Buku 3 Fix - 13 PDF
Buku 3 Fix - 13 PDF
Buku 3 Fix - 13 PDF
Septi Gumiandari
ABSTRACT
The human need for spirituality and a meaningful life has been discussed
widely by scholars and therapists as a solution to the spirituality crisis
faced by modern society. Some Transpersonal Psychologists such as Frankl,
Maslow, and Jung have shown the significance of the relationship between
the human condition and the human spiritual dimension in the success of
Human life. Frankl strongly believed that the spiritual aspect of human life
is considered as a significant step towards developing more effective
treatment (1975:104). Maslow stated that people who get meaningful life is
the one who gets his/her peak experience (1966: 63). While Jung believed
that the study of human personality is not only based on experimental-
clinical processes but also spiritual obne (1938: 12). Because of these
beliefs, many Muslim psychologists (Malik Badri:1995; Bastaman:1995;
Allen Bergin:1994) have assumed that Transpersonal Psychology has
similar concepts of spirituality to the Islamic Psychology’s doctrine. They
have strong evidence to argue that Transpersonal Psychology attempts to
re-insert religion into Psychology. This paper, based on an Islmaic
Perspective aims to analyze the position of Transpersonal Psychology
within spirituality in Islamic perspective. It is hoped that such an
exploration can synergize the relationship between Islam sciences which
tends to utilize a more religious-metaphysical approach and Psychology
that tends to utilize a more objective and scientific approach.
PENDAHULUAN
Tidak dipungkiri, bahwa perkembangan keilmuan modern telah begitu
didominasi oleh paham sekularisme. Paham yang sedemikian lama mendominasi
sejarah peradaban modern hingga akhirnya telah menghantarkan jurang pemisah yang
dalam antara kegiatan ilmu dengan spiritualitas agama, dan pada gilirannya
1033
1
C.Y. Glock & R. Stark. 1992. Dimensi-dimensi keberagamaan dalam Roland Robertson (ed.) dalam
Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi. Jakarta: Rajawali Press, hlm. 22.
2
Robert. H. Thouless. 1992. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: RajaGrafindo Persada, hlm. 13.
3
Thomas Kuhn. 1970. The Structure of Scientific Revolution. Chicago: University of Chicago Press, hlm.
19.
1034
4
Fuat Nashori. Pergeseran Ilmu Penge tahuan dalam Swara Pembaharuan, 21 September 1996.
5
Allen E. Bergin. 1994. Psikoterapi Dan Nilai-nilai Religius, Terj, Darwin Ahmad dan Afifah Inayati
dalam Ulûm al-Qur’ân, No, 4, Vol v. Jakarta: PT. Temprint, hlm. 5.
1035
1036
8
Ibid., Lihat pula Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso. 1994. Psikologi Islami; Solusi Islam atas
Problem-problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 70-71.
9
Calvin S. Hall and Gardner Lindzey. Theories of Personality…Ibid., hlm. 127.
10
Lihat kritik Ahmad Syauqi Ibrahim atas pemikiran Freud dalam Nadlariyyah Freud fi nal-Ilâji bi al-
Tahlîli ’an Nafsî dalam majalah al-Waj’u al-Islâmi. Lihat pula Kees Berteens. 1979. Memperkenalkan
Psikoanalisa Sigmund Freud. Jakarta: PT. Gramedia, hlm. 23.
1037
11
A.A. Brill (ed.). 1966. The Basic Writing of Sigmund Freud. New York: Modern Library, hlm. 13.
Lihat pula Sigmund Freud, Totem and Taboo; Some Points of Agreement between The Mental Lives of
Savages and Neurotics, hlm. 1-161. (first german edition in one volume 1913).
12
Sigmund Freud. 1961. The Future of Illusion. In standard editions, volume 21, First German edition,
hlm. 5-6, bandingkan dengan Bernhard Casper, Wesen und Grenzen der Religionskritik dalam
Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey. 1993. Teori-teori Psikodinamika (klinis). Yogyakarta: Kanisius,
buku asli theories of Personality, hlm. 65.
13
Robert M. Goldenson. 1972. The Encyclopedia of Human Behavior. New York: Doubleday &
Company. Lihat pula Duane Schultz. 1981. Theories of Personality. Second Edition. California:
Brooks/Cole Publishing Company, Monterey.
1038
14
Lihat pandangan John Broades Watson dalam Calvin S. Hall & Gardner Lindzey. 1993. Teori-teori
Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 78. Arthur Reber. 1985. Dictionary of Psychology.
New York: Penguin Books, hlm. 173.
15
Berkeley Rice, BF. Skinner: The Most Important Influence On Modern Psychology, dalam
Solomon Roger B. 1969. Contemporary Issues in Psychology. Barkeley California: McCutchan
Publishing Company, hlm. 173-178. Lihat pula David M. Wulff. 1997. Psychology of Religion,
Classic and Contemporary. New York: John Wiley & Sons, Inc., hlm. 34.
1039
1040
19
Uichol Kim and John W. Berry. 1993. Indigenous Psychology. USA: Sage Publication Inc.LIhat pula
Viktor E. Frankl. 1977. Man’s Search For Meaning, London Hodder and Stoughton, Ltd. p.155.
20
Lihat Imam al-Ghazali, Mishkat al-Anwar, Ed. Abu al-a’la al-‘afifi (tt), 44.
21
Frankl, The Will to Meaning…Ibid., 15. Lihat pula Roberto M.D. Assagioli. 1994. The act of Will.
London: Aquarian Press.
22
Hanna Djumhana Bastaman. 1993. Dari Anthroposentris ke antropo-religious-sentris; Telaah Kritis
terhadap Psikologi Humanistik dalam Kalam nomor 5 Volume III 1993, h. 27-36.
1041
23
Lihat tema-tema sentral tulisan Nurcholis Majid. 1992. Islam Doktrin Dan Peradaban: Sebuah Telaah
Kritis tentang masalah keimanan” Jakarta: Paramadina, lihat pula tulisannya pada tahun 1988. Islam
Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan.
24
Haedar Nashir, Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern, hlm. 11. Lihat pula Erich Fromm, Revolution
of Hope, hlm. 3.
25
Lihat pandangan Samsul Arifin dkk., Spiritualisasi Islam dan Peradaban Masa Depan, hlm. 37,
bandingkan dengan Westland, Current Crisis of Psychology, hlm. 17 dan Robert H Thouless, an
Introduction to the Psychology of Religion, hlm. 257.
26
John Naisbitt et. all., Megatrends 2000, hlm. 294.
27
Disebut “madzhab keempat,” untuk membedakannya dengan aliran psikologi yang ada sebelumnya,
yaitu psikoanalisis (madzhab pertama) Behaviorisme (madzhab kedua) dan Psikologi Humanistik
1042
(madzhab ketiga). Lebih jauh baca Frank G. Goble. 1999. Madzhab ketiga: Psikologi Humanistik
Abraham Maslow. Terj. Drs.A. Supratinya. Yogyakarta: kanisius, hlm. 17-27.
28
Robert W. Craps, Dialog Psikologi …. Ibid., hlm. 144-145.
29
Malik B. Badri. 1995. Dilema Psikolog Muslim…Ibid.
30
Thomas S. kuhn. The structure of scientific revolution…Ibid.
31
E. Capriles, E. 2000. Beyond Mind: Steps to a Metatranspersonal Psychology. Honolulu, HI: The
International Journal of Transpersonal Studies, 19, hlm. 163-184.
1043
32
Danah Zohar dan Ian Marshall. 2000. Spiritual intelligence: The Ultimate Intelligence. London:
Bloomsbury, hlm 9.
33
Ibid., Man’s Search For Meaning, 159.
1044
34
Viktor E. Frankl. 1973. The Doctor and The Soul, Penguin Books, Hazell Watson & Viney Ltd. Great
Britain, hlm. 18.
35
Bastaman, “Dari Antropo-sentris ke Antropo-Religious-Sentris…Ibid., hlm. 82-83. Lihat pula
Frankl, 1997. Man’s Search For Meaning; An Introduction To Logotherapy. London: Eight Impression,
Hodder and Stoughton, Ltd., hlm. 159.
36
Lihat Frankl, The Doctor and The Soul…Ibid., hlm. 18.
37
“Apabila Aku sempurnakan kejadiannya, dan Kutiupkan ke dalamnya daripada ruh-Ku, lalu
meniaraplah mereka suduj kepadanya (Adam).” QS. al-Hijr, 29. Para mufassir berbeda pendapat dalam
menafsirkan kata rûhî dalam ayat tersebut. Para mufassir aliran sunni menafsirkannya dengan makna
ruh ciptaanku dan ada pula yang menafsirkannya dengan makna ruhku (Allah). Argumentasi yang
pertama berangkat dari pandangan bahwa manusia dan Tuhan tidak mungkin dapat dipersamakan,
karenanya ruh yang ditiupkan Tuhan pada manusia adalah ruh yang diciptakan-Nya. Sedang bagi para
mufassir aliran Tasawuf-falsafi memaknainya sebagai ruh Tuhan langsung kepada manusia. Mereka
berpendapat bahwa manusia adalah wujud utuh manifestasi Ilahi, citra Tuhan dan sekaligus mata rantai
yang menyatukan Tuhan dengan alam semesta. Realitas manusia itu sendiri adalah dari Allah. Tiada
ciptaan lain yang memiliki sifat-sifat yang diperlukan untuk menjadi cermin sifat-sifat Ilahi yang
1045
sesungguhnya. Oleh karena manusia menyimpan potensi Ilahi dalam dirinya, maka tujuan utama
manusia hidup di dunia ini adalah agar manusia mendekat kepada Allah. Manusia dan alam semesta itu
adalah "dari-Nya" dan akan selalu "menuju kepada-Nya". Karena itu manusia akan jadi sempurna kalau
dia menuju kepada-Nya dan kemudian dekat dengan-Nya. (Lihat tafsir Abd Allâh ibn Ahmad ibn
Mahmûd al-Nasâfi. Tt. Tafsîr al-Nasâfi. Cairo: Dar al-Fikr, hlm. 112, bandingkan dengan pandangan
A.J. Arberry. 1963. Sufism. London: George Allan nad Unwin Ltd., hlm. 21.
38
Frankl, Man’s Search For Meaning…Ibid., hlm. 160.
39
Lihat pandangan al-Ghazâli tentang derivasi jiwa melalui empat istilah; al-Qalb, al-Rûh, al-nafs, dan al-
‘Aql (Abu Hamid Muhammad al-Ghazâlî. 1980. Ihyâ’ ‘Ulûm al-Dîn. Beirut : Dâr al-Fikr, Juz III, hlm.
5).
40
Bastaman, “Dari Antropo-Sentris ke Antropo-Religious-Sentris,” hlm. 83.
41
Lihat derivasi nafs menurut Robert Frager. 1991. Heart, Self and Soul; the Sufi Psychology of Growth,
balance and Harmony. Theological Publishing House, hlm.84-130.
1046
Jiwa
Alam bawah Sadar atas
Aku Alam bawah sadar tengah
Bagian bawah sadar bawah berkaitan erat dengan konsep Freud mengenai alam
bawah sadar (unconsciousness). Bagian ini dipenuhi dengan ingatan traumatik yang
terpendam, dan dorongan-dorongan yang kuat dan kerap tidak diterima. Terdapat
batasan represi kuat yang menjadi pemisah antara kesadaran sehari-hari dan pengalaman
traumatik masa lampau, atau ingatan yang sangat menyakitkan. Jika bentuk materi alam
bawah sadar bawah menerobos batasan ini, maka dorongan-dorongan bawah sadar dari
keserakahan, nafsu amarah, hasrat berkuasa dan seks akan menodai dan menghegemoni
tiongkah laku manusia.42
Sedangkan alam bawah sadar atas berkaitan erat dengan konsep Frankl
mengenai diatas alam sadar (supraconsciousness). 43 Ia adalah wilayah pengalaman
manusia yang secara dramatis di temui dalam pengalaman mistis dan keagamaan yang
mendalam. Dalam masa itu, manusia akan merasakan sifat-sifat positif kemanusiaan
seperti cinta belas kasih, saling tolong, keindahan dan berbagai sifat positif lainnya,
yang dalam tradisi kesufian merupakan sifat dari manifestasi sifat-sifat ketuhanan.44
Pembatasan antara alam bawah sadar tengah dengan alam bawah sadar bawah
dan alam bawah sadar atas sama-sama mungkin bisa diterobos, sepanjang dorongan
mana yang lebih dominan. Bila dorongan-dorongan id begitu kuat, maka ego ”aku” juga
akan menguat, karena pada tingkat ini manusia kurang memiliki kepekaan akan dimensi
spiritual. Begitupula sebaliknya, bila dorongan-dorongan spiritual yang menguat, maka
ego ”aku” akan semakin melentur, karena pada tingkat ini tabir spiritualias manusia
mulai membuka diri dan menyentuh. 45
42
Robert Frager, Heart, Self and Soul, hlm. 105-106.
43
Robert Frager, Heart, Self and Soul, hlm. 106.
44
Dalam kaitan ini, Frankl sudah mulai menyentuh dimensi alam bawah sadar atas ini dengan kata
supraconsciousness-nya yang menurutnya berbeda dengan alam bawah sadar dalam pemaknaan Freud
(Lihat Frankl, Man’s Search for Meanig, hlm. 159)
45
Robert Frager. Heart, Self and Soul, hlm. 105-106. lihat pula M. Shafii, Freedom from the Self, hlm.
249-252.
1047
Diagram di atas menunjukan, bahwa tidak ada lagi sekat antara ”aku” manusia
dan Tuhan. Tidak ada lagi dikhotomi ataupun dualitas di dalam jiwa. Keduanya telah
menyatu menjadi satu entitas yang tidak terpisahkan. 48 Untuk itu, sebagaimana
diungkap Bastaman, Sukanto dan A. Dardiri Hasyim, diharapkan pengembangan
Psikologi setelah ini mengalami kelanjutan dalam pemaknaan terhadap ruh tersebut dan
Islam merupakan rujukan pelengkap diskursus ini. 49
PENUTUP
Terlepas dari berbagai kelebihan dan kekurangan dari aliran psikologi ini,
namun harus diakui, bahwa temuan-temuan baru dari psikologi Transpersonal tentang
fenomena metafisik yang muncul dalam sains semakin memperkaya khasanah, dan di
sisi lain semakin mengungkap hal-hal tersembunyi yang oleh beberapa saintis bisa jadi
46
Robert Frager, Heart, Self and Soul, hlm. 126-129.
47
Robert Frager, Heart, Self and Soul, hlm. 127.
48
Robert Frager, Heart, Self and Soul, hlm. 129. Bandingkan dengan Fadhalalla Haeri, The Journey of The
Sufi; A Sufi Guide to Personality, hlm. 258-289. Lihat pula Kautsar Azhari Noer, Tasawuf Perenial;
Kearifan Kritis Kaum Sufi, hlm. 145-155.
49
H.D. Bastaman. 1995. Integrasi Psikologi dengan Islam; Menuju Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, hlm. 39. Lihat pula Sukanto dan A. Dardiri, 1995. Nafsiologi; Refleksi Analisis tentang Diri
dan Tingkah Laku Manusia. Surabaya: Risalah Gusti, hlm. 185-188.
1048
1049
Ancok, Djamaludin dan Fuat Nashori Suroso. 1994. Psikologi Islami; Solusi Islam atas
Problem-problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Badri, Malik B. 1995. Dilema Psikolog Muslim diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dari the Dilemma of Muslim psychologists oleh Siti Zaenab Luxfiati.
Jakarta: Pustaka Firdaus.
Bastaman, H. D. 1995. Integrasi Psikologi Dengan Islam: Menuju Psikologi Islami.
Yogyakarta: Putaka Pelajar.
Bastaman. 1994. ”Dari antroposentris ke antropo-religius-sentris; Telaah Kritis atas
Psikologi Humanistik” dalam Membangun Paradigma Psikologi Islami.
Yogyakarta: Sipress.
Bergin, Allen E. 1994. Psikoterapi Dan Nilai-nilai Religius, Terj, Darwin Ahmad dan
Afifah Inayati dalam Ulûm al-Qur’ân, No, 4, Vol v. Jakarta: PT. Temprint.
Berkeley Rice, BF. Skinner: The Most Important Influence On Modern
Psychology, dalam Solomon Roger B. 1969. Contemporary Issues in
Psychology. Barkeley California: McCutchan Publishing Company.
Berteens, Kees. 1979. Memperkenalkan Psikoanalisa Sigmund Freud. Jakarta: PT.
Gramedia.
Brill A.A. (ed.). 1966. The Basic Writings of Sigmund Freud. New York: Modern
Library.
C.Y. Glock & R. Stark. 1992. Dimensi-dimensi keberagamaan dalam Roland Robertson
(ed.) dalam Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi. Jakarta: Rajawali
Press.
Capriles, E. 2000. Beyond Mind: Steps to a Metatranspersonal Psychology. Honolulu,
HI: The International Journal of Transpersonal Studies, 19.
Frager, Robert. 1999. Heart, Self,& Soul: The Sufi Psychology of Grouth, Balance and
Harmony. Wheaton, USA : Theological Publ. House. Edisi terjemahan
Indonesia oleh Hasymiyah Rauf. 2002. Psikologi Sufi untuk Transformasi: Hati
diri, dan Jiwa (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta).
Frankl, Viktor E. 1997. Man’s Search For Meaning; An Introduction To Logotherapy.
London: Eight Impression, Hodder and Stoughton, Ltd.
1973. The Doctor and The Soul, Penguin Books, Hazell Watson & Viney Ltd.
Great Britain.
1050
1051
1052