Penggunaan Obat Herbal Pada Pasien Kanker Serviks
Penggunaan Obat Herbal Pada Pasien Kanker Serviks
Penggunaan Obat Herbal Pada Pasien Kanker Serviks
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/266261536
CITATION READS
1 11,067
4 authors:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
1st International Integrative Conference on Health, Life and Social Sciences (ICHLaS) View
project
All content following this page was uploaded by Maksum Radji on 01 October 2014.
Abstract: Herbal medicines have widely been used to treat many type of diseases despite the advance
of standard or conventional therapy. In fact, many people in Indonesia use medicinal plant as their
customary part of life. Therefore, it is necessary to further explore the use of herbal medicines through
modern perception. In this study we would like to know the frequency and species of herbal medicines
used among cervical cancer patients in National Cancer Hospital Dharmais, Jakarta, Indonesia and
also to assess the relationship between age, education, jobs, stage of cancer, and payment status of
the patients. The results were 61,8% patients used herbal medicines. The herbal medicines used most
were mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Scheef. Boer!.) 35.3%, temu putih (Curcuma zedoaria
Rose.) 32.4%, and buah merah (Pandanus conoideus Lam) 17,6% . There was a significant relationship
(p=O,039)between the use of herbal medicines and stage of cancer but no relationship between age,
education, occupation, income and payment status with the use of herbal medicines.
http://www.univpancasila.ac.id 8/20
34 RADn, ET AL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia
menggolongkan pemakaian obat herbal ke dalam Data dikumpulkan dengan cara melihat rekam
complementary and alternative medicine (CAM) atau medis pasien kanker serviks. Pasien rawat inap atau
pengobatan komplementer dan alternatif. Pengobatan rawatjalan diwawancarai oleh penulis menggunakan
komplementer didefinisikan sebagai pengobatan yang kuesioner. Setiap pasien yang akan diwawancarai
melengkapi pengobatan konvensional, sementara diminta persetujuannya terlebih dahulu dan
pengobatan alternatif didefinisikan sebagai pengobatan menandatangani form informed consent.
yang menggantikan pengobatan konvensional(l). Analisis data. Data yang dikumpulkan diperiksa
Seni pengobatan menggunakan tumbuh-tumbuhan ke1engkapannya, kemudian dimasukkan ke perangkat
telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu dan lunak pengolah data untuk melihat frekuensi
diwariskan secara turun temurun melalui tulisan penggunaan obat herbal. Analisis chi-square dilakukan
ataupun lisan. Seni pengobatan tertua ditemukan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan
pada sisa peninggalan kebudayaan di Shanidar IV obat herbal dengan usia, pekerjaan, pendidikan,
Iraq sekitar 60.000 tahun yang lalu, dan ditemukan suku, penghasilan, cara pembayaran, dan stadium
juga pada peninggalan kuno bangsa Romawi, Cina, penyakit.
Arab, India, dan Afrika. Di Indonesia kebiasaan
menggunakan racikan tumbuhan sebagai bahan obat HASIL DAN PEMBAHASAN
dikenal dengan nama jamu atau ramuan(lO).
Obat herbal merupakan terapi yang tetap bertahan Pasien yang diwawancarai berjumlah 36 orang.
di tengah-tengah kemajuan pengobatan konvensional. Sejumlah 34 orang memberikanjawaban, sementara 2
Minat pasien terhadap obat herbal dipicu oleh orang lagi tidak. Salah seorang tidak dapat memberikan
risiko efek samping yang rendah dan lebih aman jawaban karena keberatan diwawancarai dan seorang
dibandingkan obat konvensional. Saat ini, penggunaan lagi sedang dalam kondisi yang sangat buruk sehingga
obat herbal telah menyebar di se1uruh dunia. Pasar tidak memungkinkan untuk dilaksanakan wawancara.
obat herbal dunia yang telah mencapai US$5 miliar/ Karakteristik pengguna obat herbal disajikan pada Tabel
tahun merupakan bukti semakin meningkatnya minat 1.Pasien kanker serviks (n=34) yang menggunakan obat
masyarakat dalam menggunakan obat herbat<ll). herbal sebanyak 61,8%, sisanya 38,2% tidak pernah
Berdasarkan data Gabungan Perusahaan Jamu dan menggunakan obat herbal.
Obat Tradisional, transaksi obat herbal di Indonesia Jenis obat herbal terbanyak pilihan pasien adalah
diperkirakan mencapai lebih dari Rp 2 triliun/tahun. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Scheef. Boerl.)
Setiap tahun dibutuhkan 5.000 ton jahe (Zingiber 35,3%, temu putih (Curcuma zedoaria Rose.) 32,4%,
officinale Roscoe), 3.000 ton temulawak (Curcuma dan buah merah 17,6% (Pandanus conoideus Lam).
xanthorrhiza Roxb) dan 25 ton pegagan Centella Ditinjau dari waktu pemakaian, pasien menggunakan
asiatica, untuk berbagai perusahaan jamu di Tanah obat herbal sebelum terapi konvensional 29,4%,
Air<12). bersamaan dengan terapi konvensional 8,8%, dan
Penggunaan obat herbal sebagai obat komplementer setelah terapi konvensional 23,5%. Sementara itu,
dan alternatif pada pasien kanker telah dilaporkan lama pemakaian obat herbal kurang dari empat
teIjadi pada pasien kanker payudara(l3\ pasien kanker minggu 32,4% dan lebih dad empat minggu 29,4%
serviks(14\ dan pasien kanker leher rahim(ll). Tetapi, sebagaimana yang disajikan pada Tabe12.
di Indonesia, penggunaan obat herbal pada pasien Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien
kanker serviks belum pernah diteliti. Penelitian ini diketahui bahwa obat herbal yang paling banyak
dilakukan untuk mengetahui penggunaan obat herbal digunakan ini berupa obat herbal jadi yang dijual
pada pasien kanker serviks, jenis, dan lama pemakaian dalam kemasan yang mereka dapatkan dad apotek
obat herbal serta hubungannya dengan stadium ataupun toko obat. Dosis pemakaiannya disesuaikan
penyakit, usia, pendidikan, suku, penghasilan, dan dengan petunjuk yang tertera dalam kemasan obat
status pembayaran. herbal tersebut.
Penggunaan obat herballainnya yang tersaji pada
BAHAN DAN METODE Tabel 2, biasanya berasal dad daun atau akar yang
direbus dan diminum sari airnya.
Populasi dan sampeI. Desain penelitian ini adalah Dorongan bagi pasien kanker serviks untuk
penelitian cross sectional menggunakan kuesioner. menggunakan obat herbal antara lain berasal dari
Populasi target adalah wanita penderita kanker serviks, keluarga dan ternan 38%, media massa 52% dan dari
dan populasi terjangkau adalah wanita pendedta buku sekitar 10% (Tabel 3). Sementara itu, minat
kanker serviks yang berobat ke Rumah Sakit Kanker pasien kanker serviks yang tidak menggunakan obat
Dharmais (RSKD) Jakarta. herbal untuk mencoba menggunakan obat herbal
http://www.univpancasila.ac.id 8/20
Vo18,2010 Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 35
Ya Tidak
Karakteristik Nilai p*
Jumlah % Jumlah %
untuk membantu penyembuhan penyakitnya adalah altematif. Penggunaan obat herbal ini kian meningkat
sebanyak 38% (TabeI4). sejalan dengan peningkatan iklan obat herbal dan
Hubungan penggunaan obat herbal dengan liputannya di media massa(l6). Saran keluarga dan
stadium penyakit bermakna (p=O,039). Sementara ternan terdekat berpengaruh terhadap penggunaan dan
itu, hubungan penggunaan obat herbal dengan umur, jenis jenis obat herbal yang digunakan oleh pasien.
pekeIjaan, pendidikan, penghasilan, status pembayaran Dengan demikian, saran keluarga dan ternan juga
dan suku tidak bermakna (Tabel 1). merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan
Berbagaijenis tumbuhan obat telah dimanfaatkan obat herbal di samping peranan media massa dalam
untuk membantu pengobatan kanker secara mempublikasikan obat herbal sebagai terapi altematif
tradisional(15). Berita di media massa tentang khasiat dan komplementer.
suatu obat herbal dapat mempengaruhi pasien dalam Dalam penelitian ini ditemukan bahwa 38%
memilih jenis mana yang mereka gunakan. Dalam pasien kanker serviks yang tidak menggunakan obat
beberapa tahun belakangan ini obat herbal semakin herbal ketika diwawancarai menyatakan minatnya di
populer dan banyak dimanfaatkan dalam pengobatan kemudian hari untuk mencoba obat herbal. lni berarti
http://www.univpancasila.ac.id 8/20
36 RADn, ET AL. Jumal Ilmu Kefarmasian Indonesia
Tabel 2. Waktu pemakaian dan lama pemakaian serta jenis obat herbal yang digunakan pasien kanker serviks.
Waktu pemakaian :
Sebelum terapi kanker 10 29,4%
3 8,8%
Bersamaan dengan terapi kanker
8 23,5%
Setelah terapi kanker
Lama pemakaian :
11 32,4%
Kurang dari 4 minggu
Lebih dari 4 minggu 10 29,4%
* WP: waktu pemakaian, 1= sebelum terapi kanker, 2= bersamaan dengan terapi kanker, 3= sesudah terapi kanker.
Tabel 3. Dorongan dan minat penderita kanker serviks Tabel 4. Minat penderita kanker serviks yang tidak
yang menggunakan obat herbal. menggunakan obat herbal untuk men cob a obat herbal.
Dorongan Pengguna Minatuntuk Bukan pengguna
penggunaan obat obat herbal Persentase mencoba obat obat herbal Persentase
herbal (n = 21) herbal (n= 13)
Dari keluarga dan Berrninat
8 38 % 5 38 %
ternan
Dari media massa 11 52% Tidak berrninat 6 46%
akan terjadi peningkatan persentase penggunaan obat herbal tidak menunjukkan perubahan. Obat herbal di sini
herbal pada pasien kanker serviks jika kelak mereka memiliki fungsi sebagai obat altematif.
mencobanya. Penggunaan obat herbal pada saat yang bersamaan
Lama dan waktu pemakaian obat herbal. Pasien dengan terapi kanker tidak banyak. Pasien menghindari
yang menggunakan obat herballebih dari empat minggu penggunaan obat bersamaan atas saran dari ahli
menandakan ada kesungguhan dalam penggunaan pengobatan herbal itu sendiri, dan tindakan ini ada
herbal untuk mengatasi penyakit yang mereka derita. benarnyajika dikaitkan potensi terjadinya interaksi obat.
Ada tiga waktu penggunaan obat herbal, yakni sebelum, Pene1itian tentang interaksi obat sudah dilakuk.an oleh
bersamaan, dan sesudah menjalani terapi konvensional. peneliti dari berbagai negara dan hasilnya menunjukkan
Penggunaan obat herbal yang sering terjadi adalah pada bahwa suatu obat bisa saja berinteraksi dengan obat lain,
saat sebelum dan setelah menjalani terapi konvensional. termasuk obat herbal, makanan dan minuman tertentu(l7).
Penggunaan obat herbal sebelum terapi konvensional Hal yang perlu diawasi dari interaksi obat antara lain
menunjukkan kecenderungan pasien mencoba terlebih adalah peningkatan kadar obat bebas di dalam darah
dahulu keampuhan obat herbal. Pasien pengguna yang mengakibatkan tercapainya konsentrasi toksik
obat herbal memang khawatir dengan efek samping atau, sebaliknya, terjadinya penurunan konsentrasi obat
kemoterapi, bedah, dan radiasi karena mempengaruhi tertentu sehingga efek terapinya tidak tercapai(lI,18).
keadaan pasien secara umum, termasuk kehilangan Contoh interaksi obat yang dilaporkan antara lain adalah
indera perasa dan penciuman, perubahan wama kulit, jika jahe dipakai bersamaan dengan obat antihipertensi
sariawan, mual, dan muntah. Mereka tidak menolak akan memperkuat efek antihipertensi dan jika dipakai
diobati dengan pengobatan konvensionaljika pengobatan bersamaan dengan warfarin akan meningkatkan
http://www.univpancasila.ac.id 8/20
Vol 8, 2010 Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 37
aktivitas antiplatelet<19).Obat herbal lain yang berasal Hal ini menandakan bahwa apapun pekerjaan pasien
dari tanamanHypericum perforatum dapat menurunkan tidak berpengaruh pada alasan penggunaan obat herbal
kadar obat kanker siklosporin dan indinavir di dalam oleh pasien yang bersangkutan. Taraf pendidikan
darah serta dapat menurunkan kadar metabolit aktif juga tidak berpengaruh signifikan terhadap alasan
kemoterapi irinotecan(20). Sejauh ini interaksi antara penggunaan obat herbal pada pasien kanker serviks.
temu putih, mahkota dewa, dan buah merah dengan Hal ini menunjukkan bahwa obat herbal merupakan
obat-obat kemoterapi belum diketahui. bagian dari pengetahuan mereka dan sudah menjadi
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah belum pengetahuan umum. Hasil ini berbeda dari penelitian
bisa menilai keberhasilan pengobatan dihubungkan di AS yang menyatakan bahwa ternyata pasien
dengan penggunaan obat herbal, mengingat pasien yang memiliki pendidikan lebih tinggi lebih banyak
yang dijadikan subjek pene1itian masih dalam proses menggunakan obat herbal dibandingkan dengan yang
pengobatan. Namun demikian, beberapa pasien berpendidikan rendah(l6.21).
merasakan bahwa penggunaan obat herbal dapat Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan, tidak
membantu mengurangi efek samping obat kanker yang ada hubungan bermakna antara penggunaan obat
tidak menyenangkan, seperti mual dan muntah. Seorang herbal dan status pembayaran. Hal ini berarti bahwa
pasien berumur 60 tahun, mengaku tidak mengalami pasien siap mengeluarkan uang ekstra untuk pembe1ian
efek samping yang berat sete1ah menjalani kemoterapi obat herbal. Obat herbal te1ah menjadi bagian penting
dengan mengkonsumsi obat herbal tertentu yang di dalam upaya pasien memperoleh kesembuhan di
bentuknya mirip dengan daun pakis. Demikian pula ada samping terapi konvensional. Penghasilan pasien
pasien yang menggunakan kunyit putih sebagai anti- tidak berhubungan pula dengan penggunaan obat
emetika untuk meredakan efek samping kemoterapi. herbal. Temuan ini berbeda dari hasil survei yang
Pasien ini mengaku efeknya adanya efek positif dilakukan di AS yang menunjukkan bahwa minat
kunyit putih, karena dia sudah bisa makan dan minum terhadap obat herballebih besar pada pada kalangan
tanpa harus mual dan muntah. Secara tradisional, jahe yang berpenghasilan tinggi(21).Biaya berobat adalah
(Zingiber officinale Roscoe) dan kunyit putih memang sejumlah uang yang dikeluarkan untuk membayar
digunakan untuk obat sakit perut dan antimual. jasa-jasa pengobatan. Biaya yang dikeluarkan untuk
Hubungan antara penggunaan obat herbal dan mengobati kanker tergolong besar, karena meliputi
stadium penyakit. Pada Tabell dapat dilihat bahwa biaya analisis laboratorium, radioterapi, jasa dokter,
terdapat hubungan bermakna an tara penggunaan dan pembelian obat-obatan. Sekitar 50% pasien
obat herbal dan stadium penyakit kanker serviks menggunakan uangnya sendiri untuk berobat, berbeda
(P=0,039). Seluruh pasien kanker serviks pada stadium dari negara yang lebih maju yang sebagian besar
I menggunakan obat herbal. Hal ini menunjukkan masyarakatnya sudah memiliki asuransi kesehatan.
bahwa pasien pada stadium I meyakini bahwa obat Di AS dan Jerman, umumnya biaya pengobatan,
herbal dapat membantu mengatasi penyakit yang termasuk obat herbal, ditanggung oleh asuransi. Hasil
mereka derita. Pada umunya pasien kanker servik survei pada 2005 menunjukkan bahwa hanya 17%
stadium I terse but berharap bahwa penggunaan penduduk AS yang tidak ditanggung oleh asuransi
obat herbal dapat menyembuhkan penyakit yang kesehatan dan di Jerman hanya l2 % penduduk yang
dideritanya. Kanker serviks pada stadium I masih tidak memiliki asuransi kesehatan(22).
belum terlalu invasif, sehingga pasien dapat cukup Pengobatan menggunakan obat herbal dan
leluasa memilih pengobatan. Namun, risikonya tentu pengobatan konvensional di rumah sakit di Indonesia
saja ada. Jika obat herbal gagal dalam menanggulangi kebanyakan masih berjalan sendiri-sendiri. Belum
kanker, penyakit kanker itu akan berkembang menjadi terlihat adanya saling keterkaitan antara penggunaan
stadium lebih lanjut sehingga penanganannya dapat obat herbal dan pengobatan konvensional. Hal ini
terlambat. terjadi karena khasiat dan keamanan obat herbal masih
Hubungan antara penggunaan obat herbal dipertanyakan oleh sebagian besar dokter. Namun,
dengan usia, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, upaya menggabungkan kedua metode pengobatan
suku dan status pembayaran. Tidak ada hubungan tersebut telah banyak dilakukan, terutama pada pusat-
bermakna antara pengguna obat herbal dan usia pusat pengobatan tradisional eina te1ahmenggabungkan
pasien. Temuan ini berbeda dari hasil survei di AS penggunaan obat herbal yang diberikan bersama dengan
tentang pengguna obat herbal dalam berbagai kasus obat konvensional(23).Di Indonesia ada beberapa rumah
penyakit, yang menunjukkan bahwa pengguna obat sakit yang mengupayakan penggunaan obat herbal untuk
herbal yang terbesar adalah pasien yang berusia antara pasiennya, seperti Polik1inik Obat Tradisional Indonesia
25-49 tahun(21).Tidak ada hubungan yang bermakna RSU Dr. Soetomo Surabaya dan klinik tumbuhan obat
antara penggunaan obat herbal dan pekerjaan pasien. di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
http://www.univpancasila.ac.id 8/20
38 RADII, ET AL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia
http://www.univpancasila.ac.id 8/20
Vol 8,2010 Jurna/ I/rnu Kefarrnasian Indonesia 39
21. Eisenberg DM, Kessler RC, Foster C, Norlock FE, 24. Monesa N. A critical literature review of the
Calkins DR, Delba TL. Unconventional medicine in the psychosocial effects of cervical cancer [mini-
United States. N Eng J Med. 1993.328(4):246-52. dissertation in Psycology]. Johannesburg: Faculty of
22. Stoll K. Paying a premium: The added cost of care Arts, Rand Afrikaans University; 2003. p. 4-16.
for the uninsured. Families USA Publication. 2005. 25. National Institutes of Health. The use of complementary
No. 05-101. and alternative medicineih the United States. National
23. Hesketh T, Wei XZ. Health in China: Traditional Center for ComplemeritaryandAnternative Medicine.
Chinese medicine: one country, two systems, BMJ. National Institutes of Health. 2005. Diambil dari www.
1997.315: 115-7. nccam.nih.gov. Diakses timggal15 Juni 2005.
http://www.univpancasila.ac.id 8/20
http://www.univpancasila.ac.id 8/20