Ipi 72669
Ipi 72669
Ipi 72669
ABSTRACT
ABSTRAK
yaitu 0,949; 0,954; 0,944; 0,944 dan 0,947. Kadar protein dan daya ikat air dan
aktivitas air terbaik didapat pada perlakuan edible coating konsentrasi 0,5%.
Saran dari penelitian ini adalah metode pemberian edible coating konsentrasi
0,5% dapat diterapkan karena dapat menjaga kualitas bakso sapi dilihat dari kadar
protein, daya ikat air dan aktivitas air.
PENDAHULUAN
banyak digunakan untuk pelapis produk daging beku, makanan semi basah
(intermediate moisture foods), produk konfeksionari, ayam beku, produk hasil
laut, sosis, buah-buahan dan obata-obatan terutama untuk pelapis kapsul (Krochta
et al., 1994). Ada lima aplikasi edible coating, yaitu pencelupan (dip
application), penyapuan dengan busa (foam application), penyemprotan (spray
application) dan penetesan terkontrol (controlled drip application). Pencelupan
(dip application) mempunyai keuntungan antara lain ketebalan materi coating
yang lebih besar serta memudahkan pembuatan dan pengaturan viskositas larutan.
Kelemahannya adalah munculnya deposit kotoran dari larutan (Anonim, 2010).
Edible coating dari karagenan dan agar dengan perbandingan 50:50 dan
konsentrasi larutan sampai 1,25% dapat efektif mengawetkan bakso ikan lele
dumbo (Suprianto, 2010).
0,5%; 1%; 1,5% dan 2% (b/v). Setelah homogen dimasukkan gliserol 0,75%
sebagai plasticizer dan dihomogenkan hingga menjadi larutan yang homogen.
Menurut Ribeiro et al. (2007) edible coating dari karagenan dengan 0,75%
gliserol sebagai plasticizer dapat menurunkan daya tembus oksigen,
menurunkan hilangnya berat.
b. Pembuatan bakso.
Daging sapi dipotong kecil-kecil dan digiling dalam mesin penggiling.
Penggilingan dilakukan dua tahap agar diperoleh adonan yang lembut.
Bumbu (bawang putih, garam halus dan merica) yang telah dihaluskan dan
bahan-bahan lainnya (tepung, es batu) dicampurkan pada proses penggilingan
kedua. Adonan yang telah terbentuk kemudian dituangkan ke dalam baskom
plastik siap untuk dicetak menjadi bulatan-bulatan kecil. Adonan dicetak
menjadi bulatan-bulatan dengan menggunakan tangan. Bulatan-bulatan
bakso yang telah terbentuk kemudian direbus di dalam panci yang berisi air
panas. Perebusan dilakukan sampai bakso matang ditandai dengan
mengapungnya bakso ke permukaan. Bakso yang telah matang ditiriskan
kemudian dicelupkan pada edible coating dengan konsentrasi yang berbeda
(0%; 0,5%; 1%; 1,5 dan 2%) kemudian disimpan selama 16 jam kemudian
dilakukan analisis kadar protein, daya ikat air dan aktivitas air.
PEMBAHASAN
Kadar Protein
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kadar protein tertinggi
adalah pada perlakuan T0. Kadar protein menurun seiring bertambahnya
konsentrasi edible coating. Hal ini dimungkinkan karena bertambahnya bahan
padat non protein bukan karena kerusakan pada bakso sehingga terjadi penurunan
proporsi kadar protein. Perlakuan edible coating tertinggi diperoleh pada
perlakuan T1 atau edible coating konsentrasi 0,5%. Edible coating sampai
konsentrasi 0,5% dapat mempertahankan kualitas bakso sapi selama masa
penyimpanan dilihat dari kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan edible
coating konsentrasi 1%, 1,5% dan 2%. Menurut Suprianto (2010), edible coating
dari karagenan dan agar dengan perbandingan 50:50 dan konsentrasi larutan
sampai 1,25% dapat efektif mengawetkan bakso ikan lele dumbo. Menurut
Lacroix dan Tien (2005) karagenan berasal dari rumput laut merah dan merupakan
campuran kompleks dari beberapa polisakarida. Lapisan tipis polisakarida
memberikan perlindungan efektif terhadap pencoklatan permukaan dan oksidasi
lemak dan oksidasi komponen makanan lainnya. Selain mencegah hilangnya
kelembaban, lapisan tipis polisakarida kurang permeabel terhadap oksigen.
Penurunan permeabilitas oksigen dapat menjaga makanan.
Salah satu parameter kualitas bakso dapat dilihat dari kadar protein bakso,
kadar protein bakso selama masa penyimpanan masih tinggi. Menurut SNI-01-
3818-1995 kadar protein pada bakso daging minimal adalah 9,0% (b/b).
Penurunan kadar protein mengindikasikan terdapat cemaran mikroba. Hal ini
sesuai dengan pendapat Yanti et al. (2008), daging jika dicemari oleh mikroba akan
menyebabkan sruktur protein menjadi rusak.
Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, halaman 106
Aktivitas Air
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa aktivitas air tidak terdapat
perbedaan yang nyata antara perlakuan T1 dengan T2, T3 dan T4 sehingga dapat
dikatakan bahwa perlakuan T1 sudah mampu mempertahankan kualitas bakso.
Hal ini menunjukkan bahwa edible coating mulai dari konsentrasi 0,5% dapat
mencegah kerusakan bakso dilihat dari aktivitas air. Karagenan sebagai edible
coating dengan konsentrasi mulai 0,5% dapat membentuk lapisan tipis
polisakarida dan mengurangi penguapan. Menurut Suprianto (2010), edible
coating dari karagenan dan agar dengan perbandingan 50:50 dan konsentrasi
larutan sampai 1,25% dapat efektif mengawetkan bakso ikan lele dumbo.
Menurut Lacroix dan Tien (2005) karagenan berasal dari rumput laut merah dan
merupakan campuran kompleks dari beberapa polisakarida. Lapisan tipis
polisakarida memberikan perlindungan efektif terhadap pencoklatan permukaan
dan oksidasi lemak dan oksidasi komponen makanan lainnya. Selain mencegah
hilangnya kelembaban, lapisan tipis polisakarida kurang permeabel terhadap
oksigen. Penurunan permeabilitas oksigen dapat menjaga makanan. Kenawi et
al. (2011) menyatakan bahwa edible coating dari kemasan biodegradabel adalah
teknologi baru yang diperkenalkan dalam pengolahan pangan yang berperan
untuk memperoleh produk dengan masa simpan lebih lama.
Pengaruh Edible Coating terhadap Kadar Protein, Daya Ikat Air dan
Aktivitas Air Bakso Sapi selama Masa Penyimpanan
Dilihat dari Kadar protein, daya ikat air bakso dan aktivitas air
menunjukkan bahwa pemberian edible coating dengan konsentrasi 0,5% lebih
baik dari pada edible coating dengan konsentrasi 1%, 1,5% dan 2%. Hal ini
Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, halaman 107
DAFTAR PUSTAKA
Angga, W. D. 2007. Pengaruh Metode Aplikasi Kitosan, Tanin, Natrium
Metabisulfit dan Mix Pengawet terhadap Umur Simpan Bakso Daging
Sapi Pada Suhu Ruang. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor, Bogor. (Skripsi Sarjana Teknologi Pertanian).
Anonim. 2010. Pengemasan Bahan Pangan. http://www.scribd.com/doc/79228317
/88/Aplikasi-edible-coating). Diakses pada tanggal 8 Mei 2012 pukul
20.31.
Belguith, H., F. Kthiri., A. Chati., A. A. Sofah., J. B. Hamida., and A. Landoulsi.
2010. Study of the effect of aqueous garlic extract (Allium sativum) on
some Salmonella serovars isolates. J. Food Agric. 22: 189 – 206.
Cuq, B., N. Gontard, and S. Guilbert, 1995. Edible films and coatings as active
layers. In: Active food packaging (M. L. Rooney, ed.), pp. 1 1 1-142.
Blackie Academic and Professional, Glasgow, UK.
Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, halaman 108