sandy soil: Direct or indirect
Nutrient Uptake and Fertilizer Mobility in Sandy mechanism?. Ecological Engineering 52 : 119-
Soil. (Thesis). University of Stellenbosch. 124.
Sinulingga, M. dan Darmanti, S. 2008. Kemampuan Yuwono, N.W. 2009. Membangun kesuburan tanah
Mengikat Air oleh Tanah Pasir yang Diperlukan di lahan marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan
dengan Tepung Rumput Laut Gracilaria Lingkungan 9 (2), 137-141.
Verrucosa. Universitas Diponegoro. Semarang. Zeelie, A. 2012. Effect of Biochar on Selected Soil
Stevenson, F.J. 1982. Clay organic complexes and Physical Properties of Sandy Soil with Low
formation of stable aggregates. In: Stevenson Agricultural Suitability. Departmen of Soil
(ed.) Humus Chemistry (Genesis, Composition, Science Stellenbosch University.
Reaction). John Wiley and Sons. Inc., New
York.
http://jtsl.ub.ac.id
358
http://jtsl.ub.ac.id