Glasgow Coma Scale, Ventilator Associated Pneumonia, Length of Stay
Glasgow Coma Scale, Ventilator Associated Pneumonia, Length of Stay
Glasgow Coma Scale, Ventilator Associated Pneumonia, Length of Stay
1
Timothy M. Poluan
2
Diana Ch. Lalenoh
2
Barry I. Kambey
1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
2
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi/RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Email: [email protected]
Abstract: Stroke patients with decreased consciousness, airway disorders, hypoxia, apnea or
therapeutic initiation of hyperventilation must be intubated. The delay in intubation time in
stroke patients with a deteriorating general condition is very dangerous because it is related to
higher mortality within the first 24 to 48 hours and will affect the length of stay (LOS). One of
the indications for intubation in stroke patients is the decrease in consciousness, namely the
Glasgow Coma Scale (GCS) score <9. Albeit, intubation and mechanical ventilation can cause
a person 6 to 21 times more likely to develop pneumonia, commonly referred to as ventilator
associated pneumonia (VAP). This study was conducted at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital
Manado and was aimed to obtain the correlation between time of intubation and stroke
patient’s outcome based on GCS, VAP, LOS, and mortality. The results showed that there was
no relationship between time of intubation <48 hours or ≥48 hours after stroke and
improvement of GCS (0%); between time of intubation <48 hours or ≥48 hours after stroke
and the occurence of VAP (P=0.698); and between time of intubation <48 hours or ≥48 hours
after stroke and LOS (r=0.265; P=0.054); as well as between time of intubation <48 hours or
≥48 hours after stroke and mortality in the first two days after intubation (P=0.313).
Keywords: stroke, time of intubation, outcome.
Abstrak: Pasien stroke dengan penurunan kesadaran, gangguan jalan napas, hipoksia, apnea
atau inisiasi terapetik hiperventilasi harus diintubasi. Penundaan waktu tindakan intubasi pada
pasien stroke dengan keadaan umum yang memburuk sangat berisiko karena berkaitan dengan
mortalitas dalam waktu 24-48 jam pertama dan akan memengaruhi length of stay (LOS).
Indikasi dilakukannya intubasi terhadap pasien stroke salah satunya ialah penurunan kesadaran
yang dinilai dengan skor Glasgow Coma Scale (GCS) <9. Intubasi dan ventilasi mekanik
dapat menyebabkan seseorang 6 sampai 21 kali lipat cenderung terkena pneumonia (ventilator
associated pneumonia/VAP). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara
waktu tindakan intubasi dengan outcome pasien stroke di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado dengan menggunakan kajian terhadap GCS, VAP, LOS, dan angka kematian. Hasil
penelitian memperlihatkan tidak terdapat hubungan antara waktu tindakan intubasi <48 jam
atau ≥48 jam setelah serangan stroke dengan perbaikan GCS (0%); dengan kejadian VAP
(P=0,698); dengan LOS (r=0,265; P=0,054); dan dengan angka kematian pada 2 hari pertama
setelah diintubasi (P=0,313).
Kata kunci: stroke, waktu tindakan intubasi, outcome
135
136 Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2018
Stroke menempati urutan nomor 1 penyakit Hilker et al13 melaporkan sekitar 82% (14
paling sering penyebab kematian di dari 17 pasien) kejadian VAP pada pasien
Indonesia pada tahun 2014 setelah jantung stroke dan Kwon et al14 melaporkan sekitar
dan pembuluh darah di urutan kedua dan 77% kejadian VAP (24 dari 31 pasien).
diabetes melitus serta komplikasinya di Hasil pengambilan data awal yang
urutan ketiga.1 Pasien stroke dengan penu- dilakukan oleh peneliti di ruangan ICU
runan kesadaran, gangguan jalan napas, RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
hipoksia, apnea, atau inisiasi terapetik memperoleh hasil pada periode Januari
hiperventilasi harus diintubasi.2 Gangguan 2015 hingga Desember 2017 terdapat
jalan napas seperti adanya obstruksi jalan sebanyak 83 pasien stroke yang dirawat di
napas paling sering disebabkan karena ICU dengan 38 pasien yang diintubasi.
adanya paralisis pada otot faring dan lidah Penelitian ini bertujuan untuk menda-
sehingga menyebabkan apnea. Prognosis patkan hubungan antara waktu tindakan
dari pasien-pasien stroke yang memerlukan intubasi dengan outcome pasien stroke di
intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
memiliki angka mortalitas yang tinggi dengan menggunakan kajian terhadap GCS,
yakni 49%-93%.2,3 Sekitar 15-20% pasien VAP, LOS, dan angka kematian.
dengan stroke iskemik akut harus menda-
patkan perawatan di intensive care unit METODE PENELITIAN
(ICU). Pasien dengan stroke hemoragik Jenis penelitian ini ialah analitik retro-
harus memerlukan penanganan di ICU.4 spektif menggunakan data rekam medis
Beberapa penelitian menunjukkan angka pasien yang dirawat di ruang rawat intensif
mortalitas yang cukup tinggi dari pasien (Intensive Care Unit/ICU) RSUP Prof. Dr.
stroke yang diintubasi dan dirawat di ICU. R. D. Kandou Manado periode Januari
Ludwigs et al5 melaporkan angka mortali- 2015 - Desember 2017. Sampel penelitian
tas sebesar 75%. Burtin et al6 melaporkan diperoleh dengan menggunakan metode
bahawa 170 pasien stroke yang diintubasi total sampling yaitu seluruh berkas rekam
memiliki angka mortalitas 72%, Steiner, et medis pasien stroke yang diintubasi.
al7 melaporkan angka mortalitas 52%.
Penelitian dari Gujjar et al8 melaporkan HASIL PENELITIAN
angka mortalitas 57% pada pasien stroke Berdasarkan pengumpulan data rekam
iskemik dan 58% pada pasien stroke medis yang dilakukan di Bagian Rekam
hemoragik. Penundaan waktu tindakan Medis RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
intubasi pada pasien stroke dengan keadaan Manado periode Januari 2015 - Desember
umum yang memburuk sangat berbahaya 2017, didapatkan 38 data pasien stroke
karena berkaitan dengan mortalitas dalam yang diintubasi.
waktu 24-48 jam pertama.9 Pasien yang Subjek penelitian ini berjumlah 38
diintubasi >48 jam pertama mempunyai pasien stroke yang diintubasi sesuai dengan
angka mortalitas yang lebih tinggi diban- data rekam medis, terdiri dari 19 orang
dingkan dengan yang diintubasi lebih pasien laki-laki (50%) dan 19 orang pasien
cepat. Lama rawat inap atau length of stay perempuan (50%).
(LOS) lebih panjang pada pasien yang Tabel 1 menunjukkan distribusi pasien
diintubasi lebih dari >48 jam.10 Indikasi stroke yang diintubasi berdasarkan usia.
dilakukannya intubasi terhadap pasien Yang terbanyak ialah pasien berusia 56-65
stroke salah satunya ialah faktor penurunan tahun (36,8%), diikuti pasien berusia >65
kesadaran yakni dengan skor Glasgow tahun (31,6%) dan pasien berusia 46-55
Coma Scale (GCS) <9.11 tahun (21,1%).
Intubasi dan ventilasi mekanik dapat Tabel 2 memperlihatkan karakteristik
menyebabkan seseorang 6-21 kali lipat subjek penelitian berdasarkan waktu tin-
cenderung terkena pneumonia yang disebut dakan intubasi. Didapatkan subjek yang
ventilator associated pneumonia (VAP).12 terintubasi pada waktu <48 jam sebanyak
Poluan, Lalenoh, Kambey: hubungan antara waktu tindakan intubasi ... 137
14 pasien (36,8%) dan ≥48 jam sebanyak dalam waktu ≤2 hari dan sebanyak 19
24 pasien (63,2%). pasien (50%) yang meninggal >2 hari.
Tabel 1. Karakteristik subjek menurut usia Tabel 5. Karakteristik subjek menurut angka
kematian
Usia (tahun) Jumlah
26 – 35 1 (2,6%) Angka kematian Jumlah
36 – 45 3 (7,9%) ≤2 hari 19 (50%)
46 – 55 8 (21,1%) >2hari 19 (50%)
56 – 65 14 (36,8%) Total 38 (100%)
>65 12 (31,6%)
Total 38 (100%) Tabel 6 menunjukkan bahwa semua
pasien stroke yang diintubasi <48 jam tidak
Tabel 2. Waktu tindakan intubasi mengalami peningkatan GCS dan juga
semua pasien stroke yang diintubasi ≥48
Waktu tindakan Jumlah jam tidak mengalami peningkatan GCS.
intubasi
<48 jam 14 (36,8%) Tabel 6. Waktu tindakan intubasi dengan GCS
≥48 jam 24 (63,2%)
Total 38 (100%) Waktu GCS GCS Total
tindakan Positif Negatif
intubasi
Tabel 3 menunjukkan bahwa pasien <48 jam 0 14 14
stroke yang diintubasi dengan positif (100%) (100%)
ventilator associated pneumonia berjumlah ≥48 jam 0 24 24
3 pasien (7,9%) dan yang negatif VAP (100%) (100%)
berjumlah 35 (92,1%). Total 0 38 38
(100%) (100%)
Tabel 3. Karakteristik subjek menurut kejadian
VAP Tabel 7 menunjukkan bahwa VAP
pada pasien stroke yang diintubasi
VAP Jumlah
sebanyak 1 pasien VAP positif (7,1%)
Positif 3 (7,9%)
dengan waktu tindakan intubasi <48 jam
Negatif 35 (92,1%) dan pada waktu tindakan intubasi ≥48 jam
Total 38 (100%) terdapat 2 pasien VAP positif (8,3%)
dengan total 3 pasien VAP Positif (7,9%)
Tabel 4 memperlihatkan karakteristik dan sebanyak 35 pasien tidak mengalami
subjek penelitian menurut perbaikan GCS. VAP (92,1%).
Didapatkan bahwa semua pasien stroke Hasil uji Fisher’s Exact Test yang
yang terintubasi yakni berjumlah 38 pasien mendapatkan nilai P=0,698 (P>0,05) yang
(100%) tidak mengalami perbaikan GCS. menunjukkan bahwa korelasi antara waktu
tindakan intubasi dengan VAP tidak
Tabel 4. Karakteristik subjek menurut GCS bermakna.
Peningkatan GCS Jumlah Tabel 8 menunjukkan hubungan antara
waktu tindakan intubasi dengan LOS yang
Positif 0
diuji dengan uji korelasi point biserial.
Negatif 38 (100%)
Hasil uji ini mendapatkan nilai korelasi r =
Total 38 (100%) 0,265 dengan nilai P=0,054 (P>0,05) yang
menyatakan terdapat hubungan yang lemah
Tabel 5 menunjukkan karakteristik dan tidak bermakna antara waktu tindakan
subjek penelitian berdasarkan angka kema- intubasi dengan LOS.
tian. Sebanyak 19 pasien (50%) meninggal
138 Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2018
tindakan intubasi tidak ada indikasi bahwa katkan pembiayaan dan kebutuhan pera-
pneumonia sudah ada sebelumnya atau watan rumah sakit dan juga akan
sedang berkembang. Intubasi dan ventilasi menambah beban dari keluarga pasien.18
mekanik dapat menyebabkan seseorang 6- Hasil penelitian yang dilakukan oleh
21 kali lipat cenderung terkena pneumonia. Tobi dan Frederick19 menunjukkan bahwa
Pada Tabel 7 hanya terdapat 3 pasien sebanyak 49 pasien yang terpasang
(7,9%) yang terbukti positif VAP dari total ventilator mekanik dari total 175 pasien
38 pasien stroke yang diintubasi. Hal ini yang dirawat ICU terjadi perpanjangan
berbeda dengan penelitian yang dilakukan LOS pada 27 pasien (30%) sedangkan 22
oleh Hilker et al13 yang melaporkan 14 pasien (24,4%) tidak mengalami perpan-
kejadian VAP (82%) dari 17 pasien stroke jangan LOS. Penelitian oleh Bauer et al10
yang diintubasi serta Kwon et al14 melapor- mengenai waktu tindakan intubasi terhadap
kan 24 dari 31 pasien (77%). Kedua pasien-pasien di ICU menunjukkan bahwa
penelitian tersebut menunjukkan angka pasien yang diintubasi lebih lambat akan
kejadian VAP pada pasien stroke yang lebih cenderung meningkatkan LOS di ICU
diintubasi cukup tinggi. Pada penelitian maupun LOS di rumah sakit dibanding
yang dilakukan oleh Kasuya et al17 dilapor- dengan pasien yang lebih cepat diintubasi.
kan 31 pasien (28%) dari 111 pasien stroke Berdasarkan Tabel 8 dengan menge-
positif VAP yakni tergolong rendah sampingkan kategori adanya perpanjangan
dibandingkan dengan kedua penelitian LOS atau tidak menunjukkan bahwa
tersebut. Kasuya et al17 juga melaporkan hubungan antara waktu tindakan intubasi
bahwa pasien stroke yang positif VAP dengan LOS yang diuji dengan korelasi
cenderung memiliki skor yang lebih tinggi point biserial mendapatkan nilai korelasi
pada NIHSS (tingkat keparahan stroke), r=0,265 dengan nilai P=0,054. Hasil
keparahan kondisi pasien (APACHE II) tersebut menyatakan terdapat hubungan
dan Sequential Organ Failure Assessment yang lemah dan tidak bermakna antara
(SOFA) dibanding dengan yang tidak waktu tindakan intubasi semenjak serangan
terkena VAP. stroke dan LOS (P>0,05).
Pada Tabel 7 sebanyak 1 pasien VAP Tabel 5 dan 9 menunjukkan bahwa
positif dengan waktu intubasi lebih cepat terdapat 19 pasien (50%) yang meninggal
(<48 jam) dan 2 pasien VAP positif dengan pada ≤2 hari pertama dan 19 pasien (50%)
waktu intubasi lebih lama (≥48 jam). meninggal >2 hari setelah dilakukan
Pembuktian adanya korelasi antara waktu intubasi dari total 38 pasien (100%) yang
tindakan intubasi dengan kejadian VAP diintubasi dan meninggal. Penelitian ini
pada pasien stroke diuji menggunakan Chi sejalan dengan penelitian-penelitian sebe-
Square/Fisher Exact yang menunjukkan lumnya oleh Ludwigs et al5 yang melapor-
hasil analisis korelasi antara tindakan kan angka mortalitas setinggi 75%; Burtin
intubasi cepat ataupun lambat yakni <48 et al6 melaporkan dari 170 pasien stroke
jam atau ≥48jam setelah serangan stroke yang diintubasi terdapat angka mortalitas
dengan kejadian VAP dinyatakan tidak 72%; Steiner et al7 melaporkan angka mor-
terdapat hubungan bermakna (P=0,698). talitas 52%, serta Gujjar et al8 melaporkan
Length of stay (LOS) atau lama hari angka mortalitas 57% pada pasien stroke
rawat menunjukkan berapa hari lamanya iskemik dan 58% pada pasien stroke
seorang pasien dirawat inap pada satu hemoragik. Semua penelitian ini menun-
periode perawatan. Satuan untuk LOS ialah jukkan angka kematian yang cukup tinggi
hari dan dalam penelitian ini dihitung sejak yakni lebih dari 50%.
pasien masuk dari ICU. Terjadi perpan- Penundaan waktu untuk tindakan into-
jangan LOS (prolonged length of stay) di basi pada pasien stroke yang mengalami
ICU adalah ketika seorang pasien dirawat perburukan berkaitan erat dengan kematian
sekurangnya 14 hari semenjak dimasukan pada 24-48 jam pertama.9 Tindakan
ke ICU. Perpanjangan LOS akan mening- intubasi yang dilakukan lebih lama yakni
140 Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2018
>48 jam akan memiliki risiko kematian endotracheal intubation for acute
lebih besar dibandingkan dengan tindakan stroke. Neurology. 1999;52(7):1374.
intubasi lebih cepat yakni <48 jam.10 3. Mayer SA, Copeland D, Bernardini GL,
Waktu tindakan intubasi yang dilakukan Boden-Albala B, Lennihan L,
Kossoff S, et al. Cost and outcome of
setelah serangan stroke dalam penelitian ini
mechanical ventilation for life-
menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji threatening stroke. Stroke. 2000;31:
korelasi antara waktu tindakan intubasi 2346-53.
tersebut (cepat <48 jam dan lambat ≥48 4. Perioperative management of hemorrhagic
jam) dengan angka kematian ≤2 hari dan stroke. Bagian Anestesiologi & Terapi
>2 hari (Tabel 9) diperoleh hasil P=0,313 Intensif Fakultas Kedokteran
(P>0,05) yang menunjukkan tidak terdapat Universitas Padjadjaran RS. Dr. Hasan
hubungan bermakna antara waktu tindakan Sadikin-Bandung
intubasi cepat atau lambat sejak serangan 5. Ludwigs UG, Baehrendtz S, Wanecek M,
dengan angka kematian pada 2 hari Matell G. Mechanical ventilation in
pertama setelah tindakan. medical and neurological diseases: 11
years of experience. Intern Med J.
1991;229:117-24.
SIMPULAN 6. Burtin P, Bollaert PE, Feldmann L, Nace L,
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat Lelarge P, Bauer P, et al. Prognosis of
disimpulkan bahwa pada pasien stroke stroke patients undergoing mechanical
yang dirawat di ICU RSUP Prof. Dr. R. D. ventilation. Intensive Care Medicine
Kandou Manado tidak terdapat hubungan 1994;20:32-6.
antara waktu tindakan intubasi <48 jam 7. Steiner T, Mendoza G, Georgia MD,
atau ≥48 jam setelah serangan stroke Schellinger P, Holle R, Hacke W.
dengan perbaikan GCS maupun antara Prognosis of Stroke Patients Requiring
waktu tindakan intubasi <48 jam atau ≥48 Mechanical Ventilation in a Neuro-
jam setelah serangan stroke dengan logical Critical Care Unit. Stroke.
kejadian VAP, antara waktu tindakan 1997;28:711–5.
8. Gujjar AR, Deibert E, Manno EM, Duff S,
intubasi <48 jam atau ≥48 jam setelah
Diringer MN. Mechanical ventilation
serangan stroke dengan LOS, dan antara for ischemic stroke and intracerebral
waktu tindakan intubasi <48 jam atau ≥48 hemorrhage: Indications, timing, and
jam setelah serangan stroke dengan angka outcome. Neurology. 1998;51:447–51.
kematian pada 2 hari pertama setelah 9. Grotta J, Pasteur W, Khwaja G, Hamel T,
diintubasi. Fisher M, Ramirez A. Elective
intubation for neurologic deterioration
SARAN after stroke. Neurology 1995;45:640-4.
Diharapkan pada penelitian lanjut 10. Bauer PR, Gajic O, Nanchal R, Kashyap
digunakan periode waktu yang lebih pan- R, Martin-Loeches I, Sakr Y, et al.
jang untuk mendapatkan sampel lebih Association between timing of
intubation and outcome in critically ill
banyak. Selain itu untuk penelitian lanjut
patients: A secondary analysis of the
diharapkan meneliti hubungan waktu tin- ICON audit. J Crit Care. 2017;42:1-5.
dakan intubasi dan outcome pasien stroke 11. Abdul G. Manajemen Stroke. Yogyakarta:
dengan jenis stroke yang lebih spesifiik. Pustaka Cendekia Press, 2009.
12. Mehndiratta M, Nayak R, Ali S, Sharma
DAFTAR PUSTAKA A, Gulati N. Ventilators in ICU: a
1. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit boon or burden. Annals of Indian
Kemenkes RI. Kebijakan dan Strategi Academy of Neurology. 2016;19:69.
Pencegahan dan Pengendalian Stroke di 13. Hilker R, Poetter C, Findeisen N, Sobesky
Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI, 2018. J, Jacobs A, Neveling M, et al.
2. Bushnell CD, Phillips-Bute BG, Laskowitz Nosocomial pneumonia after acute
DT, Lynch JR, Chilukuri V, Borel stroke: implications for neurological
CO. Survival and outcome after intensive care medicine. Stroke 2003;
Poluan, Lalenoh, Kambey: hubungan antara waktu tindakan intubasi ... 141