Potensi Dan Upaya Pemanfaatan Air Tanah Untuk Irigasi Lahan Kering Di Nusa Tenggara
Potensi Dan Upaya Pemanfaatan Air Tanah Untuk Irigasi Lahan Kering Di Nusa Tenggara
Potensi Dan Upaya Pemanfaatan Air Tanah Untuk Irigasi Lahan Kering Di Nusa Tenggara
ABSTRACT
Nusa Tenggara region has a vast dry land area but they are very potential to be developed. The water availability as one
of the determinants has a role in helping to increase productivity in an effort for dry land utilization. Groundwater
potential can be technically applied for dry lands irrigation in Nusa Tenggara. This paper provided the study results of
both potential and groundwater utilization as irrigation water resources in dry land in Nusa Tenggara, by considering
groundwater potential resource, land conditions, plants variety, and water supply technology. The method used is
descriptive analysis by collecting primary and secondary data through visits to several related agencies, literature
studies, and field surveys. These results provide further proposed groundwater development through the conjuctive use of
surface water and groundwater. Moreover, the results are expected to be used either in the proposed water resources
management policy in the area or as feedback to stakeholders in groundwater utilization, particularly in the dry land as
well as for further research.
Keywords: groundwater, dryland, irrigation, groundwater potential, water supply technology
ABSTRAK
Wilayah Nusa Tenggara memiliki hamparan lahan kering yang luas dan berpotensi untuk dikembangkan.
Ketersediaan air sebagai salah satu penentu dalam upaya pemanfaatan lahan kering, berperan dalam membantu
meningkatkan produktivitas lahan. Potensi dan peluang pemanfaatan air tanah untuk irigasi lahan kering di Nusa
Tenggara secara teknis memungkinkan untuk diterapkan. Tulisan ini menyajikan hasil kajian potensi dan upaya
pemanfaatan air tanah sebagai sumber air irigasi di lahan kering Nusa Tenggara dengan mempertimbangkan
potensi sumber air tanah, kondisi lahan, jenis tanaman, dan teknologi penyediaan air. Metode yang digunakan adalah
deskriptif analisis dengan mengumpulkan data primer maupun sekunder melalui kunjungan ke beberapa instansi
terkait, studi literatur, serta survei lapangan. Hasil kajian ini dapat memberikan informasi mengenai pengembangan
air tanah selanjutnya, dan usulan melalui pendekatan pemanfaatan air saling menunjang antara air permukaan dan
air tanah. Hasil ini diharapkan pula dapat dipakai dalam usulan kebijakan pengelolaan sumber daya air di daerah atau
masukan untuk pemangku kepentingan dalam pemanfaatan air tanah di lahan kering serta untuk para peneliti dalam
mengembangkan penelitian lebih lanjut.
Kata kunci: air tanah, lahan kering, irigasi, potensi air tanah, teknologi penyediaan air
II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi ini sangat berbeda dengan iklim tropika
basah yang lebih dikenal di Indonesia seperti yang
2.1. Pemanfaatan Air Tanah untuk Irigasi
terdapat di pulau yang lebih besar yaitu Sumatra,
Lahan Kering di Indonesia
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya.
Pemanfaatan air tanah untuk irigasi terdiri dari
2.2. Penggunaan Air Tanah Untuk Irigasi Di
dua jenis pemberian air yaitu sebagai suplesi pada
Negara Lain
saat terjadi kekurangan air dan sebagai sumber
air utama. Pada umumnya di pertanian tadah Pada saat ini lahan untuk irigasi di dunia sekitar
hujan maupun lahan kering, pemanfaatan air 301 juta ha, ± 38% lahan irigasi dilayani dengan
tanah sebagai suplesi dilakukan awal musim air tanah (Siebert, Burke, Faures, Frenken,
kemarau pada saat terjadi kekurangan air. Hoogeveen, & Döll, 2010). Total penggunaan air
Kelangkaan air sering kali menjadi kendala utama tanah konsumtif untuk irigasi diperkirakan 545
dalam pengelolaan lahan kering, oleh karena itu km3/tahun, atau 43% dari total penggunaan air
inovasi teknologi penyediaan air dan informasi irigasi konsumtif 1.277 km3/tahun. Negara-negara
iklim sangat diperlukan. Salah satu teknologi yang telah mempersiapkan air untuk irigasi
penyediaan air adalah pemanenan air. Hal dengan menggunakan air tanah, adalah India (39
tersedut dilakukan dengan menampung air hujan Juta ha), Cina (19 Juta ha), dan Amerika Serikat
atau aliran permukaan pada tempat (17 Juta ha). Tabel 2 menunjukkan negara-negara
penampungan sementara atau penampungan yang memanfaatkan air tanah untuk irigasi
permanen untuk digunakan mengairi tanaman. tanaman pangan utama.
Oleh karena itu, pemanenan air selain berfungsi
Kota Teheran sebagai wilayah metropolitan
menyediakan air irigasi pada musim kemarau, dan
merupakan salah satu kota mega dunia dengan
teknologi ini bermanfaat untuk area lahan yang
penggunaan air rumah tangga tahunan mendekati
tidak mempunyai jaringan irigasi atau sumber air
1(satu) miliyar m3. Di kota ini air irigasi selain
bawah permukaan (air tanah). NTB dan NTT
menggunakan air tanah, juga dengan
memiliki kondisi ekologi yang tidak umum
memanfaatkan hasil pengolahan dari air buangan
dijumpai di Indonesia. Kedua provinsi ini terdiri
domestik dengan membuat sistem saluran
dari pulau-pulau kecil yang mempunyai populasi
pembuang terdiri dari sumur resapan tradisional.
penduduk jarang, terisolasi dari daerah lain, dan
memiliki musim kering tahunan yang panjang.
Tabel 2 Negara-negara Penghasil Pangan yang Menggunakan Irigasi Air Tanah
Lahan
Lahan
Tegal/ Padang Sementara
No. Provinsi Pekarangan Kayu- Perkebunan Jumlah
huma Rumput tidak
kayuan
Diusahakan
1 NTT 205.828 691.729 746.660 857.266 388.145 326.545 3.216.173
2 NTB 37.919 241.840 34.439 56.094 192.552 72.032 634.876
Jumlah 242.747 933.569 781.099 913.360 580.697 398.577 3.851.049
Sumber: Subagya et al. (2014)
Kendala tersebut dapat berupa kesulitan dalam Lahan kering di NTB dapat dimanfaatkan salah
menyediakan air yang cukup untuk mendukung satunya sebagai sentra produksi benih kedelai,
usaha tani yang produktif dan menguntungkan, seperti diketahui bahwa Indonesia mengimpor
kondisi lahan yang miskin unsur hara sehingga sebagian besar kedelai untuk kebutuhan kedelai
membutuhkan dosis pemupukan yang lebih tinggi, nasional, dengan demikian lahan-lahan kering di
dan/atau tanah berbatu sehingga sulit diolah Pulau Lombok khususnya di wilayah Lombok
secara mekanis. Sebaran lahan kering di Indonesia Selatan dapat lebih produktif sehingga pasokan
terdiri dari lahan pekarangan, tegalan, padang pangan bagi masyarakat sekitar wilayah tersebut
rumput, lahan sementara yang tidak diusahakan, tetap terjaga. Kendala yang dihadapi dalam
dan perkebunan. Sebaran lahan kering terluas melakukan usaha pertanian lahan kering antara
terdapat di wilayah Nusa Tenggara yakni NTT ± lain kesuburan tanah di lahan kering relatif
3.216.173 ha dan di NTB ± 634.876 ha, seperti rendah, akses air terbatas, dan biaya pengelolaan
ditampilkan pada Tabel 3. Hal ini menjadi peluang lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian
bagi Propinsi NTT dengan potensi wilayah lahan konvensional.
kering yang cukup luas, sehingga dapat
4.2. Potensi Air Tanah
mengembangkan lahan tersebut guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Berdasarkan peta Hidrogeologi di Pulau Lombok
terutama petani lahan kering. Sebaran lahan yang ditampilkan pada Gambar 2, akuifer
kering yang berpotensi untuk dikembangkan di produktif tinggi di jumpai di Lombok Barat
NTT yaitu terdapat di wilayah Kecamatan Kupang tepatnya daerah Mataram-Ampenan dan
Timur Kabupaten Kupang dengan luas ±10.067 sekitarnya, sedangkan di daerah Narmada-
ha, lebih luas dari pada lahan sawah yang telah Mantang-Selong, serta Kayangan-Sukadana-Medas
ada ±6.386 ha (Subagya et al., 2014). termasuk dalam wilayah dengan produktivitas
akuifer rendah-sedang. Air tanah tergolong langka
Sebaran lahan kering terluas di NTB terdiri dari
umumnya terdapat di daerah puncak Gunung
lahan tegalan, padang rumput yaitu di wilayah
Rinjani-Gunung Sangkareang dan sekitarnya,
Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur
serta batuan padu yang berumur Tersier,
±21.823 ha. Jenis tanaman utama pada lahan
selebihnya pada daerah lereng kerucut gunung
kering di Nusa Tenggara bervariasi mulai dari
api dan perbukitan bergelombang landai
tanaman kacang-kacangan seperti jagung sampai
merupakan akuifer produktif rendah.
dengan sayuran. Hasil tanaman perkebunan dan
tanaman komersial lainnya (cabe, kopi, kakao, Kondisi air tanah Pulau Sumbawa mengacu pada
mete) dan berbeda dengan di Pulau Jawa , jenis Peta Hidrogeologi lembar Lombok dan Sumbawa
tanaman di area lahan kering dengan Bagian Barat, Skala 1:250.000 (Toto & Purwanto,
menggunakan irigasi air tanah diutamakan pada 2000), ditampilkan pada Gambar 3. Berdasarkan
tanaman yang bernilai ekonomi tinggi seperti keterdapatan air tanah dan produktivitas akuifer
cabe, bawang, melon, semangka, dsb. dapat dipisahkan menjadi akuifer produktivitas
sedang dengan penyebaran luas dan akuifer
Terdapat beberapa jenis pohon yang
dengan keterusan sedang, muka air tanah atau
dikembangkan di lahan kering NTB yaitu tanaman
tinggi pisometri air tanah dekat muka tanah, serta
semusim (padi, kacang-kacangan, jagung, kedelai,
debit sumur umumnya 5 – 10 l/s.
dan tanaman sayur-sayuran), merupakan
tanaman yang diharapkan sebagai penghasil Akuifer ini tersebar hanya di daerah Bajo – Alas
bahan pangan. Jenis-jenis tanaman pertanian yang dan Muara Brang Rea, dengan kondisi batuan di
menyertai tanaman di Kabupaten Bima-Sumbawa daerah ini lulus air – sangat lulus air. Akuifer
adalah padi, palawija berupa kedelai, kacang produktif yang umumnya terdapat di daerah kaki
panjang, kacang tanah, jagung, dan sorgum. gunung api Tambora, Doro (D= Gunung) Dora
Gambar 2 Sebaran Akuifer Produktif di Pulau Lombok (Toto & Purwanto, 2000)
Hasil penelitian Jiang, Zhang, Zhang, He, Jin, & Bai struktur rorak, sangat memungkinkan diterapkan
(2016) menunjukkan bahwa irigasi air tanah di disamping bangunan rorak ini merupakan salah
Kabupaten Yingke-China, menghasilkan jadwal satu kearifan lokal yang telah ada di pedesaan
tanam terbaik berkisar dari awal April hingga Nusa Tenggara dan telah dimanfaatkan terutama
pertengahan April, dan jumlah irigasi yang untuk air minum ternak dan beberapa desa telah
optimal bervariasi dalam kondisi iklim yang memanfaatkan untuk irigasi tanaman pangan
berbeda, mulai dari sekitar 1000 m 3/ha, untuk seperti sayuran.
4200 m3/ha, dan untuk 4800 m3/ha pada kondisi
Sistem irigasi menggunakan sprinkle, irigasi tetes,
basah, normal dan kering tahun masing-masing.
dan kombinasi dari keduanya yang dinilai
4.4. Teknologi Penyediaan Air pemberian air lebih efisien dan bersumber dari
sumur bor melalui pemompaan di beberapa area
Teknologi penyediaan air untuk irigasi lahan
pendayagunaan air tanah NTT dan NTB telah
kering telah banyak dikembangkan, namun dari
diterapkan. Namun dalam penerapannya belum
sekumpulan teknologi tersebut, perlu dievaluasi
dimanfaatkan secara optimal oleh petani karena
teknologi yang tepat dan sesuai dengan kondisi
pada umumnya beberapa kendala yaitu
lahan mencakup tanah, air, dan iklim serta petani,
pengadaan bahan bakar, terbatasnya keahlian
oleh karena itu, perlu diketahui terlebih dulu
petani dalam pengoperasian pompa serta
karakteristik lahan dan kondisi petani agar
manajemen operasi dan pemeliharaan
teknologi yang terpilih betul-betul efektif dan
pemompaan yang kurang optimal. Pengaturan
dapat diadopsi petani.
pergiliran pemberian air pada tanaman lahan
Teknik penyediaan air dengan pemakaian pompa kering sangat perlu dilakukan bertujuan untuk
irigasi menjadi salah satu alternatif untuk mengoptimalisasi pemanfaatan air tanah dalam
memenuhi kebutuhan air irigasi pada lahan tadah mendukung pola tanamnya, dan mendukung
hujan, namun pemakaian pompa belum tentu efisiensi pemberian air dan pemilihan jenis
akan memberikan keuntungan kepada petani. tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
Agar diketahui gambaran nilai kelayakan finansial seperti jagung, cabe, dan bawang.
operasional pompa, seluruh komponen biaya yang
Menurut Yanti & Pratama (2015), sistem
harus dikeluarkan dan pendapatan yang diterima
pengelolaan irigasi air tanah terutama
selama satu musim tanam perlu diketahui.
pengoperasiannya untuk memenuhi kebutuhan
Dengan menggunakan pompa, biaya awal menjadi
air tanaman perlu diperhatikan ketepatan antara
besar serta biaya bahan bakar setiap mengairi
kebutuhan air irigasi yang harus dipenuhi oleh
lahan menjadi hal yang harus diperhitungkan.
pompa dengan ketersediaan air tanah yang sangat
Beberapa teknologi penyediaan air yang dipengaruhi oleh sifat akuifer. Hal ini sangat
dikembangkan dan diterapkan untuk irigasi di penting agar pengoperasian pompa untuk
wilayah Nusa Tenggara pada saat ini selain sumur memenuhi kebutuhan air irigasi dapat dilakukan
bor di area pendayagunaan air tanah terdapat secara berkesinambungan baik secara teknis
pula teknologi pemanenan air hujan berupa maupun ekonomis.
embung. Teknologi pemanenan air dengan
Curah hujan tinggi irigasi air permukaan (dari kanal, sungai atau
2 Keterusan (T) dan volume Resapan rendah waduk)
penyimpanan rendah (S)
Curah hujan rendah, irigasi air permukaan (dari kanal, sungai atau
Resapan rendah waduk)