Institusionalisasi Internal Audit Capability Model Pada Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (Studi Kasus Di Kementerian Luar Negeri)
Institusionalisasi Internal Audit Capability Model Pada Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (Studi Kasus Di Kementerian Luar Negeri)
Institusionalisasi Internal Audit Capability Model Pada Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (Studi Kasus Di Kementerian Luar Negeri)
Tyarlin Maryani
Jurusan Akuntansi, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
e-mail: [email protected]
Abstract: The purpose of this research was to gain an understanding of the workings of the
institutionalization process of Internal Audit capabilty Model (IACM) on APIP in Ministry of
Foreign Affairs, with an emphasis on the institutionalization process and its implications, which
was used as a tool to assess and enhance the capabilities of the self-assesment intended APIP.
APIP can identifies the fundamentals needed for effective internal auditing and shows the steps in
progressing level, and its implications. The method used was qualitative, with case studies based
on theoretical propositions as a research strategy. The background of IACM institutionalization
was analyzed using Institutional Theory, and the implications that occured were analyzed based
on Lewin’s theory of Organizational Change (1951). The results shows that coercive isomorphism
is the most powerful driver of institutionalization process was the pressure from BPKP as APIP’s
Lead Agency, followed by the Presidential directive to achieve 2019 targets. Analysis based on
movement stages according to Lewin’s Theory where APIP was forced to make implement
changes to the organization through IACM asssessment, where APIP units must perform several
steps in each phase. Implications will make APIP more capable of recognize its conditions and
capabilities, improvements required to be done by individuals, teams and the organization.
Badan Pengawasan Keuangan dan kita belum dapat mempunyai APIP yang
Pembangunan (BPKP) melalui Pusbin kuat dan efektif. Pemetaan selanjutnya
Jabatan Fungsional Auditor (JFA) pada tahun 2013 terhadap 474 APIP K/L/D,
tahun 2010 melakukan pemetaan leveling dimana 85,23% berada pada level 1,
kapabilitas Aparat Pengawas Intern 14,56% level 2, dan 0,21% level 3
Pemerintah (APIP). Dari 60% total APIP di (intergrated) yaitu Kementerian Keuangan.
seluruh Indonesia, 93% APIP berada pada Prosentase terbanyak masih pada level 1.
level 1 (initial) dan hanya 7% saja yang Leveling kapabilitas APIP
berada pada level 2 (infrastructure) dari 5 selanjutnya dilakukan pada akhir tahun
level yang dijadikan acuan berdasarkan 2014, itupun tidak mengalami perubahan
Internal Audit Capability Model (IACM). berarti (BPKP, 2015). Level kapabilitas
Hal ini menandakan bahwa sektor publik terbanyak masih di level 1, hal ini secara
87
88 | EKOBIS – Ekonomi Bisnis Vol. 22, No. 2, Oktober 2017 : 87 - 102
langsung memberikan gambaran mengenai IACM telah dikembangkan dan
tingkat efektivitas tata kelola APIP yang diakui oleh Institute of Internal Auditors
masih jauh dari kata melakukan peran yang (IIA) dan telah dipraktikkan secara
efektif. Sehingga menjadi wajar jika internasional. Indonesia mengadopsi IACM
efektivitas instansi pemerintah di dengan tetap memperhatikan dan
lingkungan tempat APIP bernaung juga mengambil unsur local contents yang
menjadi tidak efektif. APIP yang terjadi dalam konteks operasional sektor
diharapkan menjadi “first defence” benteng publik di Indonesia, namun prinsip dasar
pertahanan pertama dalam mencegah kasus- tetap sesuai International Best Practices
kasus pidana korupsi tidak berfungsi, (Simanjuntak, Binsar. Grand Design
seakan Itjen seperti tidak ada dan tidak Peningkatan Kapabilitas APIP, Makalah
hadir dalam mencegah makin maraknya Disampaikan pada acara Rakornas
penyimpangan. Pengawasan Intern Pemerintah, 13 Mei
Melihat kondisi dan hasil pemetaan 2015). Strategi yang ada dalam model
tersebut, Presiden Republik Indonesia IACM mulai dari peningkatan kesadaran
menyatakan kekecewaannya atas kinerja APIP untuk memiliki tingkat kapabilitas
pengawasan internal yang jauh dari berkelas dunia yaitu dengan melakukan
pengertian peran APIP yang efektif (Rapat penilaian mandiri (self assessment),
Koordinasi Pengawasan Intern Pemerintah, peningkatan kapabilitas (self improvement);
13 Mei 2015, Jakarta). Ini artinya dan penjaminan kualitas (quality assurance)
pengawasan intern masih belum dapat atas proses self assessment yang telah
memberikan jaminan tata kelola dilakukan APIP oleh BPKP.
pemerintahan yang baik dalam pencegahan Inspektorat Kementerian Luar
korupsi. Presiden bahkan memberikan Negeri (Itjen Kemenlu) dengan perannya
target ke BPKP agar dalam 5 tahun ke sebagai APIP, berdasarkan hasil pemetaan
depan, hasil bisa diubah, bisa dibalik yaitu yang dilakukan BPKP tahun 2010 berada
Level 3 yang 85%, level 1 hanya 1%. pada level 2 yaitu Infrastruktur, dengan
Dengan APIP nasional berada pada level 3 karakteristik APIP mampu melakukan
yaitu integrated, dianggap mampu proses audit secara bertahap dan berulang,
melakukan evaluasi program, evaluasi namun tidak seluruhnya selaras dengan
kebijakan, memberikan layanan konsultasi standar audit; APIP dianggap belum mampu
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan melakukan audit kinerja atau performance
efektivitas (Antara News, Presiden Jokowi audit/ value for money audit; belum
Nilai Kinerja Pengawasanan Keuangan sepenuhnya melakukan advisory services;
Masih Buruk, 13 Mei 2015). dan belum dapat secara berkesinambungan
Bermula dari sinilah, BPKP dengan melakukan compliance auditing, sehingga
perannya sebagai pembina dan koordinator APIP Kementerian Luar Negeri diartikan
APIP nasional menyadari perlunya belum dapat melaksanakan tata kelola
melakukan langkah untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, dan belum dapat
arahan Presiden RI yang selaras dengan menjamin ketaatan dan ketentuan yang
tujuan reformasi birokrasi pada area berlaku (BPKP, 2013).
pengawasan yaitu mendorong APIP Seiring dengan upaya mewujudkan
berperan efektif (PP Nomor 60 Tahun 2008 tata kelola yang baik sesuai salah satu
Tentang Sistem Pengendalian Intern program RPJMN 2015-2019 dan visi
Pemerintah, pasal 11). BPKP melakukan Kemenlu yaitu meningkatkan
langkah strategi kebijakan yang dijadikan profesionalisme SDM Itjen sebagai APIP
acuan bersama bagi seluruh APIP K/L/D yang handal, serta melaksanakan arahan
dalam upaya peningkatan kapabilitias APIP Presiden RI untuk mencapai kapabilitas
berkelas dunia yaitu dengan Internal Audit APIP level 3 pada tahun 2019, APIP
Capability Model (IACM) model yang Kemenlu harus melakukan perubahan
didesain khusus untuk meningkatkan dengan beberapa strategi perbaikan.
kapabilitas internal auditor sektor publik. Widyananda (2008) mengatakan bahwa
Tyarlin Maryan, Institusionalisasi Internal Audit Capability | 89
salah satu kriteria dari suatu tata kelola mulai dari perlunya membentuk tim
yang baik adalah adanya pengembangan perubahan organisasi; perlunya respon
kapasitas dan kapabilitas organisasi. cepat terhadap resistensi; perlu menentukan
Dalam studi organisasi Teori tujuan yang akan dicapai; fokus pada
Institusional, organisasi perlu memperoleh perbaikan yang dilakukan secara
legitimasi dari pemerintah dan masyarakat. berkesinambungan; dan komitmen. Hossan
Disini APIP Kemenlu ingin memperoleh (2015) yang melakukan penelitian
legitimasi dari Pemerintah, bahwa Kemenlu perubahan organisasi yang terjadi pada
memiliki APIP yang kompeten, pemerintah daerah di Australia dengan
berkapabilitas tinggi dan menjalankan peran menerapkan adopsi manajemen sektor
efektifnya. IACM yang merupakan model swasta yaitu Total Quality Manajemen
yang telah dikembangkan oleh IIA dan (TQM), Business Process Reengineering
telah dipraktikan secara internasional, (BPR) dan Benchmarking, menjelaskan
terbukti berhasil dipraktikan pada instansi dengan teori perubahan organisasi Kurt
Kementerian Keuangan untuk Lewin bagaimana memaksimalkan driving
meningkatkan kapabilitas APIPnya dari forces dan meminimalkan resistences,
level 3 ke level 4. Inilah yang membuat sehingga perubahan dapat terjadi dalam
APIP Kemenlu mengadopsi IACM sebagai organisasi.
model untuk memperbaiki dan Sementara itu penelitian akuntansi
mengembangkan kapabilitas organisasinya yang menggunakan teori institusionalisasi
yang pada akhirnya akan memperoleh sebagai alat analisisnya antara lain Usman,
pengakuan atau legitimasi akan keberadaan et al (2010) yang menguji faktor
tingkat kapabilitas APIPnya. isomorphism terhadap minat Pemerintah
Dalam studi organisasi, upaya Kabupaten Parigi Moutong untuk
Kemenlu untuk menyerupai unit organisasi mengimplementasikan software SIAKD
lain dimana APIPnya telah berhasil yang telah dikembangkan oleh Pemerintah
meningkatkan kapabilitas dikenal dengan Pusat. Dari pengujian, diperoleh hasil
istilah isomorphism. Ada tiga cara yang bisa bahwa faktor ismorphic mimetic dan
dilakukan organisasi untuk menyerupai atau normative sangat berpengaruh terhadap
mirip (isomorphism) dengan lingkungan minat dalam proses institusionalisasi.
kelembagaannya. Peneliti DiMaggio dan Penelitian lainnya Apriyanto (2015)
Powell (1983) dan Carruthers (1995); serta mencoba memahami bagaimana proses
Lippi (2000); dan Sewing (2010) adopsi Balanced Scorecard (BSC) pada
membaginya menjadi coercive, mimetic, sektor publik, hasil penelitian menunjukkan
dan normative. Upaya menyerupai unit bahwa pendorong terkuat adalah keinginan
organisasi lain tersebut dapat mendorong organisasi untuk beradaptasi dengan
terjadinya perubahan organisasi. Kurt pergeseran paradigma internal audit sebagai
Lewin (1951) menyampaikan bahwa dalam core business-nya dan normative
proses perubahan organisasi terdapat isomorphism adalah tekanan yang
kekuatan pendorong (driving forces) yang mempengaruhi.
akan berhadapan dengan keengganan Penelitian mengenai IACM pada
(resistences), dan perubahan akan terwujud sektor publik di Indonesia masih sedikit
apabila driving forces dimaksimalkan atau dijumpai, salah satunya adalah
meminimalkan resistences. Rahayuningsih (2012) menggunakan IACM
Cukup banyak penelitian mengenai untuk mengetahui strategi Inspektorat
implementasi perubahan organisasi pada Jenderal Kementerian Keuangan supaya
sektor publik. Cunningham dan Kempling menjadi unit internal audit yang efektif dan
(2009) dalam penelitiannya memberi dapat meningkatkan level IACM dari level
masukan beberapa prinsip yang perlu 3 ke 4. Hasil penelitian menunjukkan
menjadi perhatian dalam bahwa Inspektorat Jenderal Kementerian
mengimplementasikan perubahan Keuangan belum sepenuhnya menjalankan
organisasi agar dapat berhasil, prinsip itu
90 | EKOBIS – Ekonomi Bisnis Vol. 22, No. 2, Oktober 2017 : 87 - 102
perannya dan cukup banyak hambatan IACM digunakan sebagai roadmap untuk
dalam upaya peningkatan level. perbaikan yang dilaksanakan secara
Berbeda dengan penelitian bertahap guna memperkuat kapabilitas atau
sebelumnya, penelitian ini dilakukan atas kemampuan internal audit.
dasar pertimbangan, bahwa penelitian ini BPKP tahun 2010 menggunakannya
berfokus pada institusionalisasi IACM pada untuk melaksanakan survei kajian atas
APIP di Kemenlu dengan menggunakan kekuatan dan kelemahan Inspektorat
teori institusional untuk menganalisis Jenderal secara nasional. Tujuan utama
fenomena yang terjadi; adanya target dari menggunakan IACM ini adalah sarana bagi
Presiden RI dan PP Nomor 60 Tahun 2008 organisasi internal audit sektor publik untuk
tentang SPIP menciptakan tekanan yang melakukan penilaian mandiri terhadap
memaksa Kemenlu melakukan evolusi kemampuannya atau kapabilitasnya dan
secara bertahap menuju kondisi baru, menjadi alat untuk dapat mengembangkan
institusionalisasi IACM ini membawa kemampuan fungsi dan peran intenal audit.
Kemenlu ke dalam perubahan yang Organisasi internal audit sektor publik dapat
berimplikasi terhadap individu maupun menentukan kebutuhan internal auditnya
organisasi. berdasarkan sifat, kompleksitas dan resiko
Berdasarkan penjelasan dan latar yang mungkin akan dihadapi.
belakang tersebut di atas, peneliti mencoba Prinsip yang mendasari IACM
menjawab bagaimana institusionalisasi adalah internal audit merupakan komponen
IACM yang terjadi di lingkungan APIP yang terintegrasi dengan tata kelola dan
Kemenlu dan implikasinya. Diharapkan membantu organisasi mencapai tujuan serta
dari penelitian ini dapat memberikan menilai hasilnya. Strategi dilakukan dengan
kontribusi teoretis yang menjelaskan bahwa pendekatan praktek secara mandiri, baik
teori institusionalisasi masih sangat relevan penilaian kapabilitas, pengembangan dan
digunakan untuk menganalisis dan melaksanakan action plan, dan melakukan
memahami pengadopsian suatu sistem yang monitoring terhadap perkembangan
dapat mendorong perubahan organisasi; pelaksanaan action plan. Setiap perbaikan
kontribusi praktik dimana organisasi yang dilakukan pada tiap tahap akan
mampu mengenal kondisi kapabilitas yang menjadi dasar untuk naik bertahap ke
dimiliki, serta perbaikan yang perlu tingkat kapabilitas berikutnya, sehingga
dilakukan; serta kontribusi kebijakan rumusan yang mendasari IACM adalah
dimana manajemen nantinya akan proses dan praktik tidak akan dapat
menetapkan kebijakan politik yang ditingkatkan jika unit internal audit tidak
strategis. secara berulang dan terus menerus
melakukan perbaikan dan penilaian (BPKP,
Prinsip, dan Strategi Internal Audit 2011).
Capability Model (IACM)
Level Kapabilitas, Elemen, Area Proses
Internal Audit Capability Model (IACM)
Utama IACM, dan Framework
merupakan suatu model kerangka kerja
yang mengidentifikasikan kebutuhan dasar IACM mengelompokkan kapabilitas APIP
atau fundamental untuk membuat unit ke dalam 5 level, dimana masing-masing
internal audit sektor publik menjadi lebih level menggambarkan tingkat kapabilitas
efektif. IACM ini dikeluarkan oleh Institute suatu unit internal audit. Setiap level
of Internal Auditors (IIA) melalui Institute menjelaskan karakteristik dan kemampuan
of Internal Auditor Research Foundation kegiatan APIP.. Makin tinggi level dapat
(IIARF) pada tahun 2009, IIA dikatakan bahwa APIP telah melaksanakan
mengembangkan model ini dengan maksud perannya secara efektif. Secara lengkap 5
untuk digunakan secara global sebagai level IACM Nampak pada Gambar 1 beikut
dasar penerapan dan pelembagaan audit
ini
internal sektor publik yang efektif dan
Tyarlin Maryan, Institusionalisasi Internal Audit Capability | 91
Teori Institusional
Topik utama Teori Institusional adalah
upaya untuk memahami mengapa organisasi
menjadi serupa dan mengapa terdapat
kesamaan dalam bentuk dan praktik-praktik
yang dilakukan organisasi (DiMaggio dan
Powel, 1983). Proses organisasi
mengadopsi suatu unsur dari luar baik
berupa ide, sistem maupun praktik, dapat
Gambar 2. Matriks 41 KPA menjadikan organisasi tersebut menjadi
Sumber: IACM For The Public Sector, IIA, sama dengan organisasi lainnya, proses itu
2009 disebut isomorphism. Dan proses yang
92 | EKOBIS – Ekonomi Bisnis Vol. 22, No. 2, Oktober 2017 : 87 - 102
mendorong organisasi untuk menjadi mirip menggambarkan dinamika perubahan yang
atau homogen dengan organisasi yang terjadi dalam suatu organisasi. Teori ini
ditirunya disebut dengan isomorphic menyatakan akan selalu ada keengganan
pressures. (Resistences) untuk berubah yang selalu
DiMaggio dan Powell (1983) menjadi penghalang, selain adanya
mengambarkan isomorphism sebagai proses kekuatan pendorong (Driving force) yang
yang mendorong organisasi untuk menginginkan dilakukannya perubahan.
mendapatkan pengakuan dan menjelaskan Perubahan organisasi dapat terjadi dengan
bahwa ada tiga faktor eksogen yang catatan apabila kekuatan pendorong dapat
menyebabkan terjadinya institutional dimaksimalkan atau meminimalisir
isomorphism, yaitu mimetic, coercive, dan resistensi yang muncul. Lewin merumuskan
normative. Mimetic, peniruan terjadi karena 3 tahapan yang dilalui yaitu Awal
adanya unsur ketidakjelasan atau Perubahan (Unfreezing) tahap ini
ketidakpastian. Organisasi mengalami merupakan momentum untuk
tujuan yang ambigu, pengetahuan yang menumbuhkan kesadaran pentingnya
rendah terhadap inovasi teknologi perubahan, yang berkenaan dengan faktor
menyebabkan dirinya mencontek organisasi perilaku manusia dan perilaku organisasi.
lainnya yang terbukti berhasil. Coercive, Manusia menjadi kunci utama dalam
terjadi karena adanya unsur tekanan dalam proses perubahan, berhasil tidaknya; Proses
bentuk formal dan informal dari organisasi Transisi (Movement) merupakan tindakan
yang memiliki kekuasaan. Organisasi memperkuat driving forces maupun
dikatakan memiliki kekuasaan atas memperlemah resistences; dan
organisasi lainnya karena ketergantungan Keberlanjutan (Refreezing) tahap dimana
organisasi tersebut dan karena adanya organisasi dibawa kepada keseimbangan
harapan dari publik. Tekanan tersebut bisa yang baru (A new dynamic equilibrium)
jadi suatu kekuatan, bujukan atau sekedar setelah perubahan dilakukan dengan
ajakan untuk bergabung ataupun ikut serta memberlakukan aturan baru. Diagram force
dalam mempraktikkan suatu sistem. Mandat field Theory of Change tampak pada
pemerintah melalui peraturan perundangan Gambar 4, dibawah ini:
bisa menjadi bentuk tekanan bagi
organisasi. Normative, tekanan berasal dari
legitimasi perguruan tinggi dan pengaruh
dari lembaga profesional yang memiliki
peran dalam penetapan dan penyebaran
peraturan organisasi.
Perubahan Organisasi
Kurt Lewin (1951) berpendapat
perubahan organisasi merupakan proses
dimana organisasi bergerak dari satu
tahapan dimana kondisinya sudah stabil ke
tahapan lainnya melalui serangkaian proses Gambar 4. Force Field Theory of Change
dan strategi yang telah ditentukan, dan Sumber: Lewin (1951)
perubahan dari satu tahapan ke tahapan
lainnya itu terjadi karena adanya tekanan Disini peneliti menggunakan teori
terhadap organisasi. Dari sini dapat perubahan organisasi yang dikembangkan
disimpulkan bahwa perubahan organisasi oleh Kurt Lewin, dimana perubahan
dilakukan secara bertahap, perubahan yang dilakukan secara terencana. Organisasi
dilakukan harus direncanakan dan bergerak dari satu tahap ke tahap lainnya
perubahan tidak dilakukan secara drastis. melalui serangkaian proses tahapan yang
Kurt Lewin mengemukakan tentang telah ditentukan.
Force field theory of change yang
Tyarlin Maryan, Institusionalisasi Internal Audit Capability | 93
Elemen II: Manajemen SDM (People Elemen VI: Struktur Tata Kelola
Management) APIP telah melakukan (Governance Structures) APIP dinilai telah
identifikasi dan perekrutan SDM yang membangun hubungan pelaporan baik
berkompeten, sehingga kegiatan laporan kegiatan maupun administrasi
pengawasan dilakukan oleh auditor yang secara formal, namun bentuk infrastuktur
memiliki kompetensi. APIP juga telah masih perlu disempurnakan yaitu dokumen
melakukan pengembangan profesi bagi yang menunjukkan komitmen tertulis
94 | EKOBIS – Ekonomi Bisnis Vol. 22, No. 2, Oktober 2017 : 87 - 102
pimpinan puncak terhadap kewenangan kesesuaian penugasan pengawasan telah
Inspektorat yaitu Internal Audit Charter sesuai dengan standar audit. QA dapat
(IAC) atau Piagam Audit Internal. IAC dilakukan dengan penilaian sendiri dan
memberikan kerangka kerja bagi selanjutnya mendapatkan validasi dari
berjalannya fungsi audit. pihak lain di luar APIP (telaah sejawat).
Infrastruktur yang dapat dilakukan dengan
Strategi Menuju APIP Level 3 Integrated membuat surat pernyataan independensi
Jika dilihat dari Matriks 41 KPA, ada 14 dan objektivitas auditor dan penyebaran
KPA yang harus dipenuhi oleh APIP kuesioner kepuasan auditee.
Kemenlu untuk mencapai level 3. Strategi
Elemen IV : Akuntabilitas dan
yang harus dicapai tersebut cukup jelas
Manajemen Kinerja (Performance
diuraikan pada tools IACM. Beberapa
Management and Accountability) APIP
strategi sbb:
perlu memiliki kebijakan, sistem dan
Elemen I : Peranan dan Layanan prosedur pelaporan pengelolaan kegiatan
(Services and Role of Internal Auditing) pengawasan untuk mendukung
Value for Money Audit, APIP melakukan akuntabilitas. APIP juga perlu memiliki
penilaian dan pelaporan pelaksanaan sistem yang dapat menyediakan informasi
program atas prinsip efisiensi, efektivitas, mengenai biaya, gunanya untuk
yang berkaitan dengan governance, risk pengendalian biaya kegiatan pengawasan
management dan control. Infrastuktur yang yang dilakukan dan salah satu dasar
dapat dilakukan dengan melakukan PKPT pengambilan keputusan.
berbasis resiko dengan sasaran audit 3E dan
advisory services. Elemen V : Budaya Kerja dan Hubungan
Organisasi (Organizational Relationship
Elemen II : Manajemen SDM (People and Culture) APIP dan unit lain dalam
Management) Koordinasi satuan tugas organisasi kementerian merupakan satu tim
(satgas) SDM APIP perlu diciptakan, manajemen, disini APIP perlu berpartisipasi
sehingga dalam pelaksanaan kegiatan secara efektif memberikan nilai tambah
pengawasan APIP selalu melakukan bagi organisasinya, sehingga keberadaan
penyelarasan dengan mempertimbangkan APIP diakui dalam organisasi. Budaya kerja
SDM yang dimiliki. Pertimbangan dan hubungan organisasi juga perlu
peningkatan kualitas APIP menjadi pegawai diciptakan dengan pihak lain, baik internal
yang berkompeten dalam bidangnya perlu dan eksternal yang juga melakukan
direncanakan dan menjadi komitmen bagi providers of assurance and advisory
pimpinan. Infrastuktur perlu segera services, hal tersebut untuk meminimalisir
dipenuhi dari membuat kerangka duplikasi kegiatan pengawasan.
kompetensi pegawai; perencanaan diklat
Elemen VI : Struktur Tata Kelola
dan training; mengikuti program sertifikasi
(Governance Structures) APIP perlu
sesuai kompetensi yang diperlukan; sistem
membangun proses penganggaran yang
rotasi dan mutasi yang jelas; mekanisme
transparan agar dapat memastikan
reward. Pengembangan kemampuan tidak
ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan
hanya dilakukan untuk individu, namun
dalam pelaksanaan tugas pengawasan.
juga tim.
Untuk itu APIP perlu mekanisme pengajuan
Elemen III : Praktik Profesional dan persetujuan kebutuhan sumber daya
(Professional Practices) Pelaksanaan audit yang akan digunakan dengan tetap
berbasis resiko memerlukan perencanaan, memperhatikan risiko organisasi yang
untuk itu APIP perlu membuat peta auditan muncul jika terjadi pembatasan sumber
(Audit Universe) yang mengidentifikasi daya. Piagam Internal Audit (Internal Audit
informasi unit kerja yang memiliki risiko. Charter) sangat diperlukan untuk
Quality assurance juga perlu dilaksanakan memayungi penugasan pengawasan untuk
secara periodik untuk memastikan
Tyarlin Maryan, Institusionalisasi Internal Audit Capability | 95