Analisis Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Petugas Kebersihan Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang Tahun 2017
Analisis Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Petugas Kebersihan Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang Tahun 2017
Analisis Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Petugas Kebersihan Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang Tahun 2017
ABSTRACT
Work at hospital is likely risking get diseases transmission from patients. The risk is not
potential to medical staff only, but also nonmedical staff such as cleaning staff. Along doing
the work, risk that always faces by cleaning staff are biological factor and chemical such ac
bleaching. Those will lead a problem on work safety and health of cleaning staff. The
purpose of the study was to analyze the risk of work health and safety of cleaning staff in
Tugurejo hospital Semarang.
This study was descriptive analytic study with study design uses AS/NZS 4360:1999.
Risk Identification assessed with job safety analysis (JSA), data collection had been done
with observational and interview.
Result showed that the risk faces by cleaning staff was bacteria exposure, bacteria and
virus and medical chemotherapy exposure that classified as high risk (36,6%). The risk of
impaled needle and scratched sharp object, slipper, musculoskeletal problem, fall from
stairs, and electric shock classified as moderate risk (45,1%). Allergic risk or irritation
through chemical uses classified as low risk (18,3%).
To prevent the risks, suggested to cleaning staff to use personal protection equipment
whenever and wherever in doing the job. While, need to evaluate on kind of personal
protection equipment that used by cleaning staff especially conformity kind personal
protection equipment with the occupation.
ABSTRAK
Bekerja di rumah sakit dapat menimbulkan risiko untuk tertular penyakit dari pasien.
Risiko ini tidak hanya berpotensi bagi tenaga medis saja, namun juga terhadap tenaga non
medis seperti petugas kebersihan. Saat bekerja risiko yang selalu dihadapi oleh petugas
kebersihan adalah terpapar faktor bilogi dan terpapar bahan kimia atau obat pembersih. Hal
ini akan dapat mengganggu keselamatan dan kesehatan kerja petugas kebersihan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja
apa saja yang dapat terjadi pada petugas kebersihan di RSUD Tugurejo Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain studi menggunakan
AS/NZS 4360:1999. Identifikasi risiko menggunakan JSA (Job Safety Analysis),
pengambilan data dilakukan dengan cara observasional dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko yang dihadapi petugas kebersihan adalah
risiko terpapar kuman, bakteri dan virus dan terpapar obat kemoterapi risiko ini termasuk
dalam high risk (36,6%). Risiko tertusuk jarum suntik atau tergores benda tajam, terpeleset
atau jatuh karena lantai licin, gangguan muskuloskeletal, terjatuh dari tangga, dan tersengat
listrik merupakan risiko dengan tingkatan moderate risk (45,1%). Risiko alergi atau iritasi
terhadap penggunaan bahan kimia merupakan risiko dengan tingkatan low risk (18,3%).
Untuk mengendalikan risiko tersebut, disarankan kepada petugas kebersihan agar
selalu menggunakan alat pelindung diri yang baik dan benar dimana pun dan kapan pun
saat melakukan pekerjaan. Selain itu juga sebaiknya dilakukan evaluasi tentang jenis APD
yang digunakan petugas kebersihan, terutama mengenai kesesuaian jenis APD dengan
pekerjaan yang dilakukan.
Kata Kunci : analisis risiko, keselamatan dan kesehatan kerja, petugas kebersihan
PENDAHULUAN
Pada era industrialisasi yang terjadi sekarang ini, keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan hal penting yang harus diterapkan di semua tempat kerja, baik
pada sektor formal maupun sektor informal. Terlebih bagi tempat kerja yang memiliki
risiko atau bahaya yang tinggi. Rumah sakit memiliki potensi terjadinya penyakit
infeksi terhadap para karyawan, pasien, bahkan pengunjung, hal ini dikarenakan
banyaknya faktor biologi yang ada dan berkembang di rumah sakit. Selain penyakit-
penyakit infeksi, di rumah sakit juga memiliki resiko atau bahaya lain yang
mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, seperti kecelakaan (meliputi
kejadian ledakan, kebakaran, kecelakaan yang diakibatkan adanya masalah pada
instalasi listrik, serta faktor-faktor yang dapat menimbulkan cidera lainnya), radiasi,
paparan bahan kimia beracun dan berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan terkait
psikis dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut jelas dapat mengganggu dan
menimbulkan rasa kurang aman dan nyaman bagi pekerja di RS, pasien maupun
pengunjung yang ada di lingkungan RS. (1)
Karyawan rumah sakit terdiri dari tenaga medis dan tenaga non medis. Tenaga
medis yaitu dokter, perawat, dan bidan sedangkan tenaga non medis yaitu petugas
laundry, petugas kebersihan, petugas penyiapan makanan atau gizi, apoteker,
3
Pemeriksa laboratorium, dan petugas radiologi (2). Salah satu tenaga non medis yang
ada di rumah sakit adalah petugas kebersihan. Petugas kebersihan adalah karyawan
yang bertugas untuk membersihkan lingkungan rumah sakit agar tetap terjaga
kebersihannya, karena bahaya yang ada di rumah sakit seperti penularan penyakit
dapat terjadi jika lingkungan rumah sakit tidak terjaga kebersihannya. Pekerjaan
membersihkan lingkungan rumah sakit, membuat petugas kebersihan menjadi rentan
terpapar bahaya yang dapat mengganggu kesehatannya. Menurut penelitian yang
telah dilakukan bahaya yang dapat mengancam petugas kebersihan rumah sakit
antara lain terpapar debu yang dibersihkan, terpeleset saat mengepel lantai, kontak
dengan bahan kimia yang digunakan untuk mengepel lantai, terpapar bahaya biologi
saat membersihkan laboratorium atau ruangan yang mengandung virus dan bakteri,
tertusuk benda tajam seperti jarum suntik saat mengelola limbah tajam, sehingga
dapat tertular penyakit seperti hepatitis dan HIV/AIDS (3).
Selain berpotensi tertular penyakit hepatitis dan HIV/AIDS petugas kebersihan
rumah sakit juga berisiko terkena penyakit akibat kerja dermatitis kontak dan
gangguan muskuloskeletal. Hasil penelitian terhadap 102 petugas cleaning service di
Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek menunjukkan 47 petugas cleaning service
mengalami dermatitis kontak akibat kerja, hasil uji statistik menunjukkan ada
hubungan bermakna antara kejadian dermatitis kontak pada cleaning service dengan
penggunaan APD, selain itu juga ada hubungan antara masa kerja dan kejadian
(4)
dermatitis kontak . Hasil penelitian lain yang dilakukan di RSUP Dr.Wahidin
Sudirohusodo Makassar dengan responden petugas cleaning service menunjukkan
bahwa pada Tahun 2013 sebesar 49,1% petugas cleaning service mengalami
gangguan muskuloskeletal berat dan 50,9% petugas mengalami gangguan
muskuloskeletal ringan. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara
variabel umur, jenis kelamin, masa kerja, dan sikap kerja dengan gangguan
muskuloskeletal. Sedangkan variabel lama kerja tidak ada hubungan dengan
gangguan muskuloskeletal pada petugas cleaning service (5)
Dari kegiatan survey awal di Rumah Sakit Umum Tugurejo Semarang
didapatkan informasi tentang beberapa kejadian kecelakaan kerja kecil pernah
dialami beberapa petugas kebersihan yang di wawancarai, seperti luka pada tangan
karena tergores benda-benda tajam saat melakukan pekerjaan membersihkan
ruangan, terpeleset, serta adanya keluhan-keluhan seperti sakit pinggang dan pegal-
pegal pada tangan dan kaki karena terlalu lama duduk atau berdiri saat bekerja.
Selain itu hasil wawancara dengan mandor yang bertugas mengurusi petugas
kebersihan mengatakan bahwa pernah ada kejadian petugas kebersihan yang
tertusuk jarum suntik saat mengambil sampah medis, hal ini terjadi di karenakan
4
unsafe action yang dilakukan oleh petugas kebersihan, yaitu menekan sampah
medis dengan menggunakan tangannya. Berdasarkan hasil tersebut, penulis ingin
melakukan penelitian tentang analisis resiko keselamatan dan kesehatan kerja pada
petugas kebersihan di RSUD Tugurejo Semarang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain studi
menggunakan AS/NZS 4360 : 1999, metode penilaian risiko dengan teknik kualitatif,
serta identifikasi risiko menggunakan JSA (Job Safety Analysis). Pengambilan data
dilakukan dengan metode observasional dan wawancara.
Karakteristik Responden
ada penelitian lain yang menyatakan bahwa pekerja di perusahaan konstruksi baja
yang memiliki pengetahuan kurang tentang bahaya dan risiko yang ada ditempat
(7)
kerja, sebagian besar akan melakukan tindakan tidak aman kategori tinggi ,
sehingga dapat menimbulkan efek untuk terjadinya kecelakaan atau pun penyakit
akibat kerja.
Lebih dari separo petugas kebersihan memiliki masa kerja antara 1-3 tahun yaitu
sebesar 52,7%, 32,7% pekerja dengan masa kerja < 1 tahun, 10,9% dengan masa
kerja 4-6 tahun, dan 3,6% saja yang memiliki masa kerja > 6 tahun. Masa Kerja juga
dapat mempengaruhi tingkat risiko yang dihadapi pekerja, semakin meningkat atau
mungkin semakin rendah risiko yang dihadapi.
Semakin lama petugas kebersihan bekerja di sebuah rumah sakit dapat
memungkinkan tingginya tingkat risiko atau paparan terhadap bakteri, kuman, atau
virus yang diterima, selain itu juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit
akibat kerja karena paparan bahan kimia. Namun hal ini dapat terjadi sebaliknya,
seseorang dengan masa kerja yang lebih lama dapat menjadi lebih paham dan
mengerti dengan bahaya atau risiko yang dihadapinya sehingga mereka lebih bisa
menjaga diri saat melakukan pekerjaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Fatma Lestari yang menyatakan bahwa pekerja dibidang otomotif
PT.Inti Pantja pada bagian pressing body yang memiliki masa kerja < 2 tahun lebih
banyak terkena dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja yang memiliki masa
kerja > 2 tahun. Hal ini dikarenakan pekerja dengan masa kerja > 2 tahun sudah
memiliki pengalaman kerja yang lebih baik sehingga mereka lebih berhati-hati dalam
melakukan pekerjaan, terutama saat menggunakan bahan-bahan kimia. (8)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anisa Imadul Bilad, risiko yang terdapat
di instalasi laundry RSUD Kota Semarang adalah risiko tersengat listrik, kebakaran,
dan terinfeksi bakteri, nyeri akibat mengangkat ember secara manual, terinfeksi
bakteri pada linen kotor serta terhirup bahan kimia, kaki terinjak troli, terpeleset dan
jatuh akibat lantai yang licin, tangan terjepit pintu, tersandung lantai yang rusak, dan
kejatuhan ember saat menimbang linen (9)
Hasil analisis tingkat risiko menyatakan 36,6% risiko berada pada tingkatan high
risk yaitu risiko terpapar kuman,bakteri atau pun virus dan terpapar obat kemoterapi,
45,1% risiko pada tingkatan moderate risk yaitu risiko tertusuk jarum suntik, tergores
benda tajam, terpeleset atau terjatuh karena lantai licin dan gangguan
muskuloskeletal, 18,3% risiko pada tingkatan low risk yaitu risiko alergi atau iritasi
terhadap penggunaan bahan kimia seperti pembersih lantai dan lainnya.
Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan tempat petugas
kebersihan bekerja adalah dengan menyediakan alat pelindung diri berupa sarung
tangan, masker, dan sepatu boot, selain itu para pekerjanya juga akan diberi
pelatihan biasanya dilakukan setiap 6 bulan sekali. Baik itu pelatihan tentang K3,
9
house keeping, pertolongan pertama pada kecelakaan dan masih banyak yang
lainnya.
Pengendalian yang dilakukan oleh pihak rumah sakit adalah dengan
memperingatkan setiap pekerja yang ada di rumah sakit, termasuk petugas
kebersihan untuk selalu menjaga kebersihan diri saat bekerja, seperti selalu
menghimbau untuk melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
pekerjaan dan masih banyak himbauan lainnya tentang cara menjaga keamanan dan
kesehatan saat bekerja. Hasil penelitian tentang hubungan pelaksanaan tindakan
cuci tangan perawat dengan kejadian infeksi di rumah sakit menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara pelaksanaan cuci tangan dengan kejadian
infeksi. (10)
1. Hasil Wawancara dengan Petugas Kebersihan
keselamatan dan kesehatan kerja dengan perilaku aman pada pekerja konstruksi
menyatakan bahwa terdapat korelasi positif dan hubungan yang signifikan antara
skor pelatihan K3 dengan perilaku aman pada pekerja konstruksi (15)
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang risiko keselamatan dan
kesehatan kerja pada petugas kebersihan di RSUD Tugurejo Semarang, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Risiko K3 Pada Petugas Kebersihan
Risiko yang dihadapi oleh petugas kebersihan di RSUD Tugurejo saat
bekerja antara lain terpapar debu, kuman, bakteri dan virus, tertusuk atau
14
SARAN
1. Bagi Petugas Kebersihan
Sebaiknya selalu menggunakan alat pelindung diri yang baik dan benar tidak
peduli kapan pun atau di ruang mana pun saat melakukan pekerjaan. Karena
debu, kuman, bakteri dan virus tidak kasat oleh mata dan dapat menempel
dimana saja termasuk ditempat yang kita anggap bersih dan aman.
2. Bagi Perusahaan
Sebaiknya dilakukan evaluasi ulang mengenai jenis alat pelindung diri yang
digunakan bagi petugas kebersihan. Seperti penggunaan sarung tangan saat
membersihkan kaca, steinless, dan membuang sampah sebaiknya
menggunakan sarung tangan yang tebal dan tidak mudah sobek.
15
DAFTAR PUSTAKA
4.Fitria Saftarina, dkk. Prevalensi Dermatitis Kontak Akibat Kerja dan Faktor yang
iiiiiiiiiiiiMempengaruhinya Pada Pekerja Cleaning Service di Rumah Sakit Umum
iiiiiiiiiiiiAbdul Moeloek. Lampung. 2015.
5.Sultan Bedu, Hajrah Hi, dkk. Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan
iiiiiiiiiiiiMuskuloskeletal Pada Cleaning Service di RSUP DR.Wahidin Sudirohusodo
iiiiiiiiiiiiMakasar. Makasar. 2013.
6.Bilad, Anisa Imadul. Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
iiiiiiiiiiiiInstalasi Laundry RSUD Kota Semarang. Semarang. 2013.
11.Faris, Iqbal Al. Pengaruh Perilaku Tenaga Kerja dan Lingkungan Kerja yang
iiiiiiiiiiiiDimoderasi Faktor Pengalaman Kerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap
iiiiiiiiiiiiKecelakaan Kerja Konstruksi di Surabaya. Surabaya : 2014. 978-979-99327-9-
iiiiiiiiiiii2.
12.L.Safouhi, dkk. The Risk Assessment for The Healthcare Waste in The Hospital of
iiiiiiiiiiiiBatna City. Algeria : International Journal of Environment Science and
iiiiiiiiiiiiDevelopment , 2013, Vol. 4. 4.